Disusun oleh:
Ravenska Theodora (406182072)
Pembimbing:
dr. Rusli, Sp.PD
Referat :
Hipertiroid dan Krisis Tiroid
Disusun oleh :
Ravenska Theodora (406182072)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Ciawi
PENDAHULUAN
tiroid yang hiperaktif. Dengan kata lain hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan
hormon tiroid dalam darah dan biasanya berkaitan dengan keadaan klinis
sekresi hormon tiroid baik T4, T3 atau keduanya. Hipertiroidisme, 90% disebabkan
oleh penyakit Graves dan struma noduler baik noduler soliter maupun noduler multipel.
Terapi diperlukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi pada penderita.
1
dengan angka kematian 20-60%. Merupakan kejadian yang jarang, tidak biasa dan
berat dari hipertiroidisme. Krisis tiroid mengacu pada kejadian mendadak yang
mengancam jiwa akibat peningkatan dari hormon tiroid sehingga terjadi kemunduran
fungsi organ. Krisis tiroid memerlukan diagnosis dan terapi yang segera dan adekuat
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian oleh kelainan ini. Secara klinis
Prinsip pengobatan krisis tiroid adalah sama dengan hipertiroid namun dalam jumlah
3
BAB II
ISI
2.1.1 Anatomi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulcus pharyngeus
pertama dan kedua. Tempat pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum
di pangkal lidah. Jaringan endodermal ini turun ke leher sampai setinggi cincin trakea
kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Saluran pada struktur
endodermal ini tetap ada dan menjadi duktus tiroglossus atau mengalami obliterasi
menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fascia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea
sehingga pada setiap Gerakan menelan selalu diikuti dengan Gerakan terangkatnya
ke;enjar kearah kranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Keempat kelenjar
paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan
jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan
nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di laterodorsal tiroid.
4
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan
trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber; arteri karotis superior
kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua arteri tiroidea
inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea
ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior
yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral, dan vena tiroidea
inferior. Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/ menit, dalam
terdengar bising aliran darah dengan jelas diujung bawah kelenjar. Terdapat dua
macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus
Sel folikel tiroid menghasilkan dua hormon yang mengandung iodium yang
berasal dari asam amino tirosin, yaitu tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) dan
triiodotironin (T3). Awalan tetra dan tri serta huruf bawah 4 dan 3 menunjukkan jumlah
atom iodium yang terdapat di masing-masing hormon ini. Kedua hormon ini disebut
hormon tiroid dan berperan sebagai regulator penting laju metabolik basal (BMR)
keseluruhan. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk
koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi
sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang.
Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam
bentuk T4, namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Sebagian besar
5
dari T4 yang disekresikan akan diubah menjadi T3 dengan penanggalan satu iodium
(terutamadi hati dan ginjal) sehingga 80% T3 dalam darah berasal dari T4.
Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid
(thyroid binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding
prealbumine, TBPA). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH)
memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative
feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
6
menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang. serta sama sekali tidak berkaitan
dengan dua hormon tiroid utama lainnya.3,4
7
Efek simpatomimetik adalah setiap efek yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh
sistem saraf simpatis. Hormon tiroid meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap
katekolamin (epnefrin dan norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang digunakan
oleh sistem saraf simpatis dan medula adrenal. Hormon tiroid melaksanakan efek
permisif ini dengan menyebabkan proliferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin.
Karena pegaruh ini, banyak dari efek yang diamati ketika sekresi hormon tiroid
meningkat adalah serupa dengan yang menyertai pengaktifan sistem saraf simpatis.
• Efek pada sistem kardiovaskular
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga
curah jantung meningkat, melalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap
katekolamin dalam darah. Selain itu juga terjadi vasodilatasi primer untuk membawa
kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan sebagai respon
terhadap efek kalorigenik.
• Efek pada pertumbuhan dan sistem saraf
Hormon tiroid merangsang sekresi GH dan meningkatkan produksi IGF-I (oleh
hati) dan mendorong efek GH dan IGF-I pada pertumbuhan tulang, sehingga anak
dengan defisiensi tiroid akan mengalami hambatan pertumbuhan. Namun, kelebihan
hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan. Hormon tiroid
berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, khususnya SSP. Hormon
tiroid juga esensial untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.4
8
(peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah folikel)
sebagai respons terhadap TSH yang berlebihan.
Berbagai jenis stres dapat menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid,
mungkin melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, meskipun makna adaptif inhibisi
ini masih belum jelas. Faktor yang dapat meningkatkan sekresi TRH adalah pajanan ke
cuaca dingin pada bayi baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid yang
menghasilkan panas membantu mempertahankan suhu tubuh sewaktu penurunan
mendadak suhu lingkungan ketika bayi dilahirkan. Namun, respons TSH serupa tidak
terjadi pada orang dewasa.4
Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH ini dikeluarkan lewat
Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (α dan β). Sub unit α sama
seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic gonadotropin/hCG)
dan penting untuk kerja hormon secara aktif. Tetapi sub unit β adalah khusus untuk
setiap hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor dipermukaan
sel tiroid TSH-reseptor (TSH-r) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan
9
trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah
Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis. Khususnya hormon
bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 disamping berefek pada
kadar intratiroid akan mengurang. Escape ini terganggu pada penyakit tiroid
autoimun.3
10
Gambar 2.3 Pengaturan pelepasan hormon tiroid4
2.2. Hipertiroidisme
2.2.1 Definisi
tiroid yang hiperaktif. Dengan kata lain hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan
11
hormon tiroid dalam darah dan biasanya berkaitan dengan keadaan klinis
tirotoksikosis.3
2.2.2 Etiologi
multinodular toksik dan adenoma toksik. Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah
akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid. Sedangkan pada goiter
12
Penyakit graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun yang
penyebabnya tidak diketahui. Terdapat predisposisi familial kuat pada sekitar 15%
pasien graves mempunyai keluarga dekat dengan kelainan yang sama dan kira-kira
50% keluarga pasien dengan penyakit graves mempunyai autoantibodi tiroid yang
beredar dalam darah. Wanita terkena kira-kira 5 kali lebih banyak dari pada pria.
Penyakit ini terjadi pada segala umur dengan insidensi puncak pada kelompok umur
20-40 tahun.5
dan adenoma toksik soliter. Meskipun di daerah yang cukup yodium, sekitar 80%
dan adenoma toksik mencapai 50% dari semua kasus hipertiroidisme di daerah yang
2.2.3 Patogenesis
ini. Satu dari antibodi ditunjukan terhadap tempat reseptor TSH pada membran sel
tiroid dan mempunyai kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam peningkatan
pertumbuhan dan fungsi. Adanya antibodi dalam darah berkorelasi positif dengan
penyakit aktif dan kekambuhan penyakit. Ada predisposisi genetik yang mendasari,
namun tidak jelas apa yang mencetus episode akut ini. Beberapa faktor yang
13
mendorong respon imun pada penyakit graves ialah kehamilan, kelebihan iodida,
Pada nodul tiroid, kerja kelenjar tiroid menjadi otonom dan menghasilkan
hormon tiroid yang terlepas dari sinyal baik dari antibodi reseptor TSH atau TSH.
thyrotropin dan tumor trofoblas, di mana reseptor TSH dirangsang oleh kelebihan TSH
14
Tabel 2.2 Patofisiologi Hipertiroid
15
2.2.4 Manifestasi Klinik
dan polidipsia. Temuan fisik yang sering adalah takikardia, tremor pada ekstremitas,
16
• Tanda dan gejala spesifik untuk penyebab yang mendasari hipertiroidisme
Tanda dan gejala termasuk oftalmopati, dermopati tiroid, dan tiroid acropachy pada
penyakit Graves; sensasi globus, disfagia, atau ortopnoea akibat kompresi esofagus
atau trakea pada nodular goiter; dan nyeri leher anterior pada tiroiditis subakut yang
nyeri. Oththalmopathy, juga dikenal sebagai Graves 'orbitopathy, terjadi pada 25%
jarang dari penyakit Graves, terjadi pada 1-4% pasien dengan ophthalmopathy tiroid.
Lesi ditandai dengan kulit yang agak berpigmen, terutama yang melibatkan area
penyakit Graves dan muncul dengan jari tabuh pada jari tangan dan kaki.6
17
2.2.5 Diagnosis
Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi pemeriksaan
laboratorium tetap perlu untuk menguatkan diagnosis. Evaluasi klinis
TSH dan hormon tiroid adalah tes diagnostik awal yang paling penting untuk
individu yang diduga hipertiroidisme / krisis tirotoksik berdasarkan manifestasi
klinis. Indeks Wayne merupakan suatu indeks diagnostik yang dapat digunakan
untuk membantu menegakan diagnostik dari penilaian klinis yang telah
dikembangkan sejak tahun 1972 .
• Evaluasi biokimia
Hipertiroidisme berlebihan ditandai oleh penekanan TSH (<0,01 mU / L) dan
kelebihan hormon tiroid dalam serum.
- TSH serum
Pengukuran TSH serum memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi dari
setiap tes darah tunggal dan digunakan sebagai tes skrining awal untuk
hipertiroidisme. Pada hipertiroid primer, serum TSH akan kurang dari 0,01 mU /
L atau bahkan tidak terdeteksi.
- Hormon tiroid serum
Untuk menilai tingkat keparahan kondisi dan untuk meningkatkan akurasi
diagnostik, tingkat TSH dan Free-T4 harus dinilai pada saat evaluasi awal. Pada
18
hipertiroidisme yang jelas, biasanya estimasi T4 dan Free-T3 serum meningkat,
dan TSH serum <0,01 mU / L atau tidak terdeteksi. Pada hipertiroidisme yang
lebih ringan, perkiraan T4 serum dan Free-T4 bisa normal, hanya serum T3 yang
dapat meningkat, dan serum TSH akan kurang dari 0,01 mU / L (atau tidak
terdeteksi), hal ini disebut tirotoksikosis T3. Tes untuk memperkirakan Free-T3
kurang divalidasi secara luas daripada tes untuk Free-T4, dan karena itu
pengukuran total T3 sering lebih disukai dalam praktik klinis.
Hipertiroidisme subklinis didefinisikan sebagai perkiraan T4 bebas serum
normal dan T3 total atau T3 bebas normal, dengan konsentrasi TSH serum
subnormal.
• TRAb (antibodi reseptor thyrotropin)
Pendekatan ini digunakan ketika pemindaian dan pengambilan tiroid tidak
tersedia atau kontraindikasi (mis., Selama kehamilan dan menyusui).
• Radioactive iodine uptake test (RAIU)
RAIU harus dilakukan ketika presentasi klinis tirotoksikosis tidak diagnostik
pada Grave’s Disease.
• Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan dengan pasien dalam posisi telentang dan leher memanjang.
USG dapat mendeteksi lobus atau lesi tiroid sekecil 2 mm. USG dapat
membedakan nodul padat dari kista yang sederhana dan kompleks. USG dapat
membantu menilai ukuran tiroid, memberikan perkiraan kepadatan jaringan,
menunjukkan aliran dan kecepatan pembuluh darah dan membantu menempatkan
jarum untuk tujuan diagnostik. Studi Doppler dapat ditambahkan saat menjalankan
ultrasonografi.
• Biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
Pada Grave’s Disease, FNAB diperlukan jika nodul ditemukan di dalam tiroid.7
19
Gambar 2.5 Evaluasi Tirotoksikosis
20
2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat
yodium radioaktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
5) Pasien dengan krisis tiroid.
Obat diberi dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme lalu
diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme.
21
Antagonis adrenergic-β (PTU juga jangka pendek
menghambat prabedah/pra-RAI
konversi T4 → T3
B-adrenergic-antagonis Mengurangi Obat tambahan
Propanolol dampak hormone kadang sebagai
Metoprolol tiroid pada obat tunggal pada
Atenolol jaringan tiroiditis
Nadolo
Bahan mengandung Iodine Menghambat Persiapan
Kalium iodida keluarnya T4 dan tiroidektomi. Pada
Solusi Lugol T3. krisis tiroid bukan
Natrium Ipodat Menghambat T4 untuk penggunaan
Asam Iopanoat dan T3 serta rutin.
produksi T3
ekstratiroidal
Obat lainnya Menghambat Bukan indikasi
Kalium perklorat transport yodium, rutin pada subakut
Litium karbonat sintesis dan tiroiditis berat, dan
Glukokortikoids keluarnya krisis tiroid.
hormone.
Memperbaiki efek
hormone di
jaringan dan sifat
imunologis
22
b. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif diberikan pada:
1) Pasien umur 35 tahun atau lebih.
2) Hipertiroidisme yang kambuh sesudah dioperasi.
3) Gagal mancapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid.
4) Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat anti tiroid.
5) Adenoma toksis, goiter multinodular toksik.
Digunakan Y131 dengan dosis 5-12mCi peroral. Dosis ini dapat
mengendalikan tirotoksikosis dalam3 bulan, namun 1/3 pasien menjadi
hipotiroidisme, eksaserbasi hipertiroidisme, dan tiroiditis.
c. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi
operasi adalah:
1) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar.
2) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons
terhadap obat antitiroid.
3) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif.
4) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.
5) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih.3
2.3.1 Definisi
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insiden krisis tiroid tercatat kurang dari
23
10% dari semua pasien tirotoksikosis yang dirawat di rumah sakit, namun angka
mortalitas dari krisis tiroid ini mencapai 20-30%. Penegakan diagnosis dini dan
pengelolaan secara tepat akan memberikan prognosis yang baik. Merupakan kejadian
yang jarang, tidak biasa dan berat dari hipertiroidisme. Krisis tiroid mengacu pada
kejadian mendadak yang mengancam jiwa akibat peningkatan dari hormon tiroid
Pada keadaan yang sudah dinamakan krisis tiroid ini maka fungsi organ vital
untuk kehidupan menurun dalam waktu singkat hingga mengancam nyawa. Hal yang
• Medical crisis (stress apapun, fisik serta psikologik, infeksi, dan sebagainya).
24
2.3.3 Manifestasi klinis
Kecurigaan akan terjadinya krisis tiroid apabila terdapat triad menghebatnya tanda
Untuk mengetahui apakah keadaan seseorang ini sudah masuk dalam tahap
krisis tiroid adalah dengan mengumpulkan gejala dari kelainan organ yakni pada sistem
saraf terjadi penurunan kesadaran (sampai dengan koma), hyperpyrexia (suhu badan
dan mencret serta kuning). Gejala lain dapat berupa berkeringat, kemerahan, dan
25
2.3.4 Patofisiologi
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa meningkatnya produksi dari T3 atau
Pilihan terapi pada pasien krisis tiroid adalah sama dengan pengobatan yang
diberikan pada pasien dengan hipertiroidisme hanya saja obat yang diberikan lebih
tinggi dosis dan selang waktu pemberiannya. Pada pasien dengan krisis tiroid harus
segera ditangani ke instalasi gawat darurat atau ICU. Diagnosa dan terapi yang sesegera
mungkin pada pasien dengan krisis tiroid adalah penting untuk menurunkan angka
Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCl dan cairan lain)
dan kalori (glukosa), vitamin, oksigen, obat sedasi bila diperlukan. Koreksi
a) memblok sintesis hormon baru : PTU dosis besar (loading dose 600-
1000mg) diikuti dosis 200 mg PTU tiap 4 jam dengan dosis sehari total
1000-1500 mg).
26
b) Memblok keluarnya hormon dengan solusio lugol (10 tetes tiap 6-8 jam)
atau SSKI (larutan kalium yodida jenuh, 5 tetes setiap 6 jam). Apabila ada
berikan endoyodin (Nal) IV, atau bila solusio lugol/SSKI tidak memadai.
27
BAB III
PENUTUP
28
DAFTAR PUSTAKA
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2014.
6. De Leo S, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet Lond Engl. 2016 Aug
27;388(10047):906–18.
29