Anda di halaman 1dari 3

Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang terletak di bawah leher yaitu antara fasia koli

media dan prefotebralis yang menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan
triyodotironin (T3). Hormon T4 dan T3 terikat dalam darah dengan protein khusus yang
mengikat T4 dan T3, yaitu thyroxyne binding globulin (TBG) dan thyroxine binding
prealbumin (TBPA) dan hanya satu persen hormon yang tidak terikat berada dalam bentuk
bebas (free) sehingga disebut FT4 dan FT3 yang berperan dalam mengendalikan metabolisme
tubuh.
Kadar hormon tiroid akan selalu berada pada range normalnya dikarenakan adanya feedback
terhadap hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH) di hipofisis anterior yang mengatur
dalam pertumbuhan sel tiroid, sintesis serta sekresi dari hormon tiroid. Pada keadaan tertentu,
hormon TSH mengalami peningkatan dan penurunan yang abnormal. Keadaan ini lah yang
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan kelenjar tiroid abnormal dan memicu terbentuknya
struma pada kelenjar tiroid.
Struma atau biasa yang disebut dengan goiter merupakan suatu pembesaran dari kelenjar
tiroid yang diakibatkan oleh kelainan kelenjar tiroid berupa gangguan fungsi atau gangguan
dari susunan kelenjar dan morfologinya dimana gangguan tersebut menginduksi sel dari
kelenjar tiroid untuk melakukan pembelahan sel yang terus menerus sehingga bentuk dari
kompensasinya ialah terjadinya peningkatan volume (hipertrofi dan hiperplasi) dari kelenjar
tiroid dan pada akhirnya menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Selain itu, hormon yang
dihasilkannya dapat dijadikan nilai toksisitas yang mana non toksik terjadi pada keadaan
hormone tiroid yang rendah dan tidak menimbulkan gejala sedangkan toksik pada hormon
tiroid yang tinggi serta diringi dengan gejala. Efek biosintetik, defisiensi iodin, penyakit
autoimun dan penyakit nodular juga dapat menyebabkan struma walaupun dengan
mekanisme yang berbeda.(1)

Pemeriksaan penunjang penyakit struma meliputi:


a. Pemeriksaan sidik tiroid
pemeriksaan dengan radioisotop untuk mengetahui ukuran, lokasi dan fungsi tiroid,
melalui hasil tangkapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b. Pemeriksaan ultraspnografi (USG),
Pemeriksaan untuk mengetahui keadaan nodul kelenjar tiroid misalnya keadaan padat
atau cair, adanya kista, tiroiditis.
c. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
Pemeriksaan dengan melakukan aspirasi menggunakan jarum suntik halus nomor 22-
27, sehingga rasa nyeri dapat dikurangi dan relative lebih aman. Namun demikian
kelemahan dari pemeriksaan ini adalah menghasilkan negative atau positif palsu.
d. Pemeriksaan T3, T4, TSH,
Pemeriksaan untuk mengetahui hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar tiroid atau
hipofisis.
e. Termografi,
Pemeriksaan dengan mengukur suhu kulit pada daerah tertentu, menggunakan alat
yang disebut Dynamic Tele Thermography. Hasilnya keadaan panas apabila selisih
suhu dengan daerah sekitar > 0.9 derajat, dan dingin apabila < 0.9 derajat. Sebagian
besar keganasan tiroid pada suhu panas. (2)
Daftar Pustaka

1. View of Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi pada Pasien Struma di Bagian_SMF


Radiologi RSUP DR. M. Djamil Periode Januari–Desember 2019.pdf.
2. Tarwoto, Wartono, Taufiq I. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan SistemEndokrin
Jakarta: CV Trans Info Media; 2012.

Anda mungkin juga menyukai