CHOREA HUNGTINTON
OLEH:
ILVILIA SAPTAHANI
(1110312087)
PRESEPTOR:
Prof.Dr.dr. DARWIN AMIR, Sp.S (K)
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………. 4
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
disebabkan oleh mutasi atau defek gen yang terletak pada lengan pendek
pemikiran, dan tingkah laku.1 Penyakit ini sering disebut juga dengan istilah
Huntington Disease.2 Penyakit ini awalnya ditemukan oleh George Huntington,
sebagai penulis pertama yang menjelasankan secara rinci tentang penyakit ini
penyakit Huntington pada tahun 1872 di Long Island New York.2,3 Semua orang
yang terkena turun temurun dari nenek moyang yang beremigrasi dari Anglia
Timur ketempat baru pada tahun 1649.1 Kelainan ini sekarang tersebar luas di
seluruh dunia.2
involuntary itu dapat menjadi simtom Huntington Disease. 1,2 Bahkan beberapa
keempat gerakan ini memiliki substrat anatomic dan fisiologik yang sama. 2 selain
adanya gannguan yang progresif pada motorik, pada penyakit ini juga ditemukan
4
Penyakit ini digambarkan sebagai "penyakit keturunan" yang bernama
chorea berarti "tarian" dalam bahasa Yunani dan mengacu pada gerakan tak
terkendali begitu umum pada penyakit ini, yang mengingatkan gerakan tari.2
diperkirakan sampai setinggi satu persen, kejadian penyakit hanya 30 per satu juta
chorea berarti "tarian" dalam bahasa Yunani dan mengacu pada gerakan tak
terkendali begitu umum pada penyakit ini, yang mengingatkan gerakan tari.2,3
Prevalensi penyakit ini bervariasi di seluruh dunia, di Australia, Amerika
Utara dan Eropa telah diperkirakan bahwa 5 dari 100.000 penduduk. 2 Jika salah
satu orang tua menderita penyakit ini, keturunannya memiliki kesempatan 50%
untuk menderita penyakit HD.2 Namun, 35% dari kasus penyakit HD, ditemukan
bahwa orang tuanya tidak menderita HD sebelumnya. Usia ratarata gejala adalah
40 tahun, tetapi onset remaja (<20 tahun) dan onset yang lebih tua (> 70 tahun).2,3
5
1.3 Tujuan Penulisan
pembaca dan memahami tentang Huntington Disease. Laporan kasus ini juga
sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian neurologi
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
6
2.1 Definisi
degenerasi progresif yang lambat dari neuron di ganglia basal dan korteks
serebral.3 Ini adalah penyakit autosomal dominan disebabkan oleh mutasi gen
penyakit Huntington pada tahun 1872 di Long Island New York.2,3 Semua orang
yang terkena turun temurun dari nenek moyang yang beremigrasi dari Anglia
Timur ketempat baru pada tahun 1649.1 Kelainan ini sekarang tersebar luas di
seluruh dunia.2
2.2 Etiologi
disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom 4. 3,4 Dimana hasil dari perluasan
yang tidak stabil dari trinucleotide ulangi sitosinadenineguanin (CAG) dari gen
TI15 pada kromosom 4p16.3. 8. 3
2.3 Patofisiologi
dopaminergik dan GABAergik dari substansia nigra dan korteks motorik yang
motoris.4,17 Impuls ini diatur dalam striatum melalui dua segmen yang parallel,
7
jalur langsung dan tidak langsung melalui medial pallidum dan lateral pallidum /
inti-inti subtalamikus.17
distonia, korea dan pergerakan tidak sadar. Contoh klasik kerusakan fungsi
hubungan dengan struktur ganglia basalis lainnya. Selain itu juga, ditemukan
hilangnya sel pada korteks frontal dan temporal. Dasar neurokimia dari penyakit
MEKANISME DOPAMINERGIK11,12,17
mengindikasi bahwa kelainan utama yang mengancam jiwa, tetapi sudah terkena
akan menambah buruk seperti pada chorea yang diinduksi levodopa yang terlihat
MEKANISME KOLINERGIK11,17
8
Konsep dari mekanisme ini yaitu menyeimbangkan antara acetylcholine
dan dopamine yang merupakan hal penting bagi fungsi striatum yang normal
memberikan hal yang penting untuk memahami penyakit Parkinson.17 Pada fase
saat tremor sebagai gejala predominan. 11,17 Gejala-gejala Parkinson lain seperti
visostigmin dan efek terbatas dari precursor asetilkolin, seperti kolin dan
lesitin.11,12,17
2.4 Manifestasi Klinik16,18,19
Gejala klinis ditandai dengan gerakan chorea, gejala psikiatri, dan demensia.
Gerakan chorea ini terjadi secara tiba-tiba, singkat, asimetri, tersendat-sendat yang
melibatkan wajah, lidah, dan ekstremitas.19 Gerakan ini muncul secara spontan
menelan.16,19
Gejala chorea dan dementia dapat terjadi tidak berurutan, namun pada
umumnya bila gejala chorea dan dementia sudah muncul, rata-rata dalam 10 – 15
tahun pasien akan memasuki fase vegetatif dan kemudian meninggal karena
infeksi atau keadaan medis lainnya.13,14 Gejala psikiatri dapat bervariasi, termasuk
di antaranya gangguan tingkah laku dan gangguan kepribadian, mood, dan afektif,
9
utamanya depresi, dan psikotik yang sering menjadi skizofrenia. 14 Gejala-gejala
ini diikuti dengan penurunan fungsi kognitif yang lambat laun menjadi
demensia.14
2.5 Diangnosis 8,10,14
2.5.1 Anamnesa
Pada pasien dengan gejala chorea dan didapatkan riwayat keluarga, singkirkan
dari penyakit benign hereditary chorea di mana terdapat intelektual pada penyakit
dengan chorea senilis dimana terjadi biasanya pada usia yang lebih tua dan
terdapat demensia. Singkirkan juga berbagai penyebab chorea yang lain seperti
o Korea secara umum ditandai adanya kedutan pada jari-jari dan pada wajah.
tidak teratur.10
10
o Hilangnya optokinetik nistagmus adalah tanda karakteristik setelah
terjadi10
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan MRI otak dilakukan untuk evaluasi lebih lanjut dari pasien
HD.7 Pada potongan MRI secara aksial gambaran otak menunjukkan pengurangan
Huntington ini (Gbr. 1a dan b).
11
Gambar. 1 atrofi simetris pada nucleus caudatus dan putamen. (a) Axial T1W dan
(b) Axial T2W gambar pasien pada tingkat basal ganglia.7
2.7 Tatalaksana
obat ini yang mengurangi neurotransmitter dopamine, serotonin, dan noradrenalin
dalam selsel saraf di otak, sehingga mengubah transmisi sinyal listrik dari otak
2monoamin vesikular (VMAT2).15
Asam valproat dapat diberikan untuk mekanisme kerja yang terkait dengan
tingkat GABA di otak meningkat.15 Pada golongan obat ini tidak ada uji klinis
yang bermakan untuk gangguan gerak hyperkinetic.11
12
Terapi simptomatik untuk mengatasi emosi dan chorea dapat diberikan
obat golongan dopamin antagonis yaitu haloperidol, dalam dosis harian 2 sampai
perkembangan penyakit.15 Levodopa dan agonis dopamin lainnya memperburuk
penyakit dan biasanya pasien lebih banyak menjadi kaku setelah meminum obat
ini.14,15
2.8 Prognosis
yang buruk, dimana pasien akan meninggal diakibatkan oleh adanya komplikasi.
tahun setelah onset penyakit.3 Dalam sebuah studi besar, penyakit penyerta yaitu
pneumonia dan penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian paling
umum yang terjadi pada pasien HD.11,12
13
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. AA
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
MR : 558970
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Sitiung
Pekerjaan : Wiraswasta
Alloanamnesis :
Seorang pasien wanita berumur 47 tahun datang ke Poli Saraf RSUP DR.
M. Djamil Padang pada tanggal 16 September 2015
Keluhan Utama :
Gerakan pada kedua tangan yang semakin tidak terkontrol.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gerakan pada kedua tangan sejak 1 tahun yang lalu. Gerakannya semakin
meningkat dan tidak terkontrol sehingga sangat mengganggu pasien. Rasa ini
dirasakan secara tibatiba dan berlebihan dengan waktu kejadian dan tempat
14
predileksi yang tidak menentu, gerakan ini juga dirasakan saat pasien sedang
beraktivitas maupun sedang beristirahat dan menghilang saat tidur.
Selain pada tangan pasien gerakan ini juga dirasakan pasien pada kaki, kepala
dan badan, gerakan ini terasa seperti menjalar dan pasien sadar saat gerakan
terjadi. pasien mengeluhkan anggota geraknya bergerakgerak seperti orang
sedang menari.
Pasien mengeluhkan langkah kaki menjadi lambat dan goyang sehingga
pasien sulit untuk melangkah sejak 3 bulan ini. Pasien tidak bisa menahan
gerakan agar tetap diam.
Pasien sulit melakukan aktivitas seharihari seperti mengancingkan baju,
memasak, dan memegang benda,
Pasien mudah lupa, berbicara agak pelo dan sedikit ngawur.
Pasien sering bertingkah laku seperti anak kecil
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada
Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat pemakaian obatobatan tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Pasien seorang ibu rumah tangga.
15
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Kooperatif : Kooperatif
Nadi/ irama : 70x/menit, irama regular, sama kiri dan kanan, pulsus deficit
Pernafasan : 16x/menit, pola abdominotorakalis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8oC
Keadaan gizi : Baik
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 53 kg
Turgor kulit : Baik
Kulit dan kuku : Pucat (), sianosis ()
Kelenjar getah bening
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : Tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : Tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikular, ronkhi /, wheezing /
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Bunyi jantug murni, rama regular, bising ()
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) N
16
Korpus vertebrae
Inspeksi : Deformitas ()
Palpasi : Gibus ()
Status neurologikus
1. GCS 15 E4M6V5
2. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : ()
Brudzinsky I : ()
Brudzinsky II : ()
Tanda Kernig : ()
3. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial ()
Pupil isokor, diameter 3m/3mm , reflek cahaya +/+, papil edema ()
4. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. I (Olfaktorius) : Penciuman baik
N. II (Optikus) : Penglihatan baik
N. III (Okulomotorius), N. IV (Trokhlearis), N VI (Abdusen) : Bola mata
bebas bergerak ke segala arah, pupil isokor, diameter
3mm/3mm.RC +/+
N. V (Trigeminus) : Mengunyah baik, sensorik baik.
N. VII (Fasialis) : Bisa menutup mata, mengerutkan dahi,
mencibir,
bersiul, dan perasaan 2/3 lidah depan
normal, plika nasolabialis simetris.
N. VIII (Vestibularis) : Reflek occuloauditorik baik
N. IX (Glossopharyngeus) : Perasaan 1/3 belakang lidah baik
N. X (Vagus) : Bisa menelan
kanan baik
17
N. XII (Hipoglosus) :Lidah bisa dikeluarkan, tidak ada deviasi,
tremor ()
5. Koordinasi :
6. Motorik :
7. Sensorik : Proproseptif dan eksopriseptif dalam keadaan baik
8. Fungsi otonom; neurogenik bladder ()
9. Reflek fisiologis
Dekstra Sinistra
Biseps : ++ ++
Triseps : ++ ++
APR : ++ ++
KPR : ++ ++
10. Reflek patologis
Babinski : /
Chaddock : /
Oppenheim : /
Gordon : /
Schaffer : /
Hoffman Trommer : /
11. Fungsi luhur : Reaksi bicara, fungsi intelek, dan reaksi emosi baik
18
12. Tandatanda Hungtington’s Chorea Syndrome : Gerakan involunter (+),
koreotik (+), atetotik (+), tremor (), rigiditas (), akinesia (), wajah parkinson
(), langkah menjadi goyang (+), bicara melambat (), dimensia ()
Diagnosis :
Diagnosis Klinis : Hungtington Chorea
Diagnosis Topik : Ganglia Basalis
Diagnosis Etiologi : Idiopatik
Diagnosis Banding:
Terapi :
Umum : Fisioterapi
Khusus : Haloperidol 2x2 mg
Amitripilin 2x5 mg
Tetrabenazine (Xenazine) 1x12,5 mg
Prognosis :
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB IV
19
DISKUSI
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
tahun yang lalu. Gerakannya semakin meningkat dan tidak terkontrol sehingga
sangat mengganggu pasien. Rasa ini dirasakan secara tiba-tiba dan berlebihan
dengan waktu kejadian dan tempat predileksi yang tidak menentu, gerakan ini
juga dirasakan saat pasien sedang beraktivitas maupun sedang beristirahat dan
menghilang saat tidur. Selain pada tangan pasien gerakan ini juga dirasakan pasien
pada kaki, kepala dan badan, gerakan ini terasa seperti menjalar dan pasien sadar
sedang menari. Pasien mengeluhkan langkah kaki menjadi lambat dan goyang
sehingga pasien sulit untuk melangkah sejak 3 bulan ini. Pasien tidak bisa
menahan gerakan agar tetap diam. Pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mengancingkan baju, memasak, dan memegang benda. Pasien mudah lupa,
berbicara agak pelo dan sedikit ngawur. Pasien sering bertingkah laku seperti anak
kecil
20
Gerakan pada kedua tangan sejak 1 tahun yang lalu. Dirasakan secara
tibatiba dan berlebihan dengan waktu kejadian dan tempat predileksi yang tidak
menentu, gerakan ini juga dirasakan saat pasien sedang beraktivitas maupun
sedang beristirahat dan menghilang saat tidur. Gerakan ini juga dirasakan pasien
pada kaki, kepala dan badan, gerakan ini terasa seperti menjalar dan pasien sadar
saat gerakan terjadi. Pasien mengeluhkan langkah kaki menjadi lambat dan
goyang sehingga pasien sulit untuk melangkah sejak 3 bulan ini. Pasien tidak bisa
seperti mengancingkan baju, memasak, dan memegang benda, Pasien mudah lupa,
dan berbicara pelo.
ditemukan gerakan involunter (+), koreotik (+), atetotik (+), langkah menjadi
goyang (+), dimensia ().
lambat, menggeliat, dan kadang kala gerakan berlikuliku yang disebut athetosis.
Gerakan ini digambarkan sebagai choreoathetosis.10,11 Tandatanda parkinsonian
lainnya, seperti kekakuan dan ketidakstabilan postural, dapat dijumpai pada pasien
ini.4
21
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
yaitu MRI sebagai standar untuk menegakkan diagnosis dan akan ditemukan
atrofi pada korteks cerebri, nuucleus kaudatus, dan putamen, serta flattening pada
ventrikel lateralis.7,10 Selain itu koreksi gen juga dapat dilakukan, khususnya pada
pasien yang memiliki riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga serta
Penatalaksanaa pada pasien ini diberikan haloperidol 2x2 mg, amitripilin
2x5 mg, dan tetrabenazine (Xenazine) 1x12,5 mg.15,16 Terapi simptomatik yaitu
transmisi sinyal listrik dari otak yang mengontrol gerakan dengan menghambat
untuk mengatasi emosi dan chorea dapat diberikan obat golongan dopamin
perilaku atau emosi labil, tetapi tidak mengubah perkembangan penyakit.10,15
huntington ini mengarah ke arah baik, karena pada pasien ini belum ada gangguan
kejiwaan seperti rasa depresi ingin bunuh diri yang dapat memperburuk penyakit.8
22
BAB V
KESIMPULAN
disembuhkan dan bersifat autosomal dominan Letak gen huntington ada pada
gen darah. Terapi yang diberikan hanyalah bersifat simptomatik, suportif, dan
23
DAFTAR PUSTAKA
2010;340:c3109
2. World Health Organisation. The world health report 1997. Conquering
suffering, enriching humanity. Geneva: WHO Office of Information,
1997.
3. Wright S, 2004. Genetic Screening for Huntington’s Disease. BioTeach
Journal. Vol. 2. Di akses dari www.bioteach.ubc.ca
4. HK, Nand N, Bharti K, Makkar V, Seghal R. 2004. Huntington’s Chorea
–A Case Report with Typical Family Tree . JIACM. 5(4): 35962
6. Sharma V, Sharma P, Deshmukh R, 2012. Huntington’s Disease: Clinical
Complexities and Therapeutic Strategies. J Adv Scient Res, 2012, 3(2):
3036.
7 . Negi RS, Manchada KL, Sanga S. 2014. Imaging of Huntington’s disease.
24
medical journal armed forces india 70. 386388
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Dalam : Buku Ajar
Neurologi Klinis, edisi pertama. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta 1996 : 161-68, 181-87
9. Groot J & Chusid J. G. Alih bahasa Munandar A. Diskusi Kasus. Dalam :
Neuroanatomi Korelatif , edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta 1997 : 266
10. Nanche, Martha, et all. 2011. A Physician’s Guide to the Management of
Huntington’s Disease. Edisi ke 3. California: Huntington’s Disease
Society of America. Hal 39 – 43
11. Mayo Clinic, 2014. Huntington’s Disease. Diakses melalui
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/huntingtons-
disease/basics/definition/con-20030685 tanggal 16 November 2015.
25
26