Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN KECELAKAAN DISLOKASI

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing: Sunarko, S.Pd., M.Med.Ed

DISUSUN OLEH :

NAMA : EKA NUR ENI

NIM : P1337420517090

KELAS : ANATSENA 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2019
1. Pengertian Dislokasi dan jenis jenis dislokasi

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang

membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011). Dislokasi terjadi bila

sendi terlepas dan terpisah dengan ujung-ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu, siku,

jari, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang sering mrngalami

dislokasi (Thygerson A, dkk, 2011).

Dislokasi sendi merupakan suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang

membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara kasar “tulang lepas dari

sendi”. Subluksasi adalah dislokasi parsial permukaan persendian. Dislokasi traumatik

adalah kedaruratan ortopedi, karena struktur sendi yang terlibat, pasokan darah, dan saraf

rusak susunannya dan mengalami stress berat. Bila dislokasi tidak ditangani segera, dapat

terladi nekrosis avaskuler ( kematian jaringan) akibat anoksia dan hilangnya pasokan

darah dan paralisis saraf.

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital

yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas

sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari

patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3

hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma


jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas

sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari

dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.

Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang

disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami

kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan

mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal

tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi

mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus

meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan

yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dislokasi Kongenital.

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

b. Dislokasi Patologik.

Terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi (mis : tumor,

infeksi, atau osteoporosis tulang) dimana hal tersebut disebabkan oleh

kekuatan tulang yang berkurang.

c. Dislokasi Traumatik.

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami

stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena

mengalami pengerasan).Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat


mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak

struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.Kebanyakan terjadi pada

orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

a. Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan

pembengkakan di sekitar sendi

b. Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi

yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi

berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang

disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena

kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :

a. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap terlalu lebar,

terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya

penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

b. Dislokasi sendi bahu

Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior

dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi

posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).


c. Dislokasi sendi siku

Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang

dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku

jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan

tulang siku.

d. Dislokasi sendi jari

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan

segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat

mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.

e. Dislokasi sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal

Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi

persendian

f. Dislokasi panggul

Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan

atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi

anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra)

g. Dislokasi patella

Paling sering terjadi ke arah lateral. Reduksi dicapai dengan

memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil

mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan

berulang-ulang diperukan stabilisasi secara bedah.


2. Alasan bisa terjadi dislokasi

Penyebab dislokasi

a. Cedera olahraga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta

olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley.

Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada

tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

b. Trauma

Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras pada sendi saat

kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

c. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

d. Patologis

Terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital

penghubung tulang. pemasangan bidai bertujuan untuk mencegah pergerakan

(imobilisasi) pada tulang dan sendi yang mengalami cedera. Imobilisasi ini

menghindari pergerakan yang tidak perlu, sehingga mencegah perburukan patah

tulang dan cedera sendi serta menghindari rasa nyeri. Pemasangan bidai juga akan

memberikan gaya tarik dengan perlahan namun konsisten sehingga membantu

mereposisi bagian yang cedera mendekati posisi normalnya.


3. Orang yang menolong pertama kali saat terjadi dislokasi

Pertolongan pertama biasanya diberikan oleh orang-orang di sekitar korban,

utamakan orang yang paham tentang tata cara pertolongan pertama dan sebagian orang

lain yang akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Apabila tidak ada orang yang

paham tentang cara pertolongan pertama maka segeralah lapor kepada petugas kesehatan

terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang

salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

4. Waktu terjadinya komplikasi dislokasi

Komplikasi Dislokasi

a. Komplikasi Dini

1) Cedera Syaraf

Saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan

mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.

2) Cedera Pembuluh Darah

b. Kompilasi Lanjut

1) Kekakuan Sendi

Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama

pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang

secara otomatis membatasi abduksi


2) Dislokasi Berulang

Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher

glenoid

3) Kelemahan Otot

5. Tempat terjadinya dislokasi

Dislokasi sering terjadi pada bagian persendian, diantaranya sendi bahu, sendi

siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

6. Penanganan dislokasi

a. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE.

R : Rest

Diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting untuk mencegah

kerusakan jaringan lebih lanjut.

I : Ice

Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.

C : Compression

Membalut gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan

pendarahan lebih lanjut.


E : Elevasi

Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema (pembengkakan) dan rasa

nyeri.

b. Pemeriksaan penunjang

1. Sinar –X (Rontgen)

Pemeriksaan rontegn merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk

membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan

adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna

putih

2. CT Scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,

sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara

3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan 3 dimensi dimana sendi tidak berada

pada tempatnya

3. MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan delombang magnet dan

frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat

diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti

hanya CT-Scan,pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari

mangkuk sendi
c. Pengobatan Dislokasi

Pengobatan akan disesuaikan dengan area dan tingkat keparahan dislokasi yang

pasien alami. Beberapa bentuk pengobatan yang mungkin dilakukan, antara lain

adalah:

1. Reduksi. Tindakan yang dilakukan dokter untuk mengembalikan tulang ke posisi

semula.

2. Imobilisasi. Setelah tulang telah kembali ke posisi semula, dokter akan

menghambat gerak sendi dengan menggunakan penyangga sendi, seperti gips,

selama beberapa minggu.

3. Operasi. Jika dokter tidak mampu mengembalikan tulang ke posisi semula atau

jika pembuluh darah, saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan dislokasi

mengalami kerusakan, maka dokter akan melakukan operasi.

4. Rehabilitasi. Setelah penyangga sendi dilepas, pasien akan menjalani program

rehabilitasi untuk memulihkan jangkauan gerak dan kekuatan sendinya.

Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan

pada tempat kejadian. Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada

sendi bahu atau siku. Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang

barlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak

boleh dilakukan dengan kekuatan, sebab mungkin sekali mengakibatkan patah

tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi

setempat atau umum. Kekenduran otot memudahkan reposisi.

1. Mengetahui mekanisme fraktur sehingga kita dapat menentukan

etiologi dan mencegah komplikasi


2. Selalu mulai dengan survey primer

3. Lihat dan periksa bagian yang luka/cedera

4. Lakukan reposisi segera.

Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan

kembali. Tindakan ini sering dilakukan anestesi umum untuk

melemaskan otot-ototnya.

Dislokasi sendi :

a) Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa

anestesi. Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku,

dislokasi bahu.

b) Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anastesi lokal

dan obat-obat penenang, misalnya valium. Jangan di pilih cara

reposisi yang traumatis yang bila dilakukan tanpa relaksasi

maksimal dapat menyebabkan fraktur, misalnya dislokasi bahu

cara yang baik adalah cara Hipocrates dengan menarik lengan

dalam posisi abduksi. Cara Kocher harus dengan hati-hati

c) Dislokasi sendi besar contohnya sendi panggul memerlukan

anastesi umum. Bila harus dilakukan tanpa narkose misalnya pada

anak pilihlah cara yang tidak traumatis ( cara Allis)

Cara-cara yang tidak traumatis: satu asisten memfiksasi pelvis,

satu asisten lagi mendorong trochanter, operator menarik femur

pada posisi panggul dan lutut 90-90

5. Waspada terhadap patah tulang panjang dan segera terapi syok


6. Immobilisasi sendi dengan penyandang, pembalut atau bidai

7. Amati dan catat pulsasi pembuluh darah sebelum dan sesudah

manipulasi dan splinting/ pembidaian.

8. Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus

terpasang dengan baik

9. Jika kita mencurigai adanya fraktur lakukan immobilisasi sendi di

bawahnya/di atasnya fraktur

10. Jika anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan

tindakan reposisi baik pada dislokasi tanpa fraktur maupun dislokasi

dengan fraktur

11. Pembidaian dan pembalutan

Penatalaksanaan fraktura dan dislokasi terbuka diarahkan ke

penyembuhan luka terbuka tampa infeksi dan penyembuhan dislokasi

dalam posisi yang baik. Fraktur dan dislokasi terbuka memerlukan

pembalut steril diatas luka sebelum pembidaian. Pemberian larutan

antiseptik di sekitar luka bisa berhaya. Pada pembidaian yang darurat,

traksi tidak boleh mengakibatkan segmen yang menonjol masuk

masuk kembali kedalam luka, dan secepatnya dibawa kerumahsakit

terdekat. Tetapi antibitika dan profilaksis antitetanus yang tepat harus

segera diberikan.

a. Pembidaian

Adalah proses yang digunakan untuk immobilisasi dislokasi dan

fraktur
Dilakukan untuk mencegah pergerakan sendi atau tulang patah

Dapat mengurangi rasa nyeri dan kerusakan lanjut dari otot saraf

dan pembuluh darah.

1. Jenis-jenis bidai :

a) Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik,

alumunium atau bahan lain yang keras

b) Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimun, handuk atau

pembalut atau bahan yang lunak lainnya

c) Bidai Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup

untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah

meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai

ujung-ujung tulang yang patah menyatu.

2. Syarat Pembidaian:

a) Bidai harus meliputi 2 sendi, sebelum dipasang diukur terlebih

dahulu pada anggota badan yang tidak sakit

b) Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor

c) Bidai di balut atau dilapisi sebelum digunakan ikatan harus

cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat

yang patah

d) Jika mungkin naikkan anggota tersebut setelah dibidai

b. Pembalutan.
a) Harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi

tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau

menyebabkan nyeri

b) Dianjurkan menggunakan bantalan lunak untuk menghindari

pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit

c) Pengikatan selalu dilakukan diatas bidai atau pada sisi yang

tidak cedera, jika kedua kaki bawah mengalami cedera

pengikatan dilakukan di bagian depan dan diantara bagian yang

cedera

d) Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa

pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari

jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk

tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan

12. Bila semua sudah dilakukan langsung bawa ke rumah sakit, jangan

lakukan reposisi bila tidak tau cara dan posisi dislikasi, cukup bawa

korban ke rumah sakit dengan sebelumnya di bidai atau dibalut untuk

mengurangi imobilisasi.

13. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan

latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan

sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.


14. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda

gangguan neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan

vaskuler setelah reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut.

Pembedahan terbuka mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan

lunak terjepit diantara permukaan sendi.Persendian tersebut disangga

dengan pembedahan, dengan pemasangan gips, misalnya pada sendi

panngkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang

teregang.

15. Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan

menggunakan anastesi jika dislokasi berat. Kaput tulang yang

mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.

Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi

dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai minggu

setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4 X sehari yang berguna

untuk mengembalikan kisaran sendi.Memberikan kenyamanan dan

melindungi sendi selama masa penyembuhan.

Penatalaksanaan medis : Farmakologi

a. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri.

Berikut contoh obat analgetik :

b. Aspirin:

Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa

1tablet atau 3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,

maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.

c. Bimastan :

Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet

; Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi :

hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping :

mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal

500mg lalu 250mg tiap 6jam.

d. Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)

DAFTAR PUSTAKA
http://academia.edu/31917669/ASKEP_DISLOKASI_SENDI (Di akses tanggal 28 Agustus 2019

pukul 11.30 WIB)

Sjamsuhidajat & de jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC

Willy T. 2018. Dislokasi. (http://www.alodokter.com/dislokasi) Diakses tanggal 28 Agustus 2019

pukul 12.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai