FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
HUNTINGTON DISEASE
Disusun Oleh:
Fatimah Marwah
11120192062
Pembimbing
dr.Moch. Erwin Rachman, Sp.S
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Tanggal Lahir :-
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat :-
Tanggal Masuk :-
Persentasi kasus
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium rutin normal, kadar vitamin B 12 , asam dan tiroid folat
hormon yang normal juga. Penelitian Penyakit Serum Venereal Serologi
laboratorium dan HIV negatif. Otak MRI scan menunjukkan atrofi cerebellar
ringan tanpa caudate atrophy.
Kami memperoleh informed consent untuk melakukan studi genetik. Analisis
molekuler gen Huntingtin (HTT) menunjukkan 39 pengulangan CAG yang
tidak normal alel dalam ekson 1 dari gen HTT yang konsisten dengan
diagnosis molekuler Huntington Disease.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
3.2. Epiemiologi
ada di wilayah lain seperti Tasmania dan Papua Nugini. Pada kasus
New England pada awal abad ke-20. Buku harian mereka menceritakan
bahwa kapal mereka dikunjungi oleh warga pribumi yang telanjang dan ramah
dan selanjutnya beberapa anak hasil perkawinan warga pribumi dengan para
Eropa Barat.
3.3. Etiologi
CAG.
3.4. Patofisiologi
juga ditemukan atrofi girus pada daerah lobus frontal dan temporal. Atrofi dari
frontal horns yang terbentuk pada gambar CT scan kepala karena adanya
ventrikel lateral dextra dan sinisitra, karena kepala dari nukleus kaudatus
akan memberi gambaran menonjol pada ventrikel. Selain itu ventrikel otak
stadium, early, moderately advanced, dan far advanced. Pada stadium awal,
meskipun sudah terdiagnosa oleh pemeriksaan genetik, tidak terdapat lesi
striatal, sehingga dari hal ini dapat disimpulkan bila manifestasi yang muncul
lanjut. Degenerasi striatal yang terjadi dimulai pada bagian medial nukleus
kaudatus dan menyebar ke daerah lateral. Sel-sel neuron yang ada pada otak
neuron yang berukuran kecil, neuron yang berukuran besar umumnya tidak
yang bersifat fibrous. Daerah anterior dari kaudatus dan putamen umumnya
neuron otak. Lebih dari itu, protein tersebut memiliki kecenderungan untuk
beragregasi pada neuron daerah striatal dan korteks otak. Hasil penelitian
dari Wetz menyimpulkan jikalau protein ini bersifat toksik terhadap neuron
secara langsung atau dalam bentuk yang tak teragregasi. Namun letak
permasalahannya ada pada dominasi agregasi protein Huntingtin yang
terutama pada daerah korteks, sedangkan neuron loss terdapat pada daerah
kemunduran fungsi kognitif menjadi nyata. Hampir separuh dari pasien yang
keyakinan. Pasien sering marah dan umumnya mencari suatu pelarian seperti
alkoholisme atau narkoba. Depresi ditemukan pada lebih dari separuh pasien
secara menyeluruh. Pasien akan menarik diri dari kehidupan sosial dan dapat
tangan dan wajah pasien. Umumnya pasien hanya akan dianggap resah oleh
pasien akan kesulitan dalam melakukan hal yang didominasi tangan seperti
menulis. Hal ini akan terus berkembang sehingga menjadi suatu chorea.
inkoordinasi otot-otot lidah dan diafragma Selain itu, pasien akan mengalami
pada satu titik, karena pasien tidak dapat melawan “ keinginannya “ untuk
menatap benda lain. Gejala chorea dan dementia dapat terjadi tidak
berurutan, namun pada umumnya bila gejala chorea dan dementia sudah
dari 39 kali pada lokus huntington merupakan diagnosis definitif dari penyakit
huntington ini.
pada chorea yang muncul di usia tua, dapat dilakukan anamnesis lengkap
pemeriksaan gen Huntington Bila Chorea muncul pada usia muda, umumnya
memiliki hubungan familial yang nyata dan tidak terjadi penurunan tingkat
pasien.
genetik, terapi yang ada hanya bersifat simptomatik dan suportif. Terapi
dan mengalami dementia, sehingga pasien tidak dapat melakukan ADL. Rata-
gejalanya muncul.
BAB IV
KESIMPULAN
dari penyakit ini berupa dominasi genetik, chorea, dan dementia. Pasien
Singapore.2009.