DISLOKASI
DENPASAR
2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi
2) Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang
minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada sendi bahu dan sendi lutut. Dislokasi biasanya sering
dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
c. Berdasarkan tempat terjadinya
1) Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena:
a. Menguap terlalu lebar
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak daoat menutup mulutnya
sendiri
2) Dislokasi sendi bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada
di anterior dan medialglenoid (dislokasi anterior), di posterior
(dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
2. Etiologi
a. Cedera
c. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.
d. Patologis
3. Manifestasi Klinis
a) Nyeri akut
b) Perubahan kontur sendi
c) Perubahan panjang ekstremitas
d) Kehilangan mobilitas normal
e) Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
f) Gangguan gerakan
g) Kekakuan
h) Pembengkakan
i) Deformitas pada persendian
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
a. Komplikasi Dini
1) Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil
yang mati rasa pada otot tesebut.
2) Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3) Fraktur Dislokasi
b. Komplikasi Lanjut
1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien
yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi.
2) Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek
atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik non-
invasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
b) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail
dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi
ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.
c) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.
7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologi
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para
pasien yang memiliki kondisi-kondisi yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasive minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi
Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
(Open Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-
jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
1. Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2. Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah
direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3. Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft
autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki
penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit.
4. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan
artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah
rusak.
7. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi
dengan bahan logam atau sintetis.
8. Penggantian sendi total:penggantian kedua permukaan
artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
b. Non-Medis
1) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
8. WOC
Cedera
Trauma
Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
Terjatuh kesatuan sendi.
Patologis
Merusak Struktur Sendi dan Ligamen
Merobek kapsul
Kurang Pengetahuan
Dislokasi
Ansietas
B2 B3 B6
d) Pemeriksaan fisik
1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas
yang mengalami dislokasi.
2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
e) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan
lokasi dislokasi dengan gambar 3 dimensi.
3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan
menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi
radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
2. Diagnosa Keperawatan
4. Untuk
4. Beri kompres meningkatkan
dingin sesuai sirkulasi.
indikasi. 5. Agen
5. Kolaborasi dalam antikoagulan
pemberian obat digunakan
sesuai indikasi untuk
seperti heparin, menurunkan
aspirin, dekstran risiko
berat melekul tromboflebitis
rendah. dan embli
lemak.
BAB II
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.D DENGAN DISLOKASI
DI INTSALASI GAWAT DARURAT RS HAJI JAKARTA
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Ruangan Dirawat : IGD
No Reg : 122 xx xx
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 20 Maret 2017
Tanggal Pengkajian: 20 Maret 2017
Diagnosa Medis : Dislokasi
Alamat :-
Nama : Ny. K
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat :-
Hubungan dengan Klien : Anak
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
c. Primary Survei
1. Airway
Jalan nafas pasien paten, tidak ada sumbatan pada jalan nafas.
Tidak ada bunyi nafas tambahan saat pasien bernafas.
2. Breathing
Gerakan dada simetris, irama nafas teratur dengan frekuensi nafas
19x/ menit. Tidak terdapat pergerakan retraksi dada saat pasien
bernafas
3. Circulation
Nadi : 64x/menit
TD : 150/80 mmHg
T : 36,7o c
CRT : ≤ 2 detik
Tidak ada perdarahan pada anggota tubuh. Hanya bengkak pada
daerah lengan atas kiri pasien.
4. Disability
GCS : E4 V5 M5
E4 : membuka mata spontan
V5: terorientasi
M5 : pasien tidak dapat menggerakkan lengan kiri pasien
Kesadaran Umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Vital Sign : TD : 150/80 mmHg
N : 87 x/ menit
T : 36,7o c
RR : 19 x/ menit
5. Exprosure
Terdapat edema pada lengan kiri atas akibat pasca jatuh dari tangga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen:
Analisa Data
DO:
S : skala 4 dengan
menggunakan skala numeric
1-10
T : hilang timbul
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
No Data Rencana
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukakn 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui
Discuntinoitas tindakan keperawatan intensitas nyeri.
2. Berikan posisi
2. Posisi relaksasi
Jaringan selama 15 menit , nyeri
relaks pada
pada pasien
yang dirasakan pasien
pasien.
dapat
berkurang dengan
mengalihkan
kriteria hasil:
fokus pikiran
a. Klien tampak tidak pasien pada
meringis lagi. 3. Berikan
nyeri.
b. Klien tampak lingkungan 3. Tehnik relaksasi
rileks. yang nyaman, dan distraksi
dan aktifi tas dapat
hiburan. mengurangi rasa
4. Ajarkan teknik nyeri.
distraksi dan 4. Meningkatkan
relaksasi relaksasi pasien.
5. Kolaborasi
pemberian 5. Analgesik
analgesik. mengurangi
nyeri
4. Implementasi Keperawatan
P:Lanjutkan
Intervensi
diruangan
5. Evaluasi Keperawatan
A:Masalah Teratasi
Sebagian
P:Lanjutkan Intervensi
diruangan
DAFTAR PUSTAKA