Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session

VERTIGO SENTRAL

Oleh :
Try Purwo Fandoko (1110312013)

Preseptor :
Prof. DR.dr. Darwin Amir, Sp.S (K)
dr. Syarif Indra, Sp.S
dr. Restu Susanti, Sp.S, M.Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. M. DJAMIL
PADANG - 2015

1
BAB I

Tinjauan Pustaka
1.1. Definisi

Vertigo adalah perasaan seseorang seperti lingkungan atau tubuhnya yang

berputar yang dapat diakibatkan oleh penyakit telinga bagian dalam atau gangguan

pusat-pusat vestibular atau jaras-jarasnya di dalam sistem saraf pusat.1 Vertigo

adalah perasaan yang abnormal dan mengganggu bahwa seseorang merasa seakan-

akan bergerak terhadap lingkungannya (vertigo subjektif), atau lingkungan seakan-

akan bergerak terhadapnya padahal sebenarnya tidak (vertigo objektif).2 Vertigo

sentral merupakan vertigo yang disebabkan oleh penyakit sistem saraf pusat.1

1.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibularis

Aparatus vestibularis merupakan komponen khusus dalam telinga dalam

yang memberikan informasi tentang sensasi keseimbangan serta koordinasi

gerakan-gerakan kepala, gerakan mata, dan postur tubuh. Bagian vestibular dari

membran labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yaitu anterior, posterior, dan

horizontal. Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit yaitu utrikulus dan sakulus

yang mendeteksi akselerasi linier termasuk pengaruh gravitasi. Kupula adalah

sensor gerakan dari kanalis semisirkularis dan diaktivasi oleh aliran endolimf. 3,4,5

1.3. Patofisiologi dan Etiologi

Vertigo timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada

serabut-serabut yang menghubungkan nukleus vestibularis dengan pusatnya di

serebelum atau di korteks cerebri. Sebagian besar kasus vertigo dianggap sebagai

ketidakseimbagangan impuls sensorik yang berhubungan dengan pergerakan yang

2
mencapai otak melalui tiga sistem persepsi yang berbeda, yaitu visual, vestibular,

dan somatosensorik. 2

Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Fisiologis , seperti mabuk kendaraan

2. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari

susunan vestibularis, diantaranya :

- Penyakit-penyakit telinga

- Peradangan, perdarahan, trauma, hydrops, gangguan sirkulasi darah.

- Neuronitis vestibularis

- Vertigo posisional benigna

- Penyakit meniere 2

3. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari

susunan vestibularis, antara lain :

- Encephalitis

- Multiple sklerosis

- Trauma kapitis

- Neoplasma

- Migren basiler

- Gangguan di serebelum

- Epilepsi

- Stroke batang otak atau TIA di daerah arteri vertebro basilaris

- Spondilitis servikalis, dan lain-lain. 6

3
4. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan di bagian perifer

atau sentral, seperti Diabetes Mellitus, hipoglikemi, anemia, hipotensi

postural, dan lain-lain.

1.4. Gejala Klinis

Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya

bergerak atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat

menentukan tempatnya. Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik ke arah

lantai atau ke arah satu sisi ruangan, sukar untuk memfokuskan penglihatan dan

merasa tidak enak untuk membuka mata selama serangan. Disertai pula dengan

mual muntah, keringatan dan dada berdebar-debar.3

Gejala vertigo dapat dibedakan kelainannya antara perifer atau sentral,

seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini.3,7,8

Tabel 1. Perbedaan vertigo tipe perifer dengan sentral


Gejala Perifer Sentral
Onset Mendadak Perlahan
Beratnya keluhan Gejala hebat, episodik Gejala ringan, kontinu
Durasi dan Gejala Beberapa menit sampai jam Kronik
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang
keseimbangan, light headed
Menutup mata Meringankan gejala Memperberat gejala
Perubahan posisi Mempengaruhi gejala Tidak mempengaruhi
kepala
Nistagmus (+) satu arah (dengan fase Kadang-kadang dua arah
cepat atau lambat) (bidirectional)
Fiksasi visual Dihambat oleh nistagmus Tidak ada hambatan
dan vertigo
Arah post pointing Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Arah jatuh pada Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Romberg test
Gangguan lain Tuli, tinitus, mual, muntah Jarang
Fase laten Mempunyai fase laten 2-30 Tidak mempunyai fase laten
detik

4
1.5. Diagnosis

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk

penderita vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak

memerlukan waktu.6,9

 Penderita diminta melukiskan dengan kata-kata sendiri apa yang

dimaksudnya dengan pusing

 Anamnesis khusus dengan vertigonya

o Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya

o Intensitas timbulnya vertigo berkaitan dengan perjalanan waktu

o Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya

o Pengaruh lingkungan atau situasi

o Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah dll

 Anamnesis untuk keluhan-keluhan lain (drop attack, gangguan penglihatan,

disatria, disfonia, gangguan pergerakan atau sensibilitas) bilamana keluhan

ini ada dan bersamaan dengan penurunan kesadaran maka perlu dicurigai

kelainan serebrovaskuler.

 Anamnesis intoksikasi/pemakaian obat-obatan, sepeti streptomisin, anti

konvulsan, gentamisin, anti hipertensi, kanamisin, penenang, neomisin,

alkohol, fenilbutazol, kinin, asam eta-akrinik, tembakau.

2. Pemeriksaan Fisik 2,6,10

Pemeriksaan mata perlu dilakukan pada kondisi mata bergerak dan dalam

posisi netral.

5
1. Mencari adanya strabismus dan/atau diplopia

2. Mencari adanya nistagmus

Pemeriksaan nistagmus dilakukan waktu memeriksa gerakan bola

mata. Waktu memeriksa gerak bola mata, harus diperhatikan terlihat ada

nistagmus atau tidak. Nistagmus ialah gerak bolak balik bola mata yang

involunter dan ritmik. Untuk maksud ini penderita disuruh melirik terus ke

satu arah (misalnya ke kanan, ke kiri, ke atas, bawah) selama jangka waktu

5 sampai 6 detik. Jika ada nistagmus hal ini akan terlihat dalam jangka

waktu tersebut. Akan tetapi, mata jangan terlalu jauh dilirikkan, sebab hal

demikian dapat menimbulkan nistagmus pada orang yang normal (end

position nystagmus; nistagmus posisi ujung).

Bila dijumpai nistagmus harus diperiksa:

a. Jenis gerakannya

- Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak memiliki fase cepat

dan lambat.

- Nistagmus vertikal yang murni : nistagmus yang geraknya ke atas

dan ke bawah

- Nistagmus rotarorri yang murni : nistagmus yang geraknya

berputar

- Gerakan nistagmoid : gerakan bola mata yang bukan nistagmus

sebenarnya

- Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah arahnya

bila arah lirik mata berubah.

b. Bidang gerakannya: horizontal, ventrikal, rotatoar, atau campuran

6
c. Frekuensinya (cepat atau lambat)

d. Amplitudonya (besar atau kecil, kasar atau halus)

e. Arah gerakannya yaitu arah komponen cepatnya. Bila dikatakan

nistagmus horizontal kanan, ini berarti komponen cepatnya ialah

horizontal kanan. Sebetulnya lesi berada di arah komponen

lambatnya, karena komponen lambat inilah yang esensial pada

nistagmus: timbulnya nistagmus ialah karena lemahnya mata untuk

mengadakan deviation conjuge yang volunter.

f. Derajatnya

- Derajat 1 : nistagmus timbul bila melirik ke arah komponen

cepat

- Derajat II : juga ada bila melihat ke depan

- Derajat III : juga ada abila melirik ke arah komponen lambat.

g. Lamanya : apakah menetap (permanen), atau berlalu (menghilang

setelah beberapa waktu, hari, atau minggu)

Selain itu perlu pula diselidiki hal berikut:

a. Nistagmus fisiologis atau patologis.

b. Kongenital atau didapat

c. Vestibular (Perifer, yaitu kelinannya pada labirin, NVIII) atau

sentral.

d. Apakah ada nistagmus sikap. Nistagmus sikap (nistagmus posisi)

ialah nistagmus yang terjadi atau bertambah hebat pada posisi

kepala tertentu.

 Pemeriksaan nistagmus dengan tes elektronistagmografi

7
Pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga

dan lamanya serta cepatnya nistagmus timbul dapat dicatat pada kertas,

menggunakan teknik yang mirip dengan elektrokardiografi.

3. Manuver Hallpike atau Nylen-Barany

Pada tes ini pasien disusruh duduk di tempat tidur periksa.

Kemudian ia direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan

sudut sekitar 30 derajat di bawah horizontal. Selanjutnya kepala ditolehkan

kekiri. Tes kemudian diulangi dengan kepala melihat lurus dan diulangi lagi

dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka

matanya agar nistagmus agar pemeriksa dapat melihat munculnya

nistagmus. Perhatikan kapan nistagmus muncul, berapa lama

berlangsungnya, serta jenis nistagmusnya. Kemudian kepada penderita

ditanyakan apa yang dirasakannya. Apakah ada vertigo dan apakah vertigo

yang dialami pada tes ini serupa pada vertigo yang pernah dialaminya.

Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapakan masa laten

selama sekitar 2-30 detik yang dimaksud dengan masa laten adalah

nistagmus tidak segera timbul begitu kepala mengambil posisi yang kita

berikan, nistagmus baru muncul setelah beberapa detik berlalu, yaitu sekitar

2-30 detik. Pada lesi perifer vertigo biasanya berat, lebih berat dari pada

sentral. Pada lesi perifer nistagmus akan capai, maksudnya setelah beberapa

saat nistagmus akan berkurang dan kemudian berhenti, walaupun kepala

masih tetap dalam posisinya. Selain itu, pada lesi perifer, jika manuver ini

diulang-ulang, jawaban nistagmus akan berkurang dan kemudian tidak

muncul lagi. Hal ini disebut habituasi. Pada lesi vestibular sentral tidak

8
didapatkan masa laten. Nistagmus segera muncul, nistagmus tidak

berkurang atau mereda, tidak menjadi capai dan nistagmus akan tetap

muncul bila manuver ini diulang-ulang (tidak ada habituasi).

4. Pemeriksaan Keseimbangan

- Tes Romberg

Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat.

Pertama kali dengan mata terbuka kemudian penderita diminta

menutup mata. Pemeriksa menjaga jangan sampai penderita jatuh

tanpa menyentuh penderita. Hasil positif didapatkan apabila

penderita jatuh pada satu sisi.

- Tes romberg dipertajam

Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki

lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang

lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Tes

ini berguna menilai adanya disfungsi sistem vestibular. Orang yang

normal mampu berdiri dalam sikap ini selama 30 detik atau lebih.

- Tes melangkah di tempat (stepping test)

Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak

50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Sebelumnya

dikatakan kepadanya bahwa dia harus berusaha agar tetap di tempat

dan tidak beranjak dari tempatnya selama tes ini. Tes ini dapat

mendeteksi gangguan vestibular. Hasil tes ini dianggap abnormal

bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 meter dari

tempat semula atau badan terputar lebih dari 30 derajat.

9
- Tes tandem gait

Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, dengan

cara menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki

berlawanan, baik dengan mata terbuka atau tertutup.

- Tes past pointing

Penderita disuruh merentangkan lengannya dengan telunjuknya

menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata,

mengangkat lengannya tinggi-tinggi (sampai vertikel) dan kemudian

kembali ke posisi semula. Pada ganggua vestibular didapatkan salah

tunjuk (deviasi), demikian juga dengan gangguan serebelar. Tes ini

dilakukan dengan lengan kanan dan lengan kiri, selain penderita

disuruh mengangkat lengannya tinggi-tinggi, dapat pula dilakukan

dengan menurunkan lengan ke bawah sampai vertikal dan kemudian

ke posisi semula.

F. Pengobatan 6,9

1. Medikamentosa

Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat

diberikan antara lain sebagai berikut :

1. antikolinergik/parasimpatolitik

2. antihistamin

3. penenang minor dan mayor

4. simpatomimetik

5. vasodilator

Pengobatan vertigo :

10
 Terapi kausal : merupakan pengobatan terbaik yaitu sesuai dengan etiologi

– Pengobatan terhadap kelainan susunan saraf pusat seperti iskemia,

hipotensi, infeksi, trauma kepala, tumor, migren

– Pengobatan kelainan sistem vaskuler perifer seperti kelainan telinga

tengah/dalam

 Terapi simptomatik (medika mentosa) ditujukan kepada 2 gejala

a. rasa vertigo, mutar melayang

b. gejala otonom (mual, muntah)

Pemilihan obat: sesuai efek obat, berat dan fase vertigo

Golongan obat :

a. Menekan irritabilitas vestibular

- Anti histamin: dimenhidrinat (dramamin)

- Prometazine (phenergan)

- Sinarizin (vertizin, stugoron)

- Benzodiazepin

- Beta blocker : carvedilol

- Ca entry blocker (flunarizine)

b. Memperbaiki aliran darah ke labirin dan batang otak (meningkatkan

oksigenasi)

- Histaminik : betahistin (merislon)

- Ca entry blocker (flunarizine)

c. Mengatasi mual, muntah

 Fenotiazine (proklorperazin, stemetil)

11
2. Fisioterapi

Bertujuan untuk mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi

atau habituasi sistem vestibuler yang mengalami gangguan tersebut.

 Terapi rehabilitatif

• Meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pasien dengan gangguan

vestibular

• Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi yang

dilakukan berulang-ulang

• Pada suatu penelitian yang membandingkan efek terapi farmakologi dan

rehabilitasi terhadap penyembuhan dan kualitas hidup pasien dengan vertigo

didapakan hasil bahwa terapi rehabilitasi memberikan penyembuhan lebih

cepat dan sempurna dibanding dengan terapi farmakologi saja. 11

12
BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki Tn.H umur 33 tahun dirawat di bangsal

Neurologi RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan:

Keluhan utama :

Nyeri kepala sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Nyeri kepala sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri kepala

dirasakan seperti ditekan terutama pada bagian belakang dan puncak

kepala. Nyeri dirasakan terus-menerus dan semakin berat. Nyeri

bertambah saat pasien beraktivitas, batuk, dan mengedan. Nyeri ini

dirasakan terutama pada pagi hari dan disertai muntah. Awalnya masih

berkurang dengan obat analgetik namun sejak 4 hari ini nyeri kepala tidak

lagi berkurang dengan minum obat analgetik.

 Keluhan ini disertai pusing melayang sejak 4 hari yang lalu, pusing

dirasakan terus-menerus dan terasa seperti pasien berada dalam kapal.

Pusing dirasakan semakin meningkat, tidak dipengaruhi oleh perubahan

posisi kepala namun pusing bertambah jika pasien membuka mata,

sehingga pasien lebih banyak berbaring dan menutup matanya.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat menderita infeksi gigi, sinus, telinga sebelumnya disangkal.

 Riwayat menderita trauma kepala sebelumnya disangkal.

 Riwayat menderita batuk-batuk lama sebelumnya disangkal.

 Riwayat menderita tumor kulit, paru, dan leher sebelumnya disangkal.

13
Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi

Pasien seorang pedagang baju, aktivitas harian sedang-berat, riwayat

merokok disangkal, minum kopi disangkal.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Napas : 20x/menit

Suhu : 36,5 oC

VAS :8

Status Internus

Rambut : tidak ditemukan kelainan

Kulit dan kuku : tidak ditemukan kelainan

KGB : tidak ditemukan pembesaran

Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+

Reflek kornea +/+, bola mata bergerak ke segala

arah, nistagmus (+) Bidractional.

FUDS: Papil batas tegas warna hiperemis, aa:vv 2:4

14
Cupping (+), av crossing (-).

Kesan: Fundus early papil edem.

Hidung : tak ditemukan kelainan

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O

PARU

Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler , ronkhi(-/-), wheezing(-/-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tak tampak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Status Neurologis

15
Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)

Tanda Rangsangan Meningeal (-)

Tanda Peningkatan Intra Kranial (+)

Nervus Kranialis :

 Nervus I : penciuman baik

 Nervus II : tajam penglihatan baik, lapangan pandang

baik, pupil isokhor, diameter 3mm, reflek cahaya +/+

 Nervus III,IV,VI : ptosis (-), bola mata bisa digerakkan ke

segala arah, Nistagmus (+) Bidirectional, diplopia (-)

 Nervus V : buka mulut (+), mengigit (+), menguyah (+)

 Nervus VII : raut muka simetris kiri dan kanan, menutup

mata +/+, mengerutkan dahi (+), plika nasolabialis kiri=kanan

 Nervus VIII : Pendengaran baik

 Nervus IX : Refleks muntah (+)

 Nervus X : Arkus faring simetris, uvula ditengah,

menelan(+), artikulasi baik

 Nervus XI : dapat menoleh dan mengangkat bahu kiri

dan kanan

 Nervus XII : kedudukan lidah normal, deviasi (-)

Pemeriksaan Keseimbangan

 Tes romberg (+)

 Tes romberg dipertajam (+)

 Stepping test (+)

16
 Tandem gait test (+)

Pemeriksaan Koordinasi

 Jari-hidung : terganggu

 Jari-jari : terganggu

 Supinasi pronasi : terganggu

Motorik : Kekuatan 555 555

555 555

Sensorik : eksteroseptif baik/ propioseptif terganggu

Reflek fisiologis ++/++

Reflek Patologis -/-

Fungsi luhur tidak terganggu

Fungsi otonom : miksi dan defekasi terkontrol, sekresi keringat baik

Laboratorium

Hb : 12,9 mg%

Leukosit : 6.490/mm3

LED : 46%

Trombosit : 348.000/mm

GDP: 92 mg/dl SGOT/SGPT: 40 u/l // 38 u/l

G2PP: 124 mg/dl

Total kolesterol: 177 mg/dl

HDL: 27 mg/dl

LDL: 124 mg/dl

Trigliserida: 128 mg/dl

17
Ureum/Kreatinin: 34 mg/dl // 0,5 mg/dl

Asam urat: 7 mg/dl

Diagnosis Klinis : Traction headache + Vertigo sentral

Diagnosis Topik : Serebelum

Diagnosis Etiologi : SOL intrakranial susp. tumor serebelum

Diagnosis Sekunder :

Pemeriksaan Anjuran :

 Brain CT scan dengan kotras

Terapi

1. Umum :

 Istirahat/ IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf

 Diet MB

 Elevasi kepala 30o

2. Khusus :

 Tramadol 2x50 mg PO

 Paracetamol 3x500 mg PO

 Betahistin mesylat 2x12 mg PO

 Flunarizin 2x5 mg PO

Follow Up

Hari 1

S: - Nyeri kepala (+)

- Pusing sempoyongan (+)

O: Keadaan Umum: sedang Kesadaran: Composmentis

Tekanan Darah: 130/90 mmHg

18
Nadi: 75x/m Nafas: 20x/m Suhu: 36,5 C

SI: Cor = dalam batas normal

Pulmo = dalam batas normal

SN: GCS; E4M6V5 = 15

Plika nasolabialis simetris / Deviasi lidah (-)

Kekuatan motorik: atas: 5/5/5 // 5/5//5

bawah 5/5/5 // 5/5/5

A: Susp. tumor serebelum

DD/ Abses serebelum

P: Brain CT Scan dengan kontras

Terapi: Umum: Diet MB

Khusus: Tramadol 2x50 mg PO

Parasetamol 3x500 mg PO

Flunarizin 2x5 mg PO

Betahistin Mesilat 2x12 mg PO

Dexamethason 4x10 mg IV tapp off

Ranitidin 2x50 mg IV

Lansoprazol 1x20 mg PO

Hari 2

S: - Nyeri kepala (+) berkurang - mual muntah (-)

- Pusing (+) berkurang

O: Keadaan Umum: sedang Kesadaran: Composmentis

Tekanan Darah: 140/90 mmHg

Nadi: 75x/m Nafas: 20x/m Suhu: 36,5 C

19
SI: Cor = dalam batas normal

Pulmo = dalam batas normal

SN: GCS; E4M6V5 = 15

Pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+

Doll’s Eye manuver (+), Nistagmus (+)

Plika nasolabialis simetris / Deviasi lidah (-)

Kekuatan motorik: atas: 5/5/5 // 5/5//5

bawah 5/5/5 // 5/5/5

A: SOL intrakranial Susp. Abses serebri

P: Brain CT Scan dengan kontras

Terapi: Umum: IVFD Asering 12 jam/kolf // Diet MB

Khusus: Codein 3x30 mg PO

Parasetamol 3x500 mg PO

Flunarizin 2x5 mg PO

Betahistin Mesilat 2x12 mg PO

Dexamethason 4x10 mg IV tapp off

Ranitidin 2x50 mg

Hari 3

S: - Nyeri kepala (+) berkurang

- Pusing melayang (+) berkurang

O: Keadaan Umum: sedang Kesadaran: Composmentis

Tekanan Darah: 130/90 mmHg

Nadi: 80x/m Nafas: 18x/m Suhu: 36,5 C

20
SI: Cor = dalam batas normal

Pulmo = dalam batas normal

SN: GCS; E4M6V5 = 15

Pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+

Kekuatan motorik: atas: 5/5/5 // 5/5//5

bawah 5/5/5 // 5/5/5

Ekspertise Brain CT Scan: Susp. Astrocytoma pada cerebellum dengan

Hydrocephalus obstruksi

A: - SOL intrakranial

- Hiccups

P: Konsul bedah saraf

Terapi: Umum: IVFD Asering 12 jam/kolf  aff // Diet MB

Vaintalon

Khusus: Codein 3x30 mg PO

Parasetamol 3x500 mg PO

Flunarizin 2x5 mg PO

Betahistin Mesilat 2x12 mg PO

Dexamethason 4x10 mg IV tapp off

Ranitidin 2x50 mg IV

Asetazolamid 4x250 mg PO

KSR 1x600 mg PO

CPZ 2x500 mg PO

Hari 4

S: - Nyeri kepala (+) berkurang

21
- Pusing melayang (+) berkurang

O: Keadaan Umum: sedang Kesadaran: Composmentis

Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Nadi: 81x/m Nafas: 18x/m Suhu: 36,5 C

SI: Cor = dalam batas normal

Pulmo = dalam batas normal

SN: GCS; E4M6V5 = 15

Pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+

Kekuatan motorik: atas: 5/5/5 // 5/5//5

bawah 5/5/5 // 5/5/5

A: - Tumor serebelum

- Hidrosefalus obstruktif

P: Terapi: Umum: Elevasi kepala 30o // Diet MB

Vaintalon

Khusus: Codein 3x30 mg PO

Parasetamol 3x500 mg PO

Flunarizin 2x5 mg PO

Betahistin Mesilat 2x12 mg PO

Dexamethason 4x10 mg IV tapp off

Ranitidin 2x50 mg IV

Asetazolamid 4x250 mg PO

KSR 1x600 mg PO

Compolax 3x1 PO

22
BAB III

DISKUSI

Telah diperiksa seorang laki-laki berumur 33 tahun yang dirawat di bangsal

neurologi RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan diagnosis klinik traction headache

dan vertigo sentral, diagnosis topik serebelum, dan diagnosis etiologi SOL

intrakranial suspek tumor serebelum.

Diagnosis vertigo sentral ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui pasien merasa pusing melayang yang

timbul berangsur-angsur. Pusing tidak dipengaruhi dengan perubahan posisi kepala

dan berkurang ketika menutup mata.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan nistagmus (+) bidirectional tanpa fase

laten dan adanya gangguan keseimbangan berupa tes romberg (+), romberg

dipertajam (+), tandem gait (+), stepping gait (+), tes hidung jari terganggu, tes jari-

jari terganggu, tes supinasi pronasi terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

ini menderita vertigo sentral.

Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu Bed rest dan MB, IVFD NaCl

0,9% 12 jam / kolf, dan elevasi kepala 30o. Terapi khusus diberikan betahistin

mesylate, suatu analog histamin, dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam

sehingga dapat mengatasi gejala vertigo dan flunarizin yang merupakan suatu

golongan antagonis kalsium yang bersifat supresan vestibular (sel rambut vestibular

banyak mengandung terowongan kalsium), bersifat antikolinergik dan antihistamin.

Untuk nyeri kepala diberikan tramadol.

23
Daftar Pustaka

1. Dorland, W. A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland.


Jakarta: EGC.

2. Baehr, M, M. Frotscher. 2012. Diagnosis Topik Neurologi Duus,


Anatomi, Fisiologi, Tanda, dan Gejala. Jakarta: EGC.

3. Terry, D. 2009. Benign Paroxismal Posistional Vertigo, Semin


Neural.

4. Breven, M, Radtke A, Lesius F et al. 2007. Epidemiology of BPPV;


a population based study, J. Neurol Neurosurgery Psychiatry. P710-715.

5. Solomon D, 2000. BPPV, current treatment option in Neurology.


P417-423.

6. Marill, A Keith. 2013. Central Vertigo. diakses dari


www.medscape.com pada tanggal 14 Nov 2015.

7. Bhattachanyya, N, Reginald F, Baugh et al. 2008. Clinical practice


guideline, BPPV, Otolaryngology head and Neck Surgery, s47-s81.

8. Barton, J. 2012. BPPV, literature review current through. 20. 3: Jan


2012.

9. Li, C John. 2013. Benign Paroxismal Posistional Vertigo. diakses


dari www.medscape.com pada tanggal 14 Nov 2015.

10. Lumbantobing. 2011. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan


Mental. Jakarta :Balai Penerbit FKUI.

11. Maslovara, Sinisa, Silva Butkovic, et al, 2012. Benign Paroxysmal


Posistional Vertigo: Influence of Pharmacotheraphy and Rehabilitation
theraphy on patient’s recovery rate and life quality. Diakses dari :
iospress.metapress.com/ content/1174483rvn08q26t/ pada tanggal 14 Nov
2015.

24
25

Anda mungkin juga menyukai