Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

DISLOKASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II

Disusun oleh: Kelompok 2

1. Carmelita Gusmao Da Silva (17C10074)


2. Kadek Yuni Kartika (17C10077)
3. Luh Ade Alit Juwita Anjani (17C10079)
4. Ida Ayu Putu Aniaka Dewi (17C10082)
5. Ni Made Rai Sri Widari (17C10083)
6. Ni Luh Ariska Dewi (17C10089)
7. Pande Ayu Monica Sari (17C10090)
8. Ni Made Titin Pradnyantari (17C10101)
9. Ni Luh Wayan Anggreni Purnayosi (17C10106)
10. Ni Kadek Yenita Endraswari (17C10119)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2019

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi


tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis.
Dislokasi sendi dimaksud juga dengan keluarnya kepala sendi dari
mangkuknya atau tulang lepas dari sendi. Dislokasi sendi atau luksasio
adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian
terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat, 2011).

Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah dan


menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011). Dari beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa dislokasi sendi adalah terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi,
biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang
mengalami dislokasi kembali.

Klasifikasi dislokasi sendi:

a. Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya


1) Dislokasi kongenital
Dislokasi sendi yang terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan
2) Dislokasi spontan atau patologik
Dislokasi sendi yang terjadi akibat penyakit sendi dan atau
jaringan sekitar sendi, misalnya tumor, infeksi, atau
osteoporosis. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3) Dislokasi traumatic
Dislokasi sendi akibat kedaruratan ortopedi (seperti
pasokan darah, susunan syaraf rusak, dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) yang disebabkan oleh
cedera dimana sendi mengalami kerusakan akibat kekerasan.
b. Dislokasi sendi berdarsarkan tipe kliniknya
1) Dislokasi akut

Umumnya terjadi pada bahu, siku, dan panggul, disertai


nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi

2) Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang
minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada sendi bahu dan sendi lutut. Dislokasi biasanya sering
dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
c. Berdasarkan tempat terjadinya
1) Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena:
a. Menguap terlalu lebar
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak daoat menutup mulutnya
sendiri
2) Dislokasi sendi bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada
di anterior dan medialglenoid (dislokasi anterior), di posterior
(dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).

3) Dislokasi sendi siku


Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada
tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah
posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan
sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4) Dislokasi sendi jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak
ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku
kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak
tangan atau punggung tangan.
5) Dislokasi sendi metacharpophalangeal dan interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-
ekstensi persendian.
6) Dislokasi panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di
posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior
acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus
acetabulum (dislokasi sentra).
7) Dislokasi patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah
medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan
lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan
stabilisasi secara bedah.

2. Etiologi

Dislokasi sendi disebabkan oleh:

a. Cedera

Olahraga-olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi


adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh
misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya
menyebabkan dislokasi.

c. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.

d. Patologis

Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan


komponen vital penghubung tulang.

3. Manifestasi Klinis

a) Nyeri akut
b) Perubahan kontur sendi
c) Perubahan panjang ekstremitas
d) Kehilangan mobilitas normal
e) Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
f) Gangguan gerakan
g) Kekakuan
h) Pembengkakan
i) Deformitas pada persendian

4. Patofisiologi

Penyebab dislokasi seperti cedera, trauma, terjatuh dan patologik.


Penyebab tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur
sendi dan ligamen. Selanjutnya terjadi kompresi jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi
glenoid teravulsi akibat tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan
tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Dislokasi mengakibatkan
terjadinya trauma jaringan, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan terakhir
terjadi kekakuan pada sendi.

5. Komplikasi

a. Komplikasi Dini
1) Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil
yang mati rasa pada otot tesebut.
2) Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3) Fraktur Dislokasi

b. Komplikasi Lanjut
1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien
yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi.
2) Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek
atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik non-
invasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

b) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan
bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail
dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi
ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.

c) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.

7. Penatalaksanaan

a. Medis

1) Farmakologi

Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik


a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot,
sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari
obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan,
dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri
ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk
nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan.
Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal
500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

2) Pembedahan

a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para
pasien yang memiliki kondisi-kondisi yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasive minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi
Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
(Open Reduction and Fixation). Berikut dibawah ini jenis-
jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
1. Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat
kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2. Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah
direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3. Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft
autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki
penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit.
4. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan
artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah
rusak.
7. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi
dengan bahan logam atau sintetis.
8. Penggantian sendi total:penggantian kedua permukaan
artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.

b. Non-Medis

1) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
8. WOC

Cedera

Trauma
Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
Terjatuh kesatuan sendi.

Patologis
Merusak Struktur Sendi dan Ligamen

Kompresi jaringan tulang yang terdorong ke


depan

Merobek kapsul

Tulang berpindah dari posisi normal

Kurang Pengetahuan

Dislokasi

Ansietas

B2 B3 B6

Pembuluh darah terganggu Trauma jar. sekitar Perubahan struktur sendi


Perubahan perfusi
Tulang terlepas dari
jaringan perifer
Nekrosis avaskuler
Nyeri Akut Penurunan stabilitas
Disfungsi
mangkuknyasendi sendi Perubahan Hambatan mobilitas
penjang ekstremitas
Deformitas
fisik
Kekakuan
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan citra
tubuh
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk


mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Riwayat keperawatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien
mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala
nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri
dirasakan menurun.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang
terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan
penyebab terjadinya cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien
sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
4) Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya riwayat keturunan dari anggota keluarga.
c) Kebutuhan dasar
Difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu
adalah:
1) Rasa nyaman (nyeri): pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat
mengganggu kenyamanan klien.
2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi
tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi.
Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu
gerak dan aktivitas klien.
3) Rasa aman (ansietas): klien dengan dislokasi tentunya
mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan
kondisinya.

d) Pemeriksaan fisik
1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas
yang mengalami dislokasi.
2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi

e) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan
lokasi dislokasi dengan gambar 3 dimensi.
3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan
menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi
radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).


b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan nekrosis
vaskuler akibat pembuluh darah terganggu.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan struktur
sendi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.

3. Intervensi dan Rasional

NO Diagnosa Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui
berhubungan diberikan keadaan umum keadaan
dengan agen asuhan pasien(tingkat umum pasien
penyebab cedera keperawatan nyeri dan TTV) dan tingkat
Fisik selama 3 x 24 2. Beri posisi nyeri pasien.
jam, diharapkan nyaman(semi 2. Posisi semi
nyeri dapat fowler). fowler dapat
berkurang meminimalka
dengan kriteria n nyeri pada
hasil : dislokasi
1. Memperlihat 3. Berikan 3. Kompres
kan kompres hangat hangat
pengendalian pada lokasi berperan
nyeri. dislokasi dalam
2. Melaporkan vasodilatasi
tidak adanya pembuluh
nyeri darah.
3. Tidak 4. Ajarkan teknik 4. Teknik
menunjukan distraksi dan distraksi dan
adanya nyeri relaksasi. relaksasi
meningkat. berfungsi
(tidak ada dalam
ekspresi mengalihkan
nyeri pada fokus nyeri
wajah,tidak pasien
gelisah atau 5. Beri HE tentang 5. Penanaman
ketegangan penyebab nyeri, HE bfungsi
otot,tidak dan antisipasi utk
merintih atau ketidaknyaman mngurangi
menangis.) an. kecemasan
pasien
terhadap
kondisinya
6. Kolaborasi 6. Analgetik
dalam dapat
pemberian mengurangi
analgetik rasa nyeri
pada dislokasi

2. Perubahan Setelah 1. palpasi nadi 1. Tidak adanya


perfusi jaringan diberikan evaluasi nadi, waktu
perifer tindakan pengisian kapiler pengisian
berhubungan keperawatan serta warna kulit kapiler, pucat,
dengan nekrosis pada daerah dan suhu. sianosis dan
vaskuler akibat yang mengalami Bandingkan kulit dingin
pembuluh darah dislokasi dengan menunjukkan
terganggu. menunjukkan ekstremitas yang penurunan
perfusi jaringan tidak mengalami sirkulasi dan
adekuat dengan dislokasi. perfusi.
kriteria hasil: Pembandingan
1. Nadi teraba dengan yang
2. Kulit hangat tidak
3. TTV stabil mengalami
dislokasi
menunjukkan
apakah
masalah
dislokasinya
atau
degenerasinya.
2. Kaji gerakan dan 2. Peningkatan
sensasi nyeri,
ekstremitas yang kesemutan,
dislokasi ketidaknyama
nan melakukan
gerakan yang
diharapkan,
pengaruh
sirkulasi atau
dislokasi,
memerlukan
intervensi
segera.
3. Takitardi dan
3. Awasi tanda- penurunan TD
tanda vital menunjukkan
respon
terhadap
hipovolemia.

4. Untuk
4. Beri kompres meningkatkan
dingin sesuai sirkulasi.
indikasi. 5. Agen
5. Kolaborasi dalam antikoagulan
pemberian obat digunakan
sesuai indikasi untuk
seperti heparin, menurunkan
aspirin, dekstran risiko
berat melekul tromboflebitis
rendah. dan embli
lemak.

3. Hambatan Setelah 1. Observasi 1. Menunjukkan


mobilitas fisik diberikan keadaan tingkat
berhubungan asuhan umum(tingkat mobilisasi
dengan keperawatan mobilitas dan pasien dan
perubahan selama …x24 kekuatan otot) menentukan
struktur sendi. jam, diharapkan intervensi
klien dapat selanjutnya
melakukan 2. Ajarkan ROM 2. Mempertahank
mobilisasi an atau
dengan teratur meningkatkan
dengan kriteria kekuatan dan
hasil : ketahanan otot
1. Klien 3. Pengaturan 3. Meningkatkan
mengatakan posisi kesejahteraan
dapat fisiologis dan
melakukan psikologis
pergerakan 4. Berikan bantuan 4. Membantu
dengan bebas perawatan diri: individu
2. Gerakan berpindah mengubah
pasien posisi
terkoordinir tubuhnya
3. Pasien dapat 5. Berikan HE 5. Mengubah
melakukan tentang latihan persepsi pasien
aktivitas fisik terhadap
secara latihan fisik.
mandiri
6. Mengembalika
6. Kolaborasi n posisi tubuh
dengan ahli autonom dan
fisioterapi volunter
dalam selama
memberikan pengobatan
terapi yang dan pemulihan
tepat dari posisi
sakit atau
cedera

4. Gangguan citra Pasien bisa 1. Kaji konsep diri 1. Dapat


pasien mengetahui
tubuh mengatasi body
pasien
berhubungan image pasien. 2. Kembangkan 2. Menjalin
BHSP dengan saling percaya
dengan
pasien pada pasien
perubahan 3. Bantu pasien 3. Menjadi
mengungkapkan tempat
panjang
masalahnya bertanya
ekstremitas pasien untuk
mengungkapk
an masalah
nya
4. Bantu pasien
4. Mengetahui
mengatasi
masalah pasien
masalahnya.
dan dapat
memecahkann
ya
5. Ansietas Kecemasan 1. Kaji tingakat 1. Mengetahui
berhubungan pasien teratasi ansietas klien tingakat
dengan dengan kriteria kecemasan
kurangnya hasil: pasien dan
pengetahuan a. klien tampak menentukan
tentang penyakit rileks intervensi
b. klien tidak selanjutnya.
tampak 2. Bantu 2. Menggali
bertanya – pasien mengungk pengetahuan
tanya apkan rasa cemas dari pasien dan
atau takutnya. mengurangi
kecemasan
pasien.
3. Untuk
3. Kaji pengetahuan mengetahui
Pasien tentang tingkat
prosedur yang pengetahuan
akan dijalaninya. pasien tentang
penyakitnya.
4. Agar pasien
mengerti
4. Berikan
informasi yang tentang
benar tentang penyakitnya
prosedur yang dan tidak
akan dijalani cemas lagi
pasien.

BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.D DENGAN DISLOKASI
DI INTSALASI GAWAT DARURAT RS HAJI JAKARTA

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas Pasien

Nama : Ny. D
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Ruangan Dirawat : IGD
No Reg : 122 xx xx
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 20 Maret 2017
Tanggal Pengkajian: 20 Maret 2017
Diagnosa Medis : Dislokasi
Alamat :-

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. K
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat :-
Hubungan dengan Klien : Anak

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien


didapatkan data, pasien mengeluh sakit pada lengan atas sebelah
kiri.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pasien terjatuh dari tangga


dengan posisi tangan kiri menjadi tumpuan. Kemudian tidak
lama pasien mengeluh nyeri pada bagian lengan kiri atas dan
tidak bisa digerakkan. Lengan atas kiri pasien nampak
membengkak.
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit tekanan darah


tinggi dan penyakit gula. Pasien hanya mengatakan bahwa
pasien menderita asam urat.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita


penyakit DM dan Hipertensi.

c. Primary Survei

1. Airway
Jalan nafas pasien paten, tidak ada sumbatan pada jalan nafas.
Tidak ada bunyi nafas tambahan saat pasien bernafas.
2. Breathing
Gerakan dada simetris, irama nafas teratur dengan frekuensi nafas
19x/ menit. Tidak terdapat pergerakan retraksi dada saat pasien
bernafas
3. Circulation
Nadi : 64x/menit
TD : 150/80 mmHg
T : 36,7o c
CRT : ≤ 2 detik
Tidak ada perdarahan pada anggota tubuh. Hanya bengkak pada
daerah lengan atas kiri pasien.

4. Disability
GCS : E4 V5 M5
E4 : membuka mata spontan
V5: terorientasi
M5 : pasien tidak dapat menggerakkan lengan kiri pasien
Kesadaran Umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Vital Sign : TD : 150/80 mmHg
N : 87 x/ menit
T : 36,7o c
RR : 19 x/ menit
5. Exprosure
Terdapat edema pada lengan kiri atas akibat pasca jatuh dari tangga

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum Pasien


a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Bangun tubuh : Gemuk
c. Postur tubuh : Tegak
2) Kepala
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien
didapatkan data, bahwa bentuk kepala pasien mesosefal, kebersihan
tidak terkaji karena pasien mengenakan kerudung. Tidak ada tanda
perdarahan pada kepala pasien. Pasien mengatakan tidak pusing
maupun nyeri yang dirasakan pada kepala pasien.
3) Mata
Kebersihan mata pasien baik, tidak ada kotoran pada mata. Mata
nampak putih jernih, tidak ada tanda ikterik pada mata. Pupil mata
pasien bereaksi terhadap rangsangan cahaya. Lapang pandang dan
ketajaman penglihatan tidak terkaji. Klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
4) Hidung
Kebersihan hidung pasien baik, tidak ada tanda peradangan dan
tidak ada polip pada rongga hidung. Tidak ada perdarahan antara
hidung. Fungsi penciuman baik pasien dapat membedakan bau alkohol
dan minyak kayu putih.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak ada cairan yang
keluar dari telinga pasien. Fungsi pendengaran pasien sudah mulai
menurun akibat faktor usia. Pasien tidak teralu mendengar apabila tidak
keras saat berbicara.
6) Mulut
Kebersihan baik, pasien menggosok gigi 2x sehari. Tidak ada
problem menelan. Fungsi bicara masih baik. Fungsi mengunyah dan
mengecap sudah mulai menurun. Pasien mengatakan bahwa pasien
menggunakan gigi palsu.
7) Leher
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pada leher pasien
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar
limfe.
8) Thorax
Bentuk dada pasien simetris antara kiri dan kanan. Tidak ada suara
bunyi tambahan. Tidak ada nyeri pada dada. Bunyi napas vesikuler
dengan irama regular 19 x/ menit
9) Abdomen
Keadaan permukaan abdomen normal, tidak terdapat lesi maupun
pembengakakan pada daerah abdomen. Fungsi pencernaan dan
eliminasi bagus. Bunyi peristaltik normal. Saat dilakukan perkusi
abdomen terdengar bunyi tympani, dan tidak ada nyeri tekan.
10) Genetalia
Pada pengkajian genetalia tidak terkaji
11) Ektremitas atas dan bawah
Pasien tidak dapat menggerakkan tangan kiri pasien, dan pasien
mengatakan nyeri pada lengan atas
5 1
5 5
Ket :
5 : Mampu melawan tahanan penuh
4 : Mampu melawan dengan sedikit tahan
3 : mampu melawan gravitasi
2 : mampu melawan gravitasi dengan sokongan
1 : teraba adanya kontraksi

e. Pemeriksaan Penunjang

Rontgen:
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Berdasarkan pengkajian Discuntinoitas Nyeri akut
yang dilakukan terhadap pasien, Jaringan
pasien mengatakan nyeri pada
lengan kiri atas dan tidak bisa
digerakkan

DO:

P : dislokasi sendi pada


lengan kiri atas

Q : seperti ditusuk-tusuk, nyeri


dirasakan ketika bergerak

R : nyeri pada dislokasi sendi


pada lengan kiri atas dan tidak
menyebar ke daerah lain

S : skala 4 dengan
menggunakan skala numeric
1-10

T : hilang timbul
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d Discuntinoitas Jaringan

3. Intervensi Keperawatan

No Data Rencana
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukakn 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui
Discuntinoitas tindakan keperawatan intensitas nyeri.
2. Berikan posisi
2. Posisi relaksasi
Jaringan selama 15 menit , nyeri
relaks pada
pada pasien
yang dirasakan pasien
pasien.
dapat
berkurang dengan
mengalihkan
kriteria hasil:
fokus pikiran
a. Klien tampak tidak pasien pada
meringis lagi. 3. Berikan
nyeri.
b. Klien tampak lingkungan 3. Tehnik relaksasi
rileks. yang nyaman, dan distraksi
dan aktifi tas dapat
hiburan. mengurangi rasa
4. Ajarkan teknik nyeri.
distraksi dan 4. Meningkatkan
relaksasi relaksasi pasien.
5. Kolaborasi
pemberian 5. Analgesik
analgesik. mengurangi
nyeri
4. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d 1. Mengkaji skala nyeri ( skala S:Pasien
Discuntinoitas nyeri 4 dari 5) mengatakan nyeri
2. Memberikan posisi relaks
Jaringan nya berkurang
pada pasien. (posisi fowler )
saat beberapa saat
3. Memberikan lingkungan
setelah diberikan
yang nyaman, dan aktifitas
obat anti nyeri
hiburan. (menutup sampiran)
O:Posisi pasien
4. Mengajarkan teknik
fowler
distraksi dan relaksasi
Pasien diberikan
(dengan cara nafas dalam
obat anti nyeri
dan distraksi imaginary) TD : 150 / 80
5. Mengolaborasikan N : 86x/ menit
RR : 19x/menit
pemberian analgesic
T : 36,7O
(pemberian obat anti nyeri
suppositoria profenid A:Masalah Teratasi
ketoprofen) Sebagian

P:Lanjutkan
Intervensi
diruangan

5. Evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Tanggal/ Diagnosa Evaluasi Paraf


Jam Keperawatan
1. Sabtu, 20 Maret Nyeri Akut b.d S:Pasien mengatakan
2017 Discuntinoitas nyeri nya berkurang
Jaringan saat beberapa saat
setelah diberikan obat
anti nyeri
O:Posisi pasien fowler
Pasien diberikan obat
anti nyeri
TD : 150 / 80
N : 86x/ menit
RR : 19x/menit
T : 36,7O

A:Masalah Teratasi
Sebagian

P:Lanjutkan Intervensi
diruangan

DAFTAR PUSTAKA

Diana. 20. Dalam (https://www.academia.edu31917669/ASKEP_DISLOKASI_SENDI).


Diakses tanggal 17 Juni 2019.
Dewi, Ayu Mulia. 2013.Dalam
(https://www.google.com/amp/s/ayuuliadewi13.wordpress.com/2013/03/20/askep-
dislokasi/amp/). Diakses tanggal 15 Juni 2019

Syifa, Nahla Hayyatu. 2017. Dalam (https://www.academia.edu/33203359/LP_DISLOKASI)


Diakses tanggal 15 Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai