VERTIGO
NAMA/ NIM :
DEKA DANTARA/ 2010306017
VERTIGO
Disusun oleh :
DEKA DANTARA 2010306017
NIP/NIK :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. DEFINISI KASUS
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum.
Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas
misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah
(Mardjono,2008)
VERTIGO PERIFER
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering
penyebabnya idiopatik, namun dapat juga akibat trauma kepala, pembedahan di telinga
atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak dan
gejala lain dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran
Vertigo vestibular menyebabkan nausea dan muntah, setidaknya pada awalnya, serta
kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi. Nistagmus yang menyertainya menginnduksi ilusi
dan untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada sistem vestibular dengan menjaga kepala
pada posisi yang terfiksasi, dengan telinga yang abnormal terletak dibagian paling atas
B. ETIOLOGI KASUS
Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun (Mardjono, 2009).
kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis
posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan
utrikulus telinga dalam .Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan
trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumny, meskipun
episode.
Ménière’s disease
pendengaran .Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris pada
fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.Ménière’s disease terjadi
dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam
dengan peningkatan volume endolimfe.Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.
C. PATOFISIOLOGI KASUS
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Gejala otonom ++ –
Gangguan pendengaran + –
Diantaranya :diplopia,
parestesi, gangguan sensibilitas
Gejala gangguan SSP Tidak ada
dan fungsi motorik, disartria,
gangguan serebelar
Habituasi Ya Tidak
1. vertigo paroksismal
1. Vertigo paroksismal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, menghilang
sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan diantara serangan penderita bebas dari keluhan.
1. Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging: sindrome Meniere, arahnoiditis
2. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasiler, epilepsi, migraine, vertigo anak, labirin picu
4. Vertigo Kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-serangan
akut.
1. Dengan keluhan telinga: OMC, tumor serebelopontin, meningitis TB, labirinitis kronik,
lues serebri.
2. Tanpa keluhan telinga: kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis, kelainan okuler,
1. Dengan keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan labirin, herpes Zoster
otikus.
2. Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis, sklerosis multipel, oklusi arteri serebeli
Pada umunya diagnosis vertigo tidaklah sulit. Tetapi akan sulit mendiagnosis lokalisasi
lesi dan sangat sulit mendiagnosis etiologinya. Anamnesis memegang peranan paling vital
dalam diagnosis vertigo, karena 50% lebih informasi yang berguna untuk diagnosis berasal
dari anamnesis. Di negara maju pun, anamnesis merupakan sumber informasi paling
dan muntah dapat mendukung ke arah vertigo perifer walaupun vertigo central belum
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan
serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi,
maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien
dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab
vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan
strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan
vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa
detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan
ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang
spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada penyakit
meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60
tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan
tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan
vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok
serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit
akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan
meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit
meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit
meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Neuronitis
vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo,
nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama
sekali dari gejala bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran
tidak terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi
telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah
bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system
NO VERTIGO SENTRAL
VERTIGO PERIFERAL
(NON-VESTIBULER)
(VESTIBULOGENIK)
1. Anamnesis Umum
Nama : Asti Astari
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 Tahun
Alamat : Perumahan Residen Antang
Pekerjaan : Mahasiswa (S2)
Hobi : Membaca
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Denyut Nadi :
2. Anamnesis Khusus
C: Chief of Complaint
Sering merasakan pusing yang tiba-tiba dan terasa dunia ikut berputar.
A: Asymmetric
a. Inspeksi Statis
1) Depan : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
2) Samping kiri : Normal
3) Belakang : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
4) Samping kanan : Normal
b. Inspeksi Dinamis
1) Pasien saat berdiri dan berjalan mampu tetapi sedikit sempoyongan.
c. Palpasi
Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Palpasi
Karakteristi
Cervical Spine
k
Suhu Normal
Oedem (-)
Kontur kulit Normal
Tenderness Tidak ada
d. Tes Orientasi
1) Pasien diarahkan matanyanya untuk melihat kearah kiri dan kanan, atas dan bawah dan
berputar : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa
mual.
2) Pasien diarahkan menoleh kiri dan kanan, atas dan bawah dan gerakan kombinasi : dapat
dilakukan dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
3) Posisi tidur ke duduk dan duduk keberdiri : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing
diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
4) Pasien diminta melakukan gerakan shalat : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing
diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Regio Cervical Spine
PFGD Aktif PFGD Pasif TIMT
Gerakan
Dx Sx Dx Sx Dx Sx
Fleksi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
R: Restrictive
Limitasi
ROM Tidak ada limitasi ROM
:
Limitasi
Keterbatasan activity daily living
ADL
yaitu shalat 5 waktu
:
Limitasi
Terganggu dalam menjalankan
Pekerjaan
tugasnya sebagai mahasiswa.
:
Limitasi Terganggu karena tidak dapat
Rekreasi membaca ketika kambuh
: pusingnya.
S: Specific Test
1. Visual Analog Scale (VAS)
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Intensitas Nyeri untuk Regio Cervical
Karakteristi Hasi
Interpretasi
k l
Nyeri Diam 0 Tidak sakit
Agak
Menggangg
Nyeri Gerak 4,5
u
(moderate)
B. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses pengukuran dan
pemeriksaan tersebut, yaitu : “Gangguan gerak dan fungsi .
Adapun problem dan planning yang dapat diuraikan berdasarkan hasil proses
pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu:
1. Problem Fisioterapi
a. Problem Primer
1. Gangguan keseimbangan
2. Gangguan stabilitas penglihatan
b. Problem Sekunder
Gangguan kecemasan.
c. Problem Kompleks
Gangguan activity daily living (ADL), yaitu shalat dan ambulance (tidur ke duduk dan
duduk ke berdir)
2. PLANNING FISIOTERAPI
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Mengurangi kecemasan pasien.
2) Mengatasi gangguan keseimbangan dan gangguan stabilitas penglihatan.
b. Tujuan Jangka Panjang
1) Mengembalikan kemampuan activity daily living, yaitu shalat dan ambulance (tidur ke
duduk dan duduk ke berdiri).
D. PROGRAM FISIOTERAPI
Tabel 3.4. Program Intervensi Fisioterapi
N Problem Modalit
Dosis FT
o. FT as FT
1. Kecemasan Komunik F: 1x/terapi
asi I: Pasien
Terapeuti fokus
k T: Motivasi,
Edukasi
T: 3-5 menit
2. Gangguan Exercise F: 1x/terapi
keseimban Therapy I: 15 detik, 4x
gan repetisi
T: Cawthorne
Cooksey,Sem
ont
Liberatory,
Brand Darrof
Exercise,
Manufer
Eplay,
Manufer
Semont,
Manufer
Foster.
T: 10 menit
N Problem Modalit Dosis FT
o. FT as FT
3. GAngguan Exercise F: 1x/terapi
stabilitas Therapy I: 7 menit/ 1x
penglihata repetisi
n T: Gaze
Stabilition
Exercise
T: 7 menit
4. Gangguan Exercise F: 1x/terapi
ADL Therapy I:5 menit
T: gerakan
shalat dan
ambulance
tidur keduduk
dan duduk
keberdiri
T: 5 menit
Adapun home program dan hasil evaluasi terhadap program fisioterapi yang telah
diberikan kepada pasien tersebut adalah sebagai berikut:
1. Home Program
a. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan bantal yang terlalu tinggi saat tidur.
b. Pasien disarankan dan diajarkan untuk melakukan latihan-latihan sebatas kemampuannya
(pain free) berupa senam vertigo. Adapun latihan-latihan yang diberikan, yaitu
1 F: 2 x sehari
) I: 8xhitungan,
3xrepitisi, 2 set
T: Neck Flexion-
Extension
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
2
3xrepitisi, 2 set
)
T: Neck Rotation
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
3
3xrepitisi, 2 set
)
T: Head Tilt
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
4 3xrepitisi, 2 set
) T: Neck Retraction
Exercise
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
5 3xrepitisi, 2 set
) T: Side Bending
Exercise
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
6 3xrepitisi, 2 set
) T: Neck Flexion-
Extension Resistance
T: 2 menit
7 F: 2 x sehari
) I: 8xhitungan,
3xrepitisi, 2 set
T: Neck Stretching
(right-left side)
T: 2 menit
E. EVALUASI FISIOTERAPI
Tabel 3.5. Hasil Evaluasi Sesaat Pemeriksaan Fisioterapi
No Problem Ft Parameter Kategori Evaluasi Sesaat Interpretasi
. Sebelum Setelah intervensi
intervensi
1. Cervical VAS Nyeri Diam 0 0 Terjadi
Nyeri 6,5 4 penurunan
Tekan nyeri
Nyeri 3 15
Gerak
2. Shpulder VAS Nyeri 0 0 Terjadi
Diam penurunan
Nyeri 3 1 nyeri
Tekan
Nyeri 3,5 2
Gerak
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk tercapainya keberhasilan perlu adanya motivasi yang kuat akan psikis
DAFTAR PUSTAKA
Ling-Gong Q, Fen-Ma, Chai Y. A case of ifosfamide encephalopathy and its literature review. Med
Case Rep. July 2018; 3:82.