OLEH:
KELOMPOK 2
1. YONATAN WIDODO
2. BINTARI
3. ISTIQOMAH
4. HALIAMATUS SA’DIYAH
5. LULUK ARIFAH
6. AGUS SULISTIYOWATI
7. SANTI MALIKA DEWI
8. AHMAD SUVIAN M.I
9. DWI PRASETYO
A. Pengertian
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap
tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046). Dislokasi sendi adalah suatu
keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner &
Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355). Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang
mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito,
2000, edisi 6, Halaman 1118). Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404). Dislokasi adalah deviasi hubungan normal
antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price &
Wilson, 2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).
Kesimpulan:
Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat menimbulkan deformitas.
B. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)
adalah:
1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada
pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena
trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang
minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral
joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
C. Etiologi
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh
misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma kecelakaan
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
D. Patofisiologi
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga
memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya
kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid
teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan
atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma
kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan
ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan
dislokasi.
PATHWAY DISLOKASI SENDI
Etiologi
Dislokasi
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
F. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin
terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3. Fraktur disloksi
b. Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama
pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau
3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
4. Kelemahan otot
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar-X (Rontgen)
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga
memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi
ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa
menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan
lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi.
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari
obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk
nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan
bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut
dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu
dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki
penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
2. Non medis
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
b. Pencegahan
1. Kurangi kecepatan
2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
3. Patuhi peraturan lalu lintas
2. Askep Teoritis Dislokasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan
menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien
dislokasi difokuskan pada :
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas,
skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien
melaporkan penyebab terjadinya cedera.
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita
klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi
2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
4. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5) Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang
terganggu adalah:
b) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang
dapat mengganggu kenyamanan klien.
c) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus
diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.
d) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan
mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
e) Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas)
dengan kondisinya.
b) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3 dimensi.
c) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet dan
gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
B. Diagnosa Keperawatan
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau
menelan.
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi