Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA TN. J DENGAN KASUS VERTIGO Nn.Y (Anak


TN.J)
(Di desa Minanga, Minahasa Tenggara, Sulut)

Oleh :

SISKA PUTRI AYU P


NIM. 202006063

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga ini untuk memenuhi

tugas praktek profesi keperawatan gerontik secara daring Prodi Pendidikan

Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri Di desa Minanga, Minahasa Tenggara,

Sulut

Nama :Siska Putri Ayu Priningtyas

NIM :202006063

Prodi : Profesi Ners

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn. J Dengan Kasus Vertigo Pada Nn. Sulut (Di desa
Minanga, Minahasa Tenggara, Sulut)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Mahasiswa

( Laviana Nita,S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Siska Putri Ayu Priningtyas)


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Penyakit Vertigo


a. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar
merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan
(Labuguen, 2016). Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi
disfungsi yang cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga
dalam) (Smeltzer & Bare, 2012).
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu
gejala, penderita merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak
memutar atau bergerak naik-turun karena gangguan pada sistem
keseimbangan (Sherwood, 2010).

b. Klasifikasi
Menurut Joesoef (2016), vertigo diklasifikasi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sistematik, vertigo ini bersumber dari kelainan telinga
(perifer). Gejala vertigo ini disertai gejala lain, misalnya muka pucat,
peluh dingin, mual dan muntah.
• Vertigo non sistematik, mempunyai gejala yang beragam, misalnya
rasa kepala ringan, seperti diayun, rasa terapung, atau rasa bergoyang
yang sulit dilukiskan dengan kata-kata tanpa gejala penyerta. Diduga
disebabkan oleh kelainan sistem vestibuler sentral (Joesoef, 2016).
Sedangkan menurut Lumbantobing (2013), vertigo diklasifikasi menjadi
dua, yaitu:
1. Vertigo sentral adalah vertigo akibat kelainan di sentral (batang otak,
serebelum, cerebrum). Penyebab vertigo sentral: stroke, neoplasma,
migren basilar, trauma, perdarahan serebelum.
2. Vertigo perifer adalah vertigo akibat kelainan pada labirin dan
N.Vestibularis.Penyebab pada labirin: BPPV, post trauma, Meniere,
Labirintitis, toksik, oklusi&fistula labirin. Penyebab pada N.VIII:
infeksi, inflamasi, neuroma akustik, tumor lain

Berdasarkan kelainan yang mendasari, vertigo dibedakan menjadi


beberapa kelompok, sebagaimana tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Klasifikasi vertigo berdasarkan kelainan yang mendasarinya


(Joesoef, 2016)

Berdasarkan gejala yang menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi atas:


vertigo paroksismal, vertigo kronis, serta vertigo akut. Masing-masing
kelompok tersebut dibagi lagi menurut gejala penyertanya menjadi 3
kelompok yaitu: Vertigo yang disertai keluhan telinga, tanpa disertai
keluhan telinga, dantimbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Pengelompokan vertigo secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Pengelompokan vertigo berdasarkan gejala THT dan posisi tubuh


Vertigo Paroksismal Kronis Akut
Dengan - Morbus Meniere - OMC - Trauma labirint
THT - Araknoiditis PC - Meningitis TB - Zooster olikus
- TIA a vertebralis - Labirintitis C - Neuritis vestibularis
- Tumor Posterior - Ototoksik - Labirintitis akuta
- Ondotogen
Tanpa - TIA a vertebrobasiler - Contusio/comosio - Neuronitis vestibularis
THT - Epilepsi - Ensefalitis - Neuronitis vestibularis
- Migren - Hipoglikemia - Vertigo Epidemi
- Stomacholaesa - Kelainan mata - MS
- Kelainan Psikik - Hematoma Bulbi
- Kelainan
Kardiovaskuler
Posisi - Laten PPV - Hipotensi ortosatik
- Benign PPV - Vertigo servikalis
(Dikutip dari Joesoef, 2016)

c. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan,
terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak, dan lain-lain. Tubuh
merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2018).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah
dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril, 2012), yaitu:
• Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
• Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
• Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional.
• Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere.
• Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
• Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai
cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
• Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient
ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu perasaan
berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah,
lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada
suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa
sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke
sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang
tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya
berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas. Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan
berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar
pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga
sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar
pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo
terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya
berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT
secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak
ada paresis kanal. Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang
paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk
tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala
dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
• Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar,
baik dirinya sendiri atau lingkungan.
• Merasakan mual yang luar biasa.
• Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual.
• Gerakan mata yang abnormal.
• Tiba - tiba muncul keringat dingin.
• Telinga sering terasa berdenging.
• Mengalami kesulitan bicara.
• Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan
berputar.
• Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan
penglihatan

e. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei nervus III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap
oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di
pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak
tubuh dalam keadaan bergerak.
Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di
perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Price &
Wilson, 2016).

f. Pemeriksaan Diagnosis
• Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa
diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.
• Pemeriksaan angiogram, dilakukan karena diduga terjadi penurunan
aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
• Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP, psikiatrik.
• Pemeriksaan tambahan : EEG, EMG, EKG, laboratorium, radiologik.
• Pemeriksaan fisik : mata, alat keseimbangan tubuh, neurologik,
otologik, pemeriksaan fisik umum (Kang 2014).

g. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan medis.
Terapi secara medis menurut Kang (2014), terdiri dari :
• Terapi kausal
• Terapi simtomatik
• Terapi rehabilitatif
• Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala vertigo
• Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
• Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
• Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke
kanan.
• Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari
tempat tidur.
• Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
• Gerakkan kepala secara hati-hati.

h. Prognosis
Vertigo perifer seperti BPPV memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan vertigo sentral karena merupakan penyakit yang sebagian
besar dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, vertigo kronis yang dapat
mengganggu kualitas hidup masih dapat terjadi. Pada BPPV, faktor
prognostik yang meningkatkan angka kekambuhan adalah jenis kelamin
(wanita) dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan.

i. Komplikasi
• Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan
keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga
pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
• Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.

2. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, seperti meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara
individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi
dan tinggal dalam satu rumah.

b. Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Friedman (2010) tugas perkembangan keluarga dibagi menjadi 8
tahapan, yaitu :
• Tahap I (pasangan baru / keluarga baru / beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membentuk keluarga baru. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini antara lain :
• Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
• Menetapkan tujuan bersama.
• Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial.
• Merencanakan anak (KB).
• Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
• Tahap II (keluarga dengan kelahiran anak pertama / child bearing
family)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah
salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran
anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang
permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan).Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain :
• Persiapan menjadi orang tua.
• Membagi peran dan tanggung jawab.
• Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangan.
• Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
• Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
• Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
• Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
• Tahap III (keluarga dengan anak pra sekolah / families with preschool)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.
Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan
posisi pasangan suami ayah, istri ibu, saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
• Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
• Membantu anak untuk bersosialisasi.
• Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
• Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
• Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling
repot).
• Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
• Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
• Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah / families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak
memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas
dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah sebagai berikut :
• Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
• Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
• Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
• Menyediakan aktifitas untuk anak.
• Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
• Tahap V ( keluarga dengan anak remaja / families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah.
Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melongarkan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
antara lain sebagai berikut :
• Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
• Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
• Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
• Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
• Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
• Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
• Mempertahankan keintiman pasangan.
• Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
• Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak.
• Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
• Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.
• Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
• Tahap VII ( keluarga usia pertengahan / middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan
sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan
gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan
rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini atara lain adalah :
• Mempertahankan kesehatan.
• Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
• Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
• Keakraban dengan pasangan.
• Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
• Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
• Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan
pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lainnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah :
• Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
• Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
• Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
• Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
• Melakukan life review.
• Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.

c. Pola dan Proses Komunikasi Keluarga


Komunikasi merupakan suatu proses dimana di dalamnya terdapat
pertukaran antara perasaan, kebutuhan, keinginan, dan opini, serta
digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari apa isi yang harus dibawa
oleh penerima dan pengirim informasi saat bertemu, apa maksud pengirim
informasi saat berkomunikasi, apa yang diharapkan oleh penerima
informasi, bagaimana pengirim informasi dapat memberikan pesan
sehingga penerima informasi dapat menerima dengan jelas serta dampak
yang ditimbulkan dari proses pengiriman dan penerimaan informasi.
tersebut (Friedman, 2010). Untuk dapat menyampaikan dan menerima
pesan yang jelas, komunikasi tidak hanya dapat dilakukan melalui tulisan,
tapi juga melalui perilaku. Bentuk komunikasi terbagi menjadi komunikasi
verbal, nonverbal, dan abstrak (Wong, 2010).
Komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, yang bersifat
transaksional, yang bertujuan untuk menciptakan dan mengungkapkan
pengertian dalam keluarga, yang mempunyai ciri dan perbedaan di tiap-
tiap keluarga. Setiap keluarga, mempunyai pola komunikasi yang berbeda,
yang mempengaruhi perkembangan setiap anggota keluarga (Friedman,
2010). Komunikasi diperlukan di dalam suatu keluarga agar antar anggota
keluarga dapat saling berinteraksi dan dapat menyampaikan pesan tanpa
adanya kesalahpahaman. Jenis pola komunikasi keluarga menurut
(Friedman, 2010) , antara lain:
• Komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dalam keluarga dipandang sebagai
kunci untuk menjadikan sebuah keluarga menjadi berhasil dan sehat.
Proses komunikasi fungsional berisi pesan yang jelas yang dikirim
oleh pengirim informasi dan diterima dengan jelas oleh penerima
informasi. Karakteristik pola komunikasi fungsional terdiri dari:
• Komunikasi emosional
Komunikasi ini berkaitan dengan ekspresi berbagai emosi
atau perasaan, yang dicontohkan dengan keluarga yang dapat
mengutarakan isi hati secara penuh. Dalam keluarga dengan pola
komunikasi fungsional, emosi masing-masing anggota keluarga
akan terlihat saat mereka berkomunikasi.
• Area-area terbuka dari komunikasi dan membuka diri
Dalam hal ini komunikasi memerlukan suatu keterbukaan
nilai, rasa saling menghormati dan membuka diri antar anggota
keluarga, dengan menyediakan waktu untuk berinteraksi.
• Hirarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga
Sistem keluarga tergantung dari hirarki kekuatan dimana
komunikasi yang mengandung “komando atau perintah” secara
umum mengalir ke bawah dalam jaringan komunikasi keluarga.
Dalam suatu keluarga terdapat hirarki kekuasaan dimana
komunikasi yang ada mengandung perintah dari pihak yang
berkuasa seperti orangtua Konflik keluarga dan resolusi keluarga.
Pada pola komunikasi keluarga disfungsional, konflik yang terjadi
pada keluarga dapat diselesaikan dengan cara terbuka.
• Komunikasi disfungsional
Komunikasi disfungsional didefinisikan sebagai pengiriman
dan penerimaan isi pesan serta perintah dari pesan yang tidak jelas atau
tidak langsung. Proses yang disfungsional biasanya tidak jelas, dan
maksud dari komunikasi tersebut pun tidak jelas atau tersembunyi. Ciri
komunikasi disfungsional, antara lain:
• Sindrom mengabaikan diri
Seseorang biasanya tidak mendengar pendapat orang lain
dan tetap berpegang kepada pendapatnya sendiri sehingga dapat
terjadi komunikasi disfungsional.
• Ketidakmampuan berfokus pada satu isu.
Dalam hal ini, keluarga hanya membahas masalah yang
satu dengan masalah yang lain dan tidak ada upaya untuk
menyelesaikan.
• Area komunikasi tertutup
Keluarga yang kurang fungsional sering memperlihatkan
area komunikasi yang lebih tertutup. Terdapat aturan yang
melarang untuk membahas suatu topik yang tidak disetujui dalam
keluarga, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Masing-masing dari pola komunikasi keluarga yang diuraikan di


atas, dapat memberikan situasi serta kondisi yang berbeda dalam
lingkungan untuk perkembangan remaja. Pola komunikasi dibutuhkan
dalam keluarga agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh anggota
keluarga lain (Friedman, 2010). Kahasana (2018) menyebutkan, pola
komunikasi dapat mengarahkan perilaku remaja menjadi positif, maupun
negatif.

• Struktur Peran Keluarga.


Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Menurut Friedman (2010) peran keluarga
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu struktur peran bersifat formal
dan informal. Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam
struktur peran keluarga (ayah, ibu, anak, dll) yang terkait dengan masing-
masing posisi keluarga formal. Peran informal bersifat implisit, sering kali
tidak tampak pada permukaannya, diharapkan memenuhi kebutuhan
emosional anggota keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga.
Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga. Posisi/status adalah posisi
individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami. Peranan
individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
• Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari
anggota masyarakat dari lingkungannya.
• Peran ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
• Peran anak
Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.
• Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5
yaitu:
1. Fungsi afektif (the affective function) yaitu fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir.
Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tinkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (the reproduction function) yaitu fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function) yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.

1. Stress dan Koping Keluarga


Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi
keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi,
ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat.
Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses
yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi
keluarga yang diperlukan. Menurut (Eldeman dalam Ginintasasi Rahayu,
2010) beberapa strategi koping keluarga antara lain :
• Menjauhkan
Merupakan aturan utama bagi orangtua ketika menghadapi
pertengkaran anak-anak. Orang tua mudah sekali terjebak dalam
perselisihan dan bertindak sebagai hakim atau penengah, akan tetapi
peran seperti itu akan menghalangi tujuan mendasarnya, karena
banyak pertengkaran seperti ini bertujuan menaruh perhatian orang
tua, maka bertindak sebagai mediator diantara mereka. Orang tua bisa
berperan aktif mengajari anak-anak mengatasi konflik mereka sendiri.
Berikut ini peran orang tua untuk membantu :
• Temukan pemicu penyebab pertengkaran.
• Membuat suasana yang menyenangkan.
• Memahami kemarahan mereka.
• Menekankan ketulusan diantara anak-anak
• Mencontohkan sikap yang baik.
• Mengatasi perselisihan dengan adil
• Pertemuan semua anggota keluarga bisa membantu

3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu-individu sebagai keluarga. Tahapan dari proses
keperawatan keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penilaian. (Padila, 2012).
Tahapan asuhan keperawatan keluarga meliputi :
a. Pengkajian
Pengkajian keluarga terdiri dari 6 kategori yang luas, yaitu:
mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress koping dan adapasi keluarga.
• Identifikasi Data
Pengkajian data umum keluarga menurut Andarmoyo (2012), meliputi:
• Nama kepala keluarga (KK)
• Alamat dan telepon
• Pekerjaan dan pendidikan (KK)
• Komposisi keluarga
• Genogram
• Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
• Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
• Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan
• Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhankebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-banrang yang dimiliki oleh
keluarga.
• Aktivitas dan reaksi keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas reaksi.
• Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
• Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
• Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum terpenuhi.
• Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, di
jelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
• Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri. (Andarmoyo, 2012).
• Data lingkungan
• Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
• Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
• Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
berpindah tempat.
• Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga interaksinya dengan masyarakat.
• Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat
• Struktur Keluarga
• Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
• Struktur Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku
• Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal
• Nilai atau Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,
yang berhubungan dengan kesehatan.
• Fungsi Keluarga
• Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya.
• Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya, dan pelaku.
• Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas yang terdapat di
lingkungan setempat.
• Fungsi Ekonomi
Fungsi mengenai pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan
melalui keefektifan sumber dana keluarga.
• Pemenuhan Tugas Keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga
dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
• Stres dan koping keluarga
• Stresor Jangka Pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari enam bulan
• Stresor Jangka Panjang
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan
• Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
• Strategi Koping Yang Digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stres
• Strategi Adaptasi Disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik yang di klinik.
• Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan
aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan
dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan, yaitu:
• Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
• Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
• Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Adapun diagnosa keperawatan keluarga dalam penyakit vertigo adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan
2. Perilaku cenderung berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
mengenal masalah kesehatan pemilihan gaya hidup yang tidak sehat
3. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
4. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
5. Kesiapan peningkatan koping keluarga ditandai dengan keinginan dan
kesiapan meningkatkan kesehatan keluarga
6. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan ditandai dengan
keinginan dalam meningkatkan kesehatan keluarga

Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya


(2010) sebagai berikut :
NO Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3
1
Ancaman kesehatan 2
-Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolkan masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2
1
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :


• Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
• Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor𝑦𝑎𝑛g𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
x Bobot
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡i𝑛ggi

• Jumlahkan skor untuk semua kriteria skor tertinggi adalah 5.


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
2. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau
kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah
tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya
masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
3. Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :
• Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah
• Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk
fisik, keuangan atau tenaga
• Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk
pengetahuan, ketrampilan, dan waktu
• Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial
masyarakat
4. Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :
• Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit
atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah
masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut makin
sedikit kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga
makin kecil potensi masalah yang akan timbul
• Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu
terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah
mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bisa
dicegah
• Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau
kelompok yang peka atau rawan, hal ini menambah masalah
bisa dicegah
5. Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan
menilai masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya
masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam
memeberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor tinggi.

1. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil tindakan yang diharapkan dari tiap tindakan keperawatan
yang dilakukan (Lynda, 2010).
• Menentukan tujuan yang realistis sesuai dengan keadaan keluarga.
• Menentuka kriteria dan standar untuk proses evaluasi.
• Merencanakan tindakan keperawatan sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas, tindakan :
berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan dengan kunjungan 4 1. Identifikasi saat tingkat
ketidakmampuan kali diharapkan ansietas berubah
keluarga dalam tingkat ansietas 2. Identifikasi kemmapuan
mengenal menurun dengan mengambil keputusan
masalah kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda
kesehatan 1. verbalisasi ansietas
kebingungan Terapeutik
menurun 1. Ciptakan suasana
2. verbalisasi terapeutik
khawatir akibat 2. Pahami situasi yang
kondisi yang membuat ansietas
dihadapi menurun 3. Motivasi mengidentifikasi
3. perilaku gelisah situasi yang memicu
menurun kecemasan
4. keluhan pusing Edukasi
menurun 1. Informasikan secara
5. pola tidur factual mengenai penyakit
membaik yang dialami
2. Latih teknik relaksasi

2. Perilaku Setelah dilakukan Promosi perilaku upaya


kesehtaan asuhan keperawatan kesehatan
dengan kunjungan 4 Observasi :
cenderung
kali diharapkan 1. Identifikasi perilaku
berisiko perilaku kesehatan upaya kesehatan yang
berhubungan membaik dengan dapat ditingkatkan
kriteria hasil: Terapeutik
dengan
1. Status kesehatan 1. Berikan lingkungan yang
ketidakmampuan meningkat mendukung kesehatan
mengenal 2. Kemampuan 2. Orientasi pelayanan
melakukan kesehatan yang dapat
masalah
pencegahan dimanfaatkan
kesehatan masalah kesehatan Edukasi :
pemilihan gaya meningkat. a. Anjurkan menggunakan
hidup yang tidak air bersih
b. Anjurkan mencuci
sehat tangan dengan air dan
sabun
1. Anjrkan menggunakan
jamban sehat
2. Anjurkan makan sayur
dan buah setiap hari
3. Anjurkan tidak merukok
di dalma rumah

3. Penurunan Setelah dilakukan Promosi koping


koping keluarga asuhan keperawatan Observasi :
berhubungan dengan kunjungan 4 1. Identifikasi kegiatan
dengan kali diharapkan Status jangka pendek dan
ketidakmampuan koping keluarga panjang sesuai tujuan
keluarga dalam membaik dengan 2. Identifikasi
mengenal kriteria hasil: kemampuan yang
masalah 1. Keterpaparan dimiliki
kesehatan informasi 3. Identifikasi
meningkat pemahaman proses
2. Kemampuan penyakit
memenuhi Terapeutik :
kebutuhan a. Diskusi perubahan
anggota peran yang dialami
keluarga b. Gunakan pendekatan
menurun yang tenang dan
3. Komitmen pada meyakitkan
perawatan/pengo
batan menurun

4. Manajemen Setelah dilakukan Dukungan koping keluarga


kesehatan asuhan keperawatan Observasi :
keluarga tidak dengan kunjungan 4 a. Identifikasi respons
efektif kali diharapkan emosional terhadap
berhubungan manajemen kondisi saat ini
dengan kesehatan keluarga b. Indentifikasi
ketidakmampuan meningkat dengan pemahaman tentang
keluarga dalam kriteria hasil: keputusan perawatan
merawat anggota 1. aktivitas keluarga setelah pulang
keluarga mengatasi masalah c. Identifikasi kesesuaian
kesehatantepat antara harapan pasien,
2. tindakan untuk keluarga, dan tenaga
mengurangi factor kesehatan
risiko meningkat Terapeutik :
1. Dengarkan masalah,
3. gejala penyakit perasaan, dan
anggota keluarga pertanyaan keluarga
menurun 1. Diskusi rencana medis
dan perawatan
2. Fasilitasi
pengungkapan
perasaan antara pasien
dan keluarga atau antar
anggota keluarga
3. Fasilitasi pemenuhan
kebutuhan dasar
keluarga ( misal
tempat tinggal,
makanan, pakaian)
4. Bersikap sebagai
pengganti keluarga
untuk menenangkan
pasien dan atau jika
keluarga tidak dapat
memberikan
perawatan
5. Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang
digunakan
Edukasi :
1. Informasikan
kemajuan pasien
secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan
yang berkala

5. Kesiapan Setelah dilakukan Pelibatan keluarga


peningkatan asuhan keperawatan Observasi :
koping keluarga dengan kunjungan 4 1. Identifikasi kesiapan
ditandai dengan kali diharapkan status keluarga untuk terlibat
keinginan dan koping keluarga dalam perawatan
kesiapan membaik dengan Terapeutik :
meningkatkan kriteria hasil: 1. Ciptakan hubungan
kesehatan 1. Keterpaparan terapeutik pasien
keluarga informasi dengan keluarga
meningkat dalam perawatan
1. Kemampuan 1. Diskusi cara
memenuhi perawatan di rumah
kebutuhan 2. Motivasi keluarga
anggota keluarga mengembangkan
menurun aspek positifrencana
2. Komitmen pada perawatan
perawatan/pengob 3. Fasilitasi keluarga
atan menurun membuat keputusan
perawatan
Edukasi :
1. Jelaskan kondisi
pasien kepada
keluarga
2. Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
3. Informasikan harapan
pasien kepada
keluarga
4. Anjurkan keluarga
bersikap asertif dalam
perawatan
5. Anjurkan keluarga
terlibat dalam
perawatan

6. Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan, tindakan:


peningkatan asuhan keperawatan Observasi
manajemen dengan kunjungan 4 2. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan kali diharapkan kemampuan menerima
ditandai dengan manajemen informasi
keinginan dalam kesehatan keluarga 3. Identifikasi faktor yang
meningkatkan meningkat dengan dapat mempengaruhi
kesehatan kriteria hasil: perilaku PHBS
keluarga 1. aktivitas keluarga Terapeutik
mengatasi 2. Sediakan materi dan media
masalah kesehatan pendidikan kesehatan
tepat 3. Jadwalkan pendidikan
2. tindakan untuk kesehatan sesuai
mengurangi factor kesepakatan
risiko meningkat 4. Berikan kesempatan
3. gejala penyakit bertanya
anggota keluarga Edukasi
menurun 1. Jelaskan faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan PHBS
3. Ajarkan strategi untuk
meningkatkan PHBS

2. Implementasi Keperawatan
Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya
adalah pelaksanaan suatu pengelolaan dan perawatan diri dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun, kegagalan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah (Lynda, 2010).
• Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan tentang penyakit vertigo
• Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
• Tidak mau menghadapi situasi
• Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang
melekat
• Adat istiadat

3. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan dalam menentukan suatu keberhasilan sejauh mana tujuan
tercapai (Lynda, 2010). Keluarga dapat menjelaskan kembali mengenai
pengertian, penyebab, gejala dari vertigo.
• Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang akibat vertigo dan
keputusan keluarga tentang vertigo
• Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
proses penyembuhan dan cara perawatan vertigo.
• Keluarga dapat melakukan upaya pencegahan vertigo dan
mendemonstrasikan kembali cara perawatan vertigo.
• Keluarga dapat menggunakan tempat kesehatan yang tepat untuk
mengatasi vertigo setelah beberapa kali kunjungan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional :
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Misalkan : Keluarga mengatakan
sudah memahami penyakit vertigo seperti apa.
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervene keperawatan. Misalkan : tingkat kekambuhan vertigo
menurun dari 1 bulan kunjungan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan
terkait dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat dari respon
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

2. Perilaku cenderung berisiko pada keluarga Tn. M berhubungan dengan ketid-

akmampuan mengenal masalah kesehatan dengan pemilihan gaya hidup yang tidak

sehat

3. Penurunan koping keluarga Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam mengenal masalah kesehatan

4. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan ditandai dengan keinginan dalam

meningkatkan kesehatan keluarga


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Manajemen Setelah dilakukan asuhan Dukungan keluarga
kesehatan keperawatan dengan merencanakan perawatan
keluarga kunjungan 4 kali diharapkan dengan tindakan:
tidak efektif manajemen kesehatan 1.Identifikasi kebutuhan
berhubungan keluarga meningkat dengan dan harapan keluarga
dengan criteria hasil: tentang kesehatan
ketidakmam a.Aktivitas keluarga mengatasi 2.Identifikasi tidakan
puan masalah kesehatan tepat yang dapat dilakukan
keluarga b.Tindakan untuk mengurangi keluarga
merawat factor risiko meningkat 3.Ciptakan perubahan
anggota c.Gejala penyakit anggota lingkungan rumah secara
keluarga keluarga menurun optimal
4.Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada
5.Anjurkan untuk cek
kesehatan tiap satu atau
tiga bulan sekali
6.Ajarkan cara perawatan
yang bisa dilakukan
keluarga dengan vertigo
2 Perilaku Setelah dilakukan asuhan Promosi perilaku upaya
cenderung keperawatan dengan kesehatan dengan
berisiko kunjungan 4 kali diharapkan tindakan :
berhubungan perilaku kesehatan membaik 1.Identifikasi perilaku
dengan dengan criteria hasil: upaya kesehatan yang
ketidakmam a.Kemampuan melakukan dapat ditingkatkan
puan tindakan pencegahan masalah 2.Anjurkan mencuci
mengenal kesehatan meningkat tangan dengan air bersih
masalah b.Kemampuan peningkatan dan sabun
kesehatan kesehatan meningkat 3.Ajarkan cara mencuci
dengan tangan yang baik dan
pemilihan benar
gaya hidup 4.Anjurkan tidak
yang tidak merokok di dalam rumah
sehat 5.Anjurkan menkonsumsi
air putih minimal 8 gelas
sehari
6.Anjurkan meningkatkan
konsumsi makan dengan
gizi seimbang
3 Penurunan Setelah dilakukan asuhan Promosi Koping, dengan
koping keperawatan dengan tindakan:
keluarga Tn. kunjungan 4 kali diharapkan 1.Identifikasi kegiatan
M Status koping keluarga jangka pendek dan
berhubungan membaik dengan kriteria hasil: panjang sesuai tujuan
dengan 1.Keterpaparan informasi 2.Identifikasi kemampuan
ketidakmam meningkat yang dimiliki
puan 2.Kemampuan memenuhi 3.Identifikasi pemahaman
keluarga kebutuhan anggota keluarga proses penyakit
dalam menurun 4.Diskusi perubahan
mengenal 3.Komitmen pada peran yang dialami
masalah perawatan/pengobatan 5.Gunakan pendekatan
kesehatan menurun yang tenang dan
meyakitkan
6.Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
7. Latih teknik relaksasi
4 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan Edukasi kesehatan,
peningkatan keperawatan dengan dengan tindakan:
manajemen kunjungan 4 kali diharapkan 1.Identifikasi kesiapan
kesehatan manajemen kesehatan dan kemampuan
pada meningkat dengan criteria menerima informasi
keluarga Tn. hasil: 2.Sediakan materi
M a.Keluarga mampu melakukan pendidikan kesehatan
berhubungan tindakan untuk mengurangi (relaksasi nafas dalam,
dengan factor risiko pengaturan posisi, dan
kemauan b.Mampu merawat anggota PHBS dimasa pandemi)
keluarga keluarga yang sakit 3.Berikan kesempatan
mengenal untuk bertanya
masalah 4.Ajarkan perilaku hidup
kesehatan bersih dan sehat
ditandai 5.Ajarkan relaksasi nafas
dengan dalam pengaturan posisi
pengungkapa
n minat dan
ingin
menerima
informasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal : 19 July 2021
Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Manajemen 08.00 1.Mengidentifikasi kebutuhan S: Nn.A mengatakan
kesehatan – dan harapan keluarga tentang tidak paham kenapa
keluarga 09.20 kesehatan akhir akhir ini sering
tidak efektif 2.Mengidentifikasi tidakan yang pusing
dapat dilakukan keluarga Tn.J mengatakan
3.Menciptakan perubahan belum tahu cara
lingkungan rumah secara merawat anaknya
optimal Ny.M mengatakan
4.Menganjurkan menggunakan tidak pernah
fasilitas kesehatan yang ada menggunakan BPJS,
5.Menganjurkan untuk cek dikarenakan
kesehatan tiap satu atau tiga penunggakan 6 bulan
bulan sekali O : Tn.J Tampak
6.Mengajarkan cara perawatan belum ada usaha untuk
yang bisa dilakukan keluarga mencari solusi
dengan vertigo kesehatan anaknya
Terdapat ventilasi di
rumah keluarga tn.J
tetapi tidak dibuka
Sumur berada di dekat
saluran pembuangan
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 2,3,4,5 dan 6

Perilaku 08.00 1.Mengidentifikasi perilaku S:


cenderung – upaya kesehatan yang dapat Nn.A mengatakan
berisiko 09.20 ditingkatkan setiap bangun
2.Menganjurkan mencuci langsung berdiri
tangan dengan air bersih dan Sdr.D mengatakan
sabun belum mencoba makan
3.Mengajarkan cara mencuci makanan rumah
tangan yang baik dan benar Tn. J mengatakan
4.Menganjurkan tidak merokok belum menghilangkan
di dalam rumah kebiasaan merokoknya
5.Menganjurkan menkonsumsi O:
air putih minimal 8 gelas sehari Tn.J tampak masih
6.Menganjurkan meningkatkan merokok di rumah
konsumsi makan dengan gizi Sdr. D tampak kurang
seimbang peduli terhadap
kesehatan nya
Nn. A tampak
meringis kesakitan jika
kambuh
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1, 4,5,6
Penurunan 08.00 1.Mengidentifikasi kegiatan S:
koping – jangka pendek dan panjang Nn.A mengatakan
keluarga Tn. 09.20 sesuai tujuan khawatir jika aktivitas
J 2.Mengidentifikasi kemampuan dan kuliahnya
yang dimiliki terganggu dan menjadi
3.Mengidentifikasi pemahaman beban
proses penyakit Anggota keluarga yg
4.Mendiskusikan perubahan lain tidak tahu cara
peran yang dialami untuk mengatasi Nn.A
5.Menggunakan pendekatan jika sedang kambuh
yang tenang dan meyakitkan O:
6.Menganjurkan Tampak komunikasi
mengungkapkan perasaan dan Tn.J dengan anaknya
persepsi kurang dikarenakan
7.Melatih teknik relaksasi sibuk bekerja
Tn.J seringkali
mengabaikan keluhan
Nn.A
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1,2, 3, 7
Kesiapan 08.00 1.Mengidentifikasi kesiapan dan S:
peningkatan – kemampuan menerima Tn. J mengatakan
manajemen 09.20 informasi ingin lebih tau tentang
kesehatan 2.Menyediakan materi cara penanganan
pada pendidikan kesehatan (relaksasi vertigo dan perawatan
keluarga Tn. nafas dalam, pengaturan posisi, nya untuk mencegah
J dan PHBS dimasa pandemi) kekambuhan
3.Memberikan kesempatan Nn. A ingin mendapat
untuk bertanya solusi dari kesehatan
4.Mengajarkan perilaku hidup nya
bersih dan sehat O:
5.Mengajarkan relaksasi nafas Nn.A tampak antusias
dalam pengaturan posisi jika membahas
penyakitnya
Tn. J tampak ingin
mengurangi kebiasan
merokoknya

A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 2,3, 4, dan 5
Tanggal : 20 July 2021

Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Manajemen 08.00 1.Mengidentifikasi tidakan S:
kesehatan – yang dapat dilakukan Nn.A mengatakan sudah
keluarga tidak 09.20 keluarga lumayan paham kenapa
efektif 2.Menciptakan perubahan akhir akhir ini sering
lingkungan rumah secara pusing
optimal Tn.J mengatakan sudah
3.Menganjurkan tahu cara merawat
menggunakan fasilitas anaknya
kesehatan yang ada Ny.M mengatakan jika
4.Menganjurkan untuk cek memiliki rejeki akan
kesehatan tiap satu atau tiga mengaktifkan bpjs nya
bulan sekali kembali agar sekeluarga
5.Mengajarkan cara bisa check kesehatan
perawatan yang bisa rutin
dilakukan keluarga dengan O : Tn.J Tampak ada
vertigo usaha untuk mencari
solusi kesehatan
anaknya
Ventilasi di rumah
keluarga Tn.J sudah
dibuka
Sumur masih berada di
dekat saluran
pembuangan
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-5

Perilaku 08.00 1.Mengidentifikasi perilaku S:


cenderung – upaya kesehatan yang dapat Nn.A mengatakan setiap
berisiko 09.20 ditingkatkan bangun sekarang
2.Menganjurkan tidak berdiam diri dulu
merokok di dalam rumah setelah itu berdiri
3.Menganjurkan Sdr.D mengatakan akan
menkonsumsi air putih mencoba sedikit demi
minimal 8 gelas sehari sedikit makan makanan
4..Menganjurkan rumah
meningkatkan konsumsi Tn. J mengatakan belum
makan dengan gizi menghilangkan
seimbang kebiasaan merokoknya
namun merokok di luar
rumah
O:
Tn.J tampak masih
merokok di luar rumah
Sdr. D tampak kurang
peduli terhadap
kesehatan nya
Nn. A tampak meringis
kesakitan jika kambuh
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-4
Penurunan 08.00 1.Mengidentifikasi kegiatan S:
koping keluarga – jangka pendek dan panjang Nn.A mengatakan
Tn. J 09.20 sesuai tujuan kedepan nya akan lebih
2.Mengidentifikasi berpikir positive dan
kemampuan yang dimiliki fokus kepada
3.Mengidentifikasi pendidikan nya dan
pemahaman proses tidak terlalu
penyakit menghawatirkan
4.Melatih teknik relaksasi penyakitnya
Anggota keluarga yg
lain sudah sedikit
paham tentang cara
untuk mengatasi Nn.A
jika sedang kambuh
O:
Tampak komunikasi
Tn.J dengan anaknya
sedikit membaik
Tn.J sudah tampak
perduli tentang penyakit
Nn.A
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1,-4
Kesiapan 08.00 1.Menyediakan materi S:
peningkatan – pendidikan kesehatan Tn. J mengatakan sudah
manajemen 09.20 (relaksasi nafas dalam, tau tentang cara
kesehatan pada pengaturan posisi, dan penanganan vertigo dan
keluarga Tn. J PHBS dimasa pandemi) perawatan nya untuk
2.Memberikan kesempatan mencegah kekambuhan
untuk bertanya Nn. A mengatakan
3.Mengajarkan perilaku sudah mengetahui solusi
hidup bersih dan sehat dari kesehatan nya
4.Mengajarkan relaksasi O:
nafas dalam pengaturan Nn.A tampak antusias
posisi jika membahas
penyakitnya
Tn. J tampak ingin
mengurangi kebiasan
merokoknya

A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-4

Tanggal 21 July 2021


Diagnosa Pukul Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Manajemen 08.00 1.Menciptakan perubahan S:
kesehatan – lingkungan rumah secara Nn.A mengatakan sudah
keluarga 09.20 optimal lumayan paham kenapa
tidak efektif 2.Menganjurkan akhir akhir ini sering
menggunakan fasilitas pusing
kesehatan yang ada Tn.J mengatakan sudah
3.Menganjurkan untuk cek tahu cara merawat anaknya
kesehatan tiap satu atau tiga Ny.M mengatakan jika
bulan sekali memiliki rejeki akan
4.Mengajarkan cara mengaktifkan bpjs nya
perawatan yang bisa kembali agar sekeluarga
dilakukan keluarga dengan bisa check kesehatan rutin
vertigo O : Tn.J Tampak ada usaha
untuk mencari solusi
kesehatan anaknya
Ventilasi di rumah
keluarga Tn.J sudah dibuka
Sumur masih berada di
dekat saluran pembuangan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-5
Perilaku 08.00 1.Mengidentifikasi perilaku S:
cenderung – upaya kesehatan yang dapat Nn.A mengatakan setiap
berisiko 09.20 ditingkatkan bangun sekarang berdiam
2.Menganjurkan tidak diri dulu setelah itu berdiri
merokok di dalam rumah Sdr.D mengatakan
3.Menganjurkan sekarang lebih sering
menkonsumsi air putih makan makanan rumah
minimal 8 gelas sehari Tn. J mengatakan
4..Menganjurkan mengurangi jadwal
meningkatkan konsumsi rokoknya dari sehari habis
makan dengan gizi 2-3 kotak menjadi 1 dan
seimbang merokok di luar rumah
O:
Tn.J tampak masih
merokok di luar rumah
Sdr. D tampakpeduli
terhadap kesehatan nya
Nn. A tampak tenang
karena sudah mengetahui
cara agar penyakitnya tida
sering kambuh
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-4
Penurunan 08.00 1.Mengidentifikasi kegiatan S:
koping – jangka pendek dan panjang Nn.A mengatakan kedepan
keluarga Tn. 09.20 sesuai tujuan nya akan lebih berpikir
J 2.Mengidentifikasi positive dan fokus kepada
kemampuan yang dimiliki pendidikan nya dan tidak
3.Mengidentifikasi terlalu menghawatirkan
pemahaman proses penyakitnya
penyakit Anggota keluarga yg lain
4.Melatih teknik relaksasi sudah lebih paham tentang
cara untuk mengatasi Nn.A
jika sedang kambuh
O:
Tampak komunikasi Tn.J
dengan anaknya sudah
lebih terbuka dan sering
bercanda
Tn.J sudah tampak perduli
tentang penyakit Nn.A
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1,3
Kesiapan 08.00 1.Menyediakan materi S:
peningkatan – pendidikan kesehatan Tn. J mengatakan sudah
manajemen 09.20 (relaksasi nafas dalam, tau tentang cara
kesehatan pengaturan posisi, dan penanganan vertigo dan
pada PHBS dimasa pandemi) perawatan nya untuk
keluarga Tn. 2.Memberikan kesempatan mencegah kekambuhan
J untuk bertanya Nn. A mengatakan sudah
3.Mengajarkan perilaku mengetahui dan paham
hidup bersih dan sehat solusi dari kesehatan nya
4.Mengajarkan relaksasi O:
nafas dalam pengaturan Nn.A tampak antusias jika
posisi membahas penyakitnya
Tn. J tampak sudah
mencoba mengurangi
kebiasan merokoknya

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
nomor 1-3
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Friedman,M.M.2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga Riset, Teori Dan


Praktek..Jakarta:EGC.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga (S. Riyadi, Ed.) (Pertama).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joesoef, A. 2016. Neuro-Otologi Klinis Vertigo. Surabaya: Airlangga University


Press.

Kang. L. S., 2014. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, No. 144, Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran

Labuguen, R.H., 2016. Initial Evaluation of Vertigo. Journal American Family


Physician January 15, Volume 73, Number 2.

Lumbantobing, S.M. 2013. Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran UI.

Mardjono, Mahar. 2018. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

Marril K.A, 2012. Central Vertigo. WebMD LLC. Diakses pada 13 September
2020 melalui dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-
clinical#a0217

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2016. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses


penyakit.Vol. Jakarta: EGC.

Sherwood, L., 2010. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G., 2012. Buku ajar keperawatan medical-bedah
Brunner & Suddarth,vol:3, Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Wong, D. 2010. Buku Ajar Keperawtan Pediatrik, Alih Bahasa Sunarno, Agus,
dkk. Edisi 6 Vulume 1. Jakarta: EGC
Lampiran 1. Media saat intervensi dengan leaflet

PENYEBAB CARA MERINGANKAN


a. Infeksi virus VERTIGO
seperti influenza
yang menyerang area a. Ambil posisi duduk.
labirin b. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan
b. Infeksi bakteri di badan ke posisi kanan, kemudian
telinga bagian tengah balik posisi duduk.
c. Radang sendi di c. Arahkan kepala ke kanan lalu
daerah leher jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-
Nama : Siska Putri Ayu d. Serangan migren masing gerakan.
NIM : 202006063 e. Sirkulasi darah d. Lamanya sekitar satu menit, dapat
PROGRAM STUDI yang terlalu sedikit dilakukan berulang kali.
PENDIDIKAN sehingga e. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri
PROFESI NERS menyebabkan aliran kanan, makin lama makin bertambah
STIKES KARYA HUSADA darah ke pusat
KEDIRI keseimbangan otak
menurun
TANDAf. DAN GEJALA
Mabuk kendaran
g. Alkohol dan obat-
a.obatan
Tempattertentu
berpijak
terasa berputar atau
VERTIGO bergerak-gerak
Vertigo adalah perasaan seolah- b. Mual
olah penderita bergerak atau c. Muntah
berputar, atau seolah-olah benda d. Sulit berdiri atau
di sekitar penderita bergerak atau berjalan
berputar, yang biasanya disertai e. Sensasi kepala
dengan mual dan kehilangan terasa ringan
keseimbangan. (Sherwood,2010) f. Tak dapat
memfokuskan
pandangan
TERIMA KASIH SEHAT
SELALU
FAKTOR YG CARA BERHENTI
MEMPENGARUHI MEROKOK
1. Tekanan teman sebaya (Pengaruh
lingkungan ) 1. Mengelola Stres
2. Berteman dengan kalangan 2. Menghindari pemicu kebiasaan
perokok merokok
3.Status sosial ekonomi rendah 3. Mengkonsumsi makanan sehat
Nama : Siska Putri Ayu
4. Mempunyai orang tua perokok 4.Berolahraga secara rutin
NIM : 202006063
PROGRAM STUDI 5. Kurang pengetahuan mengenai 5. Membersihkan rumah secara
PENDIDIKAN
bahaya merokok berkala
PROFESI NERS
STIKES KARYA HUSADA 6.Melibatkan keluarga dan teman
KEDIRI
dekat
BAHAYA MEROKOK
7. Mencoba terapi pengganti
1. Gangguan Kardiovaskuler : nikotin
BAHAYA Penyakit Jantung & Stroke
MEROKOK 2. Kerusakan Stroke :
Merokok adalah menghisao
Stroke,Pikun
bahan-bahan yang berbahaya
bagi tubuh (Prasetya,2016) 3. Penyakit mulut dan
Kandungan rokok menyebabkan
tenggorokan : infeksi pada
penyakit di mulut yaitu infeksi
pada gusi,infeksi faring, infeksi gusi,infeksi faring
bronkus, kanker paru (Aula,
4. Penyakit paru – paru : TERIMA KASIH SEHAT
2015)
Bronkitis,PPOK, Emfisema SELALU
Lampiran 2. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul / Pokok Bahasan : Vertigo


Sub Judul / Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Vertigo
2. Penyebab Vertigo
3. Gejala Vertigo
4. Pencegahan Vertigo
5. Cara Mengatasi Vertigo
Waktu : 1 x 15 menit
Sasaran : Keluarga Tn. M

1. Tujuan Penyuluhan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 15 menit klien dan keluarga dapat


memehami tentang Vertigo.
2. Tujuan Penyuluhan Khusus
a. Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga dapat menyebutkan
pengertian vertigo dan penyebabnya dengan benar menurut bahasa sendiri.

b. Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga dapat menjelaskan


gejala vertigo dengan benar minimal 2 poin.

c. Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga dapat menyebutkan


pencegahan vertigo dengan benar.

d. Setelah diberikan penyuluhan, klien dan keluarga dapat menjelaskan lati-


han cara mengatasi vertigo.

3. Materi
a. Pengertian Vertigo

b. Penyebab Vertigo

c. Gejala Vertigo

d. Pencegahan Vertigo

e. Cara Mengatasi Vertigo


4. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Tahapan Jenis Kegiatan


Penyebab Klien
1 1 Menit Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
2 2 Menit Persamaan persepsi dan Menjelaskan tujuan Menyimak
menjelaskan kegiatan yg
akan dilakukan
3 8 Menit Kegiatan inti Pembacaan materi Memperhatikan
4 2,5 Menit Evaluasi Bertanya hasil Menjawab
penjelasan materi
5 1,5 Menit Penutup Memberikan Memperhatikan
kesimpulan dan dan menjawab
mengucapkan salam

5. Media

Leaflet

6. Metode

Ceramah dan tanya jawab

7. Evaluasi

a. Sebutkan pengertian vertigo!


b. Jelaskan penyebab dan gejala vertigo minimal 2 poin!
c. Sebutkan pencegahan vertigo!
d. Uraikan cara mengatasi vertigo!
Lampiran 3. Materi Penyuluhan Vertigo

1. Pengertian Vertigo

Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah

kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa

berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak. Vertigo adalah

perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di

sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan

kehilangan keseimbangan. Kelainan pada telinga sering menyebabkan vertigo.

2. Penyebab Vertigo
a. Infeksi virus seperti influenza yang menyerang area labirin
b. Infeksi bakteri di telinga bagian tengah
c. Radang sendi di daerah leher
d. Serangan migren
e. Sirkulasi darah yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan aliran darah ke pusat
keseimbangan otak menurun
f. Mabuk kendaran
g. Alkohol dan obat-obatan tertentu

3. Gejala
a. Tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak
b. Mual
c. Muntah
d. Sulit berdiri atau berjalan
e. Sensasi kepala terasa ringan
f. Tak dapat memfokuskan pandangan

4. Pencegahan
a. Tidurlah dengan posisi kepala agak tinggi.

b. Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum Anda berdiri dari
tempat tidur.
c. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
d. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya saat mengambil suatu benda di
tempat tinggi.
e. Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala dalam posisi datar (horisontal) atau
bila leher dalam posisi mendongak.

5. Cara Mengatasi Vertigo

Selain mengonsumsi obat, ada pula terapi yang bertujuan meningkatkan ketahanan

dan pembiasaan pasien dengan gangguan vertigo. latihan fisik tersebut berupa lati-

han membaringkan tubuh ke kiri dan ke kanan, diselingi dengan duduk tegak. Ada

berbaga macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof. Langkah-

langkah latihan:

a. Ambil posisi duduk.

b. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi

duduk.

c. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing

gerakan.

d. Lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.

e. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan makin lama makin bertambah.

Anda mungkin juga menyukai