piogenik. Pada kasus ini, telinga bagian tengah merujuk pada ruang telinga tengah,
meliputi saluran eustachius, telinga tengah, pars tensa, aditus ad antrum, dan sel udara
mastoid.
ETIOLOGI
OMSA lebih umum menjangkiti pasien berusia muda, terutama balita dan kanak-kanak
dari golongan ekonomi kelas bawah. Lumrahnya, penyakit ini juga diiringi oleh infeksi
virus pada saluran pernapasan bagian atas di mana kemudian organisme piogenik
dengan cepat menyerang telinga tengah.
RUTE INFEKSI
1. Melalui saluran eustachius. Merupakan rute infeksi yang paling umum. Infeksi
menjalar lewat lumen dari kedua bagian tuba eustachius atau di sekiling limfatik
peritubal subeptiel. Saluran eustachius pada anak kecil diketahui berukuran lebih
pendek, namun juga lebih lebar dan lebih horizontal ketimbang milik orang dewasa.
Ini mengakibatkan tingkat infeksi yang lebih tinggi pada kelompok usia muda.
Pemberian ASI atau susu formula dalam botol pada bayi dalam posisi horizontal
akan mendesak cairan masuk melalui tuba ke telinga bagian tengah. Inilah sebabnya
mengapa orang tua sebaiknya menyangga kepala bayi di mana posisi kepala sedikit
lebih tinggi saat menyusui. Selain itu, kegiatan harian lainnya seperti berenang dan
menyelam juga berisiko mendorong air ke dalam telinga tengah melalui saluran
eustachius.
2. Melalui telinga luar. Perforasi membran timpani yang disebabkan oleh trauma fisik
karena kejadian apa pun dapat membuka jalur infeksi pada telinga tengah.
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
3. Melalui pembuluh darah. Meski memungkinkan, jalur infeksi yang satu ini
terbilang tidak umum.
FAKTOR PREDISPOSISI
Apa pun yang dianggap mengganggu fungsi normal saluran eustachius merupakan faktor
predisposisi dalam infeksi telinga tengah, termasuk:
1. Flu biasa yang terjadi berulang-ulang, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan demam yang disertai eksantema, contohnya campak, difteri, atau batuk
rejan.
2. Infeksi amandel dan kelenjar gondok.
3. Rinitis kronis dan sinusitis.
4. Alergi hidung.
5. Tumor nasofaring atau pendarahan dari rongga hidung.
6. Sumbing pada langit-langit mulut.
Bakteriologi. Bakteri yang paling umum menyebabkan OMSA pada bayi dan kanak-
kanak adalah Streptococcus pneumoniae (30%), Haemophilus influenzae (20%), dan
Moraxella catarrhalis (12%). Di samping itu, organisme lainnya yang juga menjadi
penyebab dari penyakit ini meliputi Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan
kadang-kadang Pseudomonas aeruginosa. Pada kadar pertumbuhan 18-20%, tidak ada
gejala yang terlihat. Namun, banyak turunan dari H. influenzae dan M. catarrhalis yang
memproduksi beta-laktamase.
1. Tahap oklusi tuba. Edema dan hiperemia ujung nasofaring tuba eustachius
menghalangi saluran sehingga menyebabkan absorpsi udara dan tekanan
intratimpani negatif. Selain itu, ada retraksi membran timpani dan efusi di telinga
tengah, akan tetapi banyaknya cairan mungkin tidak terhitung signifikan secara
klinis.
Gejala. Timbul gangguan pendengaran dan nyeri di dalam telinga. Umumnya
tidak disertai dengan demam.
BAB 10 – RAGAM PENYAKIT PADA TELINGA TENGAH
sebelah atas antrum mastoid. Hadil sinar X mastoid akan menunjukkan kekeruhan
sel udara karena eksudat.
4. Tahap resolusi. Membran timpani pecah diiringi dengan keluarnya nanah dan
berkurangnya jumlah gejala yang dialami pasien. Inflamasi juga mulai teratasi. Jika
metode pengobatan yang tepat diterapkan lebih awal atau apabila tingkat infeksi
tergolong ringan, maka fase ini dapat terjadi bahkan tanpa perlu mengakibatkan
pecahnya membran timpani.
Gejala. Dengan keluarnya nanah, maka sakit telinga pun berkurang, suhu tubuh
berangsur-angsur turun, dan anak merasa lebih baik daripada sebelumnya.
Tanda-tanda. Saluran pendengaran eksternal mungkin berisi cairan berwarna
darah yang kemudian menjadi mukopurulen. Biasanya, perforasi kecil tampak di
kuadaran anteroinferior pars tensa. Hiperemia membran timpani perlahan-lahan
mereda dengan kembalinya warna normal.
5. Tahap komplikasi. Jika virulensi organisme tinggi atau pasien memiliki resistensi
yang buruk terhadap penyakit, maka tahap resolusi bisa jadi tidak berlaku, dan
penyakit pun menyebar di luar batas telinga tengah. Selanjutnya, ini dapat
menyebabkan mastoiditis akut, abses subperiosteal, kelumpuhan wajah, labirinitis,
petrositis, abses ekstradural, meningitis, abses otak, atau tromboflebitis sinus
lateral.
PENGOBATAN
tidak memadai justru dapat mengakibatkan otitis media sekretorik (OMS) dan
gangguan pendengaran residual.
2. Tetes hidung dekongestan. Tetes hidung efedrin (1% untuk orang dewasa dan
0,5% untuk anak-anak), oxymetazoline (Navision), atau xylometazoline (Otrivin)
sebaiknya digunakan untuk meredakan edema tuba eustachius dan meningkatkan
perputaran udara di telinga bagian tengah.
3. Dekongestan hidung oral. Pemberian pseudoephedrine (Sudafed) 30 mg dua kali
sehari atau kombinasi dekongestan dan antihistamin (Triominic) dapat mencapai
hasil yang sama optimalnya dengan penggunaan obat tetes hidung. Metode ini dapat
menjadi alternatif yang baik untuk diberikan pada pasien kanak-kanak.
4. Analgesik dan antipiretik. Parasetamol membantu meredakan nyeri dan
menurunkan demam pada penderita.
5. Pembersihan telinga (ear toilet). Jika ada kotoran di dalam telinga, maka kotoran
tersebut akan dibersihkan menggunakan cotton buds steril di mana ujung kapas
dibasahi dengan antibiotik terlebih dahulu sebelum dimasukkan.
6. Teknik "dry heat" untuk meringankan rasa sakit.
7. Miringotomi (operasi gendang telinga). Opsi ini melibatkan tindakan menyayat
membran timpani untuk mengeluarkan nanah dan diindikasikan ketika (i) gendang
telinga tampak menonjol dan ada nyeri akut, (ii) tahap resolusi yang tidak kunjung
terlewati bahkan setelah pemberian antibiotik, dan (iii) ada efusi berkelanjutan
setelah 12 minggu.
Semua kasus OMSA harus ditangani dengan hati-hati sampai membran pada gendang
telinga kembali ke wujud semula dan tuli konduktif pada pasien sembuh total (Gambar
10.1).
Tabel 10.1. Agen antibakteri dan dosisnya pada otitis media akut (OMA)
Merupakan ragam dari OMSA yang sering menjangkiti anak-anak yang menderita
campak, demam berdarah, atau influenza. Organisme penyebabnya ialah streptococcus
β-hemolyticus. Pada penyakit ini terdapat destruksi yang cepat dari seluruh membran
timpani dan bagian annulus, mukosa yang menonjol, rantai osikula atau rantai tulang
pendengaran, dan bahkan sel-sel udara mastoid. Juga terdapat otorrhea dalam jumlah
besar. Dalam kasus ini, penyembuhan diikuti oleh adanya fibrosis atau pertumbuhan ke
dalam epitel skuamosa dari meatus.
Adalah kondisi berbahaya yang ditandai dengan penumpukan efusi nonpurulen di celah
telinga tengah. Seringkali efusi bertekstur kental dan lengket keluar, namun kadang-
kadang bisa jadi komposisinya lebih encer. Cairan ini sama sekali tidak steril. Gangguan
ini umumnya menjangkiti anak-anak pada usia sekolah.
PATOGENESIS
Dua mekanisme utama dianggap bertanggung jawab terhadap terpicunya penyakit ini:
ETIOLOGI
(d) Tumor jinak dan ganas pada nasofaring. Penyebab yang satu ini harus selalu
dikecualikan pada otitis media serosa unilateral pada pasien dewasa.
2. Alergi. Alergi musiman atau menahun terhadap inhalansia atau bahan makanan
tertentu sering terjadi pada anak-anak. Hal ini tidak hanya menyumbat tuba
eustachius oleh edema, melainkan juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
sekretori karena mukosa telinga tengah bertindak sebagai organ di mana reaksi
alergi terjadi dalam kasus tersebut.
3. Otitis media yang tidak tersembuhkan. Terapi antibiotik yang tidak memadai
pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi untuk sementara waktu, namun gagal
mengatasi penyakit tersebut sepenuhnya. Infeksi tingkat rendah tetap ada. Alhasil,
kondisi ini pun menjadi stimulus bagi mukosa untuk mengeluarkan lebih banyak
cairan. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga bertambah. Banyaknya kasus otitis
media serosa, otitis media sekretorik, otitis media mukoid, atau "glue ear"
belakangan ini terbukti terjadi lantaran penyebab yang satu ini.
4. Infeksi virus. Berbagai adenovirus dan rhinovirus yang berada pada saluran
pernapasan bagian atas dapat menyerang telinga tengah dan merangsangnya untuk
meningkatkan aktivitas sekretori.
FITUR KLINIS
c) Sakit telinga ringan. Anak mungkin juga mempunyai riwayat infeksi saluran
pernapasan atas yang diikuti dengan sakit telinga ringan.
2. Hasil pemeriksaan otoskopi. Membran timpani tampak kusam dan buram disertai
dengan hilangnya refleks cahaya. Gendang telinga juga barangkali kelihatan
berwarna kuning, abu-abu, atau kebiruan.
Pembuluh darah tipis dapat dijumpai di sepanjang pegangan maleus atau di
pinggiran membran timpani. Akan tetapi, penampakannya berbeda dari kongesti
pada OMSA. Selain itu, membran timpani bisa menunjukkan berbagai tingkat
retraksi.
Kadang-kadang, gendang telinga akan tampak penuh atau sedikit menonjol di
bagian posteriornya karena efusi.
Cairan dan gelembung udara bisa dilihat saat cairan bertekstur encer dan
membran timpani transparan (Gambar 10.2).
Pergerakan mempran timpani pun
terbatas.
TES PENDENGARAN
PENGOBATAN
1. PENGOBATAN MEDIS
2. OPERASI
Ketika cairan memiliki konsistensi yang amat kental dan pemberian pengobatan medis
saja tidak membantu, maka cairan harus diangkat lewat tindakan operasi.
(a) Miringotomi dan aspirasi (penyedotan) cairan. Sayatan dibuat pada membran
timpani, lalu cairan disedot dengan suction. Untuk menyingkirkan lendir kental,
perlu dipasang saline atau agen mukolitik seperti larutan chymotrypsin untuk
mengencerkan lendir sebelum dipompa keluar. Ada kalanya dokter membuat dua
sayatan pada membran timpani, yaitu satu di anteroinferior dan yang satunya lagi di
kuadran anterosuperior untuk menyedot sekret kental dengan kepadatan
menyerupai lem (Gambar 10.3).
(b) Penyisipan tabung Grommet. Apabila kombinasi miringotomi dan aspirasi tidak
berhasil mengeluarkan lendir dan pembentukan cairan masih berulang, tabung
Grommet dimasukkan untuk memberi penganinan lanjutan pada telinga tengah
BAB 10 – RAGAM PENYAKIT PADA TELINGA TENGAH
5. Granuloma kolesterol. Hal ini disebabkan oleh stasis sekret di telinga tengah dan
mastoid.
Bayi dan anak-anak antara usia enam bulan dan enam tahun berisiko mengalami episode
otitis media kronik berulang. Episode tersebut diprediksi terjadi sebanyak empat sampai
lima kali setahun. Biasanya, setelah mengalami infeksi saluran pernapasan atas akut,
anak-anak akan terbebas dari gejala-gejala yang umumnya muncul di antara kemunculan
per episode. Infeksi berulang pada telinga tengah kadang-kadang juga muncul di
samping efusi yang sudah ada. Ada kalanya penyebab yang mendasari kondisi ini adalah
sinusitis berulang, insufisiensi velofaringeal, hipertrofi kelenjar gondok, infeksi pada
amandel, alergi, dan defisiensi imun. Menyuapi atau menyusui bayi dalam posisi
terlentang tanpa dibarengi dengan menopang kepala turut dapat mengakibatkan ASI
masuk langsung ke telinga tengah, yang mana pada akhirnya menyebabkan infeksi
telinga tengah.
Beberapa teknik penanganannya pada pasien anak-anak antara lain:
bulan atau terjadi 6 kali serangan dalam setahun, maka dianjurkan untuk
menempatkan tabung timpanostomi.
4. Adenoidektomi dengan atau tanpa disertai tonsilektomi.
5. Pembatasan pemberian inhalan atau penanganan alergi makanan.
Adalah kondisi nonsupuratif yang disebabkan oleh kegagalan saluran eustachius untuk
mempertahankan tekanan telinga tengah pada tingkat atmosfer ambien. Penyebab
umumnya antara lain pesawat yang mendadak turun, menyelam di bawah air, atau
kompresi di ruang bertekanan negatif.
MEKANISME
Saluran eustachius memungkinkan udara keluar dengan mudah dan menjadi jalan keluar
pasif bagi udara dari telinga tengah ke faring jika telinga tengah bertekanan tinggi. Dalam
situasi sebaliknya, di mana nasofaring bertekanan tinggi, udara tidak dapat masuk ke
telinga tengah kecuali kontraksi otot secara aktif membuka tuba eustachius, seperti
dalam kondisi menelan, menguap, atau melakukan manuver Valsava. Saat tekanan
atmosfer lebih tinggi daripada tekanan di dalam telinga tengah dengan tingkat kritis 90
mm Hg, maka tuba eustachius secara otomatis akan "terkunci", yang mana merujuk pada
kondisi di mana jaringan lunak pada ujung faring tuba dipaksa masuk ke lumennya. Pada
edema tuba eustachius, bahkan perbedaan tekanan yang lebih kecil sekalipun dapat
menyebabkan terkuncinya tuba. Tekanan negatif yang terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah mengakibatkan retraksi membran timpani, hiperemia, pembengkakan pembulu
darah, transudasi, dan pendarahan.
Terkadang, meskipun jarang, terjadi ruptur pada labirin membran yang disertai
dengan vertigo dan tuli sensorineural.
FITUR KLINIS
Sakit telinga yang parah, gangguan pendengaran, dan tinnitus (sensasi telinga
berdering) adalah keluhan yang umum dilaporkan oleh para penderitanya. Meskipun
vertigo jarang terjadi, pada membran timpani tampak retraksi dan kongesti, yang mana
berkemungkinan besar untuk terjadi ruptur.
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
Di samping itu, telinga tengah juga menunjukkan gelembung udara atau efusi
hemoragik. Ketulian biasanya berjenis konduktif, namun jenis tuli sensorineural juga
dapat terbentuk.
PENGOBATAN
PENCEGAHAN
1. Hindari penerbangan saat terjangkit infeksi saluran pernapasan atas atau alergi.
2. Telan cairan apa pun berulang kali saat pesawat tiba-tiba turun. Mengisap permen
atau mengunyah permen karet juga dapat membantu meredakan keluhan yang
dirasakan.
3. Jangan biarkan penderita otitis barotrauma tidur saat pesawat mendadak turun. Ini
karena biasanya frekuensi menelan berkurang ketika tidur.
4. Autoinflasi saluran eustachius dengan mempraktikkan manuver Valsava sebaiknya
sebentar-sebentar dilakukan ketika pesawat turun.
5. Gunakan sempotran hidung vasokonstriktor, tablet antihistamin, dan dekongestan
sistemik setengah jam sebelum pesawat mendarat pada pasien dengan riwayat
episode otitis barotrauma.
6. Pada otitis barotrauma berulang, perhatian ekstra harus diberikan pada penderita
polip hidung, pasien dengan deviasi septum, alergi hidung, dan infeksi sinus kronis.
Celah pada telinga bagian tengah dilapisi oleh berbagai jenis epitel di berbagai area. Ada
kolumnar bersilia di bagian anterior dan inferior serta kuboid di bagian tengah dan attic.
Namun, telinga tengah tidak dilapisi oleh epitel skuamosa berkeratin. Malah, jika epitel
tersebut terdapat di telinga tengah, kondisi itulah yang dinamakan dengan kolesteatoma.
Dengan kata lain, kolesteatoma dapat diartikan sebagai keberadaan "kulit di tempat yang
salah". Penyebutan tersebut sebenarnya kurang tepat lantaran pada kolesteatoma tidak
terkandung kristal kolesterol atau tumor, oleh sebab itu penambahan akhiran -oma
tidaklah dibenarkan. Akan tetapi, istilah tersebut pada akhirnya tetap dipertahankan
lantaran penggunaannya oleh khalayak luas.
Pada dasarnya, kolesteatoma terdiri dari dua bagian, yakni (i) matriks yang terdiri
dari epitel skuamosa dengan lapisan keratin yang bertumpu pada stroma tipis jaringan
fibrosa, dan (ii) massa putih sentral yang terdiri dari debris keratin yang dihasilkan oleh
matriks (Gambar 11.1). Untuk alasan inilah kolesteatoma juga disebut sebagai
epidermosis atau keratoma.
ASAL KOLESTEATOMA
Kejadian kolesteatoma hingga kini masih menjadi bahan perdebatan. Setiap teori asal-
usulnya semestinya mampu menjelaskan bagaimana epitel skuamosa bisa muncul di
celah telinga tengah. Berbagai pandangan dari beberapa ahli yang telah diungkapkan
mengenai asal kolesteatoma sejauh ini antara lain:
1. Kongenital
2. Didapat (acquired), tipe primer
3. Didapat (acquired), tipe sekunder
1. Kolesteatoma kongenital. Kolesteatoma yang satu ini muncul dari sel epidermis
embrio yang terletak di celah telinga tengah atau tulang temporal. Kolesteatoma
kongenital menyerang tiga tempat penting: telinga tengah, apeks petrosa, dan sudut
serebelopontin, dan menimbulkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada lokasinya.
Kolesteatoma kongenital di telinga tengah berupa massa putih di belakang gendang
telinga yang menyebabkan tuli konduktif. Kadang-kadang kolesteatoma kongenital
telinga tengah juga dapat dijumpai saat pemeriksaan rutin pada pasien anak-anak atau
ketika pelaksanaan miringotomi.
Hal ini juga dapat pecah secara spontan melalui membran timpani dan keluar dari
telinga, di mana kemunculannya tidak bisa dibedakan dari kasus otitis media supuratif
kronik.
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
(a) Migrasi epitel skuamosa. Epitel skuamosa berkeratin dari saluran pendengaran
eksternal atau permukaan luar gendang telinga bermigrasi melalui perforasi ke
telinga tengah. Perforasi yang melibatkan anulus timpani seperti pada otitis media
nekrotis akut, yang mana justru lebih mendukung pertumbuhan epitel skuamosa.
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
(b) Metaplasia. Mukosa telinga tengah mengalami metaplasia akibat infeksi berulang
pada area tersebut lewat perforasi yang sudah ada sebelumnya.
EKSPANSI KOLESTEATOM A
DAN KERUSAKAN PADA
TULANG PENDENGARAN
komplikasi. Proses penghancuran tulang oleh kolesteatoma ini telah dikaitkan dengan
berbagai macam enzim seperti kolagenase, asam fostatase dan enzim proteolitik, yang
dilepaskan oleh osteoklas dan sel inflamasi mononuklear. Kesemuanya memiliki kolerasi
dengan terjadinya kolesteatoma. Namun, teori terdahulu yang menyatakan jika
kolesteatoma menyebabkan kerusakan tulang karena tekanan pada tulang hingga
mengakibatkan nekrosis tidak lagi diakui hari ini.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi yang berlangsung dalam jangka
panjang pada sebagian atau seluruh celah di telinga bagian tengah. OMSK ditandai
dengan keluarnya cairan dari telinga dan perforasi yang bersifat permanen. Sebuah
perforasi dikatakan menjadi permanen apabila tepiannya ditutupi oleh epitel skuamosa
dan tidak sembuh dengan sendirinya. Perforasi permanen mirip dengan jalur fistula
dengan epitel berlapis.
EPIDEMIOLOGI
Kejadian OMSK lebih tinggi di negara berkembang dikarenakan oleh standar sosial
ekonomi yang buruk, fenomena gizi buruk, dan kurangnya sosialisasi gaya hidup sehat.
OMSK menjangkit baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai kelompok umur. Di
India sendiri tingkat prevalensi keseluruhannya sebesar 46%, atau setiap 16 orang dari
seribu penduduk baik di pedesaan maupun perkotaan terjangkit OMSK. Penyakit ini juga
merupakan penyebab utama dari ketulian yang diderita oleh populasi di area pedesaan.
TIPE OMSK
2. Atikoantral. Juga disebut tipe bahaya, OMSK yang satu ini menyerang bagian
posterosuperior dari celah telinga tengah (attic, antrum, dan mastoid) dan dikaitkan
sebagai penyebab perforasi marginal atau perforasi attic. Penyakit ini juga sering
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
A. OMSK TUBOTIMPANI
ETIOLOGI
Penyakit ini dimulai pada masa kanak-kanak. Inilah sebab mengapa OSMK umum terjadi
pada kelompok usia anak-anak.
1. Merupakan sekuel dari otitis media akut (OMA) yang biasanya menyertai demam
eksantematosa dan menyebabkan perforasi sentral pada area yang cukup besar.
Perforasi pun menjadi permanen dan memungkinkan munculnya infeksi berulang
dari telinga eksternal. Pun, mukosa telinga tengah menjadi peka terhadap debu,
serbuk sair, dan aeroalergen lainnnya yang menyebabkan otore persisten.
2. Infeksi bertingkat melalui tuba eustachius. Infeksi dari amandel, kelenjar gondok,
dan sinus diduga turut bertanggung jawab atas otore persisten atau berulang. Infeksi
ini kemudian menyebar sampai ke telinga tengah, dan menjadikannya rentan
terinfeksi pula.
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
3. Otore mukoid persisten yang kadang-kadang disebabkan oleh alergi terhadap bahan
makanan tertentu, contohnya susu, telur, ikan, dll.
PATOLOGI
OMSK tubotimpani menyasar pada mukosa dan sebagian besar bagian anteroinferior
dari celah telinga tengah. Sebagaimana halnya seperti infeksi kronis lainnya, proses
penyembuhan sekaligus penghancuran tulang akibat OMSK tipe ini berjalan beriringan,
dan ada kemungkinan di mana salah satu prosesnya justru lebih menonjol ketimbang
yang lainnya. Ini tergantung pada virulensi organisme dan resistensi pasien. Dengan
begitu, dapat disimpulkan jika eksaserbasi akut cukup sering terjadi. Perubahan
patologis yang terlihat pada OMSK tipe ini yaitu:
1. Perforasi pada pars tensa. Ini merupakan perforasi sentral di mana ukuran serta
posisinya bervariasi (Gambar 11.4).
2. Mukosa telinga tengah. Ketika penyakit tidak aktif, mukosanya kelihatan normal,
namun jika penyakit aktif, maka edema akan terjadi dan mukosa memiliki tekstur
menyerupai beludru.
3. Polip. Polip adalah massa halus dari mukosa dan edema yang meradang serta
menonjol melalui perforasi. Polip umumnya muncul di kanal pendengaran eksternal. Jika
polip lazimnya berwarna merah muda, maka polip pada OMSK tubotimpani tampak
putih dan berdaging seperti yang juga terlihat pada tipe atikoantral (Gambar 11.5).
4. Rantai tulang pendengaran. Jika rantai osikular biasanya utuh dan sering bergerak-
gerak, maka pada OMSK tubotimpani rantai tulang pendengaran menunjukkan adanya
nekrosis terutama pada inkus.
6. Fibrosis dan adhesiva. Keduanya merupakan hasil dari proses penyembuhan, yang
mana selanjutnya justru dapat mengganggu mobilitas dari rantai tulang pendengaran
dan menyumbat saluran eustachius.
Gambar 11.4. Perforasi pada membran timpani. Catatan: Perforasi marginal pada attic dan posterosuperior terlihat pada
jenis OMSK yang berbahaya dan sering dikaitkan dengan kolesteatoma. Epitel skuamosa berlapis dari saluran pendengaran
eksternal dapat tumbuh hingga ke telinga tengah dalam semua jenis perforasi marginal yang disebabkan oleh imigrasi dan
membentuk kolesteatoma. Oleh karena itu, semua perforasi marginal dianggap berbahaya. Akan tetapi, perforasi sentral
dinilai aman karena kolesteatoma biasanya tidak dikaitkan dengan kondisi ini.
Gambar 11.5. (A) Polip pada saluran telinga. (B) Ilustrasi skema polip yang muncul dari promontorium melewati perforasi
BAKTERIOLOGI
Kultur nanah pada kedua jenis OMSK (baik aerobik maupun anaerobik) menunjukkan
adanya keterlibatan dari beraneka ragam organisme. Organisme aerobik yang umum
dijumpai antara lain Pseudomonas aeruginosa, Proteus, Escherichia coli, dan
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
OMSK tubotimpani sebetulnya dapat dikategorikan juga sebagai penyakit mukosa, hanya
saja pada penyakit ini tidak disertai bukti adanya serangan epitel skuamosa. Kondisi ini
disebut "aktif" apabila terdapat perforasi pars tensa dengan inflamasi mukosa dan sekret
mukopurulen. Sementara itu, OMSK tubotimpani dikatakan "tidak aktif" jika terdapat
perforasi permanen pada pars tensa tetapi tidak ada sekret dari mukosa telinga tengah
serta tanpa inflamasi. Perforasi permanen menandakan bahwa epitel skuamosa pada
permukaan luar pars tensa dan mukosa yang melapisi permukaan di dalamnya telah
menyatu pada tepiannya. Pasien otitis media kronik dikatakan sembuh ketika kondisi
membran timpani pulih seperti sedia kala (dengan dua lapisan), terjadi atrofi, dan
gendang telinga mudah ditarik kembali apabila ada tekanan negatif di telinga tengah.
Otitis media yang sudah sembuh juga meninggalkan bercak timpanosklerosis di gendang
telinga atau di telinga tengah, termasuk promontorium, tulang-tulang pendengaran,
tendon stapedius, dan tensor timpani. Jaringan fibrotik kemudian muncul di telinga
tengah. Di samping itu, OMSK tubotimpani juga dikaitkan dengan tuli konduktif.
Di sisi lain, OMSK atikoantral disebut sebagai penyakit skuamosa telinga tengah.
Penyakit ini dikatakan "tidak aktif" jika ada kantong retraksi di pars tensa (biasanya di
daerah posterosuperior) atau pada pars flaccida. Tidak ada cairan yang dikeluarkan,
namun ada kemungkinan kalau puing-puing skuamosa di kantong retraksi akan
terinfeksi maka keluar cairan dari dalam telinga. Beberapa kantong retraksi memiliki
kedalaman yang cukup dangkal. Sementara itu, penyakit skuamosa dibilang "aktif" saat
telinga tengah menunjukkan adanya kolesteatoma di regio posterosuperior pars tensa
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
atau pada pars flaccida. Kolesteatoma itu selanjutnya mengikis tulang, membentuk
jaringan granulasi, dan mengeluarkan cairan berbau ofensif dan menjadi purulen
(Gambar 11.6).
FITUR KLINIS
1. Pelepasan cairan. Bersifat non ofensif, mukoid atau mukopurulen, terjadi terus-
menerus atau sebentar-sebentar. Cairan dilepaskan sebagian besar pada saat infeksi
saluran pernapasan atas atau ketika air masuk secara tidak sengaja ke dalam telinga.
3. Perforasi. Berjenis
sentral, letaknya
mungkin pada
anterior, posterior,
atau inferior di
pegangan maleus.
Ukurannya bisa jadi
kecil, sedang, atau
besar, atau malah
memanjang sampai
anulus (Gambar 11.7).
4. Mukosa telinga
Gambar 11.7. Jenis-jenis perforasi pada membran timpani
yang muncul di OMSK.
tengah. Mukosa tampak jika perforasi
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
PEMERIKSAAN
Gambar 11.8. Pemeriksaan telinga menggunakan
1. Pemeriksaan dengan mikroskop mikroskop.
(Gambar 11.8). Metode pemeriksaan yang satu ini penting dilakukan dalam setiap kasus
OMSK tubotimpani. Pemeriksaan dengan mikroskop dapat memberitahukan banyak hal
mengenai keberadaan granulasi, pertumbuhan epitel skuamosa dari tepi perforasi,
status rantai tulang pendengaran, timpanosklerosis, dan lain-lain. Telinga yang tampak
kering bisa saja menyembunyikan kotoran atau cairan, dan hal ini hanya akan terlihat di
bawah mikroskop. Jarang sekali kolesteatoma dapat hidup berdampingan dengan
perforasi sentral, namun lagi-lagi hal ini hanya bisa diketahui lewat pemeriksaan
menggunakan mikroskop.
3. Kultur dan sensitivitas sekret telinga. Penggunaan obat tetes telinga antibiotik yang
tepat dapat membantu meringankan gejala yang dialami oleh pasien.
4. Rontgen mastoid/CT scan tulang temporal. Mastoid biasanya sklerotik, tetapi dapat
mengalami pneumatisasi disertai sel udara yang keruh pada kondisi ini. Meskipun
begitu, tidak ada bukti mengenai kerusakan tulang. Jika diikuti dengan tanda tersebut,
maka itu merupakan ciri OMSK atikoantral.
PENGOBATAN
Tujuan diaplikasikannya salah satu metode pengobatan di bawah ini yakni untuk
mengendalikan infeksi dan menghilangkan cairan di dalam telinga. Selanjutnya, tindakan
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
1. “Aural toilet”. Melibatkan sederet proses untuk mengeluarkan semua cairan dan
kotoran. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan cotton bud ke dalam telinga,
lalu menghisap cairan dan kotoran dengan mengamatinya di bawah mikroskop atau
dilakukan irigasi bertekanan rendah menggunakan larutan salin normal steril. Telinga
harus betul-betul dikeringkan setelah irigasi.
2. Obat tetes telinga. Pemberian tetes telinga antibiotik yang mengandung neomisin,
polimiksin, kloromisetin, atau gentamisin sangat dianjurkan. Zat-zat ini boleh
dikombinasikan dengan steroid untuk memberikan efek anti peradangan lokal.
Baringkan pasien dengan telinga yang sakit menghadap ke atas, lalu teteskan obat.
Sebentar-sebentar beri tekanan pada telinga (terutama pada tragus) agar larutan
antibiotik mencapai telinga tengah. Ulangi metode ini tiga atau empat kali sehari. pH
asam dapat menghilangkan infeksi pseudomonas. Oleh karena itu, irigasi dengan asam
asetat 1,5% juga disarankan.
Harap berhati-hati saat mengobati pasien dengan menerapkan metode ini karena
obat tetes telinga cenderung menyebabkan maserasi pada kulit saluran akar, alergi lokal,
pertumbuhan jamur, atau resistensi terhadap organisme pemicu. Beberapa obat tetes
telinga diketahui berpotensi ototoksik.
3. Antibiotik sistemik. Jenis antibiotik yang satu ini bermanfaat dalam eksaserbasi akut
telinga yang terinfeksi secara kronik, jika tidak, maka antibiotik sistemik mempunyai
peran yang terbatas dalam mengobati OMSK.
6. Tindakan bedah. Jika terdapat polip atau granulasi aural, maka keduanya harus
diangkat sebelum pasien diberi pengobatan lokal dengan antibiotik. Cara ini akan
memfasilitasi "ear toilet" dan meningkatkan efektivitas obat tetes telinga. Polip aural
semestinya tidak diavulsi karena bisa saja ia berasal dari stapes, atau nervus fasialis,
yang mana apabila dipaksakan maka akan berujung pada kelumpuhan wajah atau
labirinitis.
7. Bedah rekonstruksi. Begitu telinga kering, miringoplasti, baik dengan maupun tanpa
rekonstruksi tulang pendengaran, dapat dilakukan untuk memulihkan pendengaran
pasien. Penutupan perforasi juga akan mencegah terjadinya infeksi berulang dari saluran
luar.
B. OMSK ATIKOANTRAL
Jenis OMSK yang satu ini biasanya menyerang bagian posterosuperior dari celah telinga
tengah (attic, antrum, timpanum posterior, dan mastoid) dan erat kaitannya dengan
kolesteatoma. Karena OMSK atikoantral dapat mengikis tulang pendengaran, penyakit
ini memiliki risiko komplikasi serius. Oleh karena itu, OMSK atikoantral juga disebut
sebagai OMSK tipe bahaya.
ETIOLOGI
Etiologi dari OMSK atikoantral sama seperti etiologi dari kolesteatoma dan sudah
dibahas sebelumnya. Penyakit ini dijumpai pada mastoid sklerotik, dan hingga saat ini
belum ditemukan jawaban yang pasti apakah kolesteatoma merupakan penyebab atau
justru akibat dari OMSK atikoantral.
PATOLOGI
1. Kolesteatoma.
2. Osteitis dan jaringan granulasi. Osteitis melibatkan dinding luar attic dan batas
posterosuperior cincin timpani. Massa jaringan granulasi mengelilingi area osteitis dan
bahkan dapat mengisi loteng, antrum, timpanum posterior, dan mastoid. Polipus merah
berdaging biasanya terlihat mengisi meatus.
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
3. Nekrosis osikular. Proses patologi ini sering terjadi pada OMSK atikoantral.
Penghancuran tulang mungkin terbatas pada proses inkus yang berlangsung lama atau
boleh jadi meliputi suprastruktur stapes, pegangan maleus, atau seluruh rantai tulang
pendengaran pula. Alhasil, tuli yang dialami pasien cenderung lebih serius pada tipe
OMSK ini ketimbang pada tipe tubotimpani. Kadang-kadang juga kolesteatoma menutup
celah yang muncul akibat tulang-tulang pendengaran yang hancur dan tuli yang tidak
teridentifikasi dengan baik.
BAKTERIOLOGI
GEJALA
1. Keluarnya cairan dan kotoran dari telinga. Biasanya tidak banyak cairan atau
kotoran yang keluar dari telinga penderita OMSK atikoantral, namun cairan atau kotoran
tersebut umumnya berbau busuk akibat terjadinya kerusakan tulang. Jumlahnya juga
sangat sedikit sehingga pasien mungkin tidak menyadarinya. Proses sekresi yang
mendadak berhenti total harus ditanggapi dengan serius. Ini lantaran perforasi dalam
kasus ini boleh jadi terhalangi oleh kotoran yang berkrusta, mukosa yang meradang, atau
polip, yang kemudian menutup aliran sekret. Dalam kasus ini, nanah bisa bergerak bebas
di dalam telinga dan menyebabkan komplikasi.
3. Pendarahan. Gejala ini mungkin muncul karena granulasi atau polip saat
membersihkan telinga pasien.
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
TANDA-TANDA
1. Perforasi. Perforasi yang umumnya timbul adalah perforasi tipe marginal pada attic
atau posterosuperior (Gambar 11.7). Perforasi attic ringan biasanya tidak begitu diamati
lantaran adanya sejumlah kecil pelepasan kotoran yang berkerak. Ada kalanya area
perforasi ditutupi oleh granuloma kecil.
(a) Tahap I. Membran timpani retraksi tetapi tidak menyentuh inkus, merupakan
bentuk retraksi ringan.
(b) Tahap II. Membran timpani ditarik ke dalam dan berkontak dengan inkus, tapi
mukosa telinga tengah tidak terpengaruh.
(c) Tahap III. Juga disebut atelektasis telinga tengah. Membran timpani menyentuh
promontorium telinga dan tulang-tulang pendengaran. Ruang pada telinga tengah
hilang sebagian atau seluruhnya, tetapi mukosa masih utus. Gendang telinga dapat
diangkat dari promontorium dengan memanfaatkan ujung suction. Ketika N2O
digunakan selama anestesi, gendang telinga akan membengkak. Membran timpani
menipis karena lapisan tengah kolagennya telah diserap akibat retraksi yang
berkepanjangan. Dalam kasus ini, sumbu panjang suprastruktur inkus dan stapes
turut diserap. Penempatan tabung ventilasi akan membantu mengembalikan posisi
membran timpani ke tempatnya semula.
(d) Tahap IV. Juga disebut otitis media adhesiva. Membran timpani sangat tipis sampai-
sampai membungkus promontorium dan tulang-tulang pendengaran. Tidak ada
ruang lagi yang tersisa pada telinga tengah, lapisan mukosa telinga tengah juga tidak
diketemukan lagi saat membran timpani melekat pada promontorium. Kanton
retraksi yang terbentuk dapat menampung sumbat-sumbat keratin dan membentuk
kolesteatoma. Erosi dari sumbu panjang superstruktur inkus dan stapes sering
terjadi pada kasus ini.
menggunakan mikroskop bedah merupakan dua metode observasi klinis yang lazim
digunakan baik pada OMSK tipe tubotimpani maupun tipe atikoantral.
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan dengan mikroskop. Semua pasien penyakit telinga tengah kronis pada
tahap awal harus diperiksa dengan menggunakan mikroskop (Gambar 11.8). Metode ini
dapat mengungkap adanya kolesteatoma pada pasien, lokasi dan luasnya, bukti
kerusakan tulang, granuloma, kondisi tulang-tulang pendengaran, dan kantong sekret.
2. Tes garpu tala dan audiogram. Dua macam uji ini sangat dibutuhkan untuk penilaian
sebelum tindakan bedah dilakukan dan mengonfirmasi tingkat serta jenis dari ketulian
yang dialami pasien.
4. Kultur dan sensitivitas sekret telinga. Metode ini membantu dokter untuk memilih
jenis antibiotik yang tepat untuk penggunaan lokal atau sistemik.
1. Nyeri. Nyeri jarang terjadi pada OMSK yang tidak disertai komplikasi. Akan tetapi, jika
nyeri ada, maka kondisi ini dianggap parah lantaran rasa sakit tersebut dapat
menunjukkan keberadaan ekstradural, perisinus, atau abses otak. Ada kalanya juga nyeri
ini disebabkan oleh otitis eksterna yang berhubungan dengan kasus di mana telinga
mengeluarkan cairan.
2. Vertigo. Vertigo menunjukkan adanya erosi kanalis semisirkularis lateral, yang mana
dapat berubah menjadi labirinitis atau meningitis. Tes fistula harus diujicobakan pada
pasien.
BAB 11 – KOLESTEATOMA DAN OTITIS MEDIA KRONIK
3. Sakit kepala berkelanjutan. Pusing dan sakit kepala yang berlangsung terus-
menerus merupakan sugestif dari komplikasi intrakranial.
5. Anak lesu namun menolak disusui dan sering tidur (bukti dari abses ekstradural).
PENGOBATAN
(a) Prosedur canal-wall-down (CWD). Pada CWD, kavitas mastoid dibiarkan terbuka ke
dalam kanalis auditorius eksternus sehingga daerah yang sakit akan sepenuhnya
tereksteriorasi. Operasi yang lazim diberikan untuk OMSK atikoantral adalah
atikotomi, mastoidektomi radikal dengan modifikasi, dan mastoidektomi radikal.
(b) Prosedur canal-wall-up (CWU). Pada prosedur CWU penyakit ditangani dengan
pendekatan gabungan melalui meatus dan mastoid namun tetap mempertahankan
dinding meatus tulang posterior tetap utuh demi menghindari rongga mastoid
terbuka. Ini akan membuat telinga tetap kering dan memungkinkan dilakukannya
rekonstruksi mekanisme pendengaran dengan mudah. Sayangnya, ada bahaya jika
membiarkan beberapa kolesteatoma tertinggal di dalam telinga. Insiden
kolesteatoma residual atau berulang dalam kasus ini sangat tinggi, dan oleh
BAGIAN I – MACAM-MACAM GANGGUAN PADA TELINGA
karenanya, tindak lanjut jangka panjang amat dibutuhkan. Beberapa ahli bedah
bahkan menyarankan eksplorasi ulang secara teratur setelah 6 bulan atau lebih.
Prosedur pemasangan dinding saluran hanya disarankan dalam kasus tertentu.
Dalam pendekatan gabungan atau mastoidektomi dinding kanal utuh, penyakit
dapat diangkat baik secara permeatal maupun melalui mastoidektomi kortikal. Jika
menerapkan pendekatan timpanotomi posterior, di mana jendela dibuat di antara
mastoid dan telinga tengah melalui reses wajah untuk mencapai sinus timpani.
Lihat Tabel 11. 2 untuk melihat perbandingan dari prosedur CWU dan CWD.
ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, infeksinya terhitung sekunder akibat tuberkulosis paru.
Infeksi mencapai telinga tengah melalui saluran eustachius. Kadang-kadang, infeksi
ditularkan melalui darah dari fokus tuberkulosis di paru-paru, amandel, kelenjar getah
bening serviks, atau mesenterika. Penyakit ini sebagian besar menjangkiti anak-anak dan
dewasa muda.
PATOLOGI
FITUR KLINIS
1. Keluarnya cairan dari dalam telinga tanpa disertai rasa sakit. Sakit telinga
biasanya tidak menyertai pada kasus otitis media tuberkulosis. Akan tetapi, cairan dan
kotoran yang keluar kerap berbau busuk akibat kerusakan tulang yang mendasarinya.
2. Perforasi. Beberapa perforasi, berjumlah dua atau tiga, terlihat pada pars tensa dan
merupakan tanda-tanda yang umum dijumpai pada penyakit ini. Perforasi-perforasi itu
dapat bergabung menjadi satu perforasi besar sehingga sulit dibedakan dari OMSK
nonspesifik.
4. Kelumpuhan wajah. Adalah komplikasi umum yang biasanya datang secara tidak
terduga. Kelumpuhan wajah umumnya dialami pasien kanak-kanak.
DIAGNOSIS
Dengan adanya infeksi piogenik sekunder, otitis media tuberkulosis mungkin tidak dapat
dibedakan dari otitis media supuratif kronis. Kultur sekret telinga untuk basil tuberkel,
pemeriksaan histopatologi granulasi dan foto rontgen dada, serta bukti lain yang dapat
memperlihatkan adanya tuberkulosis dalam tubuh akan sangat membantu untuk
menguatkan diagnosis yang dibuat. Saat ini pemeriksaan DNA dan PCR (polymerase
chain reaction) dari sekret telinga dapat memberikan diagnosis dini dalam 3-7 hari.
PENGOBATAN
2. Perawatan lokal dalam bentuk aural toilet dan kontrol atas infeksi piogenik sekunder
juga lazim diberlakukan pada kasus ini.
Otitis media sifilis tergolong kondisi yang langka. Spirochaeta mencapai telinga tengah
melalui saluran eustachius ketika terdapat lesi sifilis di hidung atau nasofaring. Infeksi
juga dapat ditularkan melalui darah. Tidak lama setelah infeksi menyerang, organ ujung
sensorik telinga bagian dalam dan sarafnya segera diserang oleh spirochaeta yang
kemudian menimbulkan gangguan pendengaran sensorineural, tinitus, dan vertigo.
Nekrosis tulang dan pembentukan sequestrum turut sering terjadi dan menyebabkan
keluarnya cairan dari telinga yang berbau busuk. Infeksi piogenik sekunder dapat terjadi,
yang mana fitur klinis ini memberikan gambaran yang sangat mirip dengan otitis media
supuratif kronis (OMSK).
Diagnosis pasti otitis media sifilis hanya dapat dilakukan dengan tes antigen
treponemal spesifik seperti tes treponemal pallidum immobilization (TPI) dan tes
fluorescent treponemal antibody absorption test (FTA-ABS). Tes VDRL dan RPR (reactive
plasma reagin) tidak spesifik tetapi berguna untuk memantau penyakit, namun tes
positif palsu dapat terjadi.
Pengobatan untuk otitis media sifilis terdiri dari terapi antisifilis dengan
menerapkan aural toilet dan pengendalian infeksi sekunder. Operasi mungkin
diperlukan guna menghilangkan sequestrum.