Anda di halaman 1dari 29

Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

REFERAT

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS


DALAM KEHAMILAN

Disusun oleh :
I Kadek Alam Yudistira (22710079)

Pembimbing :
dr. Maria Diah Zakiyah, Sp.OG

1
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

BAB I
PENDAHULUAN

2
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

LATAR BELAKANG
• Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi
organ multi sistem antara lain kulit, paru-paru, jantung, ginjal dan komponen darah akibat
pengendapan kompleks imun yang tidak spesifik

• Prevalensi LES diperkirakan 4-25 kasus setiap 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat lebih dari
16.000 kasus baru setiap tahunnya dan lebih sering pada orang-orang asia (18-24 tiap 100.000)

• Kehamilan meningkatkan risiko LES menjadi aktif berkisar antara 40-60%. Lupus eritematosus
sistemik pada kehamilan merupakan suatu penyulit kehamilan, berpotensi mengakibatkan
kematian janin, kelahiran preterm maupun kelainan pertumbuhan janin

33
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

4
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Definisi
• Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun
multisystem di mana organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan
yang dimediasi oleh autoantibodi pengikat jaringan dan kompleks
imun

• Tidak ada mekanisme aksi tunggal yang dapat menjelaskan seluruh


kasus, dan kejadian awal yang memicunya masih belum diketahui

• Terdapat penglibatan multisystem yaitu system mukokutan (malar


rash), muskoloskeletan (arthritis), hematology (anemia), neurology
(serebri) dan ginjal (nefritis).

55
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

EPIDEMIOLOGI
• Data beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan kunjungan pasien LES yaitu 17,9-
27,2% (tahun 2015), 18,7-31,5% (tahun 2016), dan 30,3-
58% (tahun 2017)

• Gejala dan tanda LES umumnya muncul pada usia 9-58


tahun (rentang usia tertinggi 21-30 tahun)

• Rasio pasien perempuan dan laki-laki adalah 5:1 hingga


22:1

66
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

ETIOLOGI
• Pada SLE, baik respon imun bawaan maupun adaptif ikut
terlibat

• Interaksi gen dengan faktor lingkungan banyak


perubahan imunologi yang berujung pada respons imun
yang persisten terhadap asam nukleat autologous

• Kerusakan jaringan autoantibodi atau deposisi


kompleks imun terjadi di ginjal, jantung, pembuluh darah,
sistem saraf pusat, kulit, paru-paru, otot, dan persendian

77
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PATOFISIOLOGI
• Pada ibu hamil terdapat perubahan komposisi dan fungsi sel imunkompeten serta molekul
imunomodulator

• Perubahan sitokin T-helper Th1/Th2 LES penyakit yang dimediasi Th2 sehingga dapat terjadi
dominan respons Th2 pada kehamilan dengan kemungkinan eksaserbasi yang lebih tinggi

• Trimester 3 kehamilan, ditemukan kadar estrogen, progesteron, dan sitokin Th2 yang lebih rendah
serta terdapat sel Th17 yang mengaktivasi sistem imun dan interleukin-17 (IL-17)

• Peningkatan jumlah sel Th17 pada kondisi yang terkait dengan kehamilan, seperti preeklamsia dan
keguguran kehamilan berulang

88
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

GEJALA KLINIS

99
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

GEJALA KLINIS
• Gejala-gejala yang dapat membantu membedakan aktivitas LES dari perubahan fisiologis saat
kehamian

10
10
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

KOMPLIKASI
• Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan dengan SLE adalah :

1. Lupus flares

2. Penurunan fungsi ginjal

3. Memperburuk dari gejala hipertensi

4. Meningkatkan resiko preeklampsi

5. Komplikasi pada janin biasanya menyebabkan keguguran, kelahiran preterm dan sindrom lupus
neonatal

11
11
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Perkembangan SLE pada Ibu Hamil


Beberapa faktor mempengaruhi keturunan pada pasien dengan SLE :

• Penyakit inflamasi aktif, komorbiditas (misalnya, insufisiensi ginjal, lupus nefritis, dan
sindrom anti-fosfolipid), paparan pengobatan gonadotoksik, usia ibu lanjut, aspek
psikososial sampai dengan keguguran

• Aktivitas lupus yang ringan dapat menyebabkan ooforitis dan mengganggu aksis
hipotalamus hipofisis ovarium. Flare juga telah dikaitkan dengan hiperprolaktinemia, yang
mempengaruhi proses ovulasi

• Pasien mungkin datang dengan amenore dan ketidakteraturan menstruasi

12
12
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Perkembangan SLE pada Ibu Hamil


• Pasoto dkk melaporkan 53% pasien SLE di bawah usia 40 tahun mengalami perubahan
menstruasi pasien dengan aktivitas penyakit yang tinggi lebih mungkin untuk
mendukung menstruasi yang tidak teratur

• Kadar hormon anti-Mullerian (AMH) dan jumlah folikel antral (AFC) adalah prediktor
cadangan ovarium, penurunan kadar dapat mengindikasikan gangguan kesuburan

• Studi kohort telah menemukan tingkat AMH dan AFC pada pasien SLE secara signifikan
lebih rendah dibandingkan dengan kontrol sehat yang sesuai usia bahkan pada mereka
yang menstruasi normal

13
13
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


• Peningkatan aktifitas sel T helper dan inhibisi sel T supressor peningkatan proliferasi dan aktifitas
sel B hiperaktifitas respon imunitas humoral terbentuknya komplek imun

• Komplek imun melepaskan C3a dan C5a permeabilitas vaskuler meningkat terutama arteri
kecil dan arteriol

• Peningkatan permeabilitas vaskuler pengendapan kompleks imun agregasi trombosit

• Sel radang polimorfonuklear (PMN), morfonuklear (MN), basofil dan sel mast tidak mampu melakukan
fagositosis terhadap seluruh endapan komplek imun membebaskan enzim lisosomal yang
merupakan mediator inflamasi penyebab kerusakan vaskuler lebih lanjut.

14
14
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


• Sistem komplemen membentuk membran atttack complex lisis selaput sel sehingga memperberat
kerusakan jaringan pada plasenta proses ini menyebabkan vaskulitis desidua

• Antibodi maternal seperti antibodi antifosfolipid (APL) abortus habitualis pada wanita hamil tanpa
kelainan ginekologis abortus spontan atau kematian janin mungkin disebabkan oleh vaskulitis
desidual plasenta, diatesis trombotik, trombositopenia serta hipokomplementemia

• Kelainan ini menyebabkan berkurangnya ukuran plasenta, hematom intra plasenta dan penebalan
membrana basalis trofoblast yang mengganggu aliran darah ke plasenta sehingga menyebabkan
abortus atau kematian janin

15
15
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


1. Kelahiran Prematur

• Komplikasi SLE yang paling umum adalah kelahiran prematur yang dapat terjadi pada
sekitar sepertiga pasien faktor risiko kelahiran prematur meliputi peningkatan
aktivitas penyakit (baik klinis maupun serologis yang tercermin dari peningkatan titer
dsDNA dan komplemen yang rendah

• Penggunaan prednison yang tinggi dapat menyebabkan ketuban pecah dini,


hipertensi, dan penyakit tiroid

16
16
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


2. Preeklampsia

• Preeklamsia tercatat terjadi sekitar 2-3 kali lipat pada pasien lupus dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki lupus

• Faktor risiko preeklampsia termasuk penanda penyakit spesifik lupus antibodi


antifosfoslipid, peningkatan proteinuria, fungsi ginjal yang memburuk, hipertensi dan
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia)

• Faktor predisposisi lain seperti usia ibu lanjut, riwayat penyakit hipertensi pada kehamilan
sebelumnya, hipertensi yang sudah ada sebelumnya, diabetes dan obesitas

17
17
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


3. Keguguran dan antibodi antifosfolipid

• Antibodi antifosfolipid terjadi pada seperempat hingga setengah pasien lupus

• Kehadiran antibodi antifosfolipid (aPL) meningkatkan risiko hasil kehamilan yang merugikan
seperti retardasi pertumbuhan intrauterin dan kelahiran prematur

• Sindrom antifosfolipid dikaitkan dengan keguguran patofisiologi diduga terkait dengan


trombosis pada pembuluh darah uterus serta pengikatan antibodi terhadap trofoblas, sel
endotel, dan sel saraf

18
18
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Pengaruh SLE terhadap Kehamilan


4. Sindroma Lupus Neonatal (SLN)

• Berhubungan dengan adanya antibodi IgM terhadap protein ribonuklear janin seperti anti
SSA/Ro, anti SSB/La dan anti-RNP yang melewati transplasental

• Gejala klinik yang paling sering dijumpai pada SLN adalah lesi kutaneus lupus sub akut yang
fotosensitif

19
19
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

Diagnosis SLE
Kriteria diagnosis SLE menurut EULAR dan ACR tahun 2019

20
20
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PENATALAKSANAAN
• Pasien dengan SLE yang ingin hamil harus menjalani konseling pra kehamilan untuk
mengetahui masalah yang akan timbul risiko preeklampsia, gangguan pertumbuhan janin
dan kematian janin

• Pasien dengan SLE yang hendak hamil harus berada dalam fase remisi dan tidak sedang
menggunakan obat-obatan sitotoksik sebelum terjadi konsepsi dan harus dinilai apakah
penderita menderita anemia, trombositopenia, penyakit ginjal dan antibodi antifosfolipid

• Anemia (hemoglobin<8g/dl), demam (>38,50C) dan hipoalbuminemia (albumin<3g/dl)


membutuhkan terapi yang lebih agresif pada pasien hamil karena mengancam pertumbuhan
fetus

21
21
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid

• Arthritis, ruam kulit ataupun alopesia umumnya hanya memerlukan terapi


Prednison oral 5-15 mg/hari

• Demam, serositis, flebitis dan miositis dapat diberikan Prednison 15-45 mg/hari

• Kelainan organ vital yang aktif (nefritis) diperlukan Prednison oral dosis tinggi
sebesar 1mg/kg/bb/hari atau 60-80 mg/hari

• Untuk penderita yang tidak respon dapat diberikan Metilprednisolon 100 mg


intravena setiap 4-8 jam
22
22
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PENATALAKSANAAN
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

• Mencegah preeklamsi pada wanita berisiko tinggi terjadi hipertensi diberikan


Aspirin dosis rendah 60-100 mg/hari

Imunosupresan

• Siklofosfamid diberikan bolus intravena 0,5 gr/m2 dalam 150cc NaCL 0,9%
selama 60 menit diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam

23
23
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PENATALAKSANAAN
Indikasi pemberian Siklofosfamid :

• Penderita LES yang membutuhkan steroid dosis tinggi

• Penderita LES yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi

• Penderita LES yang kambuh setelah terapi steroid jangka panjang/berulang

• Glomerulonefritis difus awal

• LES dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid

• Penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin tanpa disertai dengan faktor
ekstra renal lainnya

• LES dengan manifestasi susunan saraf pusat


24
24
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

PROGNOSIS
• Kehamilan pada penderita LES sangat ditentukan dari aktifitas penyakitnya, konsepsi yang
terjadi pada saat remisi mempunyai luaran kehamilan yang baik

• Kematian janin meningkat 2-3 kali dibandingkan wanita hamil normal, bila didapatkan
hipertensi dan kelainan ginjal maka mortalitas janin menjadi 50%

• Kelahiran prematur terjadi sekitar 30-50% kehamilan dengan LES yang sebagian besar akibat
preeklamsia atau gawat janin

• Infark plasenta yang terjadi pada penderita LES dapat meningkatkan risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat sekitar 25% demikian juga risiko terjadinya preeklamsia-
eklamsia meningkat sekitar 25-30%

25
25
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

BAB III
PENUTUP

26
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

KESIMPULAN
• Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit pada wanita usia reproduksi dan
merupakan suatu penyakit autoimun multisistem

• SLE pada kehamilan dapat menyebabkan kegawatan baik pada ibu maupun janin. Kehamilan
dengan SLE harus dimanajemen mulai dari perencanaan kehamilan sampai pada saat
kehamilan

• SLE pada kehamilan bukan merupakan indikasi dari dilakukannya operasi sectio caesarea (SC),
melainkan kehamilan presentasi bokong dengan komplikasi yang menjadi indikasi untuk
dilakukan operasi sectio caesarea.

27
27
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo

DAFTAR PUSTAKA
• Aringer M, Costenbader K, Daikh D, Brinks R, Mosca M, Ramsey-Goldman R, et al. 2019 European League Against
Rheumatism/American College of Rheumatology classification criteria for systemic lupus erythematosus. Ann
Rheum Dis. 2019;78(9):1151-9
• Gaya, L.L., & Sayuti, M. (2018). Sistemik Lupus Eritematosus pada Kehamilan. Majority, 6(3), 1-4.
• Suparman, E. (2021). Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada Kehamilan. e-CliniC, 9(2),497-503.
• Fanouriakis, A., Tziolos, N., Bertsias, G., Boumpas, D.T. (2021). Update οn the diagnosis and management of
systemic lupus erythematosus. Ann Rheum Dis, 80, 14–25.
• Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2019). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia: Diagnosis dan
Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Jakarta: PB PAPDI.
• Setiabudiawan, B., Ghrahani, R. (2018). Indonesia Epidemiologic Data of Paediatric Systemic Lupus
Erythematousus. Lupus, 4(1), 201.
• Dao, K.H., & Bermas, B.L. (2022). Systemic Lupus Erythematosus Management in Pregnancy. International Journal
of Women’s Health, 14, 199-211.
• Pasoto, S.G., Mendonça, B.B., & Bonfá, E. (2022). Menstrual disturbances in patients with systemic lupus
erythematosus without alkylating therapy: clinical, hormonal and therapeutic associations. Lupus, 11(3),175–180.
• Cheung, K.L., & Lafayette, R.A. (2019). Renal physiology of pregnancy. Adv Chronic Kidney Dis, 20(3), 209–214.
• Musa, R., Brent, L.H., Qurie, A. (2022). Lupus Nephritis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 28
28

TERIMA KASIH

29

Anda mungkin juga menyukai