Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

Disusun oleh:

MUHAMMAD WISNO , S.Kep


NPM : 202391112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR VERTIGO


1. Definisi Vertigo
Menurut yayan A. Israr (2016) Vertigo adalah perasaan seolah-olah
penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar
penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat
atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hart. Penderita kadang
merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut
meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Menurut reksoatmodjo (2010) vertigo merupakan keluhan yang sering
dijumpai dalam praktek, sering digambarkan sebagai sensasi berputar, rasa
oleng, tidak stabil (giddiness, unsteadiness) dan rasa pusing
(dizziness).Deskripsi keluhan vertigo tersebut penting karena seringkali
kalangan awam mengkacaukan istilah pusing dan nyeri kepala secara
bergantian.
2. Etiologi
Menurut Tarwoto, dkk. (2015) ada beberapa penyebab dari vertigo
antara lain yaitu, gangguan pada telinga bagian dalam pusing yang terjadi
pada pasien vertigo akan hilang dengan sendiri nya, vertigo jenis int
diklasifikasikan menjadi akibat dari masalah telinga bagian dalam dan
dikenal sebagai Benign Pmoxysmal Positional Vertigo. Penyakit sistem
saraf pusat gangguan sistem syaraf pusat tetjadi karena ada nya beberapa
beberapa penyakit seperti multiple sclerosis, kerusakan leher, tumor, atau
stroke yang bisa menyebabkan penyakit vertigo. Migrain merupakan salah
satu jenis sakit kepala yang menggangu sistem penglihatan Vertlgo yang
disebabkan karena migrain dapat berlangsung dalam beberapa menit
hingga beberapa hari.Peradangan atau infeksi yang menyerang tubuh
seperti pilek, fin, atau yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi kinerja

6
7

telinga bagian dalam dan akhirnya mengakibatkan vertigo. Gangguan


penglihatan Mata selain untuk melihat juga dapat membantu dalam fungsi
keseimbangan tubuh. Sehingga masalah yang teijadi pada penglihatan
dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan dan memicu penyakit
vertigo. Penyakit meniere Penyakit meniere terjadi akibat peningkatan
voluine endolimfe yang juga berhubungan dengan distensi seluruh sistem
endolimfatik (hidrops endolymphatic). Penyakit meniere yang
mengakibatkan telinga bagian dalam mempunyai banyak cairan yang pada
akhimya mempengaruhi keseimbangan tubuh. Rasa pusing yang teijadi
dapat berlangsung selaina setengah jam atau lebih lama lagi. Posisi ädur
Bantal kepala yang terlalu rendah atau terlalu tinggi bisa meimpengaruhi
munculya vertigo dan apalagi jika baru bangun tidur langsung bangun
dengan cepat.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Dewanto, (2015).Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo
yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan
dengan weak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan tunm, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah,
puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Menurut Dewanto (2015) Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi
kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar
atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, baaglcit dari teæpat üdur di pagi kari,
mencapai sesuai yang tinggi atau jika kepala digeiakkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai
rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berasaha izienghindarinya dengan tidak
melakukan gerakan yang dąpat menimbulkan vertigo. Vertigo ädak akan
teijadi jika kepala tegak lurtıs atau berputar secara aksial tanpa ekstensi,
pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya
8

berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi
kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Menurut Dewanto (2015) Pada ananinesis, pasien mengeluhkan kepala
terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi
tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan
akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa
waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan
berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Menurut Dewanto (2015) Uji posisi dapat membantu mendiagnosa
vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike :
penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kcpala dijatubkan mendadak sainbil menengok ke satu sisi.
Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala Penderita
vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
sendiri atau lingkungan, Merasakan mual yang luar biasa, Sering muntah
behagar akibat dari rasa mual, Gerakan mata yang abnonnal, Tiba - tiba
muncul keringat dingin, Telinga sering terasa berdenging, Mengalami
kesulitan bicara, Mengalami kesulitan berja1an karena merasakan sensasi
gerakan berputar, Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami
gangguan penglihatan.
4. Patofisiologi
MenurutPrice, SP (2010) tcnlapai ketidakcocokan informasi aferen
yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting
dalam sistem rat adalah susunan vestibules atau keseimbangaa, yang
secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah system optic dan pro-prioseptik, jaras-
jaras yang menghubungkan muklei vestibularis dengan muklei N. III, IV
dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibuloapinalis.
Menurut wilson (2010) Infonnasi yang berguna untuk keseimbangan
tubuh akan ditangkap oleh receptor vestibuler, visual, dan proprioseptik;
receptor vestibules memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50
9

% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya


adalah proprioseptik.
Menurut Price, S.A (2010) Daiam kondisi fisiologis/normal, informasi
yang tiba di pusat integrasi alat keseñnbangan tubuh berasal dari receptor
vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan,
jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respond yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak.
Menurut Wilson (2010) Di camping itu orang menyadari posisi kepala
dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau Central dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi atau terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejala otonom; di samping itu, respond penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat bendiri/ berjalan dan gejala lainnya.
10

5. Pathway
Trauma Ukuran Lensa Aliran darah Infeksi
Infeksi pada Tidak sama ke otak Telinga
Cerebellum

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stress Faktor


Kognitif Intra kranial Meningkat Fisiologi
Gangguan

Koping Pola TIdur


Cemas Nyeri Individu tdk
efektif

(Gambar 2.1 Pathway) (sumber nanda nic-noc)


11

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yayan A. Israr (2010) Pemeriksaan penunjang pada
pasien vertigo adalah CT sean atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan
kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika di duga suatu infeksi,
bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atan dari tulang
belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka
dilakukan pemeriksaan aagiograın, nutuk melihat adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus
dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hart
pertama.Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya
sebuah gambar atau jari yang direntangkan ternyata lebih enak daripada
berbaring dengan kedua mata ditutup. Karena aktivitas intclektual atau
konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak
enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang
kuat.Bila mual dan muntah bemt, inöavena haras diberikan untuk
mencegah dehidrasi. Bila vertigo tidak hilang hilang. Banyak pasien
dengan gangguan vestibular perifer alnit yang belum dapat memperoleh
perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit
berat dan saagat takut mendapat serangan berikut Sisi penting neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah
jinak dan dapat sembuh. Dokter harms menjelaskan bahwa kemampuan
otak untuk beradaptasi akan meınbuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala
12

akut mereda. Latihan ini untuk memperkuat mekanisme kompensasi


sistem saraf pusat nutuk gangguan vestibular akut.
8. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesebatan
c. Keluhan utama
Keluhan yang inenonjol pada pasien vertigo adalah nyeri.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala, nyeri di rasakan seperti berputar- putar,
nyeri dirasakan seperti berputar, nyeri dirasakan apabila klien duduk
atnu berdiri dan nyeri berkurang apa bila klien berbaring. Nyeri di
rasakan hilang timbul dengan skala nyeri 3 dari skala (0-10).
e. Riwayat kesehatan dahulu
Klien memilih riwayat penyakit yang sama.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang ınemiliki penyakit
seperti diabetes dan hipertensi.
9. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa diagnose keperawatan mengenai penyakit Vertigo antara
lain:
a. Ansietas yang berhungan dengan penurunan fungsi kognitif
b. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakraflial
ditandai denganmenyatakan nyeri yang dipengariihi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
c. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-
adekuatan relaksasi, koping ädak adekuat, kelebihan beban kerja
d. gangguan pola tidur berhubungan dengan terjadinya penekanan
pada otot leher.
13

Intervensi

NO STANDAR DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI Paraf


KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN INDONESIA
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi relaksasi (I.09326)
selama 3x24 jam diharapakan ansietas Observasi
menurun dengan kriteria hasil (L.09093) 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi ketidakmampuan berkonsentrasi atau
yang dihadapi menurun gejala lain yang menggangu
2. Prilaku tegang menurun kemampuan kognitif
3. Pucat menurun 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi
4. Pola tidur membaik nadi, tekanan darah dan suhu
5. Frekuensi nadi membaik 3. Monitor respon terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik:

4. Cptakan linngkungan tenang tanpa


gangguan
5. Gunakan nada suara lembut dengan
14

irama lambat dan berirama


6. Gunakam relaksasi sebagai strategi
peunjang dengan analgetic atau
Tindakan medis lain
Edukasi:

7. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan


dan jenis relaksasi yang tersedia
(nafas dalam, music, relaksasi otot
progresif)
8. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
9. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih Teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi (nafas dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing)

2 Nyeri Akut (D.007) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
selama 3x24 jam diharapakan Tingkat
15

nyeri menurun (L.08066) Observasi


1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
5. Kesulitan tidur menurun dan memperingan nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetic

Terapeutik
10. Berikan Teknik nonfarmakologis
16

untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,


hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgesik
17

secara tepat
18. Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
18

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, George 2015. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf, Jakarta : EGC

Israr, yayan A. 2008. Vertigo. Diakses: 06 oktober 2014.


https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo_files-
ofdrsmed.pdf.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2010). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit (6th ed.; H. Hartanto, Ed.). Jakarta: EGC.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai