Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua

permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet

atau

kerangka

adalah

rangkaian

tulang

yang

mendukung

dan

me

lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otototot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.Definisi

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman
1046)Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2355) Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau
beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito,
2000, edisi 6, Halaman 1118)Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan
menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).Dislokasi
adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak
menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).
Kesimpulan:
Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat menimbulkan
deformitas.

2. Etiologi

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga
yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma kecelakaan
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
D. Patofisiologi
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum
olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen.
Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga
merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi
normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu
tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan
terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga
dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi
akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

3. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2356) adalah:
Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering
terlihat pada pinggul.
Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang,Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :(Brunner & Suddart, 2002, KMB,
edisi 8, vol 3,Halaman 2356)

Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi
Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan
trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan
dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan
pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang
terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi
5. Manifestasi Klinis
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6.Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu
menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga
memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien
dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa
menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
(terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
1) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek
samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 31 kapsul,
anak: sehari 31/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau
kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat
ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu
250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis
dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian
utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi.
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna
atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1)
Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah
terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2)
Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan
pin logam.
3)
Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.

4)

Amputasi : penghilangan bagian tubuh.

5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan


ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi
terbuka.
6)

Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

7)

Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.

8)
Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam
atau sintetis.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi
berat.
RICE
1)

: Rest (istirahat)

2)

: Ice (kompres dengan es)

3)

: Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)

4)

: Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

b. Pencegahan
1)

Cedera akibat olahraga

Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari


Latihan atau exercise
Conditioning
2)

Trauma kecelakaan

Kurangi kecepatan
Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
Patuhi peraturan lalu lintas

8. Komplikasi
a. Komplikasi dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut.
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi
Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
B.
1. PENGKAJIAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab,
kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas,
pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi
Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5) Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar
manusia yang terganggu adalah:
b) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
c) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya
semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak
dan aktivitas klien.
d) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
e) Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau
cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6) Pemeriksaan diagnostik
a)

Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.

b)
Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3
dimensi.
c)
Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet
dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
B. Diagnosa Keperawatan
1)

Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)

2)

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal

3)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
mengunyah atau menelan.
C. Intervensi Keperawatan
Nursing Care Plan Pasien Dislokasi

No

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agen penyebab
cederaFisik(trauma
kecelakaan dan cedera
olahraga)DS: klien
melaporkan adanya
nyeri.DO: klien tampak
berperilaku distraksi (mondar
mandir, aktivitas berulang,
memegang daerah nyeri),
perilaku ekspresif(gelisah,
meringis, menangis, menghela
napas panjang)

Tujuan dan Kriteria


Hasil
telah diberikan asuhan
keperawatan selama
x24 jam, diharapkan
dengan kriteria hasil :
Memperlihatkan
pengendalian nyeri.
Melaporkan tidak
adanya nyeri
Tidak menunjukan
adanya nyeri meningkat.
(tidak ada ekspresi nyeri
pada wajah,tidak gelisah
atau ketegangan
otot,tidak merintih atau
menangis.)

Rencana Tindakan
Observasi keadaan umum
pasien(tingkat nyeri dan
TTV)
Beri posisi nyaman(semi
fowler)
Berikan kompres hangat
pada lokasi dislokasi
Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
Beri HE tentang penyebab
nyeri, dan antisipasi
ketidaknyamanan
Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
Mengetahui keadaan umum
pasien dan tingkat nyeri
pasien
Posisi semi fowler dapat
meminimalkan nyeri pada
dislokasi
Kompres hangat berperan
dalam vasodilatasi
pembuluh darah.
Teknik distraksi dan
relaksasi berfungsi dalam

Rasional

mengalihkan fokus nyeri


pasien
Penanaman HE pada pasien
berfungsi untuk mengurangi
kecemasan pasien terhadap
kondisinya
Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri pada
dislokasi.
Dx.1 Nyeri Akut

(Nanda NIC NOC hal:530)

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik

(Nanda NIC NOC hal:472)

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Hambatan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan
muskuloskletalDS: pasien
mengeluh sulit dalam
bergerakDO: tidak dapat
melakukan aktivitas secara
mandiri, gerakan tidak teratur
atau tidak terkoordinasi

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama x24 jam,
diharapkan klien
dapat melakukan
mobilisasi dengan
teratur dengan
kriteria hasil :
Klien mengatakan
dapat melakukan
pergerakan dengan
bebas
Gerakan pasien
terkoordinir
Pasien dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri

Rencana Tindakan

Rasional

1)
Observasi
keadaan
umum(tingkat
mobilitas dan
kekuatan otot)2)
Ajarkan ROM3)
Pengaturan
posisi4)
Berikan
bantuan perawatan
diri: berpindah

1)
Menunjukkan
tingkat mobilisasi pasien
dan menentukan
intervensi
selanjutnya2)
Mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot3)
Meningkatkan
kesejahteraan fisiologis
dan psikologis4)
Membantu individu
mengubah posisi
tubuhnya

5)
Berikan HE
tentang latihan fisik
6)
Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi dalam
memberikan terapi
yang tepat

5)
Mengubah persepsi
pasien terhadap latihan
fisik
6)
Mengembalikan
posisi tubuh autonom dan
volunter selama

pengobatan dan
pemulihan dari posisi
sakit atau cedera
Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda NIC NOC Hal: 503)

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Rencana Tindakan
Kaji faktor penyabab
kesulitan mengunyah
Letakkan makanan
pada bagian mulut
yang tidak mengalami
masalah
Atur posisi
pasien(semi fowler)
Kolaborasi dalam
pemasangan alat
invasif(NGT)

Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama x24 jam,
Ketidakseimbangan nutrisi
diharapkan kebutuhan
kurang dari kebutuhan tubuh
nutrisi klien dapat
berhubungan dengan kesulitan
terpenuhi secara adekuat
mengunyah atau
dengan kriteria
menelan.DS: pasien
hasil:1)
Pasien tidak
mengeluh susah mengunyah,
melaporkan kesulitan
pasien mengatakan nafsu makan mengunyah2)
Nafsu
menurunDO: pasien
makan pasien kembali
tampak lemas, mukosa bibir
baik3)
Keadaan
kering, tampak kurang berminat umum pasien kembali
terhadap makanan
normal

D. Implementasi Keperawatan

Mengetahui faktor
penyebab kesulitan
mengunyah dan
menentukan
intervensi selanjutnya
Mengurangi aktivitas
pada rahang yang
sakit
Posisi semi fowler
dapat mencegah
aspirasi
Mempertahankan
asupan nutrisi pasien

Rasional

Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.


E. Evaluasi
Nyeri dapat teratasi
Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me
lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka
juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otototot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).

B.

Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC


Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,
EGC : Jakarta.
Pamela L.swearingen , (2000) Keperawatan Medikal Bedah .E/2, jakarta : egc
Muttaqin.A , (2008) , Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal,Jakarta
:EGC
http://www.slideshare.net/ardiartana/savedfiles?s_title=askep-dislokasi&user_login=septianraha
http://ardiartana.wordpress.com/2013/10/31/askep-dislokasi/
http://keperawatanblog.wordpress.com/2013/06/03/7/
http://ayumuliadewi13.wordpress.com/2013/03/20/askep-dislokasi/

Tugas Individu
Mata Kuliah KMB II
Askep CA.Tulang

Pembimbing : Ns. Debbie Nomiko, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Usi Lailatul Maghfirah
NIM : Po.71.20.0.15.3843
Tingkat 2 D-III

Anda mungkin juga menyukai