PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian flu burung?
b. Mengetahui etiologi flu burung?
c. Mengetahui patofisiologi flu burung?
d.
e.
f.
g.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di waspadai adalah
yang
disebabkan
oleh
virus
influenza
dengan
kode
genetik
H5N1
strain yaitu h1n1 h3n2 h5n1 h7n7 h9n2 dll , saat ini penyebab flu burung ialah
highly pothogenic avian influenza virus.
2.3 Patofisiologi
Flu burung bias menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung
dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di
saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat ula mengeluarkan virus
ini melalui tinja, yang kemudian mongering dan hancur menjadi semacam bubuk.
Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia disbanding dari manusia ke
manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum
terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara
virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah
jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia
karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung,
juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan
dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung
menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup dipasar
serta berbagai mekanisme lain. Kemampuan virus flu burung adalah
membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri ddalam system imunitas
tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi
sitokin protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan
berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena
virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri).
Gejalanya yang ditunjukkan pada kasus seperti demam, batuk, sakit
tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata
(conjunctivitis). Bila keadaan memburuk, dapat juga terjiadi severe respiratory
distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah
serta meningkatnya kadar CO. keadaan ini umumnya terjadi karena infeksi flu
yang menyebar ke paru dan menimbulkan pneumonia. Radang paru (pneumonia)
ini apat disebabkan oleh virus itu sendiri atau juga oleh bakteri yang masuk dan
menginfeksi paru yang memang sedang sakit akibat flu burung.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia
Gejala pada unggas
1. Jengger berwarna biru
2. Borok dikaki
3. Kematian mendadak
4. Bulu mengkerut
5. Kepala bengkak
6. Bersin
7. Diare
8. Bertingkah seperti depresi
Gejala pada manusia
1. Demam (suhu badan diatas 38 derajat celcius)
2. Batuk dan nyeri tenggorokan
3. Batuk
4. Pilek
5. Lemas
6. Sakit kepala
7. Radang saluran pernafasan atas
8. Pneumonia
9. Respiratori distress
2.5 Cara penularan
Flu burung terdengar sangat mengerikan, mengingat banyak korban jiwa yang
sudah jatuh karenanya. Mengetahui tentang mekanisme penularan sebuah
penyakit akan membuat kita jauh lebih waspada akan penyakit tersebut. Dengan
mengetahui secara detail tentang penularan penyakit flu burung, kita akan bisa
mengetahui cara-cara untuk menghindarinya dengan tepat, tanpa membuat aksi
yang berlebihan. Berikut ini cara-cara penularan flu yang disebabkan oleh virus
H5N1 ini.
1. Secara garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan
sumber penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga berlaku
pada penyakit flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan
bahwa vektor utama penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan langsung
dengan unggas yang sakit, atau produk dari unggas sakit tersebut akan
membuat Anda tertular..
2. Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan
sekitar. Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki
burung peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang
sangat mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika
unggas terjangkit virus H5N1 bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah
mengandung virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar
kotoran ternak unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1
yang sangat baik.
3. Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan
tetapi, disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat
tidak efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus
H5N1 berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat
efektif ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika Anda
berada didekat pasien flu burung.
4. Cara lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak unggas.
Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak
dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah
unggas
dapat
menjadi
media
menularkan
virus
H5N1
pada
pengkonsumsinya. Virus flu burung ini akan mati apabila produk unggas
tersebut dimasak secara sempurna (benar-benar matang).Mengkonsumsi
daging setengah matang dan telur setengah matang masih berpeluang
terjangkit virus flu burung ini jika unggas yang dipotong sudah terjangkiti
oleh virus ini. Untuk itu, jika Anda akan mengkonsumsi unggas yang
berasal dari daerah yang dicurigai terjangkiti virus H5N1, pastikan daging
atau telur unggas tersebut dimasak hingga benar-benar matang hingga aman
untuk dikonsumsi
2.6 Cara pencegahan
a. Pada Unggas
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu
burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya
adalah :
Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg
(jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu
burung.
Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir
sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak
terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian
oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan
workshop Case Management & pengembangan laboratorium regional
Avian Influenza, Bandung 20 23 April 2006
ruang pemeriksaan.
Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan
perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap
lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap klinis
1) Perhatikan
:
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse
oxymetry.
2) Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
II.
hari.
Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b.
Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Data Dasar Pengkajian Pasien
Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang, kelelahan, demam ringan
Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri
Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB.
Tanda: turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada berkembang/berubah naik karena batuk berulang.
Tanda: gelisah
Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.
Tanda : muka merah, sianotik
b)
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sputum
Pengelompokan Data
a)
Data Subyektif
b)
Data Obyektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan
dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat
influenza.
Intervensi:
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran,
krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan lapar udara, gelisah, ansietas,
distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit,
mis., infeksi, reaksi alergi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
dengan memanfaatkan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari
posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja,
bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai
alat ekspansi dada.
Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
10
bibir/atau
daun
telinga).
Keabu-abuan
dan
dianosis
sentral
11
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, minus dari kebutuhan tubuh dapat
dihubungkan dengan dispnea.
Intervensi:
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum, dan obat.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan
napas.
12
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas
abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat
badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan
dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
IMPLEMENTASI
Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan
makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang
Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas
dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran,
13
krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
EVALUASI
Setelah melakukan implementasi diharapkan pasien mengalami perubahan yang
diinginkn sesuai dengan intervensi yang dibuat.
Jika pasien tidak mengalami perubahan apapun segera kaji kembali intervensi dan
kemudian buat intervensi yang baru.
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu di waspadai adalah
yang
disebabkan
oleh
virus
influenza
dengan
kode
genetik
H5N1
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/204018266/Etiologi-Flu-Burung
15
https://dreamfile.wordpress.com/2012/03/09/flu-burung-gejala-cara-penularanpencegahan-dan-pengobatannya/
https://assolinformation.wordpress.com/2013/01/01/asuhan-keperawatan-fluburung/
http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/asuhan-keperawatan-fluburung-66440/
16