Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DISLOKASI

NAMA : Muhammad Komaruzaman


NIM : 200512036

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA


Jl. Kubah Putih No.7 RT 001/014 Kel, Jatibening Kec. Pondok Gede
Kota Bekasi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang
dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu
Bedah, edisi 3,Halaman 1046). Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan
sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner &
Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355)
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito,
2000, edisi 6, Halaman 1118). Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan
menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan
yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi
6, vol 2, Halaman1368 ).

B. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2356) adalah:
1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering
terlihat pada pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak
struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa.
Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :
(Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang
patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

C. Etiologi
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada
tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma kecelakaan
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
D. Patofisiologi
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan
exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga
menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat
merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan
sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam
melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk
pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan
selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga
merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

F. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1.) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2.) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3.) Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut.
1.) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
2.) Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
3.) Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
4.) Kelemahan otot

G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan
adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna
putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.

H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
b. Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
a.) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b.) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis
pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1.) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
2.) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
3.) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit.
4.) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5.) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6.) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7.) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
8.) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.

3. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
RICE :
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
b. Pencegahan
1.) Cedera akibat olahraga
a. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
b. Latihan atau exercise
c. Conditioning
2.) Trauma kecelakaan
a. Kurangi kecepatan
b. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
c. Patuhi peraturan lalu lintas
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data
pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji
penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri
dirasakan menurun.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan
terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi
b. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
c. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
d. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan
dasar manusia yang terganggu adalah:
a.) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
b.) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas
dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
c.) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
d.) Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa
aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6. Pemeriksaan diagnostic
1.) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2.) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan
gambar 3 dimensi.
3.) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar
yang lebih detail.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah atau menelan.

C. Intervensi Keperawatan
Dx.1 Nyeri Akut (Nanda NIC NOC hal:530)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum
berhubungan keperawatan selama …x24 pasien(tingkat nyeri dan TTV)
dengan agen jam, diharapkan dengan 2. Beri posisi nyaman(semi
penyebab cedera- kriteria hasil : fowler)
3. Berikan kompres hangat pada
1. Memperlihatkan
Fisik(trauma lokasi dislokasi
pengendalian nyeri.
kecelakaan dan 4. Ajarkan teknik distraksi dan
2. Melaporkan tidak
cedera olahraga)- relaksasi
adanya nyeri
DS: klien 5. Beri HE tentang penyebab
3. Tidak menunjukan
melaporkan nyeri, dan antisipasi
adanya nyeri
adanya nyeri.- ketidaknyamanan
meningkat.(tidak
DO: klien 6. Kolaborasi dalam pemberian
ada ekspresi nyeri
tampak analgetik
pada wajah,tidak
berperilaku 1. Mengetahui keadaan
gelisah atau
distraksi (mondar umum pasien dan
ketegangan
mandir, aktivitas tingkat nyeri pasien
otot,tidak merintih
berulang, 2. Posisi semi fowler
atau menangis.)
memegang dapat meminimalkan
daerah nyeri), nyeri pada dislokasi
perilaku 3. Kompres hangat
ekspresif(gelisah, berperan dalam
meringis, vasodilatasi pembuluh
menangis, darah.
menghela napas 4. Teknik distraksi dan
panjang) relaksasi berfungsi
dalam mengalihkan
fokus nyeri pasien
5. Penanaman HE pada
pasien berfungsi untuk
mengurangi
kecemasan pasien
terhadap kondisinya
6. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
pada dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik (Nanda NIC NOC hal:472)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional


Hasil Tindakan
2 Hambatan mobilitas fisikSetelah diberikan 1) Observasi 1) Menunjukkan
berhubungan denganasuhan keadaan tingkat mobilisasi
gangguan muskuloskletal-keperawatan umum(tingkat pasien dan
DS: pasien mengeluhselama …x24 jam, mobilitas dan menentukan
sulit dalam bergerak- diharapkan klien kekuatan intervensi
DO: tidak dapat melakukan dapat melakukan otot)2) selanjutnya2)
aktivitas secara mandiri, mobilisasi denganAjarkan Mempertahankan atau
gerakan tidak teratur atauteratur denganROM3) meningkatkan
tidak terkoordinasi kriteria hasil : Pengaturan kekuatan dan
posisi4) ketahanan otot3)
1. Klien
Berikan bantuanMeningkatkan
mengatakan
perawatan diri:kesejahteraan
dapat
berpindah fisiologis dan
melakukan
psikologis4)
pergerakan 5) Berikan HE
Membantu individu
dengan tentang latihan
mengubah posisi
bebas fisik
tubuhnya
2. Gerakan
6) Kolaborasi
pasien 5) Mengubah
denganahli
terkoordinir persepsi pasien
fisioterapi dalam
3. Pasien terhadap latihan fisik
memberikan
dapat
terapi yang tepat 6) Mengembalikan
melakukan
aktivitas posisi tubuh autonom
secara dan volunter selama
mandiri pengobatan dan
pemulihan dari posisi
sakit atau cedera

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda NIC NOC Hal:
503)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Hasil
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Kaji faktor penyabab
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan kesulitan mengunyah
kebutuhan tubuh selama …x24 jam, 2. Letakkan makanan
berhubungan dengan diharapkan pada bagian mulut
kesulitan mengunyah kebutuhan nutrisi yang tidak
atau menelan.- DS: klien dapat mengalami masalah
pasien mengeluh susah terpenuhi secara 3. Atur posisi
mengunyah, pasien adekuat dengan pasien(semi fowler)
mengatakan nafsu makan kriteria hasil:1) 4. Kolaborasi dalam
menurun- DO: Pasien tidak pemasangan alat
pasien tampak lemas, melaporkan invasif(NGT)
mukosa bibir kering, kesulitan 5. Mengetahui faktor
tampak kurang berminat mengunyah2) penyebab kesulitan
terhadap makanan Nafsu makan pasien mengunyah dan
kembali baik3) menentukan
Keadaan umum intervensi
pasien kembali selanjutnya
normal 6. Mengurangi
aktivitas pada rahang
yang sakit
7. Posisi semi fowler
dapat mencegah
aspirasi
8. Mempertahankan
asupan nutrisi pasien

D. Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

E. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi
2. Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi
sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah
semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).

Anda mungkin juga menyukai