FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DERMATITIS SEBOROIK
Oleh :
Pembimbing :
dr. H. A. Amal Alamsyah, M.Si, Sp.KK
klinik pada bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah,
akhirnya laporan kasus yang berjudul “Dermatitis Seboroik” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan Kasus ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
A. Identitas Pasien…………………………………………………………..8
B. Anamnesis……………………………………………………………….8
C. Pemeriksaan Fisik………………………………………………………..9
D. Diagnosis………………………………………………………………...9
E. Diagmosis Banding………………………………………………………9
F. Penatalaksanaan………………………………………………………….10
G. Resume…………………………………………………………………...10
H. Prognosis…………………………………………………………………10
A. DEFINISI ................................................................................................... 11
B. EPIDEMIOLOGI ........................................................................................ 11
C. ETIOLOGI .................................................................................................. 13
E. PATOGENESIS .......................................................................................... 15
F. DIAGNOSIS .............................................................................................. 16
4
H. PENATALAKSANAAN ............................................................................ 24
I. PROGNOSIS .............................................................................................. 27
J. EDUKASI ................................................................................................... 27
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 28
5
BAB I
PENDAHULUAN
dan aktivitas kelenjar sebum. Beberapa faktor lain turut sebagai pemicu
namun sering pada 3 bulan pertama kehidupan mencapai 70%, dan dekade
dikaitkan dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada usianya. Bayi
baru lahir kelenjar sebaseanya besar dengan sekresi sebum yang tinggi
hampir sama orang dewasa. Saat usia dewasa, seboroik tidak lagi
6
pada beberapa dekade kemudian.Diagnosis dermatitis seboroik umumnya
mudah ditegakkan secara klinis, dan tidak memerlukan alat bantu khusus.
pemakaian alat non invasif dapat membantu diagnosis dan terapi spesifik
namun pada beberapa kasus diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Makassar
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit
Pasien laki-laki berumur 64 tahun di poli kulit dan kelamin RSKD Sul-
Sel dengan keluhan gatal pada seluru badan, di sertai lesi kulit. Awal
8
Riwayat Alergi : disangkal
Pasien bekerja
C. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis :
D. Diagnosis
Dermatitis Seboroik
E. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Dermatitis Atopi
3. Ptiriasis Rossea
4. Tinea
F. Penatalaksanaan
1. Cetirizine
2. Elopro Gel
3. Ketomed
4. Dexametason
5. Myconazole
G. Resume
9
Pasien laki-laki berumur 54 tahun di poli kulit dan kelamin RSKD Sul-Sel
dengan keluhan gatal pada seluru badan, di sertai lesi kulit. Awal lesi
pada daerah kepala kemudian menjalar ke leher dan seluruh badan. Pasien
H. Prognosis
1. Ad vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad sanationam : bonam
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
anogenital.1,2,9
B. Epidemiologi
11
bayi berhubungan dengan jumlah dan aktivitas dari kelenjar sebasea. DS
pada bayi terjadi antara minggu kedua hingga kesepuluh dan sering
pada bayi yang baru lahir akibat stimulasi hormon androgen dari ibunya,
prevalensi DS pada anak laki-laki sebesar 1110% dan 9,5% pada anak
2,9% dan Kepulauan Faeroe 2,8%, dengan rata-rata di Eropa Utara sebesar
12
imunosipresi (misalnya pasien dengan kondisi HIV/AIDS, transplantasi
organ), dan penyakit lain misalnya Parkinson, serta gangguan nutrisi dan
kelainan genetik.3,9,13
C. Etiologi
diduga merupakan salah satu penyebab. Abnormalitas imun dan kerentanan, dan
jumlah dan aktivitas kelenjar sebum. Beberapa faktor lain turut sebagai dermatitis
makanan yaitu pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan minum
alkohol, iklim yang dingin, stress emosiunal, dan lingkungan yang menyebabkan
kulit yang menjadi lembab dan maserasi akan lebih mudah menimbulkan
penyakit.1,4,11
D. Manifestasi klinik
dada, daerah lipatan, aksila, inguinal, glutea, dibawah buah dada. Dapat
13
Sedangkan tempat predileksi dermatitis seboroik infantile terutama
mengenai kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga,
dengan batas yang tidak jelas, eritem ringan dan sedang, skuama
tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, postaurikular, dan leher. Pada bercak
yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta kotor, dan berbau
penyakit ini. Pada dermatitis seboroik ringan, hanya didapati skuama pada
infantile. Kelainan ini terjadi pada bulan keempat, biasanya minggu ketiga
dan keempat, tersering pada 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan
sendirinya tanpa terapi pada usia 8-12 bulan. Pada bayi, skuama-skuama
yang kekuningan pada kulit kepala disebut cradle cap. Lesi-lesi dermatitis
14
blefaritis, dan juga pada liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah
E. Patogenesis
dermatits ini. Kelainan ini sering juga dijumpai pada pasien dengan
titer antibodi terhadap malassezia kelenjar sebasea aktif pada saat bayi
15
dilahirkan, namun dengan menurunnya androgen ibu, kelenjar ini menjadi
tidak aktif selama 9-12 tahun. Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan
9
Gambar 1. Peran jamur Malassezia pada dermatitis seboroik di kulit kepala.
F. Diagnosis
Anamnesis
16
pemicu/pencetus, factor predisposisi penyakit, dan riwayat penyakit dan
merah dan kulit kasar. Kelainan awal hanya berupa ketombe ringan pada
kulit kepala sampai keluhan lanjut berupa keropeng yang berbau tidak
sedap dan terasa gatal. Faktor resiko termasuk genetik, faktor kelelahan,
Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonis :
leher, alis mata, kelopak mata, liang telinga luar, lipat nasolabial,
lain berupa berta yang ditandai dengan seluruh kulit kepala tertutup
blefaritis, dan juga pada liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah
17
Gambar 2. Manifestasi klinis dermatitis seboroik
Pemeriksaan Histopatologi
lesi psoriasis yang tidak khas, namun lesi psoriasis ini akan bertahan
dalam beberapa tahun yang pada akhirnya akan membentuk lesi psoriasis
18
yang khas. Tanda diagnostik yang paling penting dari dermatitis seboroik
G. Diagnosa Banding
1. Psoriasis
19
gangguan biokimiawi, dan imunologik yang menerbitkan berbagai
umumnya simetris. Penyakit ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan
mikotrauma pada kulit pasien psoriasis. Pada lidah dapat dikumpai plak
20
2. Dermatitis Atopi Dewasa
yang kronis residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu,
anak). Dermatitis atopik kerap terjadi pada bayi dan anak, sekitar 50%
menghilang pada saat remaja, kadang menetap, atau bahkan baru mulai
berkaitan erat dengan penyakit atopi lainnya, yakni asma bronkial, rhinitis
kelanjutan dari fase infantil atau fase anak. Pada orang dewasa, lesi
bibir, leher bagian anterior, skalp, dan putting susu. Manifestasi klinis
ekskoriasi dan skuamasi. Rasa gatal lebih hebat saat beristirahat, udara
Stress dapat menjadi faktor pencetus karena saat stress nilai ambang rasa
bahkan lebih.2,10
21
keratosis pilaris, tanda Hertoghe, keilitis, liken spinulosus, dan
keratokonus.10
3. Pitiriasuis Rosea
Pitiriasis rosea adalah ialah reaksi kulit akut yang sembuh sendiri,
dimulai dengan sebuah les inisial berbentuk eritem dan skuama halus.
Kemudian disusul lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai
atas. Pada pitiriasis rosea skuamanya halus dan tak berminyak. Sumbu
panjang lesi sejajar garis kulit. Biasanya sembuh dalam waktu 3-8
minggu.2,5
22
Gambar 6. Pitiriasis rosea
4. Tinea
kerion. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritem lebih menonjol di
kadang dengan dengan vesikel dan papul di tepi, biasanya juga terlihat
erosi dan krusta bekas garukan. Bentuk dengan tanda radang yang lebih
nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena
H. Pengobatan
skalp dan nonskalp meliputi pemakaian obat secara topikal dan sistemik,
dapat pula disertai pemakaian bahan lain yang dapat digunakan sebagai
23
ketombe dan dermatitis seboroik di skalp adalah untuk mengontrol kondisi
24
3) Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam
sedang .2
respon imun local terhadap infeksi. Pemakaian preparat ini dua kali
bersifat kromofor.8
25
8) Isotretinoin bisa diberikan dosis rendah 0,05-0,10 mg/kg BB setiap
I. Prognosis
pada kulit kepala dapat dikaitkan dengan alopesia pada kasus yang parah.
J. Edukasi
stress-emosi.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
dengan krim yang mengandung asam salisilat atau sulfur, pengobatan
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Hajar Siti. 2015. Manifestasi Klinis Dermatitis Seboroik Pada Anak. Jurnal
2. Jacoeb Tjut Nurul Alam. Dermatitis Seboroik. Ilmu Penyakit Kulit dan
5. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000. Hal :15-
16
FKUI : Jakarta
29
10. Evina Belda. 2015. Clinical Manifestations and Diagnostic Criteria of
Lampung
Palembang.
12. Wolff Klaus, Johnson Richard Allen. Fitzpatrick’s Color Atlas and
14. Taher Akmal. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer Edisi Revisi Tahun 2014. Jakarta. Hal 460-
462
30