Oleh :
Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri Di desa Minanga, Minahasa Tenggara,
Sulut
NIM :202006063
Mengetahui,
b. Klasifikasi
Menurut Joesoef (2016), vertigo diklasifikasi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sistematik, vertigo ini bersumber dari kelainan telinga
(perifer). Gejala vertigo ini disertai gejala lain, misalnya muka pucat,
peluh dingin, mual dan muntah.
• Vertigo non sistematik, mempunyai gejala yang beragam, misalnya
rasa kepala ringan, seperti diayun, rasa terapung, atau rasa bergoyang
yang sulit dilukiskan dengan kata-kata tanpa gejala penyerta. Diduga
disebabkan oleh kelainan sistem vestibuler sentral (Joesoef, 2016).
Sedangkan menurut Lumbantobing (2013), vertigo diklasifikasi menjadi
dua, yaitu:
1. Vertigo sentral adalah vertigo akibat kelainan di sentral (batang otak,
serebelum, cerebrum). Penyebab vertigo sentral: stroke, neoplasma,
migren basilar, trauma, perdarahan serebelum.
2. Vertigo perifer adalah vertigo akibat kelainan pada labirin dan
N.Vestibularis.Penyebab pada labirin: BPPV, post trauma, Meniere,
Labirintitis, toksik, oklusi&fistula labirin. Penyebab pada N.VIII:
infeksi, inflamasi, neuroma akustik, tumor lain
c. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan,
terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh
merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2018).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah
dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril, 2012), yaitu:
• Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
• Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
• Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional.
• Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere.
• Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
• Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
• Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient
ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu perasaan
berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada
suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa
sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke
sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang
tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya
berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas. Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan
berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga
sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar
pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo
terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya
berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT
secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak
ada paresis kanal. Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang
paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk
tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala
dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
• Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar,
baik dirinya sendiri atau lingkungan.
• Merasakan mual yang luar biasa.
• Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual.
• Gerakan mata yang abnormal.
• Tiba - tiba muncul keringat dingin.
• Telinga sering terasa berdenging.
• Mengalami kesulitan bicara.
• Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar.
• Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan
e. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di
pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak
tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di
perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price &
Wilson, 2016).
f. Pemeriksaan Diagnosis
• Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
• Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
• Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
• Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
• Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,
otologik, pemeriksaan fisik umum (Kang 2014).
g. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan medis.
Terapi secara medis menurut Kang (2014), terdiri dari :
• Terapi kausal
• Terapi simtomatik
• Terapi rehabilitatif
• Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo
• Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
• Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
• Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
• Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari
tempat tidur.
• Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
• Gerakkan kepala secara hati-hati.
h. Prognosis
Vertigo perifer seperti BPPV memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan vertigo sentral karena merupakan penyakit yang sebagian
besar dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, vertigo kronis yang dapat
mengganggu kualitas hidup masih dapat terjadi. Pada BPPV, faktor
prognostik yang meningkatkan angka kekambuhan adalah jenis kelamin
(wanita) dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan.
i. Komplikasi
• Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan
keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga
pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
• Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.
2. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, seperti meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara
individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi
dan tinggal dalam satu rumah.
1. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil tindakan yang diharapkan dari tiap tindakan keperawatan
yang dilakukan (Lynda, 2010).
• Menentukan tujuan yang realistis sesuai dengan keadaan keluarga.
• Menentuka kriteria dan standar untuk proses evaluasi.
• Merencanakan tindakan keperawatan sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas, tindakan :
berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan dengan kunjungan 4 1. Identifikasi saat tingkat
ketidakmampuan kali diharapkan ansietas berubah
keluarga dalam tingkat ansietas 2. Identifikasi kemmapuan
mengenal menurun dengan mengambil keputusan
masalah kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda
kesehatan 1. verbalisasi ansietas
kebingungan Terapeutik
menurun 1. Ciptakan suasana
2. verbalisasi terapeutik
khawatir akibat 2. Pahami situasi yang
kondisi yang membuat ansietas
dihadapi menurun 3. Motivasi mengidentifikasi
3. perilaku gelisah situasi yang memicu
menurun kecemasan
4. keluhan pusing Edukasi
menurun 1. Informasikan secara
5. pola tidur factual mengenai penyakit
membaik yang dialami
2. Latih teknik relaksasi
2. Implementasi Keperawatan
Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya
adalah pelaksanaan suatu pengelolaan dan perawatan diri dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun, kegagalan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah (Lynda, 2010).
• Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan tentang penyakit vertigo
• Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
• Tidak mau menghadapi situasi
• Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang
melekat
• Adat istiadat
3. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan dalam menentukan suatu keberhasilan sejauh mana tujuan
tercapai (Lynda, 2010). Keluarga dapat menjelaskan kembali mengenai
pengertian, penyebab, gejala dari vertigo.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang akibat vertigo dan
keputusan keluarga tentang vertigo
• Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
proses penyembuhan dan cara perawatan vertigo.
• Keluarga dapat melakukan upaya pencegahan vertigo dan
mendemonstrasikan kembali cara perawatan vertigo.
• Keluarga dapat menggunakan tempat kesehatan yang tepat untuk
mengatasi vertigo setelah beberapa kali kunjungan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional :
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Misalkan : Keluarga mengatakan
sudah memahami penyakit vertigo seperti apa.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervene keperawatan. Misalkan : tingkat kekambuhan vertigo
menurun dari 1 bulan kunjungan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan
terkait dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat dari respon
DIAGNOSA KEPERAWATAN
akmampuan mengenal masalah kesehatan dengan pemilihan gaya hidup yang tidak
sehat
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 2,3, 4, dan 5
Tanggal : 20 July 2021
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-4
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-3
DAFTAR PUSTAKA
Kang. L. S., 2014. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, No. 144, Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran
Marril K.A, 2012. Central Vertigo. WebMD LLC. Diakses pada 13 September
2020 melalui dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-
clinical#a0217
Sherwood, L., 2010. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2012. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth,vol:3, Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wong, D. 2010. Buku Ajar Keperawtan Pediatrik, Alih Bahasa Sunarno, Agus,
dkk. Edisi 6 Vulume 1. Jakarta: EGC
Lampiran 1. Media saat intervensi dengan leaflet
3. Materi
a. Pengertian Vertigo
b. Penyebab Vertigo
c. Gejala Vertigo
d. Pencegahan Vertigo
5. Media
Leaflet
6. Metode
7. Evaluasi
1. Pengertian Vertigo
Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah
kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa
berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak. Vertigo adalah
sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
2. Penyebab Vertigo
a. Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin
b. Infeksi bakteri di telinga bagian tengah
c. Radang sendi di daerah leher
d. Serangan migren
e. Sirkulasi darah yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat
keseimbangan otak menurun
f. Mabuk kendaran
g. Alkohol dan obat-obatan tertentu
3. Gejala
a. Tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
b. Mual
c. Muntah
d. Sulit berdiri atau berjalan
e. Sensasi kepala terasa ringan
f. Tak dapat memfokuskan pandangan
4. Pencegahan
a. Tidurlah dengan posisi kepala agak tinggi.
b. Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum Anda berdiri dari
tempat tidur.
c. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
d. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya saat mengambil suatu benda di
tempat tinggi.
e. Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala dalam posisi datar (horisontal) atau
bila leher dalam posisi mendongak.
Selain mengonsumsi obat, ada pula terapi yang bertujuan meningkatkan ketahanan
dan pembiasaan pasien dengan gangguan vertigo. latihan fisik tersebut berupa lati-
han membaringkan tubuh ke kiri dan ke kanan, diselingi dengan duduk tegak. Ada
berbaga macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof. Langkah-
langkah latihan:
b. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi
duduk.
gerakan.
e. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan makin lama makin bertambah.