Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN Dx VERTIGO PERIFER

DOSEN PEMBIMBING :

KODRI, S.Kp.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANNISA RIZQIANI HAPSARI

NIM : 2014401042

TK 2 REG 1 D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO PERIFER

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Vertigo

Vertigo adalah ilusi gerakan, pasien merasa bahwa ia sedang berputar dialam raya
(vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya ( vertigo
objektif).. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik
akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari
satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari
gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, Vertigo dapat digolongkan
sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan.
Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahan
kan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem
diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propiosepti
k). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya.
Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau
jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang
dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter
dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).

Vertigo perifer merupakan vertigo yang kelainan dapat berasal dari kelainan di perifer
seperti di telinga atau saraf vestibular. Durasi serangan pada vertigo perifer ini dapat
berbeda-beda. Episode (serangan) dapat berlangsung selama beberapa detik, menit atau
jam, bahkan dapat berlangsung sampai beberapa hari hingga beberapa minggu

Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita


sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau
bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah,
bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai
gejala-gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)

Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008)

2. Etiologi
Penyebab vertigo akibat serpihan Kristal Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Otologi Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat
disebabkan oleh BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere,
parase N. VIII (vestibulokoklearis) maupun otitis media.
2. Neurologis Merupakan 23-30%
a. Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
b. Ataksia karena neuropati
c. Gangguan visus
d. Gangguan serebelum
e. Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan tubuh
menggerogoti lapisan pelindung saraf
f. Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum dan medulla
oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui foramen magnum.
g. Vertigo servikal.
3. Interna Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan
kardiovaskuler. Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang naik atau turun,
aritma kordis, penyakit jantung koroner, infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi
obat, misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
4. Psikiatrik Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis
dan laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya
berupa depresi, fobia, ansietas, serta psikosomatis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
5. Fisiologis Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada
di tempat tinggi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019)
Etiologi dari vertigo perifer diantaranya:
1 Telinga bagian luar : serumen, benda asing
2 Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta,
otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan
3 Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular,
alergi, hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural
4 Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor
5 Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior
inferior, tumor, sklerosis multipleks (Pirawati dan Siboe, 2004).

3. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese
N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut
menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena
penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo
juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis,
gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang
terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan
menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam
mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan
yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi
telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan
tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di
telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun
dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu
faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi
seseorang berbeda-beda
4. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala → Patwhay

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi


dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah
pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis

. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki
lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit
meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada
sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli
dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal
mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus
memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala
ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa
lebih
lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi
lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang
terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau
minggu.Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total pada
beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna.
Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan
stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan
nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus
perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu
benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu
mabok kendaraan, penyakit menier vertigo pasca trauma.

VERTIGO PERIFERAL
NO
(VESTIBULOGENIK)

1 Pandangan gelap
2 Rasa lelah dan stamina menurun
3 Jantung berdebar wajah
4 Hilang keseimbangan
5 Tidak mampu berkonsentrasi
6 Perasaan seperti mabuk
7 Otot terasa sakit
8 Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun
10 Sensitif pada cahaya terang dan
Suara
11 Berkeringat
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik :
➢ Pemeriksaan mata
➢ Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
➢ Pemeriksaan neurologic
➢ Pemeriksaan otologik
➢ Pemeriksaan fisik umum.
2) Pemeriksaan khusus :
➢ ENG (elektronistagmografi)
➢ Audiometri dan BAEP
➢ Psikiatrik
3) Pemeriksaan tambahan :
➢ Laboratorium
➢ Radiologik dan Imaging
➢ EEG, EMG, dan EKG.

6. Penatalaksanaan Medis

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :

Terdiri dari :

➢ Terapi kausal.
➢ Terapi simtomatik.
➢ Terapi rehabilitatif.
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki maslow. Kebutuhan
fisiologis merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi manusia unutk bertahan hidup. Saat seseorang dalam
kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan dasar manusia yang akan terganggu pada pasien vertigo, yaitu: Kebutuhan akan rasa aman
nyaman, aman pada berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Perlindungan fisiologis contohnya
perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. Perlindungan psikologis contohnya
bebas dari takut dan kecemasan, serta bebas dari perasaan terancam karena pengalaman baru dan asing
yang bebas dari nyeri atau rasa ketidaknyam

1. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Safety and Security Needs Kebutuhan keselamatan dan rasa aman
yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik secara fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi:

a. Nyeri dan kenyamanan Respon nyeri terjadi karena adanya inflamasi. Inflamasi merupakan respon segera
terhadap injuri seluler. Jika ini terjadi, vasodilatasi cepat terjadi menyebabkan lebih banyak darah
mendekati daerah injuri. Peningkatan aliran darah lokal menyebabkan warna kemerahan di daerah
inflamasi. Rasa sakit di daerah inflamasi juga disebabkan oleh volume darah yang meningkat vasodilatasi
lokal mengirimkan darah dan sel darah putih ke jaringan yang injuri. Protein serum memegang peranan
utama dalam inflamasi (Potter & Perry, 2010)

b. Kebutuhan keamanan dan proteksi Keselamatan Merupakan suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga
dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram (Tarwoto & Waetonah, 2015).

c. Konsep dasar infeksi Infeksi Merupakan suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman
patogen atau migroorganisme lain ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan reaksi tertentu. Contoh reaksi
tersebut adalah perubahan sekunder berupa peradangan (inflamation) yang ditandai antara lain oleh
vasodilatasi pembuluh darah lokal, peningkatan permeabilitas kapiler, dan pembengkakan sel. 1)
Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi. 2) Bebas dari sakit dan
kecemasan
C. Pengkajian

➢ Aktivitas / Istirahat

o Letih, lemah, malaise


o Keterbatasan gerak
o Ketegangan mata, kesulitan membaca
o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.

➢ Sirkulasi

o Riwayat hipertensi
o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
o Pucat, wajah tampak kemerahan.

➢ Integritas Ego

o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu


o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

➢ Makanan dan cairan

o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
o Penurunan berat badan

➢ Neurosensoris
o Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
o Perubahan pada pola bicara/pola pikir
o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
o Penurunan refleks tendon dalam
o Papiledema.

➢ Nyeri/ kenyamanan

o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
o Fokus menyempit
o Fokus pada diri sendiri
o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

➢ Keamanan

o Riwayat alergi atau reaksi alergi


o Demam (sakit kepala)
o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

➢ Interaksi sosial

o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan


penyakit.
➢ Penyuluhan / pembelajaran

o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga


o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone,
menopause.

D. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang
mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti
instruksi.

E. Intervensi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi
oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
• klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
• Tanda-tanda vital normal.
• Pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda tanda vital, 1.Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat 2.Istirahat untuk mengurangi intensitas
ditempat tidur. nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman
3.Posisi yang tepat mengurangi penekanan
mungkin.
dan mencegah ketegangan otot serta
4. Ajarkan teknik relaksasi,
mengurangi nyeri.
distraksi dan nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan dokter
4. Relaksasi mengurangi ketegangan dan
dalam pemberian analgetik.
membuat perasaaan lebih nyaman.

5.Analgetik berguna untuk mengurangi


nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode


koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
• Mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.
• Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
• Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
• Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji kapasitas fisiologis yang 1. Mengenal sejauh dan
bersifat umum. mengidentifikasi
2. Sarankan klien untuk penyimpangan fungsi
mengekspresikan fisiologis tubuh dan
perasaannya. memudahkan dalam
3. Berikan informasi mengenai melakukan tindakan
penyebab sakit kepala, keperawatan.
penenangan dan hasil yang 2. Klien akan merasa kelegaan
diharapkan. setelah mengungkapkan
4. Dekati pasien dengan ramah segala perasaannya dan
dan penuh perhatian, ambil menjadi lebih tenang.
keuntungan dari kegiatan yang 3. Agar klien mengetahui
diajarkan. kondisi dan pengobatan
yang diterimanya dan
memberikan klien harapan
dan semangat untuk pulih
kembali.
4. Untuk membuat klien
merasa lebih berarti dan
dihargai.

3. Kurang pengetahuan (kenutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dnegan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang
mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti
instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

Kriteria hasil :

• Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
• Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Mengetahui seberapa jauh
dan keluarga tentang pengalaman dan pengetahuan
penyakitnya. klien dan keluarga tentang
2. Berikan penjelasan pada klien penyakitnya.
tentang penyakitnya dan 2. Dengan mengetahui penyakit
kondisinya sekarang. dan kondisi nya sekarang,
3. Diskusikan penyebab klien dan keluarganya akan
individual dari sakit kepala bila merasa tenang dan mengurangi
diketahui. cemas.
4. Minta klien dan keluarga 3. Untuk mengurangi kecemasan
mengulangi kembali tentang klien serta menambah
materi yang telah diberikan. pengetahuan klien tentang
5. Diskusikan mengenai penyakitnya.
pentingnya posisi atau letak 4. Mengetahui seberapa jauh
tubuh yang normal. pemahaman klien dan keluarga
6. Anjurkan pasien untuk selalu serta menilai keberhasilan dari
memperhatikan sakit kepala tindakan yang dilakukan.
yang dialaminya dan faktor 5. Agar klien mampu
faktor yang berhubungan. melakukan dan mengubah
posisi/letak tubuh yang kurang
baik.
6. Dengan memperhatikan faktor
yang berhubungan klien dapat
mengurangi sakit kepala
sendiri dengan tindakan
sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat serangan.
F. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :

1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.


2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpernito L.J, 1999.Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


DiagnosisKeperawatan dan Masalah Kolaboratif , ed. 2, EGC, Jakarta.
Doenges M. E 1999,Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
danpendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.
http://www.kalbefarma.com/Tanggal 6 April 2011Kang L S, 2004.
www.scribd.com/doc/52456463/laporan-pendahuluan-vertigo#scribd
http://hidayat2wordpress.com/2009/04/23/askep-vertigo/
http://odesyafar.wordpress.com/tag/askep-gangguan-sistem-persyarafan-pada-pasien-vertigo/
Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur , Cermin Dunia Kedokteran , Jakarta,
William &Wilkins, 2008.Nursing: Menafsirkan tanda-tanda dan gejala penyakit,
indekspermata puri media, Jakarta.
Manjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/52754417/188125649-Askep-Vertigo-pdf-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1632189840&Signature=Fc2Au8CW-Z8-6WbHrzo4y-
gSZCKfRQsdQB416ahl~0u8rC2CSm3rSqcSYJ3wAz8l01mBtM8373R7VrCXY6~cm6aYsVvva9Yu
NytuomVih9zrBbt6hVlONdXuhUfAlwwBLZFjAGi0NhNIqn3MPPZZBeZiE8fcHi79rCnU5xSgx0k
PvREv7FQdOCGRdkVUYhpSDNPh68EN8JLMC8TCGID2sNbEtS9u3Q~x6f1Tj2umJ5VaOY5Z~
6TxF7-UxuQ6hHyzEjUka8fl2eO~uK3tNmWpqXBUzms0CtgYxCZiwp0RM9QYbRk93qS-n-
RN3xYKPrZBV-ow1riN6KcdigB88Th~xQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Anda mungkin juga menyukai