Anda di halaman 1dari 13

Nama Peserta: dr.

Hendrik Susanto
Nama Wahana: RSUD Massenrempulu
Topik: (F05.9) Delirium ytt
Tanggal (Kasus): 9 September 2016
Nama Pasien: Tn. J No. RM: 077549
Tanggal Presentasi: 12 Oktober 2016 Pendamping: dr. Hj. Nurhidayati,
M.Kes
Tempat Presentasi: RSUD Massenrempulu
Objek Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Seorang pria berusia 70 tahun dikeluhkan sering teriak-teriak pada malam hari dan
sulit untuk tertidur. Keluhan dialami sejak + 1 minggu sejak osi dirawat di RS dengan
penyakit DM dan Hipertensi. Teriak-teriak dan tidak dapat tidur dialami semakin
memberat sejak 2 hari terakhir. Osi mengaku berteriak dan marah-marah karena ada
seseorang yang hendak membunuhnya dan sering bercerita buruk tentang dirinya.
Osi juga mengaku bahwa dia mampu membunuh seseorang hanya dengan menunjuk
atau mengatakan “mati”, maka makatilah orang tersebut. Pasien mengatakan bahwa
ia adalah seorang raja yang mempunyai banyak uang dan mempunyai kekuatan
khusus untuk membunuh seseorang. Pasien juga mengaku sering melihat anak-anak
kecil berlarian dan bermain di ruang kamar sambil tertawa. Berdasarkan data
alloanamnesis, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terkadang tidur dan tiba-
tiba terbangun pada malam hari kemudian marah, hal yang diucapkan terkadang tidak
diketahui jelas (tidak sinkron). Kadang pasien dapat mengenali keluarganya dan
kadang juga tidak diketahuinya. Saat ada orang berbicara, terkadang pasien langsung
marah dan berteriak, serta saat keadaan hening osi langsung marah karena mengira
ada yang sedang berbicara/ribut. Menurut keluarga pasien, osi sering menceritakan
bahwa ada yang hendak mengambil tanahnya dan membunuhnya. BAB biasa, BAK
perkateter.
Tujuan: Mengetahui penegakan diagnosis delirium dan penatalaksanaannya
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi e-mail Pos
Membahas: dan diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. J No. Registrasi: 077549


Nama Klinik: RSUD Massenrempulu
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Seorang pria berusia 70 tahun dikeluhkan sering teriak-teriak pada malam hari dan
sulit untuk tertidur. Keluhan dialami sejak + 1 minggu sejak osi dirawat di RS dengan
penyakit DM dan Hipertensi. Teriak-teriak dan tidak dapat tidur dialami semakin
memberat sejak 2 hari terakhir. Osi mengaku berteriak dan marah-marah karena ada
seseorang yang hendak membunuhnya dan sering bercerita buruk tentang dirinya.
Osi juga mengaku bahwa dia mampu membunuh seseorang hanya dengan menunjuk
atau mengatakan “mati”, maka makatilah orang tersebut. Pasien mengatakan bahwa
ia adalah seorang raja yang mempunyai banyak uang dan mempunyai kekuatan
khusus untuk membunuh seseorang. Pasien juga mengaku sering melihat anak-anak
kecil berlarian dan bermain di ruang kamar sambil tertawa. Berdasarkan data
alloanamnesis, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terkadang tidur dan tiba-
tiba terbangun pada malam hari kemudian marah, hal yang diucapkan terkadang tidak
diketahui jelas (tidak sinkron). Kadang pasien dapat mengenali keluarganya dan
kadang juga tidak diketahuinya. Saat ada orang berbicara, terkadang pasien langsung
marah dan berteriak, serta saat keadaan hening osi langsung marah karena mengira
ada yang sedang berbicara/ribut. Menurut keluarga pasien, osi sering menceritakan
bahwa ada yang hendak mengambil tanahnya dan membunuhnya. BAB biasa. BAK:
perkateter.
2. Riwayat Penyakit sebelumnya:
- DM (+), saat ini terapi diabetes diberikan dari dokter spesialis penyakit dalam
dan gula terkontrol.
- Hipertensi (+), sedang diterapi dari dokter spesialis penyakit dalam dan TD
terkontrol.
- Riwayat gangguan psikiatrik tidak pernah sebelumnya.
- Riwayat penggunaan zat psikoaktif tidak pernah.
3. Riwayat Keluarga:
Tidak ada keluarga yang menderita gangguan jiwa sebelumnya dan tidak ada keluhan
yang serupa dengan pasien.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi:
- Riwayat Pendidikan : Pendidikan terakhir adalah SMA.
- Riwayat Pekerjaan : pensiunan PNS. Pernah menjabat sebagai Kepala Kelurahan
- Agama : Islam
- Kehidupan perkawinan : pasien memiliki 3 orang istri dan ketiganya tinggal
bersama. Pasien memiliki 5 orang anak perempuan dan 4 orang anak laki-laki
serta memiliki 5 orang cucu. Saat ini pasien tinggal bersam 3 orang istrinya dan
2 orang anak perempuannya.
- Riwayat pelanggaran hukum : pasien tidak pernah melakukan pelanggaran
hokum
- Riwayat sosial : pasien dikenal sebagai orang yang ramah, suka melucu tetapi
tegas terhadap hal-hal tertentu.
Daftar Pustaka:
1. Kaplan, Harold I. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. 2010; hal. 519-528
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. 2010; hal. 99-
105
3. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 2009; hal. 907-912
4. Damping, Andri C. Majalah Kedokteran Indonesia: Peraanan Psikiatri Geriatri
dalam Penanganan Delirium Pasien Geriatri. 2007.
5. Maslim R: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III, Jakarta, 2010; 27-28
Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui gejala dari Delirium
2. Kriteria diagnostik Delirium
3. Perbedaan antara Demensia dan Delirium
4. Penatalaksanaan Delirium

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif
Seorang pria berusia 70 tahun dikeluhkan sering teriak-teriak pada malam hari dan sulit
untuk tertidur. Keluhan dialami sejak + 1 minggu sejak osi dirawat di RS dengan
penyakit DM dan Hipertensi. Teriak-teriak dan tidak dapat tidur dialami semakin
memberat sejak 2 hari terakhir.
Autoanamnesis : Osi mengaku berteriak dan marah-marah karena ada seseorang yang
hendak membunuhnya dan sering bercerita buruk tentang dirinya. Osi juga mengaku
bahwa dia mampu membunuh seseorang hanya dengan menunjuk atau mengatakan
“mati”, maka makatilah orang tersebut. Pasien mengatakan bahwa ia adalah seorang
raja yang mempunyai banyak uang dan mempunyai kekuatan khusus untuk membunuh
seseorang. Pasien juga mengaku sering melihat anak-anak kecil berlarian dan bermain
di ruang kamar sambil tertawa.
Alloanamnesis : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terkadang tidur dan tiba-
tiba terbangun pada malam hari kemudian marah, hal yang diucapkan terkadang tidak
diketahui jelas (tidak sinkron). Kadang pasien dapat mengenali keluarganya dan kadang
juga tidak diketahuinya. Saat ada orang berbicara, terkadang pasien langsung marah dan
berteriak, serta saat keadaan hening osi langsung marah karena mengira ada yang
sedang berbicara/ribut. Menurut keluarga pasien, osi sering menceritakan bahwa ada
yang hendak mengambil tanahnya dan membunuhnya. BAB biasa. BAK: perkateter.
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
 Status Internus
SP: SS/GL/CM
T = 140/80 mmHg, N = 76 x/menit, P = 18 x/menit, S = 36,90C
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Jantung : dalam Batas normal
Abdomen : dalam batas normal

Status Mental
a. Deskripsi Umum
- Penampilan : Seorang pria, berusia 70 tahun tampak sesuai usianya,
mengenakan baju kemeja berwarna cokelat muda dengan menggunakan sarung
kotak-kotak berwarna cokelat hitam berbaring di atas tempat tidur. Pasien
berambut hitam dan beruban, ikal, dan cukur pendek.
- Kesadaran : delirium
- Perilaku motorik : sebelum wawancara : pasien marah dan teriak-teriak
Selama wawancara : pasien kooperatif
Setelah wawancara : pasien tidur
- Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
- Pembicaraan : cara berbicara : pasien menjawab pertanyaan yang diajukan,
terkadang jawaban sesuai yang ditanyakan dan ada beberapa pertanyaan yang
tidak sesuai. Bicara spontan, artikulasi terkadang tidak jelas, intonasi kecil dan
volume kecil dan kadang meninggi saat berbicara tentang seseorang yang ingin
membunuhnya. Gangguan berbicara : tidak ada hendaya bicara.
b. Alam perasaan
- Mood : iritabel
- Afek : labil
- Serasi : serasi
c. Gangguan persepsi
- Halusinasi : ada (visual, pasien mengatakan dia melihat banyak anak-anak
sedang bermain; auditorik, pasien mengatakan mendengar seseorang yang
sedang berniat membunuhnya dan suara-suara anak bermain)
- Ilusi : tidak ada
- Depersonalisasi : tidak ada
- Derealisasi : tidak ada

d. Proses Pikir
- Arus pikir : inkoheren
- Isi pikir : preokupasi (-), waham ada (waham kebesaran, bahwa ia adalah
seorang raja yang mempunyai banyak harta dan ia dapat membunuh seseorang
dengan mudah; waham kejar, bahwa ada seseorang yang berniat ingin
membunuhnya), obsesi (-), fobia (-)
e. Pengendalian Impuls : baik
f. Daya Nilai
- Daya nilai sosial : kurang (pasien terkadang marah terhadap keluarganya)
- Uji Daya nilai : kurang
- Daya nilai realita : terganggu
g. Tilikan
Derajat I (pasien tidak sadar bahwa pasien sakit)
h. Reliabilitas : kurang (sehingga dilakukan alloanamnesis terhadap istri dan cucunya)
3. Assessment
4. DELIRIUM
Delirium adalah kondisi yang sering dijumpai pada pasien di rumah sakit.
Kepentingan mengenali delirium adalah (1) kebutuhan klinis untuk mengidentifikasi
dan mengobati penyebab dasar dan (2) kebutuhan untuk mencegah perkembangan
komplikasi yang berhubungan dengan delirium.
Definisi
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium adalah suatu
gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif
secara global. Biasanya delirium mempunyai onset mendadak (beberapa jam atau hari),
perjalan singkat dan berfluktuasi dan perbaikan yang cepak jika factor penyebab
diidentifikasi dan dihilangkan.
Etiologi dan Patofisiologi
- Intracranial : epilepsy dan keadaa paska kejang, trauma otak, infeksi (meningitis,
ensefalitis), neoplasma, gangguan vascular.
- Ekstrakranial : obat-obatan, toxic, disfungsi endokrin, defisiensi zat tertentu, infeksi
sistemik, ketidakseimbangan elektrolit, trauma, pasca operasi.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa delirium terjadi karena terdapat kerusakan metabolism
oksidatif serebral dan abnormalitas pada beberapa neurotransmitter. Beberapa hipotesis
mengenai delirium:
a. Asetilkolin, data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari
neurotransmitter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Pada pasien
dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini dan pada pasien
post operatif delirium serum antikolinergik juga meningkat.
b. Dopamin, di otak hubungan timbal balik muncul antara aktivitas kolinergik dan
dopaminergic. Pada delirium muncum aktivitas berlebih dari dopaminergic.
c. Neurotransmitter lainnya. Peningkatan serotonin dan peningkatan inhibitor GABA.
d. Mekanisme peradangan/inflamasi. Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin,
seperti IL-1 dan IL-6, dapat menyebabkan delirium. Saat terjadi proses infeksi,
inflmasi dan paparan toksik dalam tubuh, bahan pirogen endogen seperti IL-1
dilepaskan dari sel.
e. Mekanisme reaksi stress. Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah
terjadinya delirium.
f. Mekanisme structural. Formasio retikularis dan jalurnya memainkan peranan
penting dari bangkitan delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari
formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang
terlibat pada delirium. Kerusakan sawar darah otak juga dapat menyebabkan
delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neurotoksik dan sel-sel
peradangan (sitokin) untuk menembus otak.
Beberapa kondisi yang lazim mencetuskan kondisi delirium.
Iatrogenik Pembedahan, kateterisasi urin
Obat-obatan Psikotropika
Gangguan Insufisiensi ginjal, dehidrasi, hipoksia, azotemia,
metabolic/cairan hiperglikemia, hypernatremia, hypokalemia
Penyakit psikis/psikiatrik Demam, infeksi, stress, alcohol, putus obat (tidur),
fraktur, malnutrisi, gangguan pola tidur.
Overstimulation Perawatan di ICU, atau perpindahan ruang rawat

Manifestasi Klinis
- Kesadaran (Arousal)
Gambaran kunci dari suatu delirium adalah suatu gangguan kesadaran yang oleh
DSM-IV digambarkan sebagai “penurunan kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan, dengan penurunan untuk memusatkan, mempertahankan atau
mengalihkan perhatian. Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada
pasien dengan deliriu, satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan
dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien
dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik,
atau mengalami demensia.
- Orientasi. Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang
pasien delirium. Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya
sendiri.
- Bahasa dan Kognisi. Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam
bahasa berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan
(inkoheren) dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan. Fungsi
kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi
ingatan dan kognitif umum. Pasien delirium mungkin mempunyai waham yang
tidak sistematik, kadang-kadang paranoid.
- Persepsi. Halusinasi relative sering terjadi pada pasien delirium. Halusinasi paling
sering adalah visual dan auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktorius.
Ilusi visual dan auditoris sering pada delirium.
- Suasana Perasaan
Sering mempunyai kelainan pengaturan suasana. Gejala yang paling sering adalah
kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana lain
seperti apati, depresi, dan euphoria.
- Gejala Penyerta. Gangguan tidur – bangun, paling sedikit mengantuk selama siang
hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang keluarga.
Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata-mata
terbalik.
- Gejala Neurologis, yang menyertai termasuk disfagia, tremor, astriksis,
inkoordinasi, dan inkontinensia urin.
Diagnosa
Secara klinis penegakan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-TR.
Kriteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV-TR :
Kriteria diagnostik yang berhubungan dengan kondisi medik umum :
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungan
dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya piker dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang)
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya
singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang harii.
4. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan penyebab delirium ini.
Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab :
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadap lingkungan
dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya piki dan pengertian abstrak dengan atau tanpa
waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi
waktu, tempat dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya
singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu
penyebab kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping
medikasi.

Pedoman Diagnostik Delirium


F05 Delirium, bukan akibat alcohol dan zat psikoaktif lainnya, berdasarkan PPDGJ-III
 Gangguan kesadaran dan perhatian :
- Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma;
- Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan,
dan mengalihkan perhatian;
 Gangguan kognitif secara umum :
- Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi-seringkali visual;
- Hendaya daya piker dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang
bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan;
- Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang
relative masih utuh;
- Disorientasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan
orang;
 Gangguan psikomotor :
- Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu
ke yang lain;
- Waktu bereaksi yang lebih panjang;
- Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang;
- Reaksi terperanjat meningkat;
 Gangguan siklus tidur-bangun :
- Insomnia atau, pada kasus yang berat, tidak dapat tidur sama sekali atau
terbaliknya siklus tidur-bangun; mengantuk pada siang hari;
- Gejala yang memburuk pada malam hari;
- Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi
halusinasi setelah bangun tidur;
 Gangguan emosional
- Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euphoria, apatis, atau rasa
kehilangan akal.
 Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari, dan
keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.

Diagnosis Banding
Gambaran Klinis Delirium Demensia
Gangguan daya ingat +++ +++
Gangguan proses berpikir +++ +++
Gangguan daya nilai +++ +++
Kesadaran berkabut +++ -
Major attention deficits +++ +
Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari) +++ +
Disorientasi +++ ++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-bangun ++ +
Eksaserbasi nocturnal ++ +
Insight/tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -

Tatalaksana
- Pengobatan farmakologis
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium,
tujuan lainnya adalah untuk memberikan bantuan fisik sensorik dan lingkungan.
Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis
adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah Haloperidol
(Haldol), obat antipsikotik golongan butyrophenon. Pemberian tergantung usia, berat
badan, dan kondisi fisik pasien, dosis awal dengan rentang antara 2 – 10 mg i.m, diulang
dalam satu jam jika pasien teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam
cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus
mencukupi, dengan duapertiga dosis diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek
terapeutik yang sama, dosis oral harus kira-kira 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis
parenteral. Dosis harian efektif total haloperidol mungkin rentang dari 5-10 mg untuk
sebagian besar pasien delirium.
Insomnia paling baik diobati dengan golonga benzodiazepine dengan waktu paruh
pendek atau hydroxyzine (vistral) 25 mg-100 mg. Golongan benzodiazepine degan
waktu paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah
digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar (sebagai contoh, putus
alcohol).
- Pengobatan non-farmakologis
Berbagai literature menyebutkan bahwa pengobatan sindrom delirium sering tidak
tuntas, 96% pasien yang dirawat karena pulang dengan gejala sisa. Pasien harus dijaga
terus, terutam saat pasien gelisah sebab berbahaya untuk dirinya sendiri ataupun orang
lain. Pasien dapat ditenangkan dengan kata-kata (meskipun kesadarannya menurun).
Penderita mungkin dapat lebih tenang bila dapat melihat orang banyak atau orang yang
ia kenal di rumah.
Pencegahan delirium dan keluarganya.
Panduan Intervensi Tindakan Keluaran
Reorientasi  Pasang jam dinding Memulihkan orientasi
 kalener
Memulihkan siklus  padamkan lampu Tidur tanpa obat
tidur  minum susu hangat
 pemijatan (massage) punggung
Mobilisasi  latihan lingkup gerak sendi Pulihnya mobilitas
 mobilisasi bertahap
 batasi penggunaan restraint
Penglihatan  kenakan kacamata Meningkatkan
 menyediakan bacaan dengan kemampuan
huruf berukuran besar penglihatan
Pendengaran  bersihkan serumen prop Meningkatkan
 alat bantu dengar kemampuan
pendengaran
Rehidrasi  diagnosis dini dehidrasi BUN/Cr < 18
 tingkatkan asupan cairan oral
 kalau perlu infus
Prognosis
Awitan delirium yang akut, gejala prodromalnya seperti gelisah dan perasaan takut
mungkin muncul pada awal awitan. Bila penyebabnya telah diketahui dan dapat
dihilangkan maka gejala-gejalanya akan hilang dalam waktu 3-7 hari dan akan hilang
seluruhnya dalam waktu dua minggu.
5. Plan
Diagnosis
Delirium ytt (F05.9)

Penatalaksanaan
- Haloperidol 0,5 mg
Lorazepam 1 mg
mf. pulv. dtd da in caps
ʃ0–0–1
Pendidikan:
Edukasi dilakukan kepada keluarga pasien mengenai kondisi kejiwaan pasien dan hal-
hal yang perlu dilakukan bila pasien sedang dalam marah. Melakukan konseling wicara
kepada pasien.
Konsultasi:
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien juga tetap mendapatkan perawatan
dari dokter spesialis penyakit dalam guna mengontrol kadar gula dan tekanan darah
pasien.
Rujukan:
Tidak dilakukan. Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di
rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Enrekang, 12 Oktober 2016
Peserta, Pendamping,

dr. Hendrik Susanto dr. Hj. Nurhidayati, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai