Anda di halaman 1dari 13

Hipertiroid et causa Grave's Disease

Ayu Lestari Maduwu*

102011097

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

*Alamat Korespondensi :

Ayu Lestari Maduwu

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510

No Telp (021) 5694-2051 email: ayue_mdw@yahoo.co.id

Pendahuluan

Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan


dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai
akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh
kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian
oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada
kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian
dari otak.

Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH),
yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH).
Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid.
Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu
jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid. Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).

Anamnesis
Hal-hal yang perlu di tanyakan atau perlu diketahui sebagai rekam medik yaitu antara
lain:

I. Identitas pasien
II. Riwayat Penyakit Sekarang, dimana menjelaskan hal-hal yang terkait penyakit yang
dialami untuk menunjang menentukan diagnosis.
Apakah ada banyak keringat?
Apakah ada rasa berdebar-debar ? (kontinyu atau kadang-kadang)
Apakah ada sesak bila bekerja?
Apakah cepat lelah?
Apakah penglihatan kabur?
Apakah ada penglihatan double?
Apakah ada mata menonjol?
Apakah ada rasa leher membesar, menekan/mengganjal?
Apakah badan atau ekstremitas rasa gemetar?
Apakah ada rasa kurang tahan diudara panas?
Apakah lebih enak diudara dingin (AC)?
Apakah mudah gugup atau gelisah?
Apakah sukar tidur?
Apakah banyak makan atau kurang makan?
Apakah berat badan naik atau turun?

III. Riwayat Penyakit Dahulu

IV. Riwayat Penyakit Keluarga

V. Riwayat kebiasaan sosial

VI. Riwayat Pengobatan

Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang akan kita lakukan antara lain :

a. Pemeriksaan kondisi umum, terkait tanda-tanda vital, keadaan fisik, serta kesadaran.
b. Inspeksi
Memperhatikan dengan seksama daerah bawah kartilago krikoid untuk menemukan
kelenjar tiroid, adanya pembesaran atau benjolan. Dengan meminta pasien menggerakan
kepala kebelakang, lalu meminta pasien menelan. Memperhatikan dengan seksama
gerakan ke atas dari kelenjar tiroid saat menelan tadi, serta perhatikan bentuk dan simetris
atau tidaknya kelenjar tiroid tadi. Pada saat menelan kartilago krikoid dan kelenjar tiroid
akan terlihat naik untuk kemudian kembali turun ketempat asalnya.
c. Palpasi
Meraba daerah tonjolan kartilago tiroid dan kartilago krikoid di bawahnya. Menemukan
ismus tiroid, yang biasanya terletak diatas cincin trakea ke 2, 3 dan 4. Melakukan palpasi
anterior dan posterior approach, melakukan pengukuran lingkar leher, dan apabila ada
benjolan lakukan pengukuran dimensinya.
d. Auskultasi
Bila kelenjar tiroid membesar, dengan stetoskop yang diletakan diatas lokasi kelenjar
tiroid tadi dapat terdengar adanya bruit, yaitu bunyi sejenis yang terdengar pada mur-mur
jantung. Bruit dapat sinkron dengan sistolik atau diastolik atau terus-menerus mungkin
dapat terdengar pada penyakit hipertiroidisme.
e. Oftalmopati
Pemeriksaan pada pasien yang menderita tirotoksikosis karena sebab apapun bisa
mengalami penarikan kelopak mata dan atau keterlambatan penutupan kelopak mata.
Aktivitas tiroid yang berlebihan menyebabkan kontraksi palpebra superioris levator, yang
memiliki persarafan simpatetik. Karena itu kelopak atas bisa tertarik cukup sehingga
menampakan lengkung kornea putih diatas batas atas iris, sehingga pasien tampak
membelalak. Pemeriksaan dahi yang tidak dapat mengkerut, mata jarang berkedip,
melihat ke bawah dimana palpebra superior tertinggal, adanya tremor palpebra saat
menutup, adanya bola mata tidak bisa mengikuti atau konvergensi, serta bola mata yang
menonjol.
f. Khusus
Pemeriksaan pamberton sign (muka flushing) dan pemeriksaan adanya tremor kasar.

Pemeriksaan Penunjang
T4 serum, merupakan tes yang paling sering dilakukan dengan teknik radioimmunoassay
atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang normal berada diantara 4,5
dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150mmo/L) . T4 terikat terutama dengan TBG dan
prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap faktor
yang mengubah protein pengikat ini juga akan mengubah kadar T4.
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 dalam serum.
Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4
serum umumnya meningkatatau menurun secara bersama-sama namun kadar T4
tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme.
Batas ormal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 mmol/L).
Tes T3 ambilan renin, merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara tidak langsung
kadar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah hormon tiroidyang
terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang ada. Nilai ambilan yang normal
adalah 25% hingga 30%, untuk yang dibawah/ kurang 25% (0,25) maka itu hipotiroid.
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon) merupakan hormon yang berasal dari kelenjar
hipofisis anterior yang mengendalikan sekresi T3 dan T4. Pengukuran ini sangat penting
artinya dalam menegakan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk
membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit hipofisis atau hipotalamus. Kadar
TSH dapat diukur dengan assay radioimunometrik, nilai normal berkisar dari 0,02 hingga
5,0 U/ml. Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan peningkatan
autonom pada fungsi tiroid.
Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
X Ray atau CT Scan untuk mendeteksi adanya Tumor

Definisi Hipertiroid

Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid
memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).

Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya
hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses
kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi
sel, pertumbuhan dan divisi.

Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya
adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap
pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.

Anatomi Fisiologi

Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem pengatur
utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall: 1159).
Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot,
perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa
kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan
pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di
dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).

Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin. Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam metabolisme
tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana
kedua lobus tersebut dihubungkan oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea
dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular
dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6
ml/menit/gram. Pada keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1
liter/menit/gram sehingga dapat didengar menggunakan stetoskop yang disebut bruit. Kelenjar
tiroid mendapatkan persarafan adrenergik dan kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan
saraf vagus. Kedua system saraf ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang akan
mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid.

Dalam pembentukan hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup
dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan
sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal
sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat
timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson:337-338). Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia
dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin
berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi
tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:

Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan
tulang

Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin

Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot
dan menambah irama jantung

Merangsang pembentukan sel darah merah

Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap


kebutuhan oksigen akibat metabolism.

Bereaksi sebagai antagonis kalsium.


Diagnosis Kerja

Seorang wanita berusia 35 tahun berobat kepoliklinik karena sering berdebar-debar, sesak,
keringat banyak terutama dileher, kepala, punggung meskipun pasien beradaa diruaang ber AC.
OS mengatakan banyak makan, tapi berat badannya menurun. Hasil Pemeriksaan Fisik
didapatkan: TD 140/90, nadi 110x/menit, nafas 26x/menit, suhu 37C, regular, tidak beraturan,
penglihatan kabur, kelopak mata kanan tidak menutup, kedua kelopak mata bergetar, pembesaran
pada leher ketika menelan ludah, lingkar leher 36cm, bruit (-), cor jantung irregular, murmur
sistolik di apex, tremor positif.

Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis. Untuk itu didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti. Kemudian diteruskan dengan pemeriksaan
penunjang untuk konfirmasi diagnosis anatomi, status tiroid, dan etiologi.

Dan pada kasus diagnosis kerjanya yaitu Wanita tersebut mengalami HIPERTIROID.

Gejala Klinis

Banyak keringat, tidak tahan udara panas, sering berdebar-debar, dan merasa lemah.
Nafsu makan bertambah tetapi berat badan makin menurun
kaki bengkak, sering defeksi dan diare
nadi cepat dan kuat
tekanan darah kadang naik
kelenjar gondok membesar, kadang-kadang terdapat bising (bruit)
kulit menjadi hangat, halus, dan lembut
Gejala-gejala pada mata:
Exopthalmus
Tanda stellwag: mata jarang berkedip
Tanda Von Grafe: jika melihat ke bawah, palpebra superior tidak dapat mengikuti
bulbus oculi, sehingga antara palpebra superior dan cornea terlihat jelas sclera
bagian atas.
Tanda Moebius: sukar mengadakan dan mempertahankan konvergensi
Tanda joffroy: tidak dapat mengerutkan dahi
Tanda Rosenbach: tremor dari palpebra jika mata tertutup
Cor atrium fibrilasi dan tanda-tanda dekompesatio
Splenomegali, ginekomasti, tremor, dan palmar eritema

Diagnosis Banding

I. Penyakit gondok, struma adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan
/pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat
dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada
tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium
dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada
makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan
dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi
walaupun si ibu tidak menderita gondok. Penyakit gondok disebabkan oleh membesarnya
kelenjar tiroid pada leher. Hubungan antara penyakit ini dengan kurang mengonsumsi
yodium telah diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu. Yodium yang berinteraksi dengan
protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-
iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu
unit thyroxine yang berikatan dengan protein. Unit aromatik ini kemudian lepas dan
menghasilkan suatu hormon tiroid thyroxine yang sangat kuat. Akibat dari tekanan jiwa
juga merupakan penyebab terjadinya penyakit gondok.

Gejala Penyakit Gondok


Terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah
Mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan
Selera makan menjadi berkurang
Sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali
Suhu badan menjadi tinggi
Serigkali merasakan dengungan di telinga

II. Tampilan klinis karsinoma tiroid pada sebagian besar kasus umumnya ringan. Pada nodul
tiroid yang ganas, bisa saja nodul tiroid tersebut baru muncul dalam beberapa bulan
terakhir, tetapi dapat pula sudah mengalami pembesaran kelenjar tiroid berpuluh tahun
lamanya serta memberikan gejala klinis yang ringan saja kecuali jenis karsinoma tiroid
anaplastik yang perkembanganya sangat cepat dengan prognosis buruk.
Tanda lainnya adalah konsistensi nodul keras dan melekat ke jaringan sekitar serta
terdapat pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher.
Gejala klinis dari karsinoma tiroid yaitu:
Biasanya Usia <20tahun atau >60tahun mempunyai prevalensi tinggi keganasan
pada nodul yang teraba.
Lebih banyak pada pria daripada wanita
Keluhan suara serak, susah nafas, batuk, disfagia
Riwayat radiasi pengion pada saat kanak-kanak
Padat, keras, tidak rata dan terfiksir
Limfadenopati servikal
Riwayat keganasan tiroid sebelumnya

Etiologi

Hipertiroidisme disebut juga sebagai tirotoksikosis, yang dapat didefinisikan sebagai respon
jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat
timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebih. Dua penyebab utama
hipertiroiddisme yaitu:

Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat puluh dan lebih
sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Terdapat predisposisi familial terhadap
penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk endokrinopati autoimun lainnya yang
timbul dengan gejala hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid, eksoftalmus, serta gejala
dan tanda lain hipermetabiolisme (intoleransi panas, berkeringat, penurunan berat badan,
takikardi, kecemasan, dan keletihan). Penyakit ini disebabkan oleh terdapatnya antibodi IgG
yang disebut stimulator tiroid kerja lama (LATS) yang bekerja secara langsung pada sel folikel
tiroid, merangsangnya untuk membelah(menyebabkan hiperplasia) dan untuk menyintesis dan
mensekresi hormon tiroid secara terus-menerus, diluar kontrol TSH dari hipofisis. Oleh karena
itu, hormon tiroid disintesis dan disekresi tanpa memperdulikan kebutuhan dan mekanisme
timbal balik normal diabaikan.

Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi
goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertiroidisme timbul secara lambat dan
manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves. pasien mungkin mengalami aritmia
dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Pasien dapat pula memperlihatkan
bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Pasien goiter multinodular toksik
mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot,pelebaran fisura pelpebra, kedipan mata
berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi
dramatis oftalmopati infiltratif seperti yang terlihat pada penyakit Graves.

Epidemiologi

Hipertiroidisme menyerang wanita 5 kali lebih sering dibanding laki-laki dan insidennya akan
memuncak pada usia ketiga serta keempat. Penderita penyakit tyroid saat ini 2% sampai dengan
5 % adalah kebanyakan wanita, wanita tersebut 1% sampai dengan 2% adalah wanita
reproduktif.

Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.

Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang
disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon
tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai
akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang
takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system
kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak
keluar.

Penatalaksanaan

1. Istrahat
Untuk kasus-kasus ringan, cukup berobat jalan dengan observasi dan control yang baik.
Untuk kasus-kasus berat, perlu istrahat baring total, lebih-lebih bila direncanakan operasi.
2. Makanan
Diet tinggi kalori, tinggi protein, dan vitamin
3. Obat-obatan
Prophytiouracil (PTU) 100mg 3 x sehari sampai tercapai euthyroid atau kadar (4) normal,
dosis diturunkan untuk maintenance 50mg 1-3 x sehari selama 6-24 bulan, kemudian obat
dihentikan secara tapering dan penderita diobservasi klinis, bila kembali thyrotoxicosis
dapat diulang dari semula. Efek toksis dari PTU: demam, dermatitis, dan agranulositosis.
PTU perlu dihentikan bila leukositosis dibawah 3000/mm 3 jarang terjadi.
Methimazole (Tapazole) 10-15mg 3 x sehari, diberikan sampai faal tiroid normal, dosis
maintenance tetapi ini sulit.

Karbimazol (Neomercazol) dosis 3 x 5-10mg sehari sampai euthyroid kemudian dicari


dosis maintenance.

4. Radioiodine terapi
Biasanya dilakukan pada penderita - penderita selected dan diatas 40 tahun yaitu: apabila
selalu terjadi relaps dengan obat-obatan. Atau relaps stelah operasi. Sebelumnya
hipertiroidisme tidak selalu harus terkontrol dulu dengan obat-obatan. dosis yang
diberikan 4-10 milicurie. Bila hendak diulang, sebaiknya setelah jangka waktu 3-6 bulan.
Hindari pemakaian radioaktif ini pada orang muda dan kontraindikasi pada kehamilan.
5. Operasi: sub total tiroidektomi.
Persiapan preoperasi : 10-21 hari sebelumnya diberi minum larutan KJ 10 tetes/1 gelas
air setiap hari atau kombinasi larutan KJ dengan PTU, untuk mengurangi vaskularisasi
jaringan tyroid, kemudian dilanjutkan 1 minggu post operasi. Komplikasi operasi yang
mungkin terjadi adalah hipoparatiroidisme dan paralysis pita suara.

Prognosis
Dubia ad bonam.

Komplikasi
Dapat terjadi penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

Kesimpulan
Daftar Pustaka

Guyton AC and Hall EJ. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008.h.

Houghtona AR, Gray D. Chamberlain's Gejala dan Tnda dalam Kedokteran Klinis. Edisi 13.
Jakarta: PT Indeks; 2012.h.307-11.

Rani AA, Soegondo S, Nasir AU, Wijaya IP, Nafrialdi, Masjoer A, ed. Panduan pelayanan medik.
Edisi 2. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI; 2006.h.16-8, 31-6.

Djokomoeljanto R, Subekti I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jilid 3. Jakarta: Internal
Publishing; 2009.h.1993-2015, 2031-5.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Vol 2. Jakarta:
EGC;2005.h.1225-35.

Anda mungkin juga menyukai