Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan

Sistem Persarafan
Vertigo

Dosen Pembimbing:
Ade Suryaman, S.ST

Disusun Oleh:

Yossy Rezky Ramadhana


PO.71.20.0.15.3846
D-III Keperawatan

Program Studi D-III Keperawatan


Politeknik Kemenkes Jambi
TA. 2016/2017
1. Definisi
Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. Pada penderita vertigo harus
dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke) atau perifer (BPPV/Benign
Positional Paroxysmal Vertigo) ( Dewanto, George, 2009).

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (
propioseptik). Untuk mempertahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban
Tobing. S.M, 2003).

2. Etiologi
Pada vertigo tipe sentral, etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler. Sedangkan, pada
vertigo tipe perifer, etiologinya idiopatik. Biasanya vertigo jenis perifer berhubungan dengan
manifestasi patologis di telinga.

Beberapa faktor predisposisi lain yang mencetuskan terjadinya vertigo adalah:


a. Kurang pergerakan aktif, sehingga saat mengalami perubahan posisi mendadak akan timbul
sensasi vertigo.
b. Alkoholisme akut
c. Pascaoperasi mayor
d. BPPV, kondisi ini juga dikenal sebagai vertigo posisional jinak, terjadi karena adanya debris
(otokonia) pada kanalis semisirkularis posterior, akibat dari degenerasi organ sensorik
keseimbangan utrikulus.
( Dewanto, George, 2009)

Perbedaan vertigo
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
lesi Sistem vestibuler (telinga Sistem vertebrobasiler
dalam, saraf perifer) dan gangguan vaskular
(otak, batang otak,
sereblum)
penyebab Vertigo posisional Iskemik batang otak,
paroksimal jinak vertebrobasiler
(BPPV), penyakit insufisiensi, neoplasma,
maniere, neuronitis migren basiler
vestibuler, labirinitis,
neuroma akustik, trauma.
Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya: diplopia,
SSP parestesi, gangguan
sensibilitass dan fungsi
motorik, disartria,
gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Jadi cape Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
Telinga berdenging Kadang-kadang Tidak ada
atau tuli
Nistagmus spontan + -

Klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral


Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan + -
kepala
Gejala otonom ++ -
Gangguan + -
pendengaran

Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut:


No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer
1. Arah Berubah-ubah Horizontal/horizo
ntal rotatoar
2. Sifat Unilateral/bilateral Bilateral
3. Test Posisional
- latensi Singkat Lebih lama
- durasi Lama Singkat
- intensitas Sedang Larut/sedang
- sifat Susah ditimbulkan Mudah
ditimbulkan
4. Test dengan rangsang Dominasi arah jarang Sering ditemukan
(kursi putar, irigasi ditemukan
telinga)
5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat

3. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler,
visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya (Sumantri, Bambang, 2011).
4. Manifestasi Klinis
a. Rasa mual, terkadang berlebihan
b. Muntah
c. Diperburuk oleh pergerakan kepala yang tidak spesifik
d. Kepala terasa berat
e. Nafsu makan turun
f. Lelah
g. Lidah pucat dengan selaput putih lengket
h. Nadi lemah
i. Puyeng (dizziness)
j. Nyeri kepala
k. Penglihatan kabur
l. Tinitus (telinga berdenging)
m. Mulut pahit
n. Mata merah
o. Mudah tersinggung
p. Gelisah
q. Lidah merah dengan selaput tipis.
( Dewanto, George, 2009)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
b. Foto rontgen servikal
c. Neurofisiologi sesuai indikasi: EEG (elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi),
EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential) dan audiometri.
d. Neuroimaging: CT Scan, MRI, arteriografi.
( Dewanto, George, 2009)
6. Penatalaksanaan
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaannya sesuai
dengan tatalaksana stroke. Pada vertigo perifer, penatalaksaannya terdiri dari:
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitasi: menggunakan metode Brandt-Daroff.
d. Terapi operasi
Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil.
( Dewanto, George, 2009)

8. Komplikasi
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya
saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap
berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang
terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

PENGKAJIAN FOKUS

A. IDENTITAS KLIEN

Nama:

Tempat/tanggal lahir:
Usia:

Agama:

Suku:

Status perkawinan:

Pendidikan:

Bahasa yang digunakan:

Alamat:

Dx medik:

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama:

Alamat:

Hubungan dengan klien:

C. RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU

Penyakit yang pernah diderita:

Kebiasaan buruk:

Penyakit keturunan :

Alergi :

Imunisasi:

Operasi:
D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG

Alasan masuk:

Tindakan/terapi yang sudah diterima:

Keluhan utama:

E. PENGKAJIAN POLA GORDON

1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menjaga kesehatan?

Bagaimana cara menjaga kesehatan?

Saat sakit:

Apakah klien tahu tentang penyakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?

Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?

Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?

2. Nutrisi metabolik

Sebelum sakit:

Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?

Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin?


Saat sakit:

Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?

Apakah klien mengalami anoreksia?

Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?

3. Eliminasi

Sebelum sakit:

Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?

Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada
pernapasan?

Saat sakit:

Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna, konsistensi,
keluhan nyeri?

4. Aktivitas dan latihan

Sebelum sakit:

Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari?

Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas?

Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas?

Saat sakit:

Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian, total)?

Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?

5. Tidur dan istirahat


Sebelum sakit:

Apakah tidur klien terganggu?

Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?

Kebiasaan sebelum tidur?

Saat sakit:

Apakah tidur klien terganggu, penyebab?

Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?

Kebiasaan sebelum tidur?

6. Kognitif dan persepsi sensori

Sebelum sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?

Saat sakit:

Bagaimana menghindari rasa sakit?

Apakah mengalami nyeri (PQRST)?

Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?

Apakah merasa pusing?

7. Persepsi dan konsep diri

Sebelum sakit:

Bagaimana klien menggambarkan dirinya?


Saat sakit:

Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?

Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?

8. Peran dan hubungan dengan sesama

Sebelum sakit:

Bagaimana hubungan klien dengan sesama?

Saat sakit:

Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?

Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?

9. Reproduksi dan seksualitas

Sebelum sakit:

Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?

Saat sakit:

Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?

10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Sebelum sakit:

Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?

Apakah klien stres dengan penyakitnya?

Bagaimana klien mengatasinya?

Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?

11. Nilai dan kepercayaan

Sebelum sakit:

Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?

Saat sakit:

Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?

Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?

Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai
dan kepercayaan?

F. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum:

Tidak tampak sakit: mandiri, tidak terpasang alat medis

Tampak sakit ringan: bed rest ,terpasang infus

Tampak sakit sedang: bed rest, lemah, terpasang infus, alat medis

Tampak sakit berat: menggunakan oksigen, coma

Kesadaran:

Kuantitatif:
Mata :

Spontan(4)

Atas permintaan(3)

Rangsang nyeri(2)

Tidak bereaksi(1)

Verbal:

Orientasi baik(5)

Jawaban kacau(4)

Kata-kata sepatah(3)

Merintis/mengerang(2)

Tidak bersuara(1)

Motorik:

Menurut perintah(6)

Reaksi setempat(5)

Menghindar(4)

Fleksi abnormal(3)

Ekstensi nyeri(2)

Tidak bereaksi(1)

Kualitatif: compos mentis (concious), apatis, delirium, somnolen (letargi), stupor (sopor
coma), coma?

2. Tanda-tanda vital:
Suhu: hipertermia?

Nadi: cepat, tidak teratur, frekuensi, irama, volume?

Pernapasan: cepat, irama, jenis, frekuensi?

Tekanan darah:?

Saturasi:?

3. Status gizi: tinggi badan, berat badan, berat badan normal, berat badan ideal?

4. Pemeriksaan sistemik:

Head to toe:

Inspeksi?

Palpasi?

Perkusi ?

Auskultasi?

5. 12 saraf kranial

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. ENG

2. Audiometri dan BAEP

3. Psikiatrik

4. Laboratorium

5. Radiologik dan Imaging

6. EEG, EMG, dan EKG.


H. TERAPI

Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?

I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan:

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi
oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.

2. Mual b/d iritasi pd sistim gastro, penyakit meniere, atau labirintitis

3. Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

4. Risiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

5. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

6. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

7. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode


koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.

Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1.

Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi
oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang

Tanda-tanda vital normal


pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital, 1. Mengenal dan memudahkan dalam


intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan

2. Anjurkan klien istirahat 2. Istirahat untuk mengurangi


ditempat tidur intesitas nyeri

3. Atur posisi pasien 3. Posisi yang tepat mengurangi


senyaman mungkin penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi
nyeri

4. Relaksasi mengurangi ketegangan


4. Ajarkan teknik relaksasi dan membuat perasaan lebih
dan napas dalam nyaman

5. Analgetik berguna untuk


mengurangi nyeri sehingga pasien
5. Kolaborasi untuk
menjadi lebih nyaman
pemberian analgetik

2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Mual b/d iritasi pd sistim gastro, penyakit meniere, atau labirintitis

Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam masalah mual dapat teratasi

Kriteria hasil:mual akan berkurang

Klien dapat mengendalikan mual dan muntah

Klien mau untuk makan


Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab mual 1. Mengetahui penyebab mual
2. Pantau ttv klien 2. Mengetahui perkembangan
3. Ajarkan dan anjurkan klien kondisi klien
melakukan teknik distraksi dan 3. Mengurangi rasa ketidaknyaman
relaksasi atau mual
4. Anjurkan untuk makan sedikit tapi 4. Memenuhi kebutuhuan nutrisi
sering 5. Memberikan rasa nyaman pada
5. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan mengurangi rasa mual
klien 6. Membantu klien untuk
6. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi
memberikan memakanan yang 7. Mengurangi mual
disukai klien
7. Kolaborasi

3. Diagnosa Keperawatan 3

Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang
nutrisi dapat sedikit teratasi.

Kriteria Hasil : Klien tidak merasa mual muntah

Nafsu makan meningkat

BB stabil atau bertahan

Intervensi Rasional

1. Kaji kebiasaan makan yang disukai 1. Kebiasaan makan yang disukai


klien dapat meningkatkan nafsu makan

2. Pantau input dan output pada klien 2. Untuk memantau status nutrisi

3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi pada klien


sering 3. Mempertahankan status nutisi

4. Kolaborasi dengan ahli gizi pada klien agar dapat meningkat


atau stabil.

4. Ahli gizi dapat menentukan


makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien.

4. Diagnosa Keperawatan 4

Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : risiko jatuh dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya

Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki 1. Energi yang besar dapat
klien memberikan keseimbangan pada
tubuh saat istirahat

2. Berikan terapi ringan untuk 2. Salah satu terapi ringan adalah

mempertahankan kesimbangan menggerakan bola mata, jika sudah


terbiasa dilakukan, pusing akan
berkurang.
3. Ajarkan penggunaan alat-alat 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
alternatif dan atau alat-alat bantu resiko jatuh.
untuk aktivitas klien.

4. Nyeri yang berkurang dapat


4. Berikan pengobatan nyeri (pusing)
meminimalisasi terjadinya jatuh.
sebelum aktivitas

5. Diagnosa Keperawatan 5

Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi
aktivitas dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Meyadari keterbatasan energi

Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas

Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

Intervensi Rasional

1. Kaji respon emosi, sosial, dan 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
spiritual terhadap aktivitas mempengaruhi kehendak klien
dalam melakukan aktivitas
2. Klien dapat bersemangat untuk

2. Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas

melakukan aktivitas 3. Energi yang tidak stabil dapat

3. Ajarkan tentang pengaturan menghambat dalam melakukan

aktivitas dan teknik manajemen aktivitas, sehingga perlu dilakukan

waktu untuk mencegah kelelahan. manajemen waktu

4. Kolaborasi dengan ahli terapi 4. Terapi okupasi dapat menentukan

okupasi tindakan alternatif dalam


melakukan aktivitas.

6. Diagnosa Keperawatan 6

Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan
perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Klien dapat memfokuskan pendengaran

Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan

Pendengaran adekuat

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pendengaran pada 1. Mengetahui tingkat kemaksimalan


klien pendengaran pada klien untuk
menentukan terapi yang tepat.

2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi


2. Lakukan tes rinne, weber, atau
akibat tinitus
swabah untuk mengetahui
keseimbangan pendengaran saat
terjadi tinitus

3. Ajarkan untuk memfokuskan 3. Mempertahankan keadekuatan


pendengaran saat terjadi tinitus pendengaran

4. Kolaborasi penggunaan alat 4. Memaksimalkan pendengaran pada klien


bantu pendengaran

7. Diagnosa Keperawatan 7

Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping
tidak adekuat, kelebihan beban kerja.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat


Kriteria Hasil : Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif

Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.

Mengkaji situasi saat ini yang akurat

Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang


tepat.
Intervensi Rasional

1. Kaji kapasitas fisiologis yang 1. Mengenal sejauh dan


bersifat umum. mengidentifikasi penyimpangan
fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan
tindakan keperawatan

2. klien akan merasakan kelegaan


2. Sarankan klien untuk setelah mengungkapkan segala
mengekspresikan perasaannya perasaannya dan menjadi lebih
tenang

3. Berikan informasi mengenai 3. agar klien mengetahui kondisi dan


penyebab sakit kepala, penenangan pengobatan yang diterimanya, dan
dan hasil yang diharapkan memberikan klien harapan dan
semangat untuk pulih

4. Dekati pasien dengan ramah dan


penuh perhatian, ambil keuntungan 4. membuat klien merasa lebih
dari kegiatan yang dapat diajarkan berarti dan diharga

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai