Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem endokrin merupakan sistem dan organ yang memproduksi hormon. Kelenjar
endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar (ductus exkretorius). Yang
termasuk susunan endokrin ialah: hipotalamus, kelenjar hipofisis (pituitaria), kelenjar pineal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar timus, pulau-pulau langerhans pankreas, korteks dan
medula anak ginjal, ovarium, testis dan sel endokrin di saluran cerna yang disebut sel amine
precursor uptake and decarboxylation (sel APUD). Hormon yang dihasilkan hipofise dapat
bersifat tropik. Hormon ini tidak langsung mempengaruhi sel-sel tubuh tapi mempengaruhi
hormon endokrin lain (target gland).
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang muncul pada manusia.
Kelenjar tiroid berperan dalam mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar
optimal sehingga bisa berfungsi dengan normal. Ketiadaan kelenjar tiroid dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta
pada anak-anak timbul retardasi mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi hormon tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, dan tremor.
Kejadian Keganansan tiroid prevalensinya 1% dari jenis keganasan yang lainnya. 70%
diderita oleh perempuan. Sering menjadi penyebab kematian pada keganasan dari berbagai
sebab. Penyakitnya hanya bisa bertahan 6 bulan dan paling lama 5 tahun. Oleh karena itu, dalam
refereshing ini akan menjelaskan mengenai kelenjar tiroid dan kelainanya agar lebih mengetahui
mengenai kelenjar tiroid dan penyakitnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hormon
Adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh sel di salah satu bagian tubuh yang bertindak pada organ
atau jaringan.

Embriologi
Perkembangannya :

Pada minggu ketiga kehamilan : thyroid berada di dasar lidah antara kantung faring, di

daerah yang disebut foramen sekum.


Kemudian turun ke bagian yang dimana ia berkembang menjadi organ bilobed dan ismus,
ini akan terhubung ke dasar faring pada bulan kedua, melalui saluran tiroglosus yang

kemudian akan menghilang.


Tiroid memperoleh cell parafolikular

ultimobranchial.
Yodium yang ditangkap dan mensintesis T4 di mulai pada bulan ketiga atau keempat usia

(mengeluarkan

kalsitonin)

dari

badan

kehamilan.
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah
farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Menjadi kelenjar endokrin pertama yang
muncul pada manusia. Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis
1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen caecum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui saluran
yang disebut ductus thyroglossus.
2

Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus
thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5,
6, dan 7. Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus) dan pada bagian leher yang lain.

Gambar 1. Embriologi Tiroid


Sumber: Brunicardi, F. Charles, dkk. Schwartzs Principles of Surgery Eight Edition. Mc Graw Hill. United State of
America.2005

Anatomi

Terdiri dari 2 lobus, dibatasi oleh ismus, lobus pyramidal (lobus pyramidal berada 80%).
Ditangguhkan dari laring, melekat pada trakea (tulang rawan krikoid dan cincin trakea).
Beratnya 20-25 gram pada orang dewasa
Berhubungan :
3

1.
2.
3.
4.

Anterior : otot sternohyoid, sternothyroid, thyrohioid, omohyoid.


Posterior : trachea
Posterolateral : arteri carotis, vena jugularis interna, nervus vagus.
Kelejar paratiroid berada di permukaan posterior tiroid dan mungkin di dalam
kapsul.

Kelenjar tiroid terdiri atas lobus kanan dan kiri (lateral), yang dihubungkan oleh istmus
yang biasanya terletak lebih rendah dari tulang rawan krikoid. Sering kali, terdapat lobus kerucut
yang disebut lobus piramid, tingginya bisa mencapai tulang hyoid. Ukuran tiroid bervariasi,
tergantung berat badan dan asupan yodium, pada orang dewasa kelenjar tiroid yang normal
beratnya sekitar 20 30 gram.
Kelenjar tiroid berada pada vertebra servikalis V sampai vertebra toraks I. Kelenjar tiroid
memiliki kapsul jaringan ikat yang masih kontroversial yang mengacu pada fasia pretracheal,
selubung peritiroid, dan fasia tiroid.

Gambar 2. Anatomi Kelenjar Tiroid


Sumber: Brunicardi, F. Charles, dkk. Schwartzs Principles of Surgery Eight Edition. Mc Graw Hill. United
State of America.2005

Suplai darah
Kelenjar tiroid termasuk sebagai salah satu terbanyak disuplai darah di tubuh berdasarkan
ukurannya. Terdapat 4 arteri utama, sepasang arteri superior dan sepasang inferior tiroid. Pada
beberapa kasus, ditemukan juga arteri ima yang bercabang langsung dari aorta atau truncus
brachiocephalicus. Untuk drainase kelenjar tiroid difasilitasi oleh 2 atau 3 pasang vena.vena
superior, medial, dan inferior.

Gambar 3. Suplai Darah Kelenjar Tiroid


Sumber: Anatomi Sobotta Jilid 1

Persarafan
Nervus laringeus reccurrens kanan merupakan cabang dari nervus vagus, berputar
kebawah melalui arteri subklavia kanan, dan naik ke laring (posterior dari tiroid) antara trakea
dan esophagus. Bisa jadi di depan atau belakang ke bagian bawah arteri tiroid. Nervus laringeus
reccurrens kiri merupakan cabang dari vagus lateral ke ligamentum arteriosum, berjalan kebawah
arkus aorta, kemudian naik ke tracheoesophageal ke laring.
Pada kelenjar tiroid terdapat persarafan simpatis yaitu serabut saraf dari ganglia simpatis
superior dan medial. Serabut saraf parasimpatis yang berasal dari nervus vagus hingga mencapai
kelenjar tiroid melalui n. laringeus reccurrens.

Gambar 4. Persarafan Tiroid


Sumber: Sumber: Brunicardi, F. Charles, dkk. Schwartzs Principles of Surgery Eight Edition. Mc Graw Hill. United
State of America.2005

Fisiologi
Fungsi utama dari kelenjar tiroid adalah sintesis dan sekresi tiroksin (T 4), dan T3. Semua
terkait dengan tiroid stimulating hormone (TSH) dari hipofisis anterior. Rata-rata jumlah iodium
yang dibutuhkan perhari adalah 0,1 mg. Pada prosesnya hormon tiroid disintesis oleh kelenjar
tiroid, hipotalamus akan mensekresi thyrotropin releasing hormon (TRH) yang merangsang
glandula hipofisis anterior untuk mengeluarkan TSH (Thyroid-stimulating hormon). TSH akan
merangsang pertumbuhan serta fungsi dari folikel kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang dirangsang
TSH akan mengeluarkan iodine dan mensintesis hormon tiroksin (T3 dan T4). T3 bersumber dari
T4 yang sudah dikonversi oleh hipofisis. Hormon-hormon ini menimbulkan respon negatif bagi
hipofisis dikarenakan hormon tersebut mengatur pengeluaran dari TSH dan hormon T3 dapat
menghambat pelepasan TRH dari hipotalamus. Hormon tiroid bebas yang dihasilkan itu akan
7

dibawa ke aliran darah serta mengikuti aliran menuju membran sel dengan cara difusi atau
berikatan dengan protein spesifik ke membran nucleus. T4 akan diiodinisasi menjadi T3 serta
masuk ke nucleus melalui transport aktif yang akan berkaitan dengan reseptor hormon tiroid.

Pengaruh hormone tiroid

Sistem kardiovaskuler : meningkatkan heart rate, cardiac output, aliran darah, volume

darah, tekanan pulse (tidak merubah MAP).


Respiratory sistem : meningkatkan RR,
Sistem gastrointestinal : meningkatkan motilitas
Sistem saraf pusat : gugup, ansietas
Sistem musculoskeletal : meningkatkan reaktif up to a point, kemudian merespon untuk

melemahkan, gerakan motor.


Nutrisi : meningkatkan metabolic basal rate, dibutuhkan untuk vitamin, metabolisme
CHO, lipid, dan protein ; menurunkan berat badan.

Pemeriksaan Fungsi Tiroid


a) Serum Total Tiroksin T4 dan T3
Jumlah T4 (referensi kisaran: 55-150 nmol / L) dan T 3 (kisaran referensi: 1,5-3,5 nmol
/ L) kadarnya diukur oleh radioimmunoassay dan mengukur kedua komponen bebas dan
komponen yang terikat hormon. Jumlah T4 mencerminkan output dari kelenjar tiroid,
sedangkan level T3 di kelenjar tiroid nonstimulated lebih menunjukkan metabolisme
hormon perifer tiroid dan karenanya, umumnya tidak cocok sebagai tes skrining umum.
Jumlah T4 meningkat tidak hanya pada pasien hipertiroid, tetapi juga pada pasien dengan
tingkat thyroglobulin tinggi sekunder untuk kehamilan, estrogen / menggunakan
8

progesteron, atau penyakit bawaan. Demikian pula, tingkat total T 4 penurunan


hypothyroidism dan pada pasien dengan tingkat thyroglobulin penurunan yang
disebabkan oleh penggunaan steroid anabolik dan oleh gangguan protein-kehilangan
seperti sindrom nefrotik. Individu dengan gangguan ini mungkin euthyroid jika tingkat
bebas T4 adalah normal. Pengukuran tingkat T3 total penting dalam klinis pasien
hipertiroid dengan tingkat T4 normal, yang mungkin memiliki tirotoksikosis T3. Seperti
telah dibahas sebelumnya, tingkat T3 total sering meningkat pada hipotiroidisme awal.

b) Free T4 dan Free T3


Tes ini radioimmunoassay berbasis pengukuran sensitif dan akurat dari hormon tiroid
biologis aktif. Free T4 (referensi kisaran: 12-28 pmol / L) memperkirakan tidak dilakukan
sebagai alat skrining rutin pada penyakit tiroid. Penggunaan tes terbatas pada kasus
hipertiroid awal di mana tingkat T4 total mungkin normal, tetapi kadar T4 bebas
dibangkitkan. Pada pasien dengan resistensi end-organ untuk T4 (Refetoff sindrom),
tingkat T4 meningkat, tetapi tingkat TSH biasanya normal. Free T3 (referensi kisaran: 3
sampai 9 pmol / L) yang paling berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis hipertiroidisme
dini, di mana tingkat T4 bebas dan T3 bebas naik sebelum T4 total dan T3. Free T4
tingkat juga dapat diukur secara tidak langsung menggunakan uji resin-T3 serapan. Jika
kadar T4 bebas meningkat, situs hormon-mengikat lebih sedikit tersedia untuk T3
radiolabeled mengikat yang telah ditambahkan ke serum pasien. Oleh karena itu,
mengikat lebih T3 dengan resin pertukaran ion dan penyerapan T3 resin meningkat.
c) Thyrotropin-Releasing Hormone

Tes ini berguna untuk mengevaluasi fungsi sekresi TSH hipofisis dan dilakukan
dengan pemberian 500 g TRH intravena dan mengukur kadar TSH setelah 30 dan 60
menit. Dalam individu normal, kadar TSH harus meningkatkan minimal 6 IU/mL dari
baseline. Tes ini juga sebelumnya digunakan untuk menilai pasien dengan hipertiroidisme
borderline, namun telah digantikan oleh tes TSH sensitif untuk tujuan ini.

d) Thyroid Antibodies
Antibodi tiroid termasuk antithyroglobulin (anti-Tg), peroksidase antimicrosomal
atau antitiroid (anti-TPO) dan thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI). Anti-Tg dan
tingkat anti-TPO antibodi tidak menentukan fungsi tiroid, melainkan mereka
menunjukkan gangguan yang mendasari, biasanya sebuah tiroiditis autoimun. Sekitar
80% dari pasien dengan tiroiditis Hashimoto mengalami peningkatan kadar antibodi
tiroid, tetapi belum pasti meningkat pada pasien dengan penyakit Graves, gondok
multinodular, dan neoplasma tiroid.

e) Serum Thyroglobulin
Thyroglobulin tidak biasanya dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah besar,
namun meningkat secara dramatis dalam proses destruktif dari kelenjar tiroid, seperti
tiroiditis atau negara terlalu aktif seperti penyakit Graves 'dan gondok multinodular toxic.
Penggunaan yang paling penting untuk tingkat thyroglobulin serum dalam memantau

10

pasien dengan kanker tiroid berbeda untuk kekambuhan, terutama setelah tiroidektomi
total dan ablasi yodium radioaktif.
BAB III
KARSINOMA TIROID

Definisi Kanker Tiroid


Kanker tiroid merupakan keganasan pada kelenjar endokrin (tiroid). Kanker tiroid menempati
urutan teratas kasus terbanyak diantara kanker-kanker kelenjar endokrin lain. Dengan prevalensi
lebih dari 90% (18.100) dari total seluruh kanker kelenjar endokrin.
Epidemiologi
Sebagian besar kanker tiroid (80-85%) berasal dari sel folikuler sebagai kanker tiroid
berdiferensiasi baik, sedangkan sisanya kanker tiroid anaplastik/ berdiferensiasi buruk,
karsinoma medularis yang berasal dari sel para folikuler dan tumor ganas (nontiroid lainnya).
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya karsinoma tiroid adalah paparan radiasi, intake yodium, stimulasi yang
kronik dari thyroid stimulating hormone (di daerah endemi).

Klasifikasi histopatologi dan stadium berdasarkan TNM


Klasifikasi histopatologi Karsinoma Tiroid menurut WHO :
Tumor epitel maligna
11

Karsinoma folikulare
Karsinoma papilare
Campuran karsinoma folikulare papilare
Karsinoma anaplastic (undifferentiated)
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma tiroid medulare

Tumor non-epitel maligna

Fibrosarkoma
Lain-lain

Tumor maligna lainnya

Sarcoma
Limfoma maligna
Haemangiothelioma maligna
Teratoma maligna

Tumor sekunder dan unclassified tumors


Mc. Kenzie membedakan kanker tiroid atas 4 tipe yaitu : karsinoma papilare, karsinoma
folikulare, karsinoma medulare, dan karsinoma anaplastic.
Menurut Barry W. Feig dkk, karsinoma papilare adalah karsinoma tiroid yang paling baik
berdiferensiasi, 60% dari seluruh kasus.

Klasifikasi stadium berdasarkan sistem TNM


T tumor primer
12

Tx

tumor primer tidak dapat dinilai

T0

tumor didapat tumor primer

T1

tumor dengan ukuran terbesar 2 cm atau kurang masih terbatas pada tiroid

T2

tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas

pada tiroid
T3

tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau tumor

ukuran berapa saja dengan eksitensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid
atau jaringan lunak peritiroid)
T4a

tumor telah berekstensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut : jaringan

lunak subkutan, laring, trakhea, esophagus, n. laringeus recurren


T4b

tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri carotis

T4a* (karsinoma anaplastic) tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid
T4b* (karsinoma anaplastic) tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul tiroid

kelenjar getah bening regional

Nx

kelenjar getah bening tidak dapat dinilai

N0

tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening

N1

terdapat metastasis ke kelenjar getah bening

13

N1a

metastasis pada kelenjar getah bening cervical level VI (pretrakheal dan paratrakheal,

termasuk prelaringeal dan delphian)


N1b

metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral atau

ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior

metastasis jauh

Mx

metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0

tidak terdapat metastasis jauh

M1

terdapat metastasis jauh

Stadium Karsinoma Tiroid

14

15

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. ANAMNESIS
- Pengaruh usia dan jenis kelamin. Pada ekstrem umur (<25 tahun dan >50 tahun); laki-

laki secara proporsional merupakan faktor risiko.


Pernah mendapat paparan radiasi di daerah leher dan kepala pada masa kanak-kanak;
atau di daerah yang pernah mengalami ledakan bom atom (Hiroshima, Nagasaki,

Chernobyl)
Daerah struma endemis mempunyai insiden sedikit lebih tinggi terjadinya karsinoma
tiroid tipe folikular dan anaplastik. Daerah tanpa sefisiensi yodium atau daerah pantai
16

mempunyai angka insiden karsinoma papiler lebih tinggi dibandingkan daerah


-

endemis.
Benjolan pada kelenjar tiroid yang tumbuh lebih cepat pada beberapa waktu
terakhir (anaplastik atau kista tiroid). Pada umumnya , tumor jinak atau karsinoma

tiroid berdiferensiasi mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat.


Riwayat adanya gangguan mekanis, seperti gangguan menelan, gangguan bernapas
(terutama waktu tidur terlentang), perubahan atau hilangnya suara, dan mulai adanya

rasanyeri oleh karena infiltrasi pada saraf atau kulit.


Adanya benjolan pada kelenjar tiroid yang terbukti sebagai karsinoma tiroid
medulare.

2. PEMERIKSAAN FISIK
- Adanya benjolan padat pada tiroid; bisa mono-noduler atau multinoduler (lebih sering
mono-noduler (karsinoma berasal dari satu sel/ monoclonal); benjolan kistik masih
-

belum menyisihkan karsinoma tiroid tipe papiler.


Ada tidaknya pembesaran KGB leher.
Ada tidaknya keluhan dan tanda-tanda metastasis jauh benjolan pada clavicula,
sternum, dan tanda-tanda yang menunjukkan metastasis pada paru, serebral, hati, dan

lain-lain.
Kadang dijumpai Horner syndrome terutama pada karsinoma tiroid tipe anaplastik.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan tiroglobulin sebagai tumor marker. Kegunaan tiroglobulin sebagai alat
diagnosis dan srining tidak dianjurkan. Tiroglobulin digunakan sebagai monitor
-

kekambuhan jika pada pemeriksaan inisial meningkat.


Pemeriksaan fungsi tiroid, seperti FT3, FT4, dan TSH harus rutin dilakukan,

meskipun tidak spesifik untuk karsinoma tiroid.


Pemeriksaan kadar calcitonin untuk mendiagnosis suatu karsinoma tiroid tipe
medulare. Selain untuk diagnostic pemeriksaan calcitonin juga digunakan untuk
skrining

dengan

imaging

terutama

ultrasonografi

(USG).

Pemeriksaan

17

ultrasonografi selain untuk membedakan nodul solid, kistik atau kistik dengan
pertumbuhan papiler. USG sangat berguna untuk evaluasi post-operatif untuk melihat
masih adanya thyroid remnant, adanya nodul yang tersisa, ataupun pembesaran KGB
leher. USG juga dapat membantu menentukan ada tidaknya hipervaskular (dopler)
-

seperti pada hipertiroidism.


Pemeriksaan foto polos leher dengan teknik jaringan lunak, dapat melihat adanya

mikrokalsifikasi, infiltrasi/pendesakan jaringan sekitar.


Thyro-scan/scintigraphy merupakan pemeriksaan dengan menggunakan bahan radioisotop yang memberikan hasil cukup objektif. Pemeriksaan ini terutama untuk
melihat apakah nodul yang ada fungsional atau tidak (normal, hot, cold). Untuk
kepentingan diagnosis suatu karsinoma tiroid thyro-scan tidak banyak membantu.
Pada umumnya, karsinoma tiroid berdiferensiasi baik adalah cold nodule, tapi
demikian juga kista tiroid. Pemakaian radio-isotop juga penting untuk melihat apakah
metastasis yang didapat melakukan uptake bahan radio-isotop tersebut. Saat ini,

bahan radio-isotop yang banyak digunakan adalah 99mTc.


Pemeriksaan Imaging lain terutama bertujuan untuk melihat eksten karsinoma tiroid,
infiltrasi, metastasis dan operabilitasnya, seperti foto thoraks, foto tulang,

esofagogram, CT-scan, MRI.


Pemeriksaan dengan biopsy jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
merupakan pemeriksaan sitology. Ketepatan biopsy jarum halus tergantung dari
beberapa hal, yaitu ketepatan memilih nodul yang tepat (kadang diperlukan
tuntunan USG); kedua pembuatan slides yang baik dan fiksasi yang tepat;
kemampuan dan pengalaman ahli sitology untuk menginterpretasi slides yang
diperiksa. Kelemahan dari pemeriksaan sitology adalah jika nodul yang diperiksa
terdiri dari kista (cairan di aspirasi habis, sisa diperiksa) dan untuk membedakan

18

antara adenoma dan karsinoma tipe folikuler, yang interpretasi keganasannya tidak
tergantung dari morfologi sel/inti sel, tetapi pada infiltrasi kapsel dan invasi ke dalam
vaskular yang hanya dapat dilihat pada pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan
potong beku vries coupe banyak memberikan kontoversi tentang akurasinya dan
-

kegunaannya, dan pada kepustakaan tidak dianjurkan lagi.


Pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan jaringan pembedahan atau histopatologi
merupakan gold standard diagnosis karsinoma tiroid pascabedah. Biopsi pada
karsinoma tiroid yang operable tidak dibenarkan, seperti pada karsinoma anaplastik.
Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas jika:
a. Ada faktor risiko (usia, laki-laki, paparan radiasi)
b. Nodul padat (jika tumbuh cepat kemungkinan karsinoma anaplastik)
c. Ada pembesaran KGB leher yang padat (hati-hati untuk memutuskan biopsi)
d. Ada tanda-tanda pendesakan organ sekitar (advanced cancer, anaplastik,
operabilitas)
e. James Berry sign, Delphian nodes, dan
f. Ada tanda-tanda metastasis jauh.

PENATALAKSANAAN KARSINOMA TIROID


A. Pembedahan
- Diagnosis pre-operatif suatu karsinoma atau belum terdiagnosis
- Jika diagnosis karsinoma tiroid operable tiroidektomi total
- Jika belum terdiagnosis, nodul tunggal hemitiroidektomi (artinya dilakukan
-

lobektomi total, ismektomi dan lobektomi lobus piramidalis


Jika kemudian terdiagnosis sebagai karsinoma tiroid berdiferensiasi baik reoperasi menjadi tiroidektomi total atau jika skor prognostic baik observasi dan
follow up yang baik (klinis, USG, tiroglobulin)

Pemeriksaan tambahan untuk menentukan diagnosis durante operationem adalah potong beku
(kepustakaan

tidak

menganjurkan

lagi),

ataupun

inprint

cytology.

Pada

kasus
19

karsinoma/adenoma folikuler dapat menunggu sampai hasil histopatologi untuk kemudian jika
diperlukan (skor prognosis) dilakukan re-operasi. Re-operasi harus dilakukan dalam waktu 2
minggu, jika lebih dari 2 minggu sebaiknya menunggu > 3 bulan untuk mengurangi komplikasi
re-operasi.
-

Diagnosis karsinoma tiroid tipe medulare pembedahannya adalah tiroidektomi

total, dan jika diperlukan juga dilakukan diseksi KGB leher.


Diagnosis karsinoma anaplastik jika operabel atau ditemukan secara tidak sengaja
tiroidektomi total. Jika tidak operabel maka pembedahan bertujuan diagnosis

(biopsy) dan paliatif (debulking isthmectomy).


Adanya pembesaran KGB leher karena metastasis dianjurkan dilakukan
functional radical neck dissection, yaitu dengan mempertahankan n. asesorius, vena

jugularis internus, dan muskulus sternokleidomastoideus.


Adanya metastasis KGB leher dengan infiltrasi jaringan sekitar, dianjurkan untuk
melakukan radical neck dissection klasik. Memang hingga saat ini masih terdapat

kontroversi tentang jenis diseksi, dan sampai sejauh mana ekstensi tersebut dilakukan
Pembedahan diseksi KGB profilaktiktidak dianjurkan
Ekstensi pembedahan sampai mediastinum superior dianjurkan jika terdapat
pembesaran KGB mediastinum, ataupun terdapat thyro-thymic extension dari
karsinoma tiroid. Tekniknya dengan melakukan konvensional dengan mengangkat
ekstensi tiroid tersebut dari atas secara hati-hati atau dengan approach superior-

sternotomy,
Adanya ekstensi atau filtrasi karsinoma pada trakea, dapat dilakukan eksisi sebagian
cincin trakea ataupun reseksi sebagian lingkar cincin trakea.

Interpretasi hasil sitology sebaiknya didiskusikan dengan sejawat patologi/sitology agar didapat
suatu kesepakatan hasil, dan tindakan diagnosis lain yang diperlukan.

20

B. Terapi Adjuvant/ Tambahan


Terapi adjuvant/tambahan

pada

karsinoma

tiroid

berdiferensiasi

baik

adalah

kontroversial. Pemberian terapi dengan bahan radio-isotop seperti I 131, I123, dan bahan
radiofarmaka yang semakin banyak digunakan (karena efek samping yang ringan dan
waktu paruh yang pendek)99mTc hanya diberikan pada karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik dan berisiko tinggi pasca tiroidektomi total. Pemberian radio terapi internal
sebaiknya diberikan pada 4-6 minggu pascatiroidektomi total, sebelum diberikan terapi
substitusi, untuk meningkatkan uptake.
Pada pemberian terapi supresi belum didapatkan persamaan pendapat tentang dosis,
kadar TSH, berapa lama harus diberikan, dan hasil yang didapatkan. Hal ini berhubungan
dengan adanya monoklonalitas sel kanker dan adanya poliseluleritas dan heterogenitas
sehingga tidak semua sel folikel tiroid (sel kanker) bergantung pada TSH.
Radioterapi eksterna, terutama dianjurkan pada karsinoma tiroid tipe anaplastik dengan
tujuan paliatif dengan hasil yang tidak jelas. Radioterapi eksterna dapat diberikan pada
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik yang tidak uptake bahan radio-farmaka.

21

Kemoterapi

tidak

dianjurkan,

kecuali

pada

karsinoma

tiroid

anaplastic

dan

dikombinasikan dengan radioterapi eksterna. Hasil tidak memuaskan.

ALGORITME MANAJEMEN NODUL TIROID

22

23

24

DAFTAR PUSTAKA

Feig, Barry W., dkk. 1999. The M. D. Anderson Surgical Oncology Handbook. Texas. Penerbit :
Lippincott Williams and Wilkins
Achmad, Dimyati dkk. 2003. Protocol Peraboi. Penerbit : Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia
__________________ 2010. Protocol Peraboi. Penerbit : Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia
Devita Vincet T., dkk. 1993. Cancer Principles And Practice Of Oncology. Texas. Penerbit :
Lippincott Williams and Wilkins

25

Anda mungkin juga menyukai