Rencana Baca
Hari / Tanggal :
Pukul :
DERMATITIS SEBOROIK
Oleh :
Preseptor :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Dermatitis
Seboroik”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat penilaian
Kepaniteraan Klinik Senior di bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sejak masa perkuliahan klinik di bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
sampai pada penyusunan referat ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
referat ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. M. Mimbar
Topik, M.Ked (DV), Sp.DV selaku pembimbing dan preseptor selama mengikuti
KKS di bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Aceh Utara yang telah membimbing penulis dengan tulus dan ikhlas dengan
segenap keilmuannya.
Penulis menyadari penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir
kata, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga referat ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2
2.1 Definisi ............................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi.................................................................................... 2
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko ............................................................. 2
2.4 Patogenesis....................................................................................... 4
2.5 Gejala Klinis .................................................................................... 5
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 6
2.7 Diagnosis ......................................................................................... 6
2.8 Diagnosis Banding .......................................................................... 6
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................. 7
2.10 Prognosis........................................................................................ 9
2.11 Komplikasi .................................................................................... 9
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
salah satunya adalah bagian kulit. Penggunaan sampo atau produk kecantikan yang
lain dianggap cukup untuk merawat kesehatan kulit, namun faktanya angka insidensi
penyakit kulit di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak setelah infeksi saluran
Asal kata ‘dermatitis’ berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Penggunaan kata ekzema pada beberapa ahli untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua
bentuk ekzema yaitu 4,66%, yang diantaranya termasuk dermatitis atopik 0,69%,
eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga
5% dari penduduk.2
superfisial dari kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka,
dan telinga. Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah
dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan
ketombe.2,3
yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit ini dapat
2
menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan maupun dewasa.
Penyakit ini dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan
folikel sebasea terutama pada daerah wajah dan badan. Beberapa literatur
mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora normal kulit manusia. Akan
tetapi, faktor genetik dan lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
mengandung kelenjar sebasea atau yang sering terdapat pada daerah tubuh
berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superfisial.4
2.2 Epidemiologi
perempuan. Hal ini mungkin didukung dari adanya produksi hormon androgen yang
laki.5
neonatus dan dewasa. Pada neonatus, penyakit ini memuncak pada 3 bulan pertama,
sedangkan pada dewasa pada usia 30 hingga 60 tahun. Penyakit ini juga dapat
HIV/AIDS, dan penyakit tertentu seperti Parkinson, serta gangguan nutrisi dan
kelainan genetik. 6
Etiologi dari penyakit ini tidak diketahui dengan pasti, ada tiga faktor utama
kolonisasi dan metabolisme mikroflora kulit (Malassezia spp), dan ketiga kerentanan
2.4 Patogenesis
Permukaan kulit pada pasien dengan dermatitis seboroik kaya akan lipid
trigliserida dan kolesterol, namun rendah asam lemak dan skualen. Flora normal kulit,
yaitu Malassezia sp dan Propionibacterium acnes, memiliki enzim lipase yang aktif
yang dapat mentransformasi trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak
bebas bersama dengan reactive oxygen species (ROS) bersifat antibakteri yang akan
mengubah flora normal pada kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase dan ROS
dermatitis seboroik.7
Gambaran dari dermatitis seboroik berbagai variasi klinis. Secara garis besar
gejala klinis dibagi menjadi dua yaitu pada bayi dan orang dewasa. Pada bayi ada 3
bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata
Sedangkan pada orang dewasa, berdasarkan daerah lesinya terjadi pada kulit
kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada
daerah lipatan nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra
simetris berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak jelas, eritema ringan
• Pityriasis sicca :
Tipe yang kering, biasanya berawal dari bercak yang kecil yang kemudian meluas ke
seluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus
(ketombe).3,8
• Pytiriasis steatoides :
Tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak disertai eritema dan
akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi
psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk. Rambut pada tempat
akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Gambaran ini juga kadang juga
ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis.2,3
atopic.2,3
2.7 Diagnosis
sebasea. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan ditutupi dengan krusta yang
berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle cap ).
dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik,
tinea kapitis dan psoriasis. Pertama, dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan
kulit kronis dan residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak.
7
Skuama kering dan difus, berbeda dengan dermatitis yang skuamanya berminyak dan
Kedua, Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan
kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yaitu kerion. Bercak-bercak
lesi dermatitis seboroik pada kulit kepala lebih merata dan mempunyai lesi kulit yang
simetris distribusinya. Pada tinea kapitis dan tinea kruris, eritema lebih menonjol di
Ketiga, psoriasis vulgaris meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip
dengan dermatitis seboroik. Bedanya terdapat skuama yang tebal, kasar, dan berlapis-
lapis, disertai tanda tetesan lilin, Kobner dan Auspitz. Tempat predileksinya juga
berbeda, psoriasis sering terdapat di ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut,
kuku dan daerah lumbosakral. Jika psoriasis mengenai scalp, maka sukar dibedakan
dengan dermatitis seboroik. Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih,
seperti mika.5
2.9 Penatalaksanaan
anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal
dengan steroid topikal. Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung
8
kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres emosional,
dengan sampo.2
sisir yang lembut khusus untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam
salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala
dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid
berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa
hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi
Selain itu preparat azol akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap P. Ovale, juga
per hari. Ada juga isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya
dandruff kronik pada stadium awal, terapi yang dapat digunakan contohnya
fluocinolone, topikal steroid solution. Pada orang dewasa dengan dermatitis seboroik
dalam keadaan tertentu menggunakan steroid topikal satu atau dua kali seminggu, di
samping penggunaan sampo yang mengandung sulfur atau asam salisil dan selenium
sulfide 2%, 2 sampai 3 kali seminggu selama 5 sampai 10 menit. Atau dapat
9
diberikan sampo yang mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1 hingga 2 %.
Topikal golongan azol dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis
per hari selama dua minggu) untuk terapi pada wajah. 10,11
Adapun terapi alami saat ini menjadi semakin populer. Tea tree oil
(Melaleuca oil) adalah minyak esensial yang berasal dari Australia. Dengan
penggunaan terapi ini dalam bentuk sampo 5 % akan efektif jika digunakan setiap
hari.10,11
2.10 Komplikasi
meluasnya radang sampai menyerang saluran telinga luar. Jika tidak mendapatkan
pengobatan yang baik, maka dermatitis seboroik ini akan meluas hingga ke daerah
sternal, aerola mamae, umbilikus, lipat paha dan daerah anogenital. Selain itu, karena
seboroik.7
2.11 Prognosis
Prognosis untuk dermatitis seboroik biasanya dapat sembuh sendiri dan dapat
merespon pengobatan topikal dengan baik. Walaupun biasanya pada sebagian kasus
yang mempunyai faktor tertentu, penyakit ini agak sukar untuk disembuhkan,
BAB 3
KESIMPULAN
factor lainnya.
Secara garis besar, gejala klinisnya bisa terjadi pada bayi dan orang dewasa.
Pada bayi ada tiga bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk)
dan generalisata (penyakit Leiner). Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah
lesinya dermatitis seboroik terjadi pada kulit kepala, wajah, daerah fleksura, badan
dan generalisata.
Pasien harus diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering
DAFTAR PUSTAKA
th
Dermatology in General Medicine. 8 ed. New York: Mc Graw Hill co., pp.
1745-66.
9. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed.2. Jakarta:
EGC.
10. Pierard, Gerald E. et all. 2007. A Pilot Study on Seborrheic Dermatitis Using
Pramiconazole as a Potent Oral Anti-Malassezia Agent. Karger, vol. 214 :
162-169.
11. Tajima, Mami., Sugita, Takashi., Nishikawa, Akemi, and Tsuboi, Ryoji. 2008.
Molecular Analysis of Malassezia Microflora in Seborrheic Dermatitis
Patients : Comparison withOther Diseases and Healthy Subjects. Journal of
Investigative Dermatology, vol. 128 :345-351.