Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS ASFIKSIA NEONATORUM

DI RUANGAN PENGUIN RS ANUTAPURA KOTA PALU


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :
AYU WULAN DEWI
2021032015

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ni Nyoman sriati,S.Kep.,Ns Ns. Katrina Feby Lestari,S.Kep.,M.P.H

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir yang mengalami gangguan
tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir, Asfiksia neonatorum
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia
dan hiperapneu serta berakhir dengan asidosis, Asfiksia neonatorum adalah
keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera lahir. kondisi yang
terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran
(Mendri & Sarwo prayogi, 2017). Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami
gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama ataupun
sesudah persalinan
B. Epidemologi
Asfiksia meningkatkan angka kesakitan pada bayi di negara berkembang
dengan insidens 100–250/1.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan di negara
maju dengan insiden 5–10 /1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi terutama
pada masa neonatal masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara
global, regional, maupun di Indonesia. Indonesia menempati urutan ke 71 dari 224
negara di dunia untuk angka kematian bayi yaitu 24,29/1.000 kelahiran hidup
Angka Kejadian Asfiksia WHO sebanyak 23%,di Indonesia
C. Etiologi
1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anastesi, penyakit jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan
karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan
asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni
atau tetani uterus akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak pada ibu
karena perdarahan, hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan
plasenta.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena
pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang
terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada
bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-
paru.
D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan oksigen
berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan
kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat
untuk mempertahankan pasokan oksigen. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi
oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.
Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena kekurangan oksigen pada
otak, otot dan organ lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen dalam otot
jantung atau sel otak kurang. Pernapasan cepat karena kegagalan absobrsi cairan
paru-paru dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah
E. Klasifikasi
1. Asfiksia Berat (nilai APGAR 0–3)
Didapatkan frekuensi jantung <100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis,
keadaan pada bayi dengan asfiksia berat memerlukan resusitasi segera secara
tepat dan pemberian oksigen secara terkendali, apabila bayi dengan asfiksia berat
maka berikan terapi oksigen 2–4 ml per kg berat badan karena pada bayi asfiksia
berat dapat disertai asidosis.
2. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4–6)
Pada bayi dengan asfiksia sedang memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen
sampai bayi dapat kembali bernafas normal.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan (nilai APGAR 7– 9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda :
a. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau dari 100 menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Apnea
d. Pucat
e. Sianosis
f. Penurunan terhadap stimulus
Sedangkan penanganan dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam
merawat klien Asfiksia adalah dengan cara resusitasi. Resusitasi adalah tindakan
untuk memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampak mati akibat
berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada otak.

F. Manifestasi Klinis
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
1. Pernafasan megap-megap dan dalam
2. Pernapasan tidak teratur
3. Tangisan lambat atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
6. Nadi cepat
7. Denyut jantung lambat (bradikardi kurang dari 100 kali per menit)
8. Menurunnya O2
9. Meningginya CO2
10. Penurunan Ph
G. Pemeriksaan penunjangan
dilakukan pada neonatal dengan asfiksia, meliputi:
1. Nilai APGAR memberikan pengkajian yang cepat mengenai kebutuhan
untuk resusitasi neonatal.
2. Rontgen thoraks dan abdomen untuk menyingkirkan abnormalitas/cedera
struktural dan penyebab masalah ventilasi.
3. Pemeriksaan ultrasonografi kepala untuk mendeteksi abnormalitas/cedera
kranial atau otak atau adanya malformasi kongenital.
4. Kultur darah untuk menyingkirkan atau memastikan adanya bakteremia.
5. Skrining toksikologi untuk menemukan adanya toksisitas obat atau
kemungkinan sindrom alkohol janin atau fetal alcohol syndorome.
6. Skrining metabolisme untuk menyingkirkan adanya gangguan endokrin atau
metabolism
H. Diagnosis
Oxorn dan William menyebutkan bahwa dalammelakukandiagnosis asfiksia
neonatorum ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
1. Antepartum Adanya pola abnormal (nonreaktif) pada nonstress fetal heart
monitoring, serta terjadi pola deselerasi lanjut pada conctractionstresstest.
Intrapartum Terjadi bradikardi, yaitu denyutan dibawah 100 per menit
antarakontraksi rahim atau pola yang abnormal, adanya iregularitas denyut
jantung janin yang jelas, terjadi trakikardi yaitu denyutan di atas 160kali per
menit (terjadi silih berganti dengan bradikardi), poladeselerasi lanjut pada
frekuensi denyut jantung janin dan keluarnyamekonium pada presentasi
kepala.
2. Postpartum Keadaan bayi ditentukan dengan skor Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration (APGAR). APGAR merupakan suatu
metodeuntuk menentukan tingkatan keadaan bayi baru lahir: angka 0, 1
atau2untuk masing-masing dari lima tanda, yang bergantung pada ada
atautidaknya tanda tersebut. Penentuan tingkatan ini dilakukan 1 menit
setelah lahir dan diulang setelah 5 menit

I. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini
curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium
dan ginjal.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan
O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada
anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan

laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien, yang

meliputi :

1. Biodata :

Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak

keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan

pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2. Keluhan Utama :

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.

3. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di

Rumah Sakit atau perjalanan penyakit.

4. Riwayat kehamilan dan persalinan :

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak

bayi belakang kaki atau sungsang.

5. Kebutuhan dasar :

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ

tubuh terutama lambung belum sempurna.

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh

terutama pencernaan belum sempurna.

6. Biodata :
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak

keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan

pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

7. Keluhan Utama :

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.

8. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di

Rumah Sakit atau perjalanan penyakit.

9. Riwayat kehamilan dan persalinan :

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak

bayi belakang kaki atau sungsang.

10. Kebutuhan dasar :

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ

tubuh terutama lambung belum sempurna.

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh

terutama pencernaan belum sempurna.

c. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan

frekwensi pernafasan yang cepat.

B. Pathway
Persalinan lama lilitan tali pusat paralisis pusat ernafasan factor lain: anestesi obat
Presentase janin abnormal

Asfiksa

Janin kekurangan O2 paru – paru terisi


Dan kadar CO2 meningkat cairan

Nafas cepat
Bersihan Jalan
Apneu napas tidak
efektif

DJJ & TD

Pola nafas tidak efektif

C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan :

1. Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi lendir

D. Intervensi
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif NOC :


Setelah dilakukan tindakan Airway Management
b/d kelemahan otot
keperawatan selama ....x 24 1. Buka jalan nafas,
pernafasan jam pasien menunjukan guanakan teknik
adaptasi bayi baru lahir chin lift atau jaw
Kriteria Hasil : thrust bila perlu
Definisi : Pertukaran
udara inspirasi dan/atau 1. batuk efektif dan 2. Posisikan pasien
untuk
ekspirasi tidak adekuat suara nafas yang
memaksimalkan
bersih, ventilasi

2. tidak ada sianosis 3. Identifikasi pasien


dan dyspneu perlunya
pemasangan alat
3. mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan 4. Pasang mayo bila
sputum, perlu

4. mampu bernafas 5. Lakukan fisioterapi


dada jika perlu
dengan mudah,
tidak ada pursed 6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
lips)
suction
5. Menunjukkan
7. Auskultasi suara
jalan nafas yang nafas, catat adanya
paten (klien tidak suara tambahan
merasa tercekik, 8. Lakukan suction
irama nafas, pada mayo

6. frekuensi 9. Berikan
bronkodilator bila
pernafasan dalam
perlu
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
10 Berikan
pelembab udara
Kassa basah
NaCl Lembab
11 Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
12 Monitorrespirasi
dan status O2

Oxygen Therapy
1. Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan
jalan
nafas yang
paten
3. Atur
peralatan
oksigenasi
4. Monitor
aliran
oksigen
5. Pertahankan
posisipasien
6. Observasi
adanya
tandatanda
hipoventilas
7. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
a. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
b. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
f. Monitor kualitas
dari nadi
g. Monitorfrekuens
i dan irama
pernapasan
h. Monitor suara
paru
i. Monitor pola
pernapasan
abnormal
j. Monitor suhu,
warna,dan
kelembaban kulit
k. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

l. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Bersihan jalan nafas NOC : NIC :


Setelah dilakukan tindakan
tidak efektif b/d 1. Airway suction
keperawatan selama ....x 24
obstruksi lendir Pastikan kebutuhan
jam pasien menunjukan
oral
adaptasi bayi baru lahir
Definisi : tracheal suctioning
Kriteria Hasil :
Ketidakmampuan untuk 2. Auskultasi suara nafas
Mendemonstrasikan
membersihkan sekresi sebelum dan sesudah
batuk efektif dan suara
atau obstruksi dari suctioning.
nafas yang bersih, tidak
saluran pernafasan 3. Berikan penjelasan
ada sianosis dan
untuk mempertahankan pada keluarga
dyspneu
kebersihan jalan nafas. 4. Berikan O2 dengan
(mampumengeluarkan
menggunakan nasal
sputum, mampu bernafas
untuk memfasilitasi
dengan mudah, tidak ada
suksion nasotrakeal
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas,frekuensi
pernafasan dalam rentang 1. Anjurkan pasien
normal, tidak ada suara untuk istirahat dan
nafas abnormal) napas dalam
Mampu setelah kateter
mengidentifikasikan dan dikeluarkan dari
mencegah factor yang nasotrakeal
dapat menghambat jalan 2. monitor status
nafas oksigen , ajarkan
3. Ajarkan keluarg
bagaimana cara
melakukan suksion
4. Hentikan suksion
dan berikan oksigen
apabila pasien
1. Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan Pasang
mayo bilaperlu
2. Lakukan
fisioterapi dada
jika
perlKeluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A Aziz Alimul. 20018. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Kolo, Yolanda. 2019. Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidakefektif dengan Diagnosa
Medis Asfiksia. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Maryunani, anik dan Sari, Eka Puspita. 2020. Asuhan Keperawatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.
NANDA. 2021. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-2023. Edisi 12.
Jakarta: EGC, 2021.

Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.

Nursing Interventions Classification (NIC) 2018. 7th Indonesian edition, by Howard


Butcher, Gloria Bulechek sat Joanne Dochterman and Cheryl Wagner O Copyright
2018 Elsevier Singapore Pte.Ltd.

Nursing Outcomes Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by Sue Moorhead,
Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O Copyright 2018 Elsevier
Singapore Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai