Pembimbing :
Disusun Oleh:
(22710075)
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
JUDUL
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat – Nya,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “DERMATITIS
ATOPIK & DERMATITIS KONTAK IRITAN e.c SABUN KODOK – e.c SABUN
DETTOL”. Laporan Kasus ini penulis susun sebagai salah satu tugas kepaniteraan
Klinik SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
1. dr. Sylvia Marfianti, Sp.KK sebagai dokter pembimbing SMF Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin di RSD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
2. Teman – teman sejawat dan berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan referat ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Identifikasi Pasien........................................................................................3
B. Anamnesis....................................................................................................3
C. Pemeriksaan Fisik........................................................................................4
D. Diagnosis......................................................................................................7
E. Diagnosis Banding.......................................................................................7
F. Tatalaksana...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit kronik, inflamasi, yang ditandai
dengan lesi eksematosa gatal dengan episode eksaserbasi dan remisi. DA paling
sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Patogenesisnya diduga sebagai interaksi
faktor genetik, disfungsi imun, disfungi sawar epidermis, dan peranan lingkungan
serta agen infeksius. Tiga fase DA yaitu fase bayi, anak-anak, dan dewasa dengan
distribusi lesi yang khas untuk setiap fase (Boodiarja, Siti Aisah. 2018).
dan negara industri lain, prevalensi DA pada anak mencapai 10-20%, sedangkan pada
dewasa kira-kira 1-3%. Di negara agraris, misalnya Cina, Eropa Timur, Asia Tengah,
prevalensi DA jauh lebih rendah. Wanita lebih banyak menderita DA daripada pria
dengan rasio 1,3:1. Berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap prevalensi DA,
misalnya jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan meningkat,
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah peradangan non imunologis pada kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor ekstrinsik dan/atau
intrinsik yang bersentuhan langsung dengan tubuh. DKI dapat terjadi akibat paparan
bahan kimia yang menimbulkan kelainan klinis berupa eritema multiforme (eritema,
edema, papula, folikel, sisik, likenifikasi) dan pruritus (Sularsito, Sri Adi. Djuanda,
Suria. 2013).
Kasus DKI banyak disebabkan oleh paparan iritan berupa bahan kimia atau
1
pelarut. Peradangan dapat terjadi setelah satu atau paparan yang berulang. Kelainan
kulit yang terjadi tergantung pada molekul, kelarutan dan konsentrasi bahan paparan,
serta waktu kontak. DKI kumulatif biasanya disebabkan oleh iritasi lemah (seperti air,
sabun, deterjen, dll) dengan paparan berulang kali. Gangguan kulit baru muncul
Oleh karena itu, waktu dan urutan paparan adalah faktor yang paling penting
Berikut ini kami laporkan kasus Dermatitis atopik dan Dermatitis iritan e.c
sabun kodok – e.c sabun dettol pada seorang pasien perempuan berusia 43 tahun di
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien
Umur : 43 Tahun
Alamat :Probolinggo
Suku :Madura
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
satu bulan yang lalu. Gatal disertai bercak kemerahan yang awalnya muncul di
tangan, kemudian menyebar ke kaki dan wajah. Gatal yang dirasakan pasien
terus-menerus, gatal makin bertambah bila berkeringat dan pada malam hari.
riwayat penggunaan sabun kodok dan sabun Dettol namun setelah pemakaian
3
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama
Dari keluarga tidak ada yang sakit seperti yang dialami oleh pasien.
6. Riwayat Atopi
7. Riwayat Alergi
8. Riwayat psikis
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
GCS : 4-5-6
Hygine : Baik
2. Status Dermatologis
L : Leher ,Wajah
4
D : Terlokalisir
D : Terlokalisir
tipis treansparan.
5
Gambar 2. Lesi pada kedua tangan pasien
6
Gambar 4. Lesi pada lengan kiri pasien
D : Terlokalisir
7
Gambar 6. Lesi pada kaki kiri pasien
D. Diagnosis Banding
a. Dermatitis Atopik
d. Dermatitis seboroik
E. Diagnosis
Dermatitis Atopik + Dermatitis kontak Iritan kronis e.c Sabun kodok – e.c sabun
dettol
F. Tatalaksana
1. Medikamentosa
8
Dexosimethasone 0,25% 2 dd ue
2. Non Medikamentosa
Hindari stress
9
BAB III
PEMBAHASAN
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis
residif, disertai rasa gatal, dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama wajah pada
bayi (fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (pada fase anak), sering
berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopik pada
keluarga atau penderita (Boodiarja, Siti Aisah. 2018). Pada pasien didapatkan keluhan
pasien datang dengan rasa gatal pada tubuh bagian tangan, kaki, leher, dan wajah
Wanita lebih banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3:1. Berbagai
kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota,
urutan lahir makin belakang, sering mengalami infeksi sewaktu kecil, akan
seorang ibu yang menderita atopi akan mengalami DA pada masa kehidupan 3 bulan
pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih separuh jumlah anak akan
mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua
orang tua menderita atopi. Risiko mewarisi DA lebih tinggi bila ibu yang menderita
DA dibandingkan dengan ayah. Tetapi, bila DA yang dialami berlanjut hingga masa
10
dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya sama saja yaitu kira-kira
50% (Boodiarja, Siti Aisah. 2018). Pada pasien mengatakan memiliki Riwayat atopi.
adalah melalui reaksi imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari
sumsum tulang. Faktor psikologis dan hygiene dapat merupakan penyebab atai
sebagai dampak DA. Tingkat gangguan psikis pada DA tergolong tinggi, antara lain
rasa cemas, stress dan depresi. Rasa gatal yang hebat memicu garukan yang terus
agresif, frustasi, dan sulit tidur (Boodiarja, Siti Aisah. 2018). Pada pasien didapatkan
Riwayat atopi rhinitis alergi, pasien juga mengatakan sering banyak pikiran (stres),
rasa gatal yang dirasakan pasien sering terjadi apabila berkeringat dan pada malam
11
Tabel 1. Diagnosis DA berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka
ditemukan 3 kriteria mayor dan sedikitnya 3 kriteria minor. dimana bedasarkan hasil
pemeriksaan klinis dan fisik yang diderita pasien telah telah memenuhi kriteria
didapatkan kriteria mayor pasien mengalami gatal, distribusi dan morfologi yang
khas, serta riwayat rhinitis alergi pasien. Dan kriteria minor kulit kering, kulit kering
berskuama, dan gatal saat berkeringat. Sehingga pada pasien didapatkan tiga kriteria
pengurangan gatal menjadi seminimal mungkin, perbaikan sawar kulit, dan obat anti
inflamasi Untuk tatalaksana yang optimal, dibutuhkan kerja sama yang baik tidak
pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan
faktor endogen (genetik, jenis kelamin, usia, ras) memegang peranan penting pada
Dermatitis kontak iritan secara signifikan lebih sering terjadi pada wanita
dengan pria disebabkan oleh faktor lingkungan, bukan faktor genetik. Dermatitis
kontak iritan akibat kerja mempengaruhi wanita hampir dua kali lebih sering daripada
pria, berbeda dengan penyakit akibat kerja lainnya yang lebih banyak menyerang
pria. Kasus DKI banyak disebabkan oleh paparan iritan berupa bahan kimia atau
pelarut. Peradangan dapat terjadi setelah satu atau paparan yang berulang. Kelainan
kulit yang terjadi tergantung pada molekul, kelarutan dan konsentrasi bahan paparan,
DKI kumulatif biasanya disebabkan oleh iritasi lemah (seperti air, sabun,
deterjen, dll) dengan paparan berulang kali. Gangguan kulit baru muncul setelah
karena itu, waktu dan urutan paparan adalah faktor yang paling penting. DKI kronis
adalah DKI yang paling umum. Gejalanya meliputi kulit kering, eritema dan skuama,
yang secara bertahap menjadi hiperkeratosis dan fisura dapat terbentuk dengan
13
kontak terus-menerus. Mengatasi dermatitis kontak tidak selalu mudah, karena faktor
penyebab setiap dermatitis banyak dan sering tumpang tindih. Menghindari kontak
kulit dengan bahan iritan adalah strategi pengobatan utama untuk DKI (Sularsito, Sri
Dermatitis kontak iritan lebih banyak tidak terdeteksi secara klinis disebabkan
dengan bahan iritan serta munculnya ruam tidak dapat diperkirakannya. Dermatitis
kuantitas, konsentrasi, dan lamanya terpajan oleh bahan iritan tersebut(Sularsito, Sri
Adi. Djuanda, Suria. 2013). Pada pasien didapatkan dari amanesis pasien
menggunakan sabun kodok dan dettol, pasien merasakan rasa perih dan panas setelah
pemakaian sabun kodok dan dettol tersebut. Didapatkan kulit kering serta skuama
melakukan dengan memproteksi atau menghindakan kulit dari bahan iritan. Selain
itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan,
dalam hal ini, mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain (Sularsito, Sri Adi.
bahan iritan. Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan dengan
Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa terapi topikal
14
dan sistemik. Obat topikal yang diberikan kortikoseroid Desoksimetason 0,25%
cream dengan pemakaian 2 kali sehari dan jua diberikan pelembab berupa Urea 10%
cream dengan pemakaian 2 kali sehari. Pada pasien juga diberikan pengobatan
diminum 2 tablet pada pagi hari. Pemberian cetirizine untuk mengurangi rasa gatal
pada kasus gejala dermatitis yang disebabkan oleh bahan iritan tersebut. Antihistamin
diberikan untuk mendapatkan efek sedatif guna mengurangi gejala gatal. Prognosis
pada pasien ini baik apabila tidak terpapar bahan iritan dan pengobatan diberikan
secara teratur namun prognosisnya akan menjadi kurang baik jika bahan iritan
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Boodiarja, Siti Aisah. 2018. Dermatitis Atopik. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editor.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
2. Sularsito, Sri Adi. Djuanda, Suria. 2013. Dermatitis Atopik. In: Djuanda A, Hamzah
M. AisuhS, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit
4. Menaldi SI.SW, Novianto F. Sampurna AT. Dermatitis Kontak. Atlas Berwama dan
16