Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Sistem Pencernaan
Tifoid

CI: Rosmaida, AM., Kep.

Disusun Oleh:

Yossy Rezky Ramadhana


PO.71.20.0.15.3846
D-III Keperawatan

Program Studi D-III Keperawatan


Politeknik Kemenkes Jambi
TA. 2016/2017
A Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypii.
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus
halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella
thypii.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella
thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut
atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.

B Penyebab
Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B
dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh
dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C Patofisiologi
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang
tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang
sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk
ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah.
D Pathway
Salmonella Thyposa

Saluran pencernaan

Lolos dari asam lambung Dimusnahkan oleh lambung

Usus halus

Jaringan limfoid

Otak Aliran darah

SSP Seluruh Tubuh Kel. Limfoid Usus Halus Masuk retikuloendotelial

Mengeluarkan Jaringan limfoid


Merangsang pusat endotoksin Nekrosis usus halus Masuk limfa dan hati
muntah di medulla
oblongata
Pelepasan mediator Ulkus di Plak Pyeri Pembesaran hati dan limfa
inflamasi

Motilitas usus terganggu Nyeri perabaan


kuadran atas
Suhu Tubuh Nyeri kepala Salmonella Thyposa
Peristaltik usus Peristaltik usus
Gg. Rasa Gg. Rasa
Hipertermia
nyaman nyaman
nyeri kepala Diare nyeri perut
Konstipas
i
Mual Muntah Anoreksia Kekurangan cairan Dehidrasi
Kelemahan Bedrest dan elektrolit
Total

Gg. Pemenuhan Nutrisi Bibir kering dan


Defisit Defisit volume cairan pecah-pecah
Perawatan Diri dan elektrolit
(Oral hygine)

Lidah tertutup Napas berbau


selaput putih kotor tidak sedap
(coated tongue)
E Manifestasi Klinik
Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat
lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat
pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat
dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal. Umumnya klien
mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi koma, atau
gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.

F Data Fokus
a Keluhan utama: perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
bersemangat serta nafsu makan berkurang.
b Suhu tubuh biasanya meningkat, demam berlangsung selama 3 minggu bersifat febris
remiten pada malam atau pagi atau setiap hari dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun
dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
c Pada orangtua dan keluarga juga mengalami kecemasan akibat anggota keluarganya
yang sakit sehingga terkadang mempengaruhi psikologi orangtua atau keluarga.

G Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri
dari:
1 Pemeriksaan leukosit
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna
untuk diagnosa demam typhoid.
2 Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3 Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Uji Widal
4 Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
5 Pemeriksaan Tubex
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang
tinggi terhadap kuman Salmonella (lebih dari 95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan
sampel darah sedikit, dan hasil dapat diperoleh lebih cepat.

H Penatalaksanaan Medis
Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan
diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan perawatan sebagai
berikut:
1 Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya kondisi bila ada
komplikasi perdarahan.
2 Diet
Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang kerja usus
dan tidak mengandung gas, dapat diberikan susu 2 gelas sehari
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

I Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu
mentah, hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin.

Proses Keperawatan

A Pengkajian

Pengkajian demam tifoid akan di dapatkan sesuai dengan perjalanan patologis penyakit.
Secara umum keluhan utama pasien adalah demam dengan tidak disertai mengigil apabila pasien
datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dimana perjalanan penyakit pada minggu
pertama akan didapatkan keluhan inflamasi yang belum jelas, sedangkan setelah minggu kedua,
maka keluhan pasien akan menjadi lebih berat. Keluhaan lain yang menyertai demam yang lazim
didapatkan berupa keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, kostipasi, dan nyeri
otot.

Pada pengkajian riwayat kesehatan mungkin didapatkan kebiasaan mengonsumsi


makanan yang tidak diolah dengan baik, sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi
lingkungan rumah tempat tinggal yang tidak sehat, serta kebersihan yang kurang baik. Pada
pengkajian riwayat penyakit dahulu perlu divalidasi tentang adanya riwayat penyakit tifus
abdominalis sebelumnya.

Pengkajian psikososial sering didapatkan adanya kecemasan dengan kondisi sakit dan
keperluan pemenuhan informasi tentang pola hidup higienis. pada pemeriksaan fisik akan di
dapatkan berbagai manifestasi klinik yang berhubungan dengan perjalanan dari penyakit demam
tifoidTabel pemeriksaan fisik pada pasien tifus abdominalis/gastroenteritis.

B Diagnosa Keperawatan
1 Hipertermi b.d respons sistemik dari inflamasi gastrointestinal
2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu b.d kurangnya asupan
makanan yang adekuat
3 Nyeri b.d iritasi saluran gastrointestinal
4 Resiko kerusakan inegritas jaringan b.d penekanan setempat, tirah baring lama, kelemahan
fisik umum
5 Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi
6 Pemenuhan informasi bd ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan perawatan dan
pengobatan, rencana perawatan rumah.

CRencana Keperawatan

Hipertermi b.d respons inflamasi sistemik

Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam terjadi penurunan suhu tubuh


Kriteria evaluasi:
-Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
-Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan

Intervensi Rasional

Evaluasi TTV pada setiap pergantian shift atau Sebagai pengawasan terhadap adanya
setiap ada keluhan dari pasien perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat dilakukan perawatan scara cepat dan
tepat
Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang Sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
car menurunkan suhu tubuh

Lakukan tirah baring total Penurunan aktivitas akan menurunkan laju


metabolisme yang tinggi pada fase akut untuk
membantu menurunn suhu tubuh
Atur lingkungan yang kondusif Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak
bising dan sedikit pengunjung memberikan
efektivitas terhadap proses penyembuhan.

Beri kompres dengan air hangat pada daerah Pemberian kompres hangat di daerah tersebut
aksila, lipat paha dan temporal bila terjadi memungkinkan terjadinya penurunan panas
panas. secara cepat karena terdapat pembuluh darah
yang lebar
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Antipiretik bertujuan untuk memblok respon
obat antipiretik panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih
cepat menurun

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake dan nutrisi
sekunder dari nyeri, ketidaknyamanan lambung dan intestinal

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria evaluasi:
-Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu
-Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi Rasional

Kaji pengetahuan pasien tentang asupan nutrisi Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai
dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut,
perawat dapat memberikan pendidikan yang
sesuai dengan pengetahuan pasien.
Monitor perkembangan berat badan Peningkatan berat badan dilakukan sebagai
evaluasi terhadap intervensi yang diberikan

Nyeri b.d iritasi gastrointestinal, adanya mules dan muntah

Tujuan: Dam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi


Kriteria evaluasi:
-Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang
-Skala nyeri 0-1 (0-4). Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional

Lakukan manajemen nyeri keperawatan:


-Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul -Istirahat secara fisiologis akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

-Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri -Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal

Resiko kerusakan integritas jaringan b.d penekanan setempat, tirah baring lama,
kelemahan fisik umum
Tujuan: Dalam waktu 5x24 jam resiko dekubitustidak terjadi
Kriteria evaluasi:
-Pasien terlihat mampu melakukan pencegahan dekubitus
-Area yang beresiko tinggi penekanan setempat tidak ada gejala dekubitus
Intervensi Rasional

Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan tiap 2 Mencegah penekanan setempat yang berlanjut
jam pada nekrosis jaringan lunak
Jaga kebersihan dang anti sprei apabila kotor Mencegah stimulus kerusakan pada area
atau basah bokong yang beresiko terjadi dekubitus

Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi

Tujuan: Secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang


Kriteria evaluasi:
-Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat
-Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik
Intervensi Rasional

Anjurkan pasien dan keluarga untuk Kesempatan diberikan kepada pasien untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan rasa mengekspresikan rasa takut dan
takutnya kekhawatirannya tentang akan adanya perasaan
malu akibat kurang control terhadap eliminasi
usus
Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai Meningkatkan distraksi dari pikiran pasien
kemampuan individu seperti: menonton TV dengan kondisi sakit
Pemenuhan informasi b.d ketidakseimbangan informasi penatalaksanaan perawatan dan
pengobatan, rencana perawatan rumah
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan
Kriteria evaluasi:
-Pasien mampu mengulang kembali informasi yang diberikan
-Pasien terlihat termotivasi terhadap informasi yang dijelaskan

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan pasien untuk Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi


mengikutipembelajaran tingkat kecemasan, oleh kesiapan fisik, emosional, dan lingkungan
kelemahan umum, pengetahuan pasien yang kondusif
sebelumnya, suasana yang tepat
Jelaskan pola hidup sehat Pasien diberitahu cara penyediaan makanan
sehat, pengolahan makanan sesuai dengan cara
sehat menggunakan air bersih yang sehat dan
menghindari mengonsumsin makanan yang
tidak terjamin kebersihannya.

Daftar Pustaka
Suriadi, R. Y. 2006. Asuhan Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Muttaqin Arief & Sari Kumala. 2010. Gangguan Gastrointestinal. Banjarmasin: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Pendahuluan CKD
    Laporan Pendahuluan CKD
    Dokumen7 halaman
    Laporan Pendahuluan CKD
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • TIFOID
    TIFOID
    Dokumen11 halaman
    TIFOID
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Askep Sirosis Hepatis
    Askep Sirosis Hepatis
    Dokumen16 halaman
    Askep Sirosis Hepatis
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan LBP
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan LBP
    Dokumen12 halaman
    Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan LBP
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Vertigo
    Laporan Pendahuluan Vertigo
    Dokumen23 halaman
    Laporan Pendahuluan Vertigo
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • HIPOSPADIA
    HIPOSPADIA
    Dokumen9 halaman
    HIPOSPADIA
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • YULINA
    YULINA
    Dokumen8 halaman
    YULINA
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • YOSSY
    YOSSY
    Dokumen11 halaman
    YOSSY
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Kasus Anak Bu Mona
    Kasus Anak Bu Mona
    Dokumen2 halaman
    Kasus Anak Bu Mona
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Vertigo
    Laporan Pendahuluan Vertigo
    Dokumen23 halaman
    Laporan Pendahuluan Vertigo
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Kaju
    Kaju
    Dokumen5 halaman
    Kaju
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • No DX
    No DX
    Dokumen1 halaman
    No DX
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Yossy
    Yossy
    Dokumen10 halaman
    Yossy
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Sandy
    Sandy
    Dokumen6 halaman
    Sandy
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Edit Ulkus
    Edit Ulkus
    Dokumen12 halaman
    Edit Ulkus
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • NWWWWW
    NWWWWW
    Dokumen15 halaman
    NWWWWW
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Bu VIVI Fix
    Bu VIVI Fix
    Dokumen15 halaman
    Bu VIVI Fix
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • KBM I Flu Burung
    KBM I Flu Burung
    Dokumen16 halaman
    KBM I Flu Burung
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Contoh Kerjasama
    Contoh Kerjasama
    Dokumen4 halaman
    Contoh Kerjasama
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • NWWWWW
    NWWWWW
    Dokumen15 halaman
    NWWWWW
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Ulkus
    Intervensi Ulkus
    Dokumen4 halaman
    Intervensi Ulkus
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • HEEPATITIS
    HEEPATITIS
    Dokumen25 halaman
    HEEPATITIS
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Aspek Hukum Terhadap (Patient)
    Aspek Hukum Terhadap (Patient)
    Dokumen7 halaman
    Aspek Hukum Terhadap (Patient)
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen2 halaman
    Anak
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Judul Tugas Novel Amel
    Judul Tugas Novel Amel
    Dokumen7 halaman
    Judul Tugas Novel Amel
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • AMEL
    AMEL
    Dokumen6 halaman
    AMEL
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Contoh Etika Dalam Bekerja
    Contoh Etika Dalam Bekerja
    Dokumen5 halaman
    Contoh Etika Dalam Bekerja
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Bu VIVI Fix
    Bu VIVI Fix
    Dokumen15 halaman
    Bu VIVI Fix
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat
  • Askep Teoritis (CLEAR)
    Askep Teoritis (CLEAR)
    Dokumen28 halaman
    Askep Teoritis (CLEAR)
    yossy rezky ramadhana
    Belum ada peringkat