PEMBAHASAN
1
Definisi
Skizofrenia pertama kali diidentifikasi pada 1908 oleh ahli psikiatri Swiss, Eugen
Bleuer, untuk mendeskripsikan sekumpulan gangguan mental yang dikarakteristikkan sebagai
pikiran (phrenia) yang pecah (schizo). Secara harfiah, skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang
terbelah/terpecah
Epidemiologi
Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi skizofrenia secara
umum berkisar antara 0,2 % hingga 2 % tergantung di daerah atau negara mana studi
dilakukan. Selanjutnya dikemukakan bahwa lifetime prevalensi skizofrenia diperkirakan
antara 0,5 % dan 1 %. Karena skizofrenia cenderung menjadi penyakit yang menahun
(kronis) maka angka insidensi penyakit ini dianggap lebih rendah dari angka prevalensi dan
diperkirakan mendekati 1 per 10.000 per tahun. Di Indonesia sendiri angka penderita
skizofrenia 25 tahun yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25 tahun
mendatang mencapai 3/1000 penduduk.4,5
Di Amerika serikat terutama di kalangan penduduk perkotaan menunjukkan angka
yang lebih tinggi hingga 2%. Di Indonesia angka yang tercatat di departemen kesehatan
berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.4
Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi
laki-laki memiliki onset lebih awal daripada perempuan. Puncak insidensi antara usia 15 25
tahun pada laki-laki sedangkan perempuan 25 35 tahun. Beberapa penelitian telah
menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh
gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada lakilaki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada
hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-laki. Antara 100000-200000 kasus skizofrenia baru
diobati di Amerika setiap tahunnya. Diperkirakan 2 juta orang Amerika didiagnosis
skizofrenia dan lebih dari 1 juta mendapatkan terapi psikiatrik setiap tahunnya. Pada saat ini
mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar 8 tahun bahkan ada yang 6 tahun) dan late onset
skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun). Berbagai hal lain yang bisa meningkatkan seseorang
mengidap skizofrenia, yaitu memiliki garis keturunan skizofrenia, terajangkit virus dalam
kandungan, kekurangan gizi saat dalam kandungan, stresor lingkungan yang tinggi, memakai
obat-obatan psikoaktif saat remaja dan lain-lain.5
Sementara menurut Kaplan, Sadock dan Grebb; davison & neale, onset untuk laki-laki
15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada
laki-laki daripada pada wanita. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa pria lebih
mungkin memunculkan gejala negatif dibandingkan wanita, dan wanita memiliki fungsi
sosial yang baik daripada pria. Pada kesimpulannya individu pada umur berapapun rawan
menderita skizofrenia bila faktor biologis berinteraksi dengan faktor psikologis dan sosial.6
Etiologi
Penyebab pasti dari skizofrenia sebenarnya belum diketahui. Berikut ini adalah
beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab skizofrenia. Adapun faktor-faktor
yang berpengaruh antara lain:
Faktor Genetik
Dalam studi terhadap keluarga menyebutkan pada orangtua 5.6%; saudara kandung
10.1 %; anak-anak 12.8 %; dan penduduk secara keseluruhan 0.9 %. Dalam studi
terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik (monozygote) 59.2
%, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote) adalah 15.2 %.6
Risiko berkembang menjadi skizofrenia pada masyarakat umum 1%, pada orang tua
resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 15% - 20% apabila salah satu
orang tua menderita skizofrenia walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak
lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 30% - 40%, pada kembar monozigot 40%
- 50%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 5% - 10%. Dari penelitian
epidemiologi keluarga terlihat bahwa resiko untuk keponakan adalah 3%, masih lebih
tinggi dari populasi umum yang hanya 1%. Demikian juga dari penelitian anak yang
diadopsi dikatakan, anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua normal, tetap
mempunyai resiko 16.6%, sebaliknya anak sehat yang diadopsi penderita skizofrenia
resiko 1.6%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan
keluarga biologis semakin tinggi resiko terkena skizofrenia.4,6
Kromosom lengan panjang 5, 11, dan 18, lengan pendek 19, serta koromosom X
paling sering dianggap berhubungan dengan skizofrenia. Lokus pada kromosom 6, 8,
22 juga dianggap terlibat.6
Faktor Biokimia
Ada beberapa neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya
skizofrenia. Dua diantaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamin dan
serotonin. Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan
3
Faktor Biologis
Pada pasien skizofrenia ditemukan beberapa perubahan diantaranya perubahan
morfologi, imunologi, enzimatik, dan farmakologi. Adanya pelebaran ventrikel pada
pasien skizofrenia dihubungkan dengan kegagalan kognitif yang hebat, adanya gejala
negatif seperti anhedonia dan apatis, resisten terhadap pengobatan.6
Neuropatologi
Dasar neuropatologi potensial skizofrenia, terutama di sistem limbik dan ganglia
basalis, termasuk abnormalitas neuropatologi atau neurokimiawidi korteks serebri,
talamus dan batang otak. Berkurangnya volume otak yang dilaporkan secara luas
terdapat pada otak skizofrenik tampaknya merupakan akibat berkurangnya kepadatan
akson, dendrit,dan sinaps yang memerantai fungsi asosiatif otak. Sistem limbik;
berkat perannya dalam pengendalian emosi, sistem limbik dihipotesiskan terlibat
dalam dasar neuropatologi skizofrenia. Pengurungan ukuran regio yang meliputi
amigdala, hipokampus dan girus parahipokampus. Dilaporkan pula adanya
disorganisasi neuron di dalam hipokampus pasien skizofrenik. Ganglia basalis;
karena ganglia basalis terlibat dalam pengendalian gerakan, penyakit pada ganglia
basalis disangkutpautkan dalam patofisiologi skizofrenia.6
Sumber stres bagi anak remaja yaitu hubungan kedua orangtua yang kurang baik,
orang tua yang jarang dirumah, komunikasi antara anak dan orang tua tidak baik,
perceraian kedua orang tua, salah satu orang tua menderita gangguan kejiwaan dan
orang tua yang pemarah.6
Faktor Risiko
Faktor Reproduktif
7
Penggunaan
obat
psikoterapeutik,
kebijakan
terbuka
di
rumah
sakit,
berbasis
masyarakat
untuk
pasien
skizofrenia,
semuanya
telah
Gejala Klinis
Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk mendapatkan hasil terapi yang
optimal, klinikus perlu memperhatikan beberapa fase gangguan skizofrenia yaitu fase
prodromal, fase aktif, dan fase residual. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah penderita
skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial, dan keluarga.
Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala yang nonspesifik yang lamanya
bisa minggu, bulan, ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.
Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu
luang, dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta
membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti dulu.
Semakin lama fase prodromal, semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala
positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi
disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang pada fase ini, bila tidak mendapat
pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi
atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama
dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala
gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan, dan
eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). Seseorang dikatakan memasuki fase
prodromal atau fase residual jika memenuhi minimal dua dari kriteria berikut (1) isolasi
sosial atau penarikan diri; (2) perburukan fungsi sebagai pekerja, siswa, atau fungsi dalam
rumah; (3) bertingkah laku aneh (misalnya mengumpulkan sampah, berbicara sendiri di
depan umum, atau menimbun makanan); (4) perburukan dalam hal kebersihan dan perawatan
diri; (5) afek tumpul, datar atau tidak wajar; (6) bicara tidak agresif, tidak jelas, sangat rumit,
8
berputar putar, atau metafora; (7) memunculkan ide yang aneh, berpikiran gaib (seperti
tembus pandang, telepati, indera keenam, orang lain dapat merasakan pikiran saya),
pemikiran sangat ingin dihargai, waham referensi; (8) persepsi pengalaman yang tidak biasa,
seperti merasakan kehadiran keuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada.4
Pedoman Diagnosis
Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia :7
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara).
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh
(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan
(e) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus berulang.
(f) arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
(d) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
secara sosial.
Adapun pedoman diagnosis skizofrenia katatonik adalah sebagai berikut :7
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal )
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah yang
berlawanan)
(e) Rigiditas ( mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya)
(f) Fleksibilitas cerea/ waxy flexibility ( mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar), dan
10
11
yang mendasarinya
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (
seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai
pencetus )
Sedangkan pedoman diagnostik untuk gangguan katatonik organik menurut PPDGJ-
Psikofarmaka
Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan ditujukan untuk menghilangkan
gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang sering digunakan di Indonesia
(2001) terbagi dua: golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua (atypical).
yang termasuk golongan typical antara lain chlorpromazine HCl , trifluoperazine, dan
Haloperidol. Sedangkan golongan atypical antara lain: risperidone, clozapine,
quetiapine, olanzapine, zotetine dan aripriprazmidol. Menurut Nemeroff (2001) dan
Sharma (2001) obat atypical memiliki kelebihan antara lain: Dapat menghilangkan
12
gejala positif dan negatif, Efek samping Extra Piramidal Symptoms (EPS) sangat
minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan Memulihkan fungsi kognitif. Sedangkan
Nasrallah (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemakaian obat golongan
typical 30% penderita tidak memperlihatkan perbaikan klinis bermakna, diakui bahwa
golongan obat typical hanya mampu mengatasi gejala positif tetapi kurang efektif
untuk mengatasi gejala negative.4
Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila penderita dengan
terapi psikofarmaka diatas sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi diberikan
dengan catatan bahwa penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.
Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang
penderita sebelum sakit. Contohnya adalah: psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa.
Psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu yang lalu. Psikoterapi
rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian yang utuh seperti semula sebelum sakit.
Psikoterapi kognitif dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai nilai moral etika mana yang baik dan
buruk, mana yang boleh dan tidak dan sebagainya. Psikoterapi perilaku dimaksudkan
untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu
menyesuaikan diri. Psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita
dan keluarganya.6
Psikososial
Dengan terapi psikososial dimaksudkan agar penderita mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain. Selama menjalani terapi psikososial penderita hendaknya
13
Psikoreligius
Dari penelitian yang dilakukan, secara umum memang menunjukkan bahwa
komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik (religius
commitment is assosiated with clinical benefit). Dari hasil penelitian Larson, dkk
(1982) didapatkan bahwa terapi keagamaan mempercepat penyembuhan. Terapi
keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian tersebut berupa kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,
ceramah keagamaan dan kajian kitab suci.4
Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan kembali
penderita ke keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi
dilakukan berbagai kegiatan antara lain: terapi kelompok, menjalankan ibadah
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik seperti olah raga, keterampilan
khusus/kursus, bercocok tanam, rekreasi dan lain lain. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah program rehabilitasi atau sebelum
penderita dikembalikan ke keluarga dan masyarakat.4
Prognosis
Gejala premorbid merupakan gejala awal dari penyakit dan mulai pada masa remaja
diikuti dengan perkembangan gejala prodromal dalam beberapa hari sampai beberapa bulan.
Onset gejala yang mengganggu terlihat setelah tercetus oleh perubahan sosial atau
lingkungan. Sindrom prodromal dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih sebelum
onset gejala psikotik yang jelas. Setelah episode psikotik yang pertama, pasien memiliki
periode pemulihan yang bertahap diikuti periode fungsi yang relatif normal. Tetapi relaps
biasanya terjadi dalam lima tahun pertama setelah diagnosis, diikuti oleh pemburukan lebih
lanjut pada fungsi dasar pasien. Perjalanan klasik skizofrenia adalah suatu eksaserbasi dan
remisi. Gejala positif dari skizofrenia cenderung lebih baik dibanding dengan gejala negatif
yang dapat menimbulkan ketidakmampuan secara sosial.9
14
Prognosis Buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat seksual , sosial dan
(terutama
gangguan depresi
Gejala positif
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala negatif
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma prenatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
15
Komplikasi
Orang dengan gangguan jiwa khususnya depresi dan skizofrenia memiliki risiko
tinggi melakukan bunuh diri. Risiko bunuh diri pada penderita skizofrenia yaitu sebesar 46,3
% sedangkan pada pasien depresi risiko bunuh diri sebesar 26,8 %.10
KESIMPULAN
16
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus berulang.
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
17
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(d) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall
quality)
dari
beberapa
aspek
kehidupan
perilaku
pribadi
(personal
18
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan,
serta dapat juga terjadi gangguan afektif.2
DAFTAR PUSTAKA
19
August
2016.
Available
from
20