TINJAUAN TEORI
6
7
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Tulang
b. Fisiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008:13)
1) Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi
tubuh dan menjadi tempat melekatnya otot-otot yang
menggerakkan kerangka tubuh. Tulang adalah jaringan yang
terstruktur dengan baik dan mempunyai lima fungsi utama, yaitu:
a) Membentuk rangka badan.
b) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot.
c) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan
mempertahankan ala-alat dalam (seperti otak, sumsum tulang
belakang, jantung dan paru-paru).
d) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat,
magnesium, dan garam.
e) Ruang di tengah tulang tertentu sebagai organ yang
mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan
hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit.
2) Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya
dengan kapsul sendi, pita, fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau
otot.
9
3. Etiologi
Menurut Rejo (2015) dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan
sedemikian rupa, sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normal di
dalam sendi. Biasanya dislokasi sering dikaitkan dengan patah tulang/
fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus, atau kontraksi otot dan tarikan. Dan
biasanya disebabkan oleh :
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor, biasanya
menyebabkan dislokasi.
b. Cedera berolahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah
sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya :
terperosok akibat bermain ski, senam , volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dilokasi pada jari tangan
karena tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
4. Klasifikasi Dislokasi
Menurut Kartono Mohamad, tahun 2005 klasifikasi dislokasi
berdasarkan lokasi/letaknya :
a. Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang terjadi karena menguap atau tertawa terlalu
lebar, atau terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.
Akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
b. Dislokasi bahu
Ada beberapa kemungkinan arah disloklasi pada sendi bahu yang
cedera. Tetapi yang tersering ialah dislokasi ke depan. Yaitu, kepala
tulang lengan atas terpeleset ke arah dada. Tetapi kemana pun arah
dislokasi tersebut, ia akan menyebabkan gerakan yang terbatas dan
rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan.
Tanda-tanda lainnya lengan menjadi kaku, dan siku agak terdorong
menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak lebih
meninjol ke luar, sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada
cekungan ke dalam.
c. Dislokasi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi, dan bila tidak ditolong dengan
segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat
mengalami dislokasi kearah telapak atau punggung tangan.
5. Patofisiologi
Menurut Kimberly A. J. Bilotta (2011;177), patofisiologi dari
penyakit dislokasi ini adalah trauma yang menyebabkan pergeseran sendi
kemudian struktur sendi tersebut (seperti pembuluh darah, ligamen,
tendon, dan saraf) menjadi rusak. Cedera dapat menyebabkan pemindahan
fragmen fraktur di antara permukaan sendi yang merusak struktur
disekitarnya sehinggan fungsi sendi terganggu.
Menurut Rejo tahun 2015, patofisiologi dari dislokasi ini adalah
trauma yang menyebakan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya
merupakan trauma langsung yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah
volar atau dorsal. Jatuh pada tangan volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal kearah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan
bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai
garpu, seperti yang terjadi fraktur colles. Sebaliknya jatuh pada
permukaan tangan sebelah dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal
kearah volar seperti yang terjadi pada fraktur simith.
Pada keduanya masih terdapat komponen gaya kearah deviasi radial
dan deviasi ulna yang menyebabkan patah tulang karpus. Bila luka yang
disebabkan trauma merusak jaringan ligamentum dan kaspula maka dapat
mengalami suatu dislokasi dan pindah dari letaknya semula. Jaringan
saraf dan pembuluh darah yang berdekatan dapat terganggu maka
kerusakan vertebra servikalis, medula spinalis, dapat mengalami
kerusakan atau saraf untuk muskulus deltoideus dapat terganggu bila ada
dislokasi bahu. Apabila salah satu / beberapa tulang yang berhubungan
dengan sendi yang mengalami dislokasi itu patah, maka keadaan itu
disebut “dislokasi fraktur” dari pada sendi yang bersangkutan. Pada suatu
subluxatio, kerusakan ligamentum dan kepala kapsula tidaklah
menyeluruh dan derajat perubahan letak tidak seberat dislokasi
sebenarnya.
15
7. Komplikasi
Menurut Kimberly A. J. Bilotta (2011:177), komplikasi dari
dislokasi adalah :
a. Kerusakan disekitar otot, ligamen, saraf, dan pembuluh darah,
b. Nekrosis avaskular.
c. Nekrosis tulang.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rejo (2015), pemeriksaan penunjang pada kasus dislokasi
ini yakni pemeriksaan laboraturium dasar, pemeriksaan kimia darah,
hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang,
16
9. Penatalaksanaan
Menurut Zairin Noor Helmi (2012:426), penatalaksanaan dislokasi
secara umum adalah sebagai berikut :
a. Lakukan reposisi segera
Dislokasi sendi kecil dapat direposisi dengan atau tanpa anastesi
misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari. Sementara itu,
pada dislokasi sendi besar misalnya sendi panggul memerlukan
anastesi umum.
b. Imobilisasi pasca-reposisi.
17
c. Latihan fisik.
Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot
dan latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk
mendorong gerakan sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.
itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Kirim saja penderita ke
rumah sakit dengan segera.
Pertama-tama perhatikan apakah ada patah tulang atau tidak. Apabila ada
tanda-tanda patah tulang, tindakan pertolongan untuk memperbaikinya
harus diserahkan kepada dokter di rumah sakit. Apabila tidak ada patah
tulang, dislokasi sendi bahu dapat diperbaiki dengan cara sebagai berikut:
Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak kaki (tanpa sepatu). Sementara
itu lengan penderita ditarik sesuai dengan arah kedudukan ketika itu.
Tarikan itu harus dilakukan dengan pelan dan semakin lama semakin kuat.
Hal ini untuk menghindarkan rasa nyeri yang hebat yang dapat
mengakibatkan terjadi shock. Selain itu, tarikan yang mendadak dapat
merusak jaringan –jaringan yang ada di sekitar sendi. Setelah ditarik
dengan kekuatan yang tetap sama beberapa menit, dengan hati-hati lengan
atas diputar ke luar (arah menjauhi tubu). Hal ini sebaiknya dilakukan
siku terlipat. Dengan cara ini diharapkan unjung tulang lengan atas akan
menggeser kembali ke tempatnya semula.
c. Dislokasi Jari
Tariklah ujung jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tetapi
tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset diletakkan
dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke
tempat asalnya. Apabila tidak berhasil, maka mungkin ada urat yang
19
terjepit di antara dua tulang yang membentuk sendi tersebut. Ini hanya
dapat diperbaiki oleh dokter di rumah sakit.
Setelah diperbaiki, sebaiknya untuk sementara waktu jari yang sakit itu
dibidai. Untuk membidai dapat dipergunakan sebilah bambu atau kayu.
Jari dibidai dalam kedudukan setengah melingkar, seolah-olah hendak
membentuk huruf O dengan ibu jari.
d. Sendi Radioulnar
Disebabkan oleh adanya hiperekstensi-ekstensi sendi, direposisi secara
hati-hati dengan tindakan manipulasi, tetapi tindakan pembedahan tebuka
lebih diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada jaringan lunak yang
terjepit diantara permukaan sendi.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), diagnosa
keperawatan yang lazim muncul adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik, spasme otot, gerakan
fragmen, tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular, nyeri, terapi restriktif.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi).
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai darah ke jaringan.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup).
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
(adanya rasa nyeri yang tidak mampu di kontrol).
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), intervensi
keperawatan yang muncul pada diagnosa keperawatan seperti diatas,
yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik, spasme otot, gerakan
fragmen, tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.
23
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan.
6) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
7) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
8) Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi.
9) Tingkatkan istirahat.
10) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
11) Kolaborasi dengan tim dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil.
24
4. Discharge Planning
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma tahun 2015, discharge
planing yang dapat diberikan kepada pasien dislokasi adalah :
a. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat.
b. Control sesuai jadwal.
c. Minum obat seperti yang diresepkan dan segera periksa jika ada
keluhan.
d. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang.
e. Aktivitas sedang dapat dilakukan untuk mencegah keletihan.
f. Hindari trauma ulang.