Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM SARAF PUSAT


PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

VERTIGO

NAMA/ NIM :
DEKA DANTARA/ 2010306017

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH STASE SISTEM SARAF PUSAT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

VERTIGO

Disusun oleh :
DEKA DANTARA 2010306017

Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Neuromuscular


Program Studi Profesi Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Jakarta, Juli 2021 Telah


Disetujui Oleh :
Clinial Educator

NIP/NIK :

BAB 1
PENDAHULUAN
A. DEFINISI KASUS

VERTIGO SENTRAL

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum.
Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas
misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah
(Mardjono,2008)

VERTIGO PERIFER

Lamanya vertigo berlangsung :

1. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh

perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering

penyebabnya idiopatik, namun dapat juga akibat trauma kepala, pembedahan di telinga

atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara

spontan.

1. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere

mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.

1. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu


Neuritis vestibular merupakan keluhan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit

ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak dan

gejala lain dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran

tidak terganggu. Pada pemeriksaan fisik mungkin dapat dijumpai nistagmus.

Vertigo vestibular menyebabkan nausea dan muntah, setidaknya pada awalnya, serta

kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi. Nistagmus yang menyertainya menginnduksi ilusi

pergerakan lingkungan (0silopsia). Sehingga, pasien memilih  untukk menutup matanya,

dan untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada sistem vestibular dengan menjaga kepala

pada posisi yang terfiksasi, dengan telinga yang abnormal terletak dibagian paling atas

(Baehr, Frotscher, 2010).

B. ETIOLOGI KASUS

 Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama vertigo.

Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun (Mardjono, 2009).

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan

kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi kanalis

posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai kanalis anterior dan

horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium karbonat yang berasal dari

utrikulus telinga dalam .Pergerakan dari otolit distimulasi oleh perubahan posisi dan

menimbulkan manifestasi klinik vertigo dan nistagmus.


Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi dapat juga diikuti

trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis vestibular sebelumny, meskipun

gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah

episode.

 Ménière’s disease

Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan keluhan

pendengaran .Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah), dan tuli sensoris pada

fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh pada telinga.Ménière’s disease terjadi

pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.

Ménière’s disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik.Hal ini terjadi karena

dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis semisirularis telinga dalam

dengan peningkatan volume endolimfe.Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder akibat

infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan metabolic.

 Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.Hal ini

berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan

komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.

Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.

C. PATOFISIOLOGI KASUS
Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat

Derajat vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala + –

Gejala otonom ++ –

Gangguan pendengaran + –

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral

Sistem vertebrobasiler dan


Sistem vestibuler (telinga
Lesi gangguan vaskular (otak,
dalam, saraf perifer)
batang otak, serebelum)

Vertigo posisional paroksismal


jinak (BPPV), penyakit iskemik batang otak,
Penyebab maniere, neuronitis vestibuler, vertebrobasiler insufisiensi,
labirintis, neuroma akustik, neoplasma, migren basiler
trauma

Diantaranya :diplopia,
parestesi, gangguan sensibilitas
Gejala gangguan SSP Tidak ada
dan fungsi motorik, disartria,
gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Berdasarkan gejala klinis  yang menonjol, vertigo dibagi 3 kelompok

1. vertigo paroksismal

2. vertigo yang kronis


3. vertigo dengan serangan akut berangsur berkurang tanpa bebas keluhan

D. TANDA DAN GEJALA KASUS

1. Vertigo paroksismal

Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, menghilang

sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan diantara serangan penderita bebas dari keluhan.

Berdasar gejala penyertanya dibagi:

1. Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging: sindrome Meniere, arahnoiditis

pontoserebelaris, TIA vertebrobasiler, kelainan odontogen, tumor fossa posterior

2. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasiler, epilepsi, migraine, vertigo anak, labirin picu

3. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional paroksismal benigna.

4. Vertigo Kronis

Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk serangan-serangan

akut.

Berdasar gejala penyertanya dibagi:

1. Dengan keluhan telinga: OMC, tumor serebelopontin, meningitis TB, labirinitis kronik,

lues serebri.

2. Tanpa keluhan telinga: kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis, kelainan okuler,

kardiovaskuler dan psikologis, post traumatik sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.

3. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi orthostatik, vertigo servikalis.

3. Vertigo yang serangannya akut


Berangsur-angsur berkurang tetapi tidak pernah bebas serangan.

Berdasar gejala penyertanya dibagi:

1. Dengan keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan labirin, herpes Zoster

otikus.

2. Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis, sklerosis multipel, oklusi arteri serebeli

inferior posterior,encefalitis vestibularis, sklerosis multiple, hematobulbi.

Pada umunya diagnosis vertigo tidaklah sulit. Tetapi akan sulit mendiagnosis lokalisasi

lesi dan sangat sulit mendiagnosis etiologinya. Anamnesis memegang peranan paling vital

dalam diagnosis vertigo, karena 50% lebih informasi yang berguna untuk diagnosis berasal

dari anamnesis. Di negara maju pun, anamnesis merupakan sumber informasi paling

penting. (Perdossi, 2000)

Penderita mengeluh adanya perasaan sensasi berputar, lingkungan sekitar dirasakan

berputar, bukan headache. perubahan posisi kepalamemperburuk keluhan, adanya mual

dan muntah dapat mendukung ke arah vertigo perifer walaupun vertigo central belum

dapat disingkirkan hanya dari anamnesis.

A. Manifestasi Klinis Vertigo

1. Vertigo Sentral

Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan

serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi,

kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut

(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk


hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya

maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien

dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab

vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan

strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan

vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.

2. Vertigo perifer

a. Lamanya vertigo berlangsung: Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa

detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).

Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau

menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa

detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,

pembedahan ditelinga atau oleh posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan

ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang

spontan.

b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada penyakit

meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu

ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60

tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan

pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan

tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang

satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan

pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi

vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok
serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit

akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan

meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita

mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita

sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit

meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit

meniere.

c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Neuronitis

vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo,

nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa

hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama

sekali dari gejala bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran

tidak terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai

nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi

telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari

atau minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total

pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan

vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada

penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke

serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual

yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah

bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita

menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system

vestibular perifer yaitu

NO VERTIGO SENTRAL
VERTIGO PERIFERAL
(NON-VESTIBULER)
(VESTIBULOGENIK)

1 Pandangan gelap Penglihatan ganda

2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan

3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot

4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah

5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu

6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata

7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi

8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah

9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah

10 Sensitif pada cahaya terang dan


Suara
11
Berkeringat

d. mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.


BAB II
MANAJEMEN FISIOTERAPI

A. Proses Pengukuran dan Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis Umum
Nama : Asti Astari
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 Tahun
Alamat : Perumahan Residen Antang
Pekerjaan : Mahasiswa (S2)
Hobi : Membaca
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Denyut Nadi :
2. Anamnesis Khusus
C: Chief of Complaint
Sering merasakan pusing yang tiba-tiba dan terasa dunia ikut berputar.
A: Asymmetric
a. Inspeksi Statis
1) Depan : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
2) Samping kiri : Normal
3) Belakang : Tidak ada perbedaan diantara sisi kiri dan kanan.
4) Samping kanan : Normal
b. Inspeksi Dinamis
1) Pasien saat berdiri dan berjalan mampu tetapi sedikit sempoyongan.
c. Palpasi
Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan Palpasi
Karakteristi
Cervical Spine
k
Suhu Normal
Oedem (-)
Kontur kulit Normal
Tenderness Tidak ada
d. Tes Orientasi
1) Pasien diarahkan matanyanya untuk melihat kearah kiri dan kanan, atas dan bawah dan
berputar : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa
mual.
2) Pasien diarahkan menoleh kiri dan kanan, atas dan bawah dan gerakan kombinasi : dapat
dilakukan dan pasien merasakan pusing diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
3) Posisi tidur ke duduk dan duduk keberdiri : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing
diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
4) Pasien diminta melakukan gerakan shalat : dapat dilakukan dan pasien merasakan pusing
diakhir gerakan dan tidak ada rasa mual.
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)

Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Regio Cervical Spine
PFGD Aktif PFGD Pasif TIMT
Gerakan
Dx Sx Dx Sx Dx Sx
Fleksi Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Ekstensi Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Lateral Normal Normal Normal Normal Normal Normal


Fleksi

Rotasi Normal Normal Normal Normal Normal Normal

R: Restrictive
Limitasi
ROM Tidak ada limitasi ROM
:
Limitasi
Keterbatasan activity daily living
ADL
yaitu shalat 5 waktu
:
Limitasi
Terganggu dalam menjalankan
Pekerjaan
tugasnya sebagai mahasiswa.
:
Limitasi Terganggu karena tidak dapat
Rekreasi membaca ketika kambuh
: pusingnya.

T: Tissue Impairment and Psicogenic Prediction


Psicogeni
Pasien cemas
c :

Neurogen Ada masalah dengan neuro


:

S: Specific Test
1. Visual Analog Scale (VAS)
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Intensitas Nyeri untuk Regio Cervical
Karakteristi Hasi
Interpretasi
k l
Nyeri Diam 0 Tidak sakit

Agak
Menggangg
Nyeri Gerak 4,5
u
(moderate)

Sumber: Data Primer, 2019

2. Test vestibular (vestibular dan non vestibular )


- Uji Romberg
Hasil (mata terbuka) : tidak ada pusing dan mual.
Hasil (mata tertutup) : ada pusing (badan sempoyongan) dan tidak ada mual.
- Tandem Gait
Hasil : jalannya pasien sedikit sempoyongan.
- Uji Tederberger
Hasil : ada pusing
- Uji Unterberger
Hasil : ada pusing
- Uji Tunjuk Barany
Hasil : ada pusing pada saat tutup mata.
- Babysky weil
Hasil : ada pusing saat tutup mata
3. Tes Fungsi Vestibular
- UJi Dix Halpike
Hasil : terasa pusing sekilas
4. Tes Posisi Keseimbangan
- Posisi Duduk
Hasil : ada pusing pada saat tes pergerakan bola mata.
- Posisi Berdiri
Hasil : ada pusing.

B. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses pengukuran dan
pemeriksaan tersebut, yaitu : “Gangguan gerak dan fungsi .

C. PROBLEM, PLANNING, DAN PROGRAM FISIOTERAPI

Adapun problem dan planning yang dapat diuraikan berdasarkan hasil proses
pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu:
1. Problem Fisioterapi
a. Problem Primer
1. Gangguan keseimbangan
2. Gangguan stabilitas penglihatan
b. Problem Sekunder

Gangguan kecemasan.

c. Problem Kompleks
Gangguan activity daily living (ADL), yaitu shalat dan ambulance (tidur ke duduk dan
duduk ke berdir)
2. PLANNING FISIOTERAPI
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Mengurangi kecemasan pasien.
2) Mengatasi gangguan keseimbangan dan gangguan stabilitas penglihatan.
b. Tujuan Jangka Panjang
1) Mengembalikan kemampuan activity daily living, yaitu shalat dan ambulance (tidur ke
duduk dan duduk ke berdiri).
D. PROGRAM FISIOTERAPI
Tabel 3.4. Program Intervensi Fisioterapi
N Problem Modalit
Dosis FT
o. FT as FT
1. Kecemasan Komunik F: 1x/terapi
asi I: Pasien
Terapeuti fokus
k T: Motivasi,
Edukasi
T: 3-5 menit
2. Gangguan Exercise F: 1x/terapi
keseimban Therapy I: 15 detik, 4x
gan repetisi
T: Cawthorne
Cooksey,Sem
ont
Liberatory,
Brand Darrof
Exercise,
Manufer
Eplay,
Manufer
Semont,
Manufer
Foster.
T: 10 menit
N Problem Modalit Dosis FT
o. FT as FT
3. GAngguan Exercise F: 1x/terapi
stabilitas Therapy I: 7 menit/ 1x
penglihata repetisi
n T: Gaze
Stabilition
Exercise
T: 7 menit
4. Gangguan Exercise F: 1x/terapi
ADL Therapy I:5 menit
T: gerakan
shalat dan
ambulance
tidur keduduk
dan duduk
keberdiri
T: 5 menit

Sumber: Data Primer, 2019

E. Home Program dan Evaluasi Fisioterapi

Adapun home program dan hasil evaluasi terhadap program fisioterapi yang telah
diberikan kepada pasien tersebut adalah sebagai berikut:
1. Home Program
a. Pasien disarankan untuk tidak menggunakan bantal yang terlalu tinggi saat tidur.
b. Pasien disarankan dan diajarkan untuk melakukan latihan-latihan sebatas kemampuannya
(pain free) berupa senam vertigo. Adapun latihan-latihan yang diberikan, yaitu
1 F: 2 x sehari
) I: 8xhitungan,
3xrepitisi, 2 set
T: Neck Flexion-
Extension
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
2
3xrepitisi, 2 set
)
T: Neck Rotation
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
3
3xrepitisi, 2 set
)
T: Head Tilt
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
4 3xrepitisi, 2 set
) T: Neck Retraction
Exercise
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
5 3xrepitisi, 2 set
) T: Side Bending
Exercise
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
6 3xrepitisi, 2 set
) T: Neck Flexion-
Extension Resistance
T: 2 menit
7 F: 2 x sehari
) I: 8xhitungan,
3xrepitisi, 2 set
T: Neck Stretching
(right-left side)
T: 2 menit
E. EVALUASI FISIOTERAPI
Tabel 3.5. Hasil Evaluasi Sesaat Pemeriksaan Fisioterapi
No Problem Ft Parameter Kategori Evaluasi Sesaat Interpretasi
. Sebelum Setelah intervensi
intervensi
1. Cervical VAS Nyeri Diam 0 0 Terjadi
Nyeri 6,5 4 penurunan
Tekan nyeri
Nyeri 3 15
Gerak
2. Shpulder VAS Nyeri 0 0 Terjadi
Diam penurunan
Nyeri 3 1 nyeri
Tekan
Nyeri 3,5 2
Gerak

Sumber: Data Primer, 2019


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Upaya pencegahan meliputi mobilisasi, perawatan kulit, pemenuhan kebutuhan

cairan dan nutrisi yang adekuat.

B. Saran
Untuk tercapainya keberhasilan perlu adanya motivasi yang kuat akan psikis

pasien. memberikan support emosional merupakan bagian dari proses rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ling-Gong Q, Fen-Ma, Chai Y. A case of ifosfamide encephalopathy and its literature review. Med
Case Rep. July 2018; 3:82.

akiti A, Pilla R, Moustafa MA. Ifosfamid-induced metabolic encephalopathy in 2 patients with


cutaneous t-cell lymphoma successfully treated with methylene blue. JIMHICR. June 2018;
Volume 6: 1-4.

Anda mungkin juga menyukai