Skenario 1 Blok 19
Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia-Kejang-Sepsis Neonatorum, Asuhan Bayi
Baru Lahir & Resusitasi Bayi Baru Lahir
Dosen pembimbing:
dr. Rina Nofrienis
Anggota Kelompok III:
Lia Trisetiany
G1A110004
Franze N. Tambunan
G1A110007
Williem Harvey
G1A110008
G1A110009
G1A110010
Abelia Yoanita
G1A110011
Azqia Zahra
G1A110014
Oliffa Salma A
G1A110015
G1A110016
Dona Violita
G1A110017
Skenario 1
Pada saat usia kehamilan 7 bulan, bayi X lahir prematur dengan berat badan
lahirnya rendah, lahir tidak langsung menangis, Apgar score 1-3-3, selama
obervasi pasien merintih. Dokter segera melakukan tatalaksana bayi baru
lahir.Kemudian bayi X segera dirawat di dalam inkubator ruang NICU (Neonatal
Intensive Care Unit), dipasang nasal bubble CPAP.Dokter menjelaskan pada
kedua orang tua bayi X bahwa bayi mereka mungkin mengalami berbagai
komplikasi seperti distress nafas, infeksi bakterial, sepsis, ikterus patologis,
kejang, dan lain-lain.
Klarifikasi Istilah
Bayi premature
Apgar score
Inkubator
NICU
BBLR
CPAP
Distress nafas
Ikterik patologis
Faktor Ibu
Preeklampsia dan
eklampsia
Pendarahan abnormal
(plasenta previa atau
Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum
37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan
tindakan (sungsang, bayi
solusio plasenta)
Partus lama atau partus
macet
Demam selama
ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan
(kongenital)
Air ketuban bercampur
ekstraksi vakum,
mekonium (warna
kehijauan)
(sesudah 42 minggu
kehamilan)
karena perdarahan,
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat yang tertekan, menumbung, dan lain-lain.
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi
ekstrautrin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli pada janin
dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas
pertama, udara masuk ke dalam alveoli dan diserap oleh jaringan paru. Pada
napas kedua dan berikutnya, oksigen akan mengisi alveoli dan cairan akan
diserap secara dramatis. Kemudian, udara yang mengandung oksigen akan
memenuhi seluruh bagian paru. Aliran darah paru akan meningkat secara
dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru membutuhkan tekanan puncak
4
inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi dan
peningkatan tekanan alveoli, keduanya, menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran darah
intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang kemudian diikuti
penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru
menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL, dengan aliran darah
paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yagn inadekuuat
menyebabkan gagal napas.
4. Bagaimana cara penegakan diagnosis asfiksia? 5
Jawab:
a. Anamnesis
Mencari faktor resiko terhadap terjadinya asfiksia neonatarum
Preeklampsia
Anemia
DM
Penyakit hati dan
ginjal
Penyakit kolagen
Faktor Resiko
Intrapartum
Malpresentasi
Partus Lama
Persalinan sulit atau
Prematuritas
BBLR
Pertumbuhan janin
traumatik
Mekoneum di dalam
terhambat
Kelainan kongenital
ketuban
Ketuban pecah dini
Induksi oksitosin
Prolaps tali pusat
dan pembuluh
darah
Pendarahan antepartum
Riwayat kehamilan
neonatus sebelumnya
5
Penggunaan sedasi,
analgesi atau anastesi
b. Pemeriksaan Fisik
Bayi tidak bernafas atau tidak menangis
Denyut jantung kurang dari 100x/menit
Tonus otot menurun
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa
mekonium pada bayi
BBLR
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukan hasil
asidosis pada darah tali pusat
PaO2< 50 mm H2O
PaCO2> 50 mm H2
pH < 7,30
Bila bayi tidak membutuhkan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang
diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi berupa;
Jawab:
si
Skor
Frekuen
Ti
jantung
Upaya
bernafas
Tonus
Otot
0
Ti
Kepeka
an reflex
Warna
dak ada
Le
mas
Ti
teratur
Ekstremitas
sedikit fleksi
Menyeringai
Tubuh
merah
x/
0
m
Bir (akrosianosis)
u, pucat
>
en
it
kulit
B
ai
k,
m
en
an
gi
s
G
er
ak
an
ak
tif
M
en
ye
ri
n
ga
i
&
ba
tu
k/
be
rs
in
S
el
ur
u
h
tu
b
u
h
m
er
ah
m
u
da
Jawab:
persalinan.Peralatan
dan
obat
tersebut
harus
peningkatan
konsumsi
oksigen
dan
harus
dijaga
suhunya
supaya
tidak
a) Perlengkapan pengisap
a. Balon pengisap (bulb syringe) alat pengisap lendir
b. Pengisap mekanik dengan selangnya
c. Kateter pengisap nomer 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, dan 14 F
d. Pipa lambung nomer 8F, dan semprit 20 mL
e. Pengisap mekonium/konektor
b) Peralatan balon dan sungkup
c) Peralatan intubasi
a. Laringoskop dengan daun lurus no.00 dan no.0 (untuk bayi kurang
bulan) dan no.1 (untuk bayi cukup bulan)
b. Lampu cadangan dan baterai cadangan untuk laringoskop
c. Pipa endotrakeal no.2,5; 3,0;4,0 mm diameter internal
d. Stilet
e. Gunting
f. Plester atau alat fiksasi endotrakeal
g. Kapas alkohol
h. Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf
i. Sungkup larings (LMA) bila tersedia
d) Alat untuk memberikana obat-obatan
a. Pipa orogastrik no.5F
b. Kateter umbilikal no.3,5F;5F
c. Three way stopcock
d. Semprit
e. Jarum atau alat penusuk lain tanpa jarum
f. Sarung tangan steril, skalpel/gunting, larutan yodium, pita/plester/tape
umbilikal
e) Lain-lain
a. Sarung tangan dan alat pelindung lain
b. Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
c. Alas resusitasi yang cukup keras
d. Jam
e. Kain (yang hangat)
f. Stetoskop untuk neonatus
g. Plestes
h. Monitor jantung dan pulse oksimeter dengan probe serta elektrodenya
i. Oropharyngealairways
f) Untuk bayi kurang bulan
a. Sumber udara bertekanan
b. Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan
c. Pulse oksimeter dan probe oksimeter
d. Kantung plastik makanan atau pembungkus plastik yang dapat ditutup
dan transparan
e. Alas pemanas kimia
Jawab:
iskemik otak.
Anuria atau oliguria
Jawab:
a. Ketidakstabilan suhu
Peningkatan hilangnya panas
Kurangnya lemak subkutan
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
h. Kelainan kardiovaskuler
Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui
pada bayi BKB
Hipotensi atau hipertensi
i. Kelainan hematologis
Anemia (onset dini atau lanjut)
Hiperbilirubinemia
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
j. Metabolisme
Hipokalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Jawab:
Jawab:
a) Janin :
a. Gawat janin
b. Kehamilan multipel
c. Eritroblastosis
d. Hidrops nonimun
b) Plasenta
a. Plasenta previa
b. Abrutio plasenta
c) Uterus
a. Uterus bikornus
penting
dalam
perawatan
BBLR
setelah
lahir
adalah
Jawab:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
Hipotermi
Hipoglikemia
Hiperbilirubinemia
Respiratory distress syndrome (RDS)
Intracerebral and intraventricular haemorrhage (IVH)
Periventricular leukomalasia (PVL)
Infeksi bakteri
Kesulitan minum
Penyakit paru kronis (chronic PERSIAPAN
lung disease)
NEC (necrotizing enterocolitis)
AOP (apnea of prematury) terutama terjadi pada bayi < 1000 g
Patent Ductus Arteriosus (PDA)pada bayi dengan berat < 1000 g
Disabilitas mental dan fisik
PENILAIAN
Keterlambatan perkembangan
Sebelum bayi lahir:
CP (cerebral palsy)
Gangguan pendengaran
Apakah
kehamilan
cukup bulan?
Gangguan penglihatan
seperti
ROP (retinopathy
of prematurity)
Apakah
air
ketuban
jernih,
tidak
bercampur
mekoneum?
11
Apakah
bayi
menangis
atau
bernafas/
tidak
megap-megap?
9. Penatalaksanaan dan pemeriksaan pada bayi baru lahir?
Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jawab:
Ketuban jernih
Air ketuban bercampur mekoneum dan atau
t setelah lahir (atau setelah bidan menyuntikan oksitosinkepada ibu) untuk memberikan waktu tali pusat me
DTT dan sabun serta keringkan dengan seksama menggunakan kain bersih
c. Inisiasi menyusui dini
Langkahnya:
- Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunyasegera setelah lahir
-
pertama
1.
dilakukan
Lihat kulit
-
Keadaan normal
2.
3.
Hitung pernafasan
sedang menangis
4.
Lakukan
5.
dengan termometer
Lihat mata
6.
7.
bagian kepala
Normal 36,5-37,50C
8.
mulut
Mas
uka
n1
jari
yan
g
yan
g
men
ggu
nak
an
han
d
scoe
n ke
dala
m
mul
ut
dan
raba
lang
itlang
itny
a
Lihat dan raba
9.
perut
10
11.
Lihat punggung
atau sekitarnya
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
dan benjolan pada tulang belakang
anus
Tanya pada ibu apakah
bayi sudah buang air
12
.
besar
kelamin luar
- Tanyakan pada ibu
setelah lahir
Berat lahir 2,5-4 kg
Dalam 1 minggu pertama berat bayi
13
Timbang bayi
- Dengan menggunakan
kembali
14
berat selimut
15
menyusui
Menilai cara
Jawab:
11. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan nasal bubble cpap? 1,12
Jawab:
oksigenasi
Mencegah kolaps alveolus dan ateletaksis
Meningkatkan daya kembang paru
Mengurangi usaha bernapas yang berlebihan
Mempertahankan produksi dan fungsi surfaktan
Mempertahankan jalan napas dan meningkatkan diameternya
Memberikan kesesuaian perfusi ventilasi yang lebih baik dengan menurunkan
pirau intrapulmonar
Menstimulasi pertumbuhan paru
Atresia koana
Hernia diafragmatika kongenital
Kondisi yang kemungkinan menyebabkan kegagalan
Masa gestasi yang sangat kurang (<24 minggu).
Bayi yang apnea akibat anastesi maternal.
Kontraindikasi relatif: Bayi dengan apnea of prematuritysignifikan.
12. Bagaimana cara pemasangan NBC? 1,12
Jawab:
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Persiapan (Neonatologi)
1. Persiapan petugas untuk pencegahan infeksi
2. Persiapan bayi
a. Bayi diletakkan di tempat tidur dengan penghangat serta Pulse.
Oksimeter harus ditempelkan, sebaiknya di tangan kanan.
b. Posisikan kepala bayi lebih tinggi sekitar 30o.
c. Hisap lendir dari mulut, hidung dan faring dengan lembut.
1. Lembabkan prong dengan air steril atau tetesan NaCl 0,9% sebelum
memasukkannya ke lubang hidung bayi, dengan lengkungan ke bawah.
2. Pasang pipa orogastrik dan lakukan aspirasi isi perut dan fiksasi agar
tetap terpasang untuk menghindari distensi lambung.
3. Gunakan topi dengan ukuran topi yang sesuai dan lipat ujungnya 2-3
cm. Atur pipa bergelombang di sebelah kepala. Pasang peniti di tiap
sisi selang, Fiksasi dengan gelang karet di sekitar peniti dan di atas
selang.
4. Bersihkan pipi dan bibir di atas bayi dengan air dan biarkan kering.
5. Pasang moustache dengan cara
a. Oles area bibir dan pipi bayi dengan tetes pewarna benzoin.
b. Potong Tegaderm dan pasang tepat di atas area yang sudah
disiapkan.
c. Potong Velcro dan pasang tepat di atas Tegaderm.
d. Potong dua strip Velcro lunak dan pasang melingkar are prong
yang menutupi pipi.
e. Tekan kanula prong dengan lembut.
6. Jaga jangan sampai kanula CPAP menyentuh septum nasal.
Pemantauan
1. Ubah posisi bayi setiap 4-6 jam untuk drainase sekresi paru.
2. Penghisapan lendir rongga hidung, mulut, faring dan perut setiap 2-4
jam atau sesuai kebutuhan jika ditemukan keadaan: meningkatnya
usaha
nafas,
meningkatnya
kebutuhan
oksigen
dan
insiden
apnea/bradikardi.
3. Pemberian minum dengan CPAP. Jika stabil secara klinis, bayi dengan
CPAP dapat diberi minum melalui sonde atau menetek atau minum.
(Neonatologi)
Jawab:
a. Ikterus Patologis
Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam.
Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi.
Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam
Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea,
Jawab:
terkonjugasi
berpengaruh
terhadap
pembentukan
bilirubin
ikterus
Jawab:
bergantung pada anatomi yang tidak obstruktif dan umur kehamilan atau
maturitas. Cairan yang mengisi paru janin harus dikeluarkan, kapasitas residu
fungsional pengisian udara (fungtional residual capacity, FRC) tercapai dan
dipertahankan,
dan
hubungan
ventilasi-perfusi
yang
berkembang
akan
pada setiap masa kehidupan yang lain, tekanan ini berkisar dari 10-50 cm H 2O
selama interval 0,5 sampai 1,0 detik dibanding dengan sekitar 4 cm untuk
pernafasan normal bay icukup bulan dan orang dewasa. Sebagian besar cairan di
dalam paru diambil oleh sirkulasi paru, yang bertambah beberapa kali lipat pada
saat lahir karena semua curah ventrikel kanan menyebar ke bantalan vascular
paru.Sisa cairan dikeluarkan melalui pembuluh limfe paru, dihembuskan oleh
bayi, ditelan atau diaspirasi dari orofaring, pengeluaran cairan ini dapat terganggu
pada keadaan pasce seksio sesaria, cidera sel endotel, atau sadasi neonates.
: Sirkulasi Fetus (Disadur dari Michael McKinley and Valerie Dean OLouhll. 2012.Human Antomy third edition. New York
Jawab:
Sirkulasi fetus
kehidupan fetus dan karena hati hanya berfungsi sebagian, maka jantung
fetus tidak perlu memompa darah dalam jumlah yang besar melalui paru
dan hati.Namun jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah besar
melewati plasenta.Oleh karena itu susunan anatomi fetus berbeda dengan
orang dewasa.
Sirkulasi neonatus
kecil namun setelah lahir, paru akan mengembang dan pembuluh darah
tidak terjepit lagi sehingga resistensinya akan menurun. Resistensi
pembuluh darah paru menurun jugan akan berakibat menurunnya tekanan
arteri pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan.
a. Penutupan foramen ovale
Terjadi sebagai akibat dari meningkatnya tekanan atrium kiri dan
menurunnya tekanan atrium kanan. Akibatnya darah akan mencoba
berbalik arah mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan dan
menyebabkan katup kecil yang terletak di atas foramen ovale di
sebelah kiri septum atrium akan menutup foramen ini.
b. Penutupan duktus arteriosus
Terjadi akibat peningkatan tekanan aorta oleh putusnya tali pusat
dan penurunan tekanan arteri pulmonalis oleh pengembangan
paru.Akibatnya darah mulai mengalir balik dari aorta ke dalam arteri
pulmonalis.akan tetapi dalam beberapa jam, dinding otot duktus
arteriosus dengan jelas mengalami konstriksi akibat peningkatan PO 2
yang melewatinya dan dalam waktu 1-8 hari, konstriksi tersebut cukup
untuk menghentikan semua aliran darah. Hal ini disebut penutupan
fungsional duktus arteriosus. Kemudian selama 1-4 bulan kemudian
duktus akan secara anatomis tertutup oleh pertumbuhan jaringan
fibrosa yang tumbuh ke dalam lumen duktus.
c. Penutupan duktus venosus
Pada kehidupan fetus, darah porta dari sistem pencernaan akan
bergabung dengan vena umbilikalis dan bersama-sama mengalir
memasuki duktus venosus langsung menuju vena kava inverior jadi
hanya memintasi hati. Segera setelah lahir, aliran darah melalui vena
umbilikalis terhenti tetapi kebanyakan darah porta masih mengalir
melalui duktus venosus dan hanya sedikit yang memasuki hati. Akan
tetapi dalam waktu 1-3 jam, dinding otot duktus venosus akan
berkontraksi dengan kuat dan menutup aliran yang besar ini. Sebagai
akibatnya tekanan vena porta akan meningkat dari 0 menjadi 6
kemudian 10 mmHg dan cukup untuk mendorong aliran darah vena
porta melalui sinus-sinus hati.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada
vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk
ke tubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian
menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port
de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman
(misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).
c. Infeksi pasca natal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi
persalinan
melalui
masalah higienitas
masalah imunitas
dan lingkungan
plasenta/ketuban
Masuk ke tubuh
janin
Infeksi Menyebar
Hipothalamus
Organ hepar
Organ
Sistem
pernapasan
gastrointestin
al
Menghasilkan
Eritrosit
Gang.
Muntah, diare,
panas tubuh
banyak dilisis
sirkulasi O2
malas
dan CO2
menghisap
Hipertermia
Hiperbilirubin
Sesak (Gang.
Gangguan
(ikterus)
pola napas)
volume cairan
elektrolit
Menuju otak
(Enselopati)
6. Apa etiologi dari distress pernapasan , kejang, icterus, sepsis, dan bagaimana
penatalaksanaan? 1
Jawab:
a. KEJANG
i. Etiologi
Enselopati Iskemik Hipoksik
Perdarahan Intrakranial
Gangguan Metabolik : Hipoglikemia
Infeksi : Meningitis
Kernikterus/Ensefalopati Bilirubin
Kejang yang berhubungan dengan Obat
Gangguan Perkembangan Otak
Kelainan yang diturunkan
Idiopatik
ii. Penatalaksanaan
Bebaskan jalan nafas dan pemberian oksigen bila ada gangguan pernafasan
Atasi kejang dengan pemberian obat anti-kejang dengan ketentuan
30mg: 0,6ml IM
Pengobatan sesuai penyebabnya
b. IKTERUS
i. Etiologi
Infeksi Bakteri Berat
Penyakit hemolitik yang disebabkan oleh ketidakcocokan golongan
Terapi Sinar
Bayi
Bayi
ri 1
ri 2
Transfusi Tukar
Bayi
Bayi
Cukup Bulan
Kurang Bulan
Cukup Bulan
Kurang Bulan
Sehat
Sehat
Resiko
mg/d
umol/
mg/d
Ha
mol/L
L
L
Ikterus yang dapat dilihat
mg/d
umol/
mg/d
15
Ha
15
Ha
260
13
22
Resiko
260
25
27
mol/L
0
26
15
22
13
425
24
ri 3
18
Ha
ri 4 dst
310
20
16
340
17
30
29
510
30
20
510
20
Faktor Maternal
a. Ruptur selaput ketuban yang lama
b. Persalinan prematur
c. Amninitis klinis
d. Demam maternal
e. Manipulasi berlebihan selama kehamilan
f. Persalinan lama
Faktor Lingkungan
a. Higienitas penolong persalinan : cucitangan dan tehnik perawatan
b. Pemasangan kateter pada ibu
c. Pemberian susu formula
Faktor Penjamu
a. Jenis kelamin
b. Bayi prematur
c. Berat badan lahir rendah
d. Kerusakan mekanisme pertahanan dan penjamu
ii. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan sepsis pada neonatorum adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki
keadaan umum dan pemberian cairan intravena termasuk
nutrisi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum :
Ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi 3 atau 4 kali pemberian
Gentamisin 5 mg/kg BB/hari dibagi 2 kali pemberian
Kloramfenikol 25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian
0
34
Jawab:
Membran
Hialin)
dan
Displasia
bronkopulmoner.
Jawab:
b) Ikterus Neonatorum
a. Faktor maternal
o Ras atau kelompok etnik tertentu
o Komplikasi kehamilan ( DM, inkomtabilitas ABO dan Rh )
Penyakit periodontal
Kemiskinan
Ras kaukasian
Laki-laki
Asfiksia perinatal
Diabetes maternal
d) Kejang neonatorum
-
Prematur
Hipoksia
Infeksi intrakranial
Cerebral vascular
Kerangka Konsep
A.
Asfiksia
B.
Hipotesis
Penyebab
Penyebab
Klasifikasi
Tatalaksana:
NICU
Inkubator
Manifestasi klinis
Patofisiologi
Diagnosis
APGAR score:
Tujuan penilaian
Cara penilaian
Tatalaksana
Komplikasi
Ikterus patologis,
Kejang, dan Sepsis
Penyebab
Faktor risiko
Patofisiologi
Diagnosis:
Pemeriksaan fisik
Pem. penunjang
Tatalaksana
Perbedaan ikterus
patologis dan
ikterus fisiologis
Fisiologi
pembentukan
bilirubin
DAFTAR PUSTAKA
dan
Penatalaksanaan
Asfiksia
Neonatorum. Jakarta.
6) Rudolph, A.M. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1 Edisi 20.
Jakarta: EGC. Hal 275
7) Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
8) Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15,
Volume 1. Jakarta EGC
9) Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan
Anak (Online). 2011 (diakses 23 september 2013). di unduh dari URL
http://www.gizikia.depkes.go.id
10) Pudjiadi HA, Hegar B, Handryastuti S, Idris SN, Gandaputra EP,
Harmoniati, editor. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid I. 2010
11) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi DepKes
RI.2008.Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
12) MacDonald, M. G., Ramasethu, J., Bahrami, K.R. 2013. Atlas of
Procedures in Neonatology 5th edition. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Rosenkrantz,
T.
Respiratory
Distress
Syndrome.Medscape.
15) Wilar Rocky, dkk. 2010. Faktor Resiko Sepsis Awitan Dini.Manado :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas kedokteran Universitas Sam
Ratulangi
16) Rodriguez RJ, Martin RJ, Fanaroff AA. Respiratory distress syndrome and
its management.In : Fanaroff AA, Martin RJ, eds. Fanaroff and Martins
Neonatal-perinatal Medicine: Diseases of the fetus and infant. 7th ed. St.
Louis, MO : Mosby; 2002: 1001-1011.
17) UCSF Childrens Hospital. 2004. Intensive Care Nursery House Staff
Manual. California : University of California