DI SUSUN OLEH :
AYU WULAN DEWI
2021032015
CI LAHAN CI INSTITUSI
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan
plasenta.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena
pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang
terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada
bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-
paru.
D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan oksigen
berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan
kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat
untuk mempertahankan pasokan oksigen. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi
oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.
Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena kekurangan oksigen pada
otak, otot dan organ lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen dalam otot
jantung atau sel otak kurang. Pernapasan cepat karena kegagalan absobrsi cairan
paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah
E. Klasifikasi
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis,
keadaan pada bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara
tepat dan pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat
maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan karena pada bayi asfiksia
berat dapat disertai asidosis.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen
sampai bayi dapat kembali bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
f. Penurunan terhadap stimulus
Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam
merawat klien Asfiksia adalah dengan cara resusitasi. Resusitasi adalah tindakan
untuk memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampak mati akibat
berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.
F. Manifestasi Klinis
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
1. Pernafasan megap-megap dan dalam
2. Pernapasan tidak teratur
3. Tangisan lambat atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6. Nadi cepat
7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)
8. Menurunnya O2
9. Meningginya CO2
10. Penurunan Ph
G. Pemeriksaan penunjangan
dilakukan pada neonatal dengan asfiksia, meliputi:
1. Nilai APGAR memberikan pengkajian yang cepat mengenai kebutuhan
untuk resusitasi neonatal.
2. Rontgen thoraks dan abdomen untuk menyingkirkan abnormalitas/cedera
struktural dan penyebab masalah ventilasi.
3. Pemeriksaan ultrasonografi kepala untuk mendeteksi abnormalitas/cedera
kranial atau otak atau adanya malformasi kongenital.
4. Kultur darah untuk menyingkirkan atau memastikan adanya bakteremia.
5. Skrining toksikologi untuk menemukan adanya toksisitas obat atau
kemungkinan sindrom alkohol janin atau fetal alcohol syndorome.
6. Skrining metabolisme untuk menyingkirkan adanya gangguan endokrin atau
metabolism
H. Diagnosis
Oxorn dan William menyebutkan bahwa dalammelakukandiagnosis asfiksia
neonatorum ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
1. Antepartum Adanya pola abnormal (nonreaktif) pada nonstress fetal heart
monitoring, serta terjadi pola deselerasi lanjut pada conctractionstresstest.
Intrapartum Terjadi bradikardi, yaitu denyutan dibawah 100 per menit
antarakontraksi rahim atau pola yang abnormal, adanya iregularitas denyut
jantung janin yang jelas, terjadi trakikardi yaitu denyutan di atas 160kali per
menit (terjadi silih berganti dengan bradikardi), poladeselerasi lanjut pada
frekuensi denyut jantung janin dan keluarnyamekonium pada presentasi
kepala.
2. Postpartum Keadaan bayi ditentukan dengan skor Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration (APGAR). APGAR merupakan suatu
metodeuntuk menentukan tingkatan keadaan bayi baru lahir: angka 0, 1
atau2untuk masing-masing dari lima tanda, yang bergantung pada ada
atautidaknya tanda tersebut. Penentuan tingkatan ini dilakukan 1 menit
setelah lahir dan diulang setelah 5 menit
I. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini
curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
dan ginjal.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan
O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien, yang
meliputi :
1. Biodata :
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
2. Keluhan Utama :
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
5. Kebutuhan dasar :
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
6. Biodata :
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
7. Keluhan Utama :
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
c. Dada
B. Pathway
Persalinan lama lilitan tali pusat paralisis pusat ernafasan factor lain: anestesi obat
Presentase janin abnormal
Asfiksa
Nafas cepat
Bersihan Jalan
Apneu napas tidak
efektif
DJJ & TD
C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan :
D. Intervensi
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
6. frekuensi 9. Berikan
bronkodilator bila
pernafasan dalam
perlu
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
10 Berikan
pelembab udara
Kassa basah
NaCl Lembab
11 Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
12 Monitorrespirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
1. Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan
jalan
nafas yang
paten
3. Atur
peralatan
oksigenasi
4. Monitor
aliran
oksigen
5. Pertahankan
posisipasien
6. Observasi
adanya
tandatanda
hipoventilas
7. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
f. Monitor kualitas
dari nadi
g. Monitorfrekuens
i dan irama
pernapasan
h. Monitor suara
paru
i. Monitor pola
pernapasan
abnormal
j. Monitor suhu,
warna,dan
kelembaban kulit
k. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
l. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
Hidayat, A Aziz Alimul. 20018. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kolo, Yolanda. 2019. Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidakefektif dengan Diagnosa
Medis Asfiksia. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Maryunani, anik dan Sari, Eka Puspita. 2020. Asuhan Keperawatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.
NANDA. 2021. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-2023. Edisi 12.
Jakarta: EGC, 2021.
Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by Sue Moorhead,
Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O Copyright 2018 Elsevier
Singapore Pte Ltd.