Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan pada Ny.

S diagnosis Vertigo dengan Diagnosa utama nyeri


akut diruang Al – Jabar RS Dompet Dhuafa Parung, Bogor

Disusun Oleh :
Dwi Juliani Pramestika
2010701050
Kelas B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UPN VETERAN JAKARTA
OKTOBER 2021
BAB I

A. TINJAUAN TEORI
I. Pendahuluan

Vertigo mempunyai tingkat ketiga sebagai keluhan terbanyak setelah nyeri


kepala (migrain) dan low back pain. Menurut Abdulbar Hamid dalam persentasinya
di The 3rd Updates in Neuromergencies Maret 2012, vertigo menjadi momok pada
50% orang tua berusia sekitar 70 tahundi Amerika. Asal terjadinya vertigo dilakukan
adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi,
keganasan, metabolik, toksik, vaskuler, atau autoimun. Penyebab terbanyak vertigo
adalah masalah pada organ vestibular telinga dalam.

Vertigo merupakan penyakit yang menyerang sistem keseimbangan tubuh.


Karena sistem keseimbangan tubuh yang diserang, maka dari itu penderita vertigo
memang sering sekali mengeluhkan beberapa hal seperti mual yang tidak
tertahankan, kepala sakit dan terasa berputar, merasa sangat lemas sehingga tidak
memiliki tenaga hingga akhirnya merasa sangat sulit untuk menginjakkan kaki di
tanah. Gangguan keseimbangan adalah gejala yang paling sering dikeluhkan oleh
penderita vertigo, selain adanya pengobatan medis vertigo juga memerlukan adanya
latihan fisik yang mampu mengurangi atau mengatasi gangguan keseimbangan bagi
penderitanya. Metode Brandt Daroff merupakan salah satu bentuk terapi fisik atau
senam fisik vestibuler untuk mengatasi gangguan vestibular seperti vertigo. Latihan
Brandt Daroff memiliki keuntungan atau kelebihan dari terapi fisik lainnya atau dari
terapi farmakologi yaitu dapat mempercepat sembuhnya vertigo dan untuk
mencegah terjadinya kekambuhan tanpa harus mengkonsumsi obat. Latihan Brandt
Daroff ini bertujuan untuk mengadaptasikan pasien terhadap gangguan
keseimbangan pada penderita vertigo. (Bahrudin, 2013).

Pada umumnya vertigo yang terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah, dan
makanan/minuman tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional dan tidak ada
hubungannya dengan perubahan-perubahan organ di dalam otak. Otak sendiri
sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Artinya, pada umumnya vertigo tidak
disebabkan oleh kerusakan yang terjadi di dalam otak. Namun, suatu ketegangan
atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar di dalam kepala dapat
menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala Iskandar Junaidi (2013).
I. Pengertian Vertigo

Pengertian vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari sistem
otonom,yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit (Misbach dkk.,2006).Dengan demikian,vertigo bukan suat
gejala pusing berputar saja ,tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau satu
sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus,unstable ) otonomik (pucat,peluh
dingin,mual dan muntah),pusing dan gejala psikatrik. Vertigo juga bisa diartika
dengan sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang
sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau
penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009).
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa
jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr,
2008).

II. Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan
atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba - tiba. Penyebab umum vertigo
:
1. Keadaan lingkungan
 Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisis
3. Kelainan sirkulasi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara
karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal
positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zostes
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere
5. Kelainan Neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf Vestibularis

III. Patofisiologi dan Pathway

Dalam kondisi fisiologi normal, informasi yang tiba dipusat integrasi


alat keseimbangan tubuh yang berasal dari reseptor vestibular, visual dan
propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar
akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul
beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak normal/
tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral
maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di
samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
IV. Tanda dan Gejala
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019) gejala klinis yang menonjol, vertigo
dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Vertigo proksimal Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di
antara serangan penderita bebas dari keluhan Berdasarkan gejala
penyertanya di bagi:
 Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom menire,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan
ontogeny, tumor fossa poaterior.
 Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migrain, vertigo
anak.
 Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional proksimal
benigna (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
2) Vertigo kronis Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak
membentuk seranganserangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya
dibagi:

 Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin, meningitis


TB, labirinitis kronis, lues serebri.
 Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis
pontis, kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis, posttraumatic
sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.

 Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi orthostatic,


vertigo servikalis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
3) Vertigo akut Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
 Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan
labirin, herpes zoster otikus.
 Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis, sclerosis
multiple, oklusi arteri serebeli inferior posterior, ensefalitis
vestibularis, sclerosis multiple, hematobulbi (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).

Pada umumnya penderita akan merasakan sensasi gerakan seperti


berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan yang berputar. Selain itu,
kadang juga yang disertai gejala mual atau muntah, berkeringat, dan
gerakan mata yang normal. Gejala ini biasa terjadi dalam satu menit atau
jam, dapat bersifat konstan atau episodik (kadang-kadang). Ada pula
yang merasakan telinga bordering gangguan penglihatan, lemah, sulit
bicara, atau sulit berjalan (Ikawati, 2011).

V. Komplikasi
 Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

 Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama
dan
gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
VI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diagnostik untuk vertigo dapat meliputi : hemotologi
rutin, elektrolit, EKG, MMPI (psikomotor), audiovestibulomteri, ABR,
elektronistagmografi. Bila ada kecurigaan penyebab pada gangguan sentral dapat
mencakup : EEG, X foto kranium posisi khusus, X foto servikal, angiografi, CT /
MRI scan, Transcranial Doppler (TCD), Spiral CT angiography (CTA), MRA.

VII. Penatalaksanaan Medis


Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai penyebabnya. Misal, vertigo
disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya. Jika vertigo
disebabkan pada gangguan penglihatan, maka diobati di bagian penglihatannya.
Keluhan vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring dengan sembuhnya yang
mendasari vertigo tersebut. Pemberian vitamin antihistamin, diuretika, dan
pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui dapat mengurangi keluhan vertigo
(Widjajalaksmi, 2015). Penanganan yang diberikan pada vertigo selama ini dapat
dilakukan dengan farmakologi, non-farmakologi. Padafarmakologi, penderita
biasanya akan diberikan golongan antihistamin dan benzodiazepine. Salah satu terapi
non farmakologi yaitu menggunakan tekhnikbrandt daroff (Widjajalaksmi, 2015).
Tujuan utama terapi vertigo adalah mengupayakan tercapainya kualitas hidup yang
optimal sesuai dengan perjalanan penyakitnya, dengan mengurangi atau
menghilangkan sensasi vertigo dengan efek samping obat yang minimal. Terapi
vertigo meliputi beberapa perlakukan yaitu pemilihan medikamentosa, rehabilitasi
dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup :
1. Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi
2. Terapi kausal, mencakup :
a. Farmakoterapi
b. Prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
c. Bedah
3. Terapi Rehabilitaf atau Terapi (vestibular exercise) mencakup :
a. Metode brandt-daroff
b. Latihan visual vestibular
c. Latihan berjalan
1) Tujuan terapi Rehabilitatif
a. Reposisi kanalit
b. Mencapai kompensasi dan adaptasi
2) Mekanisme kerja terapi rehabilitasi melalui :
a. Substitusi sentral ola sistem visual dan somatosensory untuk fungsi vestibular
yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali konus n.vestibularis oleh serebelum,sistem visual,
somatosensory 20 c. Menimbulkan habituasi yaitu berkurangnya respon terhadap
stimuli sensori yang berulang-ulang (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
Pada pasien dengan gangguan vestibular, sebaiknya menggunakan obat anti
vertigo di antara lainnya adalah :
1. Antikolinergik
Mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras eksitatorik kolinergik
ke nervus.vestibularis yang bersifat kolinergik mengurangi respon
nervus.vestibularis terhadap rangsang.
Efek samping: mulut kering, dilatasi pupil, sedasi, gangguan akomodasi
menghambat kompensasi. Tidak dianjurkan pemakaian kronis contoh:
a. Sulfas atropine: 0,4mg/im
b. Skopolamin: 0,6mg iv dapat diulang tiap 3 jam.
2. Antihistamin
Memiliki efek anti kolinergik dan merangsang inhibitori dengan akibat inhibisi
nervus.vestibularis. hamper semua anti histamine yang digunakan untuk terapi
vertigo mempunyai efek anti kolinergik.
a. Diphenhidramin: 1,5mg/im-oral dapat diulang tiap 2 jam
b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/6 jam
3. Ca entryblodsker
Mengurangi eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamate dan bekerja
langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo central atau periver
contoh : Flonarizin
4. Monuaminergik
Merangsang jaras inhibitori monuamenergik pada n.vestibularis, sehingga
berakibat mengurangi eksatibilitas neuron. Contoh: Amfetamin, Efedrin.
5. Antidopaminergik
Bekerja pada chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah dimedula contoh:
klopromazin, haloperidol
6. Benzodiazepine
Termasuk obat sedative, menurunkan resting aktivitas neuron pada n.vestibularis
dengan menekan reticular paskilitatori sistem. Contoh: Diazepam
7. Histaminic
Inhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis lateraris. Contoh: betahistin
mesilat.
8. Antiyepileptik
Bekerja dengan meningkatkan ambang, husunya pada vertigo akibat epilepsi
lobus temporalis contoh: karbamezepin, venitoin, berikut daftar obat di bawah ini
(Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
B. TEORI TINJAUAN ASKEP

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevalu-
aluasi status kesehatan klien (Suarni dan Apriyani,2017)
Adapun pengkajian kasus Vertigo Menurut Asmada,doni,2018 adalah:
a. Identitas Pasien
Nama,tempat tanggal lahir,umur,alamat,pekerjaan,jenis kelamin ,
agama suku,sumber biaya,tanggal masuk RS dan diagnosa
medis.
b. Riwayat kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai
keluhan utama pasien.
1) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri dibagian kepala,nyeri yang dirasakan seperti
berputar-putar,nyeri yang dirasakan apabila klien duduk atau
berdiri.Rasa nyeri berkurang apabila klien berbaring.Nyeri dirasakan
hilang timbul skla nyeri 7 (0-10)
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat
menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah
diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi
dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan seperti
jantung,diabetes militus dan astma.
a . Aktivitas/istrahat: dengan gejala kelemahan, kelelahan
b . Sistem Pernafasan : frekwensi nafas normal 20 x/menit
pergerakan dada kanan dan kiri simetris dan tidak ada sianosis.
c. Sistem Persyarafan :Bicara normal,orientasi waktu menjawab
dengan baik,orientasi orang menjawab dengan baik,orientasi tempat
klien baik,pupil mengecil saat diberi reflek cahaya,klien tidak dapat
menggerkkan bola mata ke atas dank e bawah.
d. Sistem Cardioveskuler: konjungtiva anemis,tidak terdapat odema
pelpebra,tidak ada pembesaran vena jugularis,CRT< 3 detik,bentuk
thorax simetris,tekanan darah normal 120/90 mmHg,nadi 80
x/menit
e. Sistem pencernaan :Mukosa bibir tidak kering,tidak ada
pembengkakan tonsil,mulut bersih,bising usus 10 x/menit,reflex
menelan baik,pada saat di palpasi tidak ada nyeri tekan turgor kulit
baik,dan tidak terjadi distensi abdomen.
f. Sistem Perkemihan : Volume urine 1000 cc/hari,warna kuning
jernih,tidak terpasang kateter,saat di palpasi tidak ada pemebesaran
kaandung kemih,pada saat di palpasi tidak ada nyeri pada ginjal
g. Sistem Integumen : Kulit bewarna sawo matang,kulit teraba
hangat,warna rambut hiam,terdapat ubun,ubun,tidak adanya
kemerahan atau hematum.
h. Sistem pendengaran : klien mengatakan sulit mendengar,distorsi
sensori,konsentrasi buruk
i. Eliminasi: Gejala riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya
karena perdarahan, gatrointestinal, atau masalah yang
berhubungan dengan gastrointestinal.
j. Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada masalah
menelan ,tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi penurunan berat
badan,penurunan nafsu makan.
k. Neurologi: Gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala, kelemahan.
l. Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai
tajam, dangkal, tertusuk- tusuk.
m. Pola tidur : klien mengatakan tidurnya tidak puas, terdapat kantung
mata,klien mengatakan tidak bisa tidur,klien mengatakan pola tidur
berubah.
n. Pengetahuan : klien selalu menanyakan tentang penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (SDKI ,2016) .
Diagnosa keperawatan yang muncul Menurut
Asmada,Doni,2018 adalah:
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis d.d . Klien mengatakan
nyeri pada bagian kepala, nyeri seperti tertusuk tusuk ,klien
mengatakan nyeri saat beraktivitas, klien tampak meringis, tampak
memegangi kepalanya Skala nyeri 7 ( 1-10), klien tampak gelisah dan
nafsu makan berubah.
b. Mual b.d peningkatan tekanan intrakranial d.d Klien mengeluh
mual,klien mengatakan ingin muntah,klien mengatakan tidak minat
makan, klien tampak pucat, Takikardi dan Pupil Dilatasi.
c. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan Lingkungan d.d Klien
mengatakan sangat lemas,sulit tidur,klien mengatakan tidak puas
tidur,klien mengatakan istirahat tidak cukup,klien tampak kelelahan
dan terdapat kantung mata didaerah mata klien.
d. Risiko jaatuh d.d faktor risiko Gangguan Keseimbangan
e. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Pendengaran d.d Klien
mengatakan terganggu dalam mendengar,klien tampak distorsi sensori
respons tidak sesuai dan konsentrasi buruk.
f. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Klien
menanyakan masalah yang di hadapi,klien menunjukkan perilaku yang
tidak sesuai dengan anjuran,menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat dan menunjukkan perilaku berlebihan(mis.apatis,bermusuhan,agitasi dan hysteria).

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal
tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis
yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Vertigo
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
(Nursing Outcome Classification) (Nursing Intervention Classificarion)
1 2 3 4
1 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Kontrol Nyeri ( 1605) Menajemen Nyeri (1400)
Fisiologis d.d 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 1. lakukan pengkajian nyeri
Data Subjektif ( DS) (5) komperhensif meliputi
a. Klien mengatakan nyeri pada 2. Penggambarkan faktor penyebab lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,i
bagian kepala (5) ntensitas dan faktor pencetus
b .Klien mengatakan nyeri 3. Menggunakan tindakan 2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
seperti tertusuk tusuk pencegahan (5) klien mengenai nyeri
c. Klien mengatakan nyeri saat 4. Menggunakan tindakan 3. Berikan informasi mengenai
beraktivitas pencegahan (nyeri) tanpa nyeri,berapa lama nyeri yang
Data Objektif ( DO) analgesik (5) dirasakan dan antisipasi dari
a. Klien tampak meringis 5. Melaporkannyeri yang ketidaknyamanan
b. Klien tampak memegangi terkontrol (5) 4. Ajarkan klien untuk menggunakan
kepalanya teknik non farmakologi
c. Skala nyeri 7 ( 1-10) Tingkat Nyeri ( 2102) 5. Dukung istirahat atau tidur yang
d. Klien tampak gelisah 1. Nyeri yang dilaporkan (5) adekuat untuk mambantu penurunan
e. Nafsu makan beruba 2. Mengerang dan menangis (5) nyer )
1 2 3 4
3. Ekspresi nyeri wajah (5) Pemberian Analgesik (2210)
4. Frekuensi nafas (5) 1. Cek perintah pengobatan
5. Denyut nadi (5) 2. Monitor tekanan darah sebelum dan
6. Tekanan Darah (5) sesudah pemberian analgesic Berikan
analgesic sesuai
tambahan ( ketorolac,sucralfat)

2 Mual b.d peningkatan tekanan Kontrol Mual dan Muntah (1618) Manajemen Mual (1450)
intrakranial d.d 1. Mendeskripsikan faktor- 1. Identifikasi faktor-faktor
DS: Faktor penyebab (1) penyebab terjadinya mual
a. Klien mengeluh mual 2. Mengenali pencetus stimulasi 2. Kendalikan lingkungan yang
b.klien mengatakan ingin muntah muntah (1) mungkin membangkitkan mual
c. klien mengatakan tidak minat 3.Menggunakan langkah- 3. Ajarkan penggunaan teknik non
makan langkah pencegahan (1) farmakologi(mis.hipnosis,relaksasi,I
DO: 4.Menghindari bau yang majinasi terbimbing,terapi musik)
a. Klien tampak pucat tidak menyenangkan (1) 4. Tingkatkan istirahat dan tidur
b. Takikardi yang cukup untuk memfasilitasi
c. Pupil Dilatasi pengurangan mual
1 2 3 4
5. Lakukan kebersihan mulut
sesering mungkin untuk
meningkatkan kenyamanan
6. Instruksikan kepada klien
mengenai diet tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
7. Dorong pola makan dengan porsi
Sedikit makanan yang menarik
bagi pasien yang mual
8. Memberikan obat antiemetic yang
sesuai
1 2 3 4
3 Gangguan Pola Tidur b.d Tidur ( 0004) Pengaturan Posisi ( 0840)
Hambatan Lingkungan d.d 1. Jam tidur (5) 1. Atur posisi tidur yang disukai
Data Subjektif ( DS) 2. Pola tidur (5) klien
a. Klien mengatakan sangat 3. Kualitas tidur (5) 2. Tinggikan bagian tubuh yang
lemas 4. Tidur dari awal sampai habis sakit dengan tepat
b. Klien mengatakan sulit tidur dimalam hari secara konsisten 3. Posisisikan pada kesejajaran
c. Klien mengatakan tidak puas (5) tubuh dengan tepat
tidur 5. Perasaan segar setelah tidur (5) 4. Tepatkan objek yang sering
d. Klien mengatakan istirahat 6. Tempat tidur yang nyaman (5) digunakan dalam jangkauan
tidak cukup 7. Suhu ruangan yang nyaman (5)
Data Objektif ( DO) Peningkatan Tidur ( 1850)
a. Klien tampak kelelahan 1. Jelaskan pentingnya tidur yang
b. Terdapat kantung mata cukup
didaerah mata klien 2. Monitor pola tidur klien dan jumlah
jam tidur
3. Sesuaikan lingkungan
(mis.cahaya,kebisingan,suhu dan
tempat tidur) untuk meningkatkan
tidur
4. Monitor makanan dan minuman
yang dapat menganggu tidur
5. Terapkan langkah langkah
kenyamanan seperti pijat, pemberian
posisi dan sentuhan afektif
6. Ajarkan keluarga mengenai faktor
yang berkontribusi terjadinya
gangguan pola tidur
( seperti faktor lingkungan,pola
hidup,psikologis dan fisiologis)

4. Risiko jatuh d.d Gangguan Kejadian Jatuh ( 1912) Menajemen lingkungan keselamatan
Keseimbangan 1. Jatuh saat berdiri (5) (6486)
2. Jatuh saat berjalan (5) 1. Identifikasi hal-hal yang
3. Jatuh dari tempat tidur (5) membahayakan dilingkungan
4. Jatuh saat ke kamar mandi (5) 2. Bantu klien untuk melakukan
perpindahan kelingkungan yang
aman
3. Sediakan alat untuk beradaptasi
seperti: kursi pijakan untuk
1 2 3 4
4. pegangan
Pencegahan jatuh ( 6490)
1. Sarankan menggunakan alas kaki
yang nyaman
2. Gunakan teknik yang tepat dalam
memindahkan klien dari kursi roda
ke tempat tidur atau ke toilet
3. Lakukan program latihan fisik rutin
yang meliputi berjalan Sediakan alas
kaki yang tidak licin untuk
memfasilitasi kemudahan klien
5. Gangguan Persepsi Sensori b.d Fungsi Sensori:Pendengaran (2401) Peningkatan Komunikasi:Kurang
Gangguan Pendengaran 4. Ketajaman pendengaran bagian Pendengaran (4974)
DS: kiri (5) 5. Bersihkan serumen berlebih
a.Klien mengatakan terganggu 2. Ketajaman pendengaran bagian dengan ujung kain atau lap
dalam mendengar kanan (5) yang dipelintir sambil
DO 3. Mendengan bisikan enam inci menurunkan daun telinga
a.Klien tampak distorsi sensori dari telinga kiri (5) 2. Hindari lingkungan yang berisik
b. Respons tidak sesuai 4. Mendengar bisikan enam inci Saat berkomunikasi
1 2 3 4
c. Konsentrasi buruk dari telinga kanan (5) 3. Gunakan gerakan tubuh jika
5. Berbalik kea rah suara (5) diperlukan
6. Merespon pada stimulus 4. Fasilitasi menggunakan alat bantu
pendengaran (5) dengar dengan benar
5. Lepaskan dan masukkan alat
bantu dengan benar

6 Defisit Pengetahuan b.d kurang Pengetahuan :Proses Penyakit (1803) Pengajaran:Proses Penyakit (5602)
terpapar informasi d.d 1. Karakter spesifik penyakit (5) 1. Jelaskan mengenai proses penyakit
DS: 2. Faktor-faktor penyebab dan 2. Identifikasi faktor penyebab
a.Klien menanyakan masalah faktor yang berkontribusi (5) 3. Berikan informasi pada klien
yang di hadapi 3. Tanda dan gejala penyakit (5) mengenai kondisinya
DO: 4. Proses perjalanan penyakit (5) 4. Instruksikan klien mengenai
a.Klien menunjukkan perilaku 5. Srategi untuk meminimalkan tindakan untuk mencegah
yang tidak sesuai dengan anjuran perkembangan penyakit (5) meminimalkan efek samping
b.Menunjukkan persepsi yang 6. Manfaat menajemen penyakit (5) penanganan penyakit
keliru terhadap masalah 7. Sumber informasi penyakit 5. Edukasi klien mengenai tindakan
c. Menjalani pemeriksaan yang spesifik yang terpercaya (5) Untukmengontrol/meminimalkan
tidak tepat gejal
1 2 3 4
d.Menunjukkan perilaku 6. Berikan informasi mengenai
berlebihan(mis.apatis,bermusuha pemeriksaan diagnostic yang
n,agitasi dan hysteria) tersedia
5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah satatus kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan krikteria hasil yang
diharapkan (Suarni dan Apriyani,2017)

6. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dilakukan,berkesinambung-an dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni dan
Apriyani,2017).
C. LAPORAN PENDAHULUAN II (Diagnosa Utama)

1. Pengertian Nyeri

Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu (1) Nyeri akut dan (2) Nyeri kronis.
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori, persepsi, dan
emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan,
yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Nyeri akut biasanya mempunyai awitan yang
tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri kronik merupakan nyeri
berulang yang menetap dan terus menerus yang berlangsung selama enam bulan atau
lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. (Berger, 1992).

Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan


oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera. Sedangkan menurut Kozier
& Erb dalam Nurrahman (2009) mengatakan bahwa nyeri adalah sensasi yang tidak
menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain.

2. Pathway
3. Cara Mengkaji Nyeri
Mnemonic PQRST untuk pengkajian nyeri
 P : Provokes (penyebab)
Pertanyaan : Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri; apakah ada hal yang
menyebabkan kondisi memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika sakit/nyeri
timbul; apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur.
 Q : Quality (kualitas)
Pertanyaan : Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya tajam,
sakit, seperti diremas, menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti
ditusuk (biarkan pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).
 R : Radiates (penyebaran)
Pertanyaan : Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik.
 S : Severety (keparahan)
Pertanyaan : Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0 berarti
tidak sakit dan 10 yang paling sakit. Cara lain adalah menggunakan skala FACES
untuk pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien dengan kesulitan bicara
 T : Time (waktu)
Pertanyaan : Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau tiba-
tiba; apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang; apakah
pasien pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri
yang muncul merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
Daftar Pustaka

https://pdfcoffee.com/lp-vertigo-16-pdf-free.html

http://eprints.umg.ac.id/3883/6/6.%20BAB%202%20fiks.pdf

http://eprints.undip.ac.id/12209/1/2000FK643.pdf

http://eprints.undip.ac.id/44209/3/Bab_2.pdf

http://eprints.umm.ac.id/43290/3/jiptummpp-gdl-fahmirizal-50534-3-skripsi-2.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-14201-841413040-bab1-
02082017045615.pdf

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/2033/6/6%20bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai