Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO
Tugas ini disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam Praktik Klinik Keperawatan III
dengan Kompetensi Keperawatan Medikal Bedah

Dosen pembimbing:Filia icha sukamto, S.Kep.Ns.,M.Kep

Oleh :

DELLY REFIALY WAHYU

NIM 18613176

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Vertigo merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem vestibuler
dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun tidak jarang gejala vertigo ini
yang menjadi gangguan sistematik lainnya misalnya (obat, hipotensi, penyakit endokrin,
dan sebagainya) (Wahyudi, 2012). Gangguan pada otak kecil tersendiri bisa
mengakibatkan vertigo yang jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak
yang kurang sehingga bisa menjadi penyebabnya. Ada beberapa jenis obat yang bisa
menimbukan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat menimbulkan vertigo
misalnya, (kina,
salisilat, dan streptomisin) (Fransisca, 2013).
2. Etiologi
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019). Penyebab vertigo dapat dibagi menjadi
5 yaitu:
a. Otologi
Otologi ini merupakan 24-61 kasus vertigo (paling sering), dapat disebabkan
oleh BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), penyakit Meniere, parase
N. VIII (vestibulokoklearis) maupun otitis media.
b. Neurologis
a) Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Seklerosis multiple yaitu suatu penyakit saat sistem kekebalan tubuh
menggerogoti lapisan pelindung saraf
f) Malformasi chiari, yaitu anomaly bawaan di mana serebelum dan medulla
oblongata menjorok ke medulla spinalis melalui foramen magnum.
g) Vertigo servikal.
c. Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan kardiovaskuler.
Penyebabnya biasanya berupa tekanan darah yang naik atau turun, aritma kordis,
penyakit jantung koroner, infeksi, hipoglikemia, serta intoksikasi obat,
misalnifedipin, benzodiazepine, Xanax (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
d. Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya pemeriksaan klinis dan
laboratoris menunjukkan hasil dalam bebas normal. Penyebabnya biasanya berupa
depresi, fobia, ansietas, serta psikosomatis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
e. Fisiologis
Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada di tempat
tinggi (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
3. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular dan non
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Vertigo vestibular
estibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem vestibular, yang
menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic, diprovokasi oleh gerakan
kepala, dan bias disertai rasa mual muntah (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
b. Vertigo non vestibular
Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu
misalnya diabetes militus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo
neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.
Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya
penglihatan disebut vertigo ophtamologis, sedangkan vertigo yang disebabkan
oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain
penyebab dari segi fisik penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang
tidak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga
stres. Vetigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut
psikogenik.

Gejala Vertigo vestibular Vertigo nonvestibular

Sifat vertigo Rasa berputar Melayang, goyang

Serangan Episodik Kontinu/ konstan

Mual/ muntah + -

Gangguan pendengaran +/- -

Gerakan pencetus Gerakan kepala -

Gerakan obyek visual


Situasi pencetus -
keramaian, lalu lintas
4. Manifestasi klinis
a. Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, menghilang
sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di antara serangan penderita bebas dari
keluhan Berdasarkan gejala penyertanya di bagi:
a) Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom menire,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan ontogeny,
tumor fossa poaterior.
b) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migrain, vertigo
anak.
c) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional proksimal
benigna (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
b. Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-
serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a) Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin, meningitis
TB,labirinitis kronis, lues serebri.
b) anpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis, posttraumatic sindrom,
intoksikasi, kelainan endokrin.
c) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic,vertigo servikalis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
5. Patofisiologi
Kondisi alat keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak normal atau adanya
gerakan yang aneh/ berlebihan, maka tidak terjadi proses pengolahan input yang wajar
dan muncullah vertigo. Selain itu, terjadi pula respons penyesuaian otot-otot yang tidak
adekuat, sehinggan muncul gerakan abnormal mata (nistagsum), unsteadiness/ ataksia
sewaktu berdiri/ berjalan dan seperti gejala lainnya (Akbar, 2013).
Informasi yang berguna untukkeseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual,dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual danyang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.) Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang
tibadi pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptorvestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan
sinkron dan wajar,akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian
otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dantubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,maka proses pengolahan informasi
akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang
dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
6. Pathway

Ketidak cocokan
Informasi Aferen
Kepusat kesadaran

Gangguan aliran Gangguan


darah ke otak Keseimbangan

Gerakan abnormal (sensasi


Peningkatan Mual dan berputarputar,pusing dan
Tekanan muntah melayang)
Intrakranial

Defisit
nutrisi Resiko jatuh
Nyeri kepala Nyeri akut

Kurangnya informasi
Gangguan rasa tentang penyakit
nyaman

Deficit
pengetahuan
7. Komplikasi
a. Stoke
b. Obstruksi peredaran darah di labirin
c. Penyakit Meniere
d. Infeksi dan inflamasi
8. Pemeriksaan penunjang
a. Labolatorium
b. Ekg
c. Ct-scan
9. Penatalsanaan

Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai penyebabnya. Misal, vertigo


disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya. Jika vertigo
disebabkan pada gangguan penglihatan, maka diobati di bagian penglihatannya. Keluhan
vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring dengan sembuhnya yang mendasari
vertigo tersebut. Pemberian vitamin antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi
garam yang telah diketahui dapat mengurangi keluhan vertigo (Widjajalaksmi, 2015).

Penanganan yang diberikan pada vertigo selama ini dapat dilakukan dengan farmakologi,
non-farmakologi. Padafarmakologi, penderita biasanya akan diberikan golongan
antihistamin dan benzodiazepine. Salah satu terapi non farmakologi yaitu menggunakan
tekhnikbrandt daroff (Widjajalaksmi, 2015).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevalualuasi status kesehatan klien (Suarni dan
Apriyani,2017)
a. Riwayat kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai
keluhan utama pasien.
b. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri dibagian kepala,nyeri yang dirasakan seperti berputar-
putar,nyeri yang dirasakan apabila klien duduk atau berdiri.Rasa nyeri berkurang
apabila klien berbaring.Nyeri dirasakan hilang timbul skla nyeri 7 (0-10)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisiyang
memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat menanyakan riwayat masuk
rumah sakit dan penyakit yang pernah diderita, penggunaan obat-obatan, dan
adanya alergi. Riwayat nutrisi dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail
pada pasien.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti klien
dan tidak ada penyakit keturunan seperti jantung,diabetes militus dan astma.
f. Aktivitas/istrahat: dengan gejala kelemahan, kelelahan
g. Sistem Pernafasan : frekwensi nafas normal 20 x/menit pergerakan dada kanan dan
kiri simetris dan tidak ada sianosis.
h. Sistem Persyarafan :Bicara normal,orientasi waktu menjawab dengan
baik,orientasi orang menjawab dengan baik,orientasi tempa klien baik,pupil
mengecil saat diberi reflek cahaya,klien tidak dapat menggerkkan bola mata ke
atas dank e bawah.
i. Sistem Cardioveskuler: konjungtiva anemis,tidak terdapat odema pelpebra,tidak
ada pembesaran vena jugularis,CRT< 3 detik,bentuk thorax simetris,tekanan darah
normal 120/90 mmHg,nadi 80x/menit
j. Sistem pencernaan :Mukosa bibir tidak kering,tidak ada pembengkakan
tonsil,mulut bersih,bising usus 10 x/menit,reflek menelan baik,pada saat di palpasi
tidak ada nyeri tekan turgor kulit baik,dan tidak terjadi distensi abdomen.
k. Sistem Perkemihan : Volume urine 1000 cc/hari,warna kuning jernih,tidak
terpasang kateter,saat di palpasi tidak ada pemebesaran kaandung kemih,pada saat
di palpasi tidak ada nyeri pada ginjal
l. Sistem Integumen : Kulit bewarna sawo matang,kulit teraba hangat,warna rambut
hiam,terdapat ubun,ubun,tidak adanya kemerahan atau hematum.
m. Sistem pendengaran : klien mengatakan sulit mendengar,distorsi
sensori,konsentrasi buruk
n. Eliminasi: Gejala riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena perdarahan,
gatrointestinal, atau masalah yang berhubungan dengan gastrointestinal.
o. Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada masalah menelan
,tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi penurunan berat badan,penurunan nafsu
makan.
p. Neurologi: Gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala, kelemahan.
q. Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai tajam,dangkal,
tertusuk- tusuk.
2. Diagnose keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
2) Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan
3) Resiko Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
4) Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Perencanaan

Intervensi
Diagnose Tujuan & K/HSLKI
SIKI

Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


gejala penyakit keperawatan selama 2x24 Observasi :
jam diharapkan status  Identifikasi skala
kenyamanan meningkat nyeri
denga kriteria hasil :  Identifikasi respon
a. Gelisah menurun nyeri non verbal
b. Tidak merintih  Identifikasi factor
c. Pola tidur membaik yang memperberat
d. Nyeri menurun dan memperingan
nyeri
 Monitor efek
samping pemberian
analgetik

Terapeutik :

 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(distraksi
relaksasi)
 Control
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
 Fasilitasi istirahat
tidur

Edukasi :

 Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi :

 Kolaborasi
pemberian
analgetik

Risiko jatuh b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh


keseimbangan keperawatan selama 2x4 Observasi :
jam diharapkan tingkat  Identifikasi factor
jatuh menurun dengan resiko jatuh
kriteria hasil :  Identifikasi risiko
a. Jatuh dari tempat jatuh setidaknya
tidur menurun sekali setiap shift
b. Jatuh saat atau sesuai
membungkuk kebijakan institusi
menurun  Identoifikasi resiko
c. Jatuh saat berdiri lingkunagn yang
menurun meningkatkan
risiko jatuh

Terapeutik :

 Pastikan roda
tempat tidur dalam
keadaan terkunci
 Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien

Edukasi :

 Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
 Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
 Anjurkan
berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan
tubuh

Resiko defisit nutrsi b.d Setelah dilakukan tindakan Managemen nutrisi


ketidakmampuan mencerna selama 3x24 jam
makanan diharapkan status nutrisi Observasi :
membaik dengan kriteria  Identifikasi status
hasil : nutrisi
a. Porsi makan  Identifikasi
makanan yang
dihabiskan
disukai
b. IMT membaik  Monitor asupan
c. Nafsu makan makanan
membaik  Monitor berat
badan
d. Membrane mukosa Terapeutik :
membaik
 Fasilitasi
menentukan
program diet
 Sajikan
makanan yang
menarik
Edukasi :

 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :

 Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
Kolaborsi dengan ahli gizi
untuk meentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika
perlu.

Deficit pengetahuan b.d Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan


kurang terpapar informasi keperawatan selaa 7x24
jam diharapkan tingkat Observasi
pengetahuan meningkat 1. Identifikasi kesiapan
dengan kriteria hasil : dan kemampuan menerima
1) Perilaku sesuai
anjuran informasi
2) Kemampuan
menjelaskan Identifikasi faktor-faktor
tentang suatu topic yang dapat meningkatkan
meningkat dan menurunkan motivasi
3) Persepsi yang perilaku hidup bersih dan
keliru terhadap
sehat
masalah menurun
4) Perilaku membaik Terapeutik

1. Sediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi

1. Jelaskan faktor risiko


yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan hidup
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Muhammad, 2013. Diagnosis vertigo.universitas hasanudin Makassar.

Fransisca, Kristiana 2013. Awas! Sakit kepala jangan dianggap sepele. Cetakan 2.
Cerdas sehat. Jakarta.

Sumarilyah, erni, saputro, h.s . (2019). Pengaruh bsenam vertigo (canalit reposition
treatment) terhadap keseimbangan tubuh pada pasien vertigo jurnal keperawatan
muhammadiyyah vol. 4 no. 1.

Sutarni ri. 2015. Bunga rampai vertigo. Universitas gajah mada, Yogyakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI

Wahyudi 2012. Vertigo, kupiya timbul. Vol.39 no 10, hal. 738-741

Anda mungkin juga menyukai