SKRIPSI
Disusun oleh
405140194
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN
YANG BEKERJA DI UNIVERSITAS TARUMANAGARA
MENGENAI PERANAN ASI EKSKLUSIF DALAM
MENINGKATKAN IMUNITAS DALAM MENCEGAH
KEJADIAN DIARE
SKRIPSI
405140194
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM: 405140194
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 405140194
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Sari Mariyati Dewi M.biomed ( ............................ )
Penguji 1 : ( ............................ )
Mengetahui,
Dekan : Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK (K) ( ............................ )
Ditetapkan di : Jakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik. Skripsi ini merupakan prasyarat agar dapat dinyatakan lulus sebagai
Sarjana Kedokteran. Selama proses pendidikan mulai dari awal hingga akhir,
banyak sekali pengalaman yang didapatkan oleh penulis untuk berkarir sebagai
dokter di kemudian hari.
1. dr. Sari Mariyati Dewi M.biomed selaku pembimbing, yang telah memberi
bimbingan, dukungan, bantuan dan juga waktu disela-sela kegiatan dan
kesibukan yang padat.
2. Kedua orang tua yang tercinta dan keluarga, yang selalu memberi
dukungan, motivasi dan juga doa setiap harinya.
3. Dr. dr. Meilani Kumala, MS, Sp.GK(K) sebagai dekan yang telah
memberi ijin bagi peneliti untuk mengadakan penelitian.
4. Ari Riski dan Raditya Yoga sebagai teman sebimbingan dan teman diskusi
penyelesaian skripsi.
5. Syarurrozi, Aldi, Egi, Dzuhrial yang selalu memberikan nasihat dan
motivasi agar selesainya penelitian ini
6. Teman teman FK Untar angkatan 2014 dan senior yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu karena telah membantu proses mengerjakan skripsi
ini.
7. Dosen-dosen serta staff Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
v
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang menyatakan,
NIM: 405140206
vii
ABSTRACT
Diarrhea is a condition that is quite common and is the main cause of death in
children. One of the factors that can provide protection against diarrhea is by
giving breast milk (ASI). However, exclusive breastfeeding is still quite low and
far from the national target. The low percentage of exclusive breastfeeding is
influenced by several factors such as work, mother's belief in breast milk
production, mother's motivation in giving breast milk and support from the family.
The level of maternal knowledge about the role of breast milk in the immune
system or digestive immunity of the baby is also the most important thing in the
success of breastfeeding. This study aims to assess maternal knowledge about the
role of ASI in infant immunity to prevent diarrhea. This research is a descriptive
study conducted on mothers who had given birth and worked at Tarumanagara
University, Jakarta in 2019. Assessment of mother's knowledge was carried out
using a questionnaire. The total respondents in this study were 88 people. Most of
them were 32 (36.4%) people aged and also with high school or vocational
education, 43 people (58.9%). Most of the respondents in this study knew about
exclusive breastfeeding (50 people, 56.8%), but did not know about the effects of
exclusive breastfeeding on immunity (69 people, 78.4%) and also on diarrhea (68
people, 77.3% ) The conclusion of this study is the mother's knowledge about the
effects of exclusive breastfeeding on immunity and the occurrence of diarrhea is
still low.
viii
ABSTRAK
Diare adalah salah satu kondisi yang cukup sering terjadi dan merupakan
penyebab utama kematian pada anak. Salah satu faktor yang dapat memberikan
perlindungan terhadap diare adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI). Namun
pemberian ASI eksklusif masih cukup rendah dan jauh dari target nasional.
Rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pekerjaan, keyakinan ibu terhadap produksi ASI, motivasi ibu
dalam memberikan ASI dan dukungan dari keluarga. Tingkat pengetahuan ibu
mengenai peranan ASI terhadap daya tahan tubuh atau imunitas pencernaan bayi
juga menjadi hal yang paling penting dalam suksesnya pemberian ASI. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai pengetahuan perempuan mengenai peranan ASI
terhadap imunitas bayi untuk mencegah terjadinya diare. Penelitian ini merupakan
studi deskriptif yang dilakukan pada perempuan yang bekerja di Univesitas
Tarumanagara, Jakarta pada tahun 2019. Penilaian pengetahuan ibu dilakukan
menggunakan kuesioner. Total responden pada penelitian ini sejumlah 88 orang.
Sebagian besar yaitu 32 (36,4%) orang berusia dan juga berpendidikan SMA atau
SMK yaitu 43 orang (58,9%). Sebagian besar responden pada penelitian ini tahu
mengenai ASI eksklusif (50 orang, 56,8%), namun tidak mengetahui mengenai
efek ASI eksklusif terhadap imunitas (69 orang, 78,4%) dan juga terhadap diare
(68 orang, 77,3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu
mengenai peranan ASI eksklusif terhadap imunitas dan terjadinya diare masih
rendah.
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.2.1 Pernyataan Masalah ........................................................................ 2
x
2.1.2 Klasifikasi Diare ...................................................................................... 5
xi
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 18
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................... 18
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 19
3.5 Perkiraan Besar Sampel........................................................................... 19
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 20
3.7 Cara Kerja Penelitian............................................................................... 21
3.8 Variabel Penelitian .................................................................................. 21
3.9 Definisi Operasional ................................................................................ 22
3.10 Analisis Data ............................................................................................ 23
5 PEMBAHASAN ........................................................................................... 33
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Berat dan komposisi ASI dari hari 1 sampai 28....................... 15
Tabel 4.2 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Ekslusif Berdasarkan Usia dan 32
Pendidikan.......................
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Mekanisme Osmotik dan Sekretorik Diare Virus. Panah 6
Mengindikasiikan Pergerakan Air dan Volumenya. Pada Diare Osmotik
Air Ditarik Menuju Lumen Susu Melalui Gaya Osmotik oleh Nutrien
yang Tidak Terserap. Pada Diare Sekretorik, Ion Secara Aktif Dipompa
ke Lumen Usus dan Secara Pasif Diikuti oleh
Air…………………………………………………………………..
Gambar 2.3 Tumpang Tindih antara Klinis Alergi Susu Sapi dan Intoleransi 12
Laktosa...........................................................................................
Gambar 2.5 Perbandingan tingkat rata-rata IgG, IgA, dan IgM dalam kolostrum dan 19
ASI pada interval yang berbeda setelah timbulnya laktasi pada ibu yang
menyusui………………………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Kuisioner………………………………………………... 38
xv
DAFTAR SINGKATAN
CMV Citomegalovirus
GH Growth Factor
IgA Immunoglobulin A
IgM Immunoglobulin M
IgG Immunoglobulin G
PRL Prolactin
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
proporsi tahun 2013 (38%).4 Proporsi pemberian ASI eksklusif di Jakarta pada
tahun 2018 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan persentase nasional yaitu
40,3%, namun angka ini masih lebih rendah dari target nasional, yaitu 47%.8
Rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pekerjaan, keyakinan ibu terhadap produksi ASI, motivasi ibu
dalam memberikan ASI dan dukungan dari keluarga.9,10 Tingkat pengetahuan ibu,
mengenai peranan ASI terhadap daya tahan tubuh atau imunitas pencernaan bayi
juga menjadi hal yang paling penting dalam suksesnya pemberian ASI. Beberapa
penelitian seperti yang telah dilakukan oleh Lestari dkk, Widiyanto dkk,
Ekambaram dkk, dan Khalili dkk menunjukkan hasil yang mendukung
signifikansi dari pengetahuan ibu mengenai peranan ASI dalam praktek
pemberian ASI eksklusif.11-14 Namun, hasil temuan beberapa penelitian seperti
yang telah dilakukan oleh Lestari dkk, Widiyanto dkk menunjukkan bahwa hanya
sedikit ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai peranan ASI.11,12
2
banyaknya data mengenai tingkat pengetahuan tersebut salah satunya di
Universitas Tarumanagara.
3
Universitas Tarumanagara mengenai peranan ASI eksklusif bagi
imunitas bayi.
1.3.2 Untuk Populasi Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran tingkat
pengetahuan bagi semua perempuan, baik ibu atau calon ibu, yang
bekerja di Universitas Tarumanagara mengenai peranan ASI eksklusif
untuk mencegah terjadinya diare pada bayi.
1.3.3 Untuk Peneliti
Memperoleh data mengenai pengetahuan perempuan mengenai
peranan ASI khususnya ASI eksklusif terhadap kejadian diare pada
bayi sebagai bekal untuk mengabdikan ilmu dimasa yang akan datang
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
rektosigmoid sebagai reservoir penyimpanan. Ketika kapasitas reservoir diganggu
oleh kelainan motilitas atau inflamatorik yang melibatkan kolon sinistra maka
peningkatan pergerakan yang sering pada volume yang kecil akan terjadi.
Peningkatan pergerakan tersebut kemudian mengakibatkan defekasi yang sering
dengan ukuran masing-masing feses yang kecil. Jika sumber dari diare berasal
dari kolon dekstra atau usus kecil dan jika fungsi penyimpanan rektosigmoid tidak
terganggu, maka tidak terjadi peningkatan pergerakan usus. Hal ini menunjukkan,
feses yang kecil, nyeri, dan sering akan mengarah pada patologi kolon distal.
Sementara feses dengan volume besar, tidak nyeri akan mengarah pada patologi
kolon proksimal atau usus halus. Meskipun pasien memiliki kesulitan dalam
menentukan jumlah volume feses secara akurat, perbedaan volume feses dapat
menuntun pada pemeriksaan diagnostik lebih lanjut.17
6
2.1.2.3.2 Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi setelah konsumsi zat terlarut yang kurang diserap.
Zat terlarut dapat berupa zat yang biasanya tidak terserap dengan baik atau
zat yang tidak terserap dengan baik karena gangguan usus kecil. Zat yang
tidak terserap dengan baik seperti magnesium, fosfat, lakutulosa atau
sorbitol, sedangkan zat yang tidak terserap dengan baik seperti laktosa
pada defisiensi laktase atau glukosa pada diare yang disebabkan Rotavirus.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan osmotik di
lumen usus sehingga menarik cairan ke dalam lumen. Bentuk diare ini
biasanya volume lebih rendah daripada diare sekretori dan berhenti dengan
puasa. Osmolalitas tinja tidak akan dijelaskan oleh konten elektrolit,
karena ada komponen osmotik lain sehingga celah anion> 100 mOsm.23
Gambar 2.1. Diagram Mekanisme Osmotik dan Sekretorik Diare Virus. Panah
Mengindikasiikan Pergerakan Air dan Volumenya. Pada Diare Osmotik Air Ditarik Menuju
Lumen Susu Melalui Gaya Osmotik oleh Nutrien yang Tidak Terserap. Pada Diare
Sekretorik, Ion Secara Aktif Dipompa ke Lumen Usus dan Secara Pasif Diikuti oleh Air 23
7
Di negara-negara maju, penyebab paling umum diare berair pada bayi dan
balita adalah Rotavirus, diikuti oleh Norovirus (Calicivirus dan virus
mirip-Norwalk), Adenovirus, dan Astrovirus. Meskipun virus, terutama
Rotavirus, masih menjadi penyebab utama diare di negara berkembang, E.
coli, Salmonella, dan Shigella juga sering terjadi. Diare dikatakan sebagai
disentri jika darah dan lendir mengalir bersama dengan tinja yang cair atau
setengah terbentuk. Penyebab yang umum dari disentri termasuk infeksi
oleh bakteri seperti Salmonella dan parasit seperti Entameba histolytica.21
Diare juga dapat disebabkan oleh racun yang terdapat makanan, baik racun
yang sudah terbentuk sebelumnya atau dilepaskan oleh mikroba di dalam
usus. Contoh klasiknya adalah Kolera, Salmonella, dan enterotoksigenik
E. coli. Diare biasanya berlangsung sampai mikroorganisme infektif
berhenti mengeluarkan toksin atau seluruh toksin yang sudah terbentuk
sebelumnya terikat pada enterosit atau diekskresikan dalam feses. Menelan
racun yang terbentuk sebelumnya adalah penyebab utama wabah diare
terkait makanan, biasanya timbul dari satu sumber seperti peternakan atau
pabrik pengolahan daging. Traveler diarrhea atau diare pelancong adalah
kondisi diare yang umum dialami oleh pelancong dari daerah maju di
dunia yang mengunjungi lingkungan atau negara yang kurang higienis.
Penyebab paling umum dari diare pelancong adalah strain E. coli, tetapi
dapat juga disebabkan oleh patogen umum lainnya seperti Rotavirus,
Salmonella, dan Shigella. Biasanya diare ini bersifat self-limited tetapi
masih perlu memperhatikan hidrasinya, terutama dalam kondisi panas dan
lembab.21
2.1.2.4.2 Noninfeksi
Diare yang tidak terjadi akibat infeksi umumnya kronis. Penyebab
noninfeksi dari diare meliputi sindroma malabsorpsi, penyakit
inflamatorik, kelainan kongenital, penggunaan obat/zat tertentu, dan
kondisi neurohormonal.21
1. Sindroma malabsorpsi
Sindroma malabsorpsi yang terkait dengan diare biasanya melibatkan
malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat adalah
8
salah satu yang paling sering ditemui. Malabsorpsi laktosa atau yang
lebih sering dikenal sebagai intoleransi laktosa pada anak-anak yang
lebih muda biasanya merupakan kondisi sementara. Kondisi ini terjadi
akibat kurangnya aktivitas laktase akibat cedera mukosa usus setelah
mengalami infeksi gastrointestinal. Gula yang tidak terserap mencapai
usus besar sehingga ia difermentasi oleh bakteri luminal dan
menghasilkan SCFA serta beberapa jenis gas. Hal ini menyebabkan
diare osmotik dan gas yang berlebihan serta kram perut. Diare
malabsorpsi karbohidrat pada balita juga dapat terjadi karena asupan
fruktosa/sorbitol yang berlebihan dalam bentuk jus buah. Malabsorpsi
lemak dapat dilihat pada kondisi cholestatic (misalnya atresia bilier).
Tidak adanya cairan empedu menyebabkan gangguan pada
emulsifikasi lemak yang mengakibatkan berkurangnya absorbsi lemak
dalam usus. Insufisiensi pankreas eksokrin (misalnya akibat cystic
fibrosis) mengakibatkan defisiensi enzim lipase yang penting untuk
pemecahan dan absorpsi lemak dalam usus.21
2. Penyakit inflamatorik
Kondisi peradangan usus yang paling terkenal adalah penyakit Crohn
dan kolitis ulseratif. Gangguan usus inflamasi berhubungan dengan
kondisi imunologis seperti hepatitis autoimun dan kolangitis sklerosis
primer, penyakit penyimpanan glikogen tipe 1b, dan sindrom Wiskott-
Aldrich. Pada diare inflamasi, tinja umumnya kecil volumenya tetapi
bisa disertai darah, lendir, dan kram perut. Selain itu, frekuensi buang
air besar meningkat karena peradangan usus/kolon dan iritasi dubur.
Kondisi seperti irritable bowel syndrome juga dapat mengakibatkan
campuran dari peningkatan sekresi, penurunan absorpsi, dan
peningkatan motilitas usus sehingga terjadi diare.21
3. Kelainan kongenital
Beberapa kondisi seperti kelainan struktur dan fungsi usus kongenital
dapat menyebabkan diare kronis. Kelainan struktur mukosa usus
seperti atrofi vili (tufting enteropathy) dan kerusakan brush border
dari epitel mukosa usus (misalnya microvillous inclusion disease).
9
Kelainan protein exchanger ion (misalnya congenital sodium diarrhea
dan congenital chloride diarrhea), defisiensi enzim penting untuk
absorpsi (misalnya defisiensi laktase kongenital).21
4. Penggunaan obat/zat
Beberapa obat-obatan diketahui dapat mempengaruhi sekresi maupun
motilitas usus yang menginduksi diare. Salah satu obat yang paling
sering mengakibatkan diare adalah antibiotik. Eritromisin dapat
mempengaruhi reseptor motilin di saluran pencernaan dan
menyebabkan diare. Antibiotik lain yang termasuk dalam spektrum
luas dapat menyebabkan diare dengan mengubah mikrobiota usus.
Obat pencahar seperti laktulosa juga menyebabkan diare dengan cara
yang tergantung pada dosis. Pemberian magnesium oral juga dapat
menyebabkan diare.21
5. Neurohormonal
Jumlah neurohormon yang bersirkulasi dalam darah secara berlebihan
dapat menyebabkan diare dengan meningkatkan komponen sekretori
enterosit atau dengan meningkatkan motilitas usus. Contohnya adalah
diare yang terkait dengan hipertiroid dan overstimulasi otonom yang
terjadi saat menghadapi stress seperti saat ujian.21
10
dalam keluarga Reoviridae dan diklasifikasikan berdasarkan serogrup (A, B, C, D,
E, F, dan G) dan subkelompok (I atau II). Infeksi dilaporkan pada serogroup A-C,
sementara serogrup tidak menginfeksi manusia.21,27
11
50-60% kasus. Muntah dan demam biasanya mereda selama hari kedua penyakit,
tetapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Feses yang dihasilkan biasanya tanpa
darah atau leukosit. Dehidrasi dapat berkembang dengan cepat, terutama pada
bayi. Penyakit paling parah biasanya terjadi pada anak-anak usia 4-36 bulan.
Anak dengan malnutrisi dan anak dengan penyakit usus sebelumnya, seperti
sindrom usus pendek, sangat mungkin mengalami diare Rotavirus yang berat.
Meskipun sebagian besar neonatus yang terinfeksi Rotavirus asimtomatik,
beberapa wabah enterokolitis nekrotikans telah dikaitkan dengan munculnya jenis
Rotavirus baru.29
2.2.2 Norovirus
Norovirus atau yang sering dikenal sebagai Norwalk virus adalah virus
RNA single strand positive, tak berenvelop, berbentuk bulat kecil. Norovirus
berada dalam keluarga Calciviridae. Virus Norwalk memiliki masa inkubasi
singkat (12 jam). Muntah dan mual cenderung mendominasi dan durasinya
singkat. Gejala biasanya 1-3 hari. Norovirus adalah penyebab utama
gastroenteritis akut epidemi, terutama di sekolah, kamp, pangkalan militer,
penjara, dan lingkungan tertutup lainnya seperti kapal pesiar. Gambaran klinis dan
epidemiologis virus Norwalk sering sangat mirip dengan yang disebut keracunan
makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus.29
2.2.4 Adenovirus
Adenovirus adalah virus DNA double-stranded, tak berenvelop, dengan
protein kapsid ikosahedral. Terdapat lebih dari 50 serotipe yang dikelompokkan
12
menjadi 8 spesies, hanya serotipe 40 dan 41 yang menyebabkan gastroenteritis.
Adenovirus enterik adalah penyebab umum gastroenteritis pada bayi dan anak.
Enteritis adenovirus cenderung menyebabkan diare dengan durasi lebih lama,
seringkali 10-14 hari.21
13
Gambar 2.3. Tumpang Tindih antara Klinis Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa 31
14
makanan pendamping selama 1 tahun atau lebih, tergantung keinginan ibu dan
bayi. Keberhasilan inisiasi dan kelanjutan menyusui tergantung pada beberapa
faktor, seperti pendidikan tentang menyusui, praktik dan kebijakan menyusui di
rumah sakit, perawatan tindak lanjut rutin dan tepat waktu, dan dukungan
keluarga dan masyarakat.32
Kandungan Fungsi
Growth factor
Enzim
acetylhydrolase
15
Sebagian besar ibu mempunyai kemampuan untuk memberikan ASI dengan
sukses selama enam bulan pertama setelah melahirkan dan untuk melanjutkannya
kemudian. Sebagian kecil ibu juga tidak dapat memberikan ASI atau mengalami
kesulitan dalam memulai dan mempertahankan laktasi dan membutuhkan
dukungan serta saran atau informasi dari tenaga kesehatan. Kondisi ibu yang
terinfeksi HIV tidak dibenarkan dalam pemberian ASI dikarenakan akan beresiko
menularkan virus ke bayi. Ibu yang terkena tuberkulosis (TB) dan sedang dalam
pengobatan, boleh menyusui karena konsentrasi obat-obatan dalam ASI sangat
kecil untuk bersifat toksik. Skrining terhadap TB harus dilakukan pada mereka
yang beresiko (baru terpapar penderita TB, atau HIV positif. Ibu yang terinfeksi
varicella zoster dan herpes zoster dengan lesi aktif tidak boleh kontak langsung
dengan bayi dikarenakan dapat beresiko menular kepada bayi. Ibu yang menjalani
pengobatan kemoterapi tidak dianjurkan memberikan ASI kepada bayi
dikarenakan efek obat dari kemoterapi yang bisa terserap melalui ASI.32
Infeksi varicella zoster Bayi tidak boleh kontak langsung dengan lesi
aktif
Infeksi herpes zoster Bayi tidak boleh kontak langsung dengan lesi
aktif
16
2.3.1 Kandungan ASI
Tahapan dalam rangkaian ASI dalam nomenklatur tradisional adalah
kolostrum, ASI transisi, dan ASI dewasa, dan kandungan relatifnya signifikan
untuk bayi baru lahir dan adaptasi fisiologisnya terhadap kehidupan ekstrauterin.33
2.3.1.1 Kolostrum
Kolostrum adalah sekresi mammae selama dari hari pertama sampai hari
ke tiga atau keempat. Kolostrum merupakan suatu cairan berwarna kuning dengan
konsistensi kental berwarna kuning-kekuningan yang pekat. Terdapat dalam
volume kecil pada hari-hari awal kelahiran, yang menjadikannya makanan ideal
bagi bagi bayi yang baru lahir. Warna kuning pada kolostrum dihasilkan dari β-
karoten. Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning kuningan, lebih
kuning dari ASI mature. Banyak mengandung protein, kadar karbohidrat dan
lemak rendah, dan mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi.
Lebih banyak mengandung antibodi yang dapat memberikan perlindungan pada
bayi sampai umur 6 bulan. Kolostrum memiliki konsentrasi tinggi sIgA dan
laktoferin. Kolostrum juga kaya akan glukosa kompleks dan oligosakarida yang
menambah sifat perlindungan infeksi pada tahap ini. 34
17
Tabel 2.3. Berat dan komposisi ASI dari hari 1 sampai 2834
Hari postpartum
Komponen 1 2 3 4 5 14 28
Laktosa (g/L) 20 25 31 32 33 35 35
Lemak (g/L) 12 15 20 25 24 23 29
Protein (g/L) 32 17 12 11 11 8 9
Protein susu manusia dibagi menjadi fraksi atau kompleks whey dan
kasein, dengan masing-masing terdiri dari susunan protein dan peptida spesifik
yang luar biasa. Protein yang paling banyak adalah kasein, α-laktalbumin,
laktoferin, sekresi imunoglobulin IgA, lisozim, dan albumin serum. Senyawa yang
mengandung nitrogen non-protein, termasuk urea, asam urat, kreatin, kreatinin,
asam amino, dan nukleotida, terdiri dari ~ 25% nitrogen susu manusia.
Kandungan protein susu yang diperoleh dari ibu yang melahirkan prematur secara
signifikan lebih tinggi daripada ibu yang melahirkan pada saat aterm. Kadar
protein menurun dalam ASI selama 4 sampai 6 minggu pertama atau lebih dari
kehidupan terlepas dari waktu persalinan. Konsentrasi protein ASI tidak
dipengaruhi oleh pola makan ibu, tetapi meningkat seiring bertambahnya berat
badan ibu, dan menurun pada ibu yang menghasilkan ASI dalam jumlah lebih
tinggi.35
18
Lemak susu manusia ditandai oleh kandungan asam palmitat dan oleat
yang tinggi. Lemak adalah makronutrien susu yang sangat bervariasi. Hindmilk
adalah periode menyesui yang keluar pada saat akhir sesi memberikan ASI.
Mengandung dua sampai tiga kali konsentrasi lemak susu yang ditemukan dalam
foremilk. foremilk didefinisikan sebagai susu awal dari suatu periode menyusui.
Variasi lain pada kandungan lemak susu adalah waktu produksi atau pemberian
lemak pada ASI yang diberikan pada malam dan pagi hari. Lemak ASI lebih
rendah pada pemberian di malam dan pagi hari dibandingkan dengan pemberian
di siang atau sore hari. Diet pada ibu juga mempengaruhi Profil asam lemak ASI
bervariasi dalam kaitannya dengan diet ibu, khususnya dalam rantai panjang asam
lemak tak jenuh ganda (LCPUFAs).35
19
menghambat pertumbuhan kuman Escherichia coli (E. coli) (suatu jenis kuman
yang sering menyebabkan diare pada bayi) dan Enterobacteriaceae.35
20
Gambar 2.4. Struktur sIgA. 37
21
Gambar 2.5. Perbandingan tingkat rata-rata IgG, IgA, dan IgM dalam kolostrum dan ASI
pada interval yang berbeda setelah timbulnya laktasi pada ibu yang menyusui 38
Sekretori IgA antigen spesifik ditransfer melalui ASI ke bayi secara pasif
bersama imunoglobulin lainnya. Imunoglobulin kemudian melapisi dinding
mukosa saluran pencernaan bayi sehingga dapat mencegah adhesi dan penetrasi
bakteri serta makanan yang dapat memicu inflamasi. Telah diketahui bahwa ASI
dapat menghambat aktivitas enterotoksin E. coli dan V. cholerae pada bayi
mencit. Aktivitas antitoksik ASI tampaknya berkorelasi baik dengan konten IgA
tetapi tidak dengan konten IgM dan IgG. Hasil serupa telah diperoleh dengan
menggunakan sIgA susu murni yang dimurnikan dalam mencegah penyakit yang
disebabkan oleh E. coli dan Shigella dysenteriae pada kelinci.38
22
embriogenesis; (2) mamogenesis, atau pertumbuhan mammae; (3) laktogenesis,
atau inisiasi sekresi ASI; (4) laktasi (laktogenesis tahap III), atau sekresi susu
penuh; dan (5) involusi (tabel 2.7).39
Saat Emberiogenesis terjadi duktus primer dan sekunder pada wanita sudah
terbentuk pada saat masa fetus. Pada saat masa sebelum pubertas terdapat 2
hormon yaitu progesteron dan estrogen. Pengaruh hormon estrogen pada masa
mendekati pubertas dapat membuat pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus,
sementara progesteron akan mempengaruhi pertumbuhan alveoli. Pada saat
pubertas, pertumbuhan pada kelenjar payudara lebih condong kepada salah satu
aspek, yaitu dalam hal membentuk percabangan pada sistem ductus proliferasi
dan kanalisasi dari unit lobuloalveolar. Pada masa pubertas juga terjadi
perkembangan dan pembetukan septum interlobalar dari jaringan penyangga
stroma. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan pertumbuhan pertumbuhan pada
kelenjar duktus, percabangannya beserta lobulus. Perkembangan tersebut
didasarkan kepada pengaruh oleh adanya hormon plasenta dan korpus luteum.
Pada saat 3 bulan masa kehamilan hormon prolaktin dari adenohipofise yang
terletak dalam payudara wanita mulai merangsang kelenjar air susu ibu guna
menghasilkan ASI yang disebut kolostrum. Proses pengeluaran ASI belum bisa
dapat di keluarkan oleh kelenjar dikarenakan terhambat oleh keberadaan hormon
estrogen dan hormon progesteron yang dapat menghambat proses pengeluaran
ASI. Keberadaan hormon prolaktin pada masa kehamilan akan meningkat guna
membentuk kolostrum. Selama siklus menstruasi, kelenjar mammae merespon
pelepasan estrogen dan progesteron secara berurutan dengan hiperplasia sistem
duktus yang berlanjut melalui fase sekretori dan menurun dengan timbulnya
menstruasi. Prolaktin merupakan hormone penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan produksi air susu. Prolaktin dilepaskan kedalam darah dari kelenjar
hipofisis anterior sebagai respon terhadap rangsangan atau pengisapan pada
puting. Konsentrasi prolactin sedikit meningkat selama tahap folikular dari siklus
menstruasi tetapi tetap konstan selama fase sekretori. Sekresi prolaktin tampaknya
disiapkan untuk induksi dan pemeliharaan laktasi.38 Mulainya proses
pembentukan atau produksi ASI disebut laktogenesis, laktogenesis terbagi dalam
3 fase yang terdiri dari laktogenesis 1 sampai dengan 3. Fase laktogenesis 1 dan 2
23
dipicu oleh respon neuroendokrin (interaksi antara sistem saraf dan sistem
endokrin) dapat terjadi ketika ibu sedang menyesui ataupun tidak. Fase
laktogenesis 3 dipicu oleh respon autocrine (atas kemauan sendiri)1 Pada fase
laktogenesis 1 dimulai sekitar minggu ke 16 kehamilan ditandai dengan
diproduksinya kolostrum oleh sel laktosit dibawah kontrol neuroendokrin.
Namun, adanya prolaktin pada fase laktogenesis 1 akan dihambat oleh karena
meningkatnya progesteron dan estrogen yang membuat jumlah ASI ditekan
jumlahnya. Laktogenesis 2 terjadi pada saat 30 – 40 jam setelah melahirkan yang
menandakan permulaan produksi susu, hormon progesteron, estrogen, HPL yang
menurun menyusul dengan pengeluarn plasenta pada saat kelahiran dan hormom
prolaktin yang meningkat akan memicu pengeluaran asi yang lebih banyak. Pada
fase laktogenesis 3 produksi asi mengindikasikan pengaturan autocrine, yaitu
sepenuhnya bergantung kepada skema supply dan demand yang mengatur
produksi air susu.40,41
Tabel 2.5. Tahapan Perkembangan Mammae 39
24
glukokortikoid Stage II: persalinan
25
yaitu interaksi ibu-bayi dan neuroendokrin untuk kontrol laktasi. Hilangnya
sekresi hormon plasenta menyebabkan stimulasi hipotalamus terjadi dari
pelepasan prolaktin hipofisis anterior, serta stimulasi saraf oksitosin hipofisis
posterior. Prolaktin adalah hormon yang dapat di lepaskan ke dalam darah
dikarenakan adanya beberapa faktor yang dapat memicu sekresi prolaktin dari
kelenjear hipofisis anterior. Pengisapan dan perangsangan pada puting susu akan
merangsang ujung saraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik akan
menyebabkan stimulasi pada area reseptor prolaktin yang berada pada dinding sel
laktosit guna mensintesis produksi susu. Pada saat alveoli telah penuh dengan
susu maka dinding akan berubah bentuk dan mengembang, hal ini bertujuan guna
mempengaruhi reseptor prolaktin yang menyebabkan produksi susu menurun dan
sebaliknya. Oksitosin adalah hormon yang berasal dari hipofisis posterior,
oksitosin yang sampai pada alveoli payudara akan dapat mempengaruhi sel
mioepitelium yang akan menyebabkan kontraksi dari sel mioepitelium yang akan
memeras air susu guna menyemburkan air susu yang terdapat pada alveoli untuk
masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya melewait duktus laktiferus untuk
sampai kepada mulut bayi.41
26
tersebut, pelepasan hormon dari hipofisis anterior dan posterior, dan respon
kelenjar mammae terhadap hormon-hormon tersebut. Proses menyusui
memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus.
Beli susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah
kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya
rangsangan menyusui oleh bayi, misalnya bila kekuatan isapan yang berkurang.
Frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui berarti pelepasan
prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang , karena
diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air
susu mulai sejak minggu pertama kelahiran. Inisiasi menyusui dini 38
27
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ASI matur. Faktor pertumbuhan epidermis
mukosa usus ini lebih tinggi pada ASI dibandingkan dengan susu formula.
Beberapa penelitian telah mendapatkan bahwa oligosakarida ASI paling efisien
dalam memodulasi komposisi mikroba di usus bayi karena fungsi prebiotiknya,
terutama pada spesies Bifidobacterium. Bayi yang terus menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan atau lebih tampaknya memiliki risiko infeksi saluran pencernaan
dan pernapasan yang berkurang secara signifikan. Pengamatan sebelumnya telah
menunjukkan penurunan tingkat diare pada bayi yang mendapat ASI, bahkan
dalam menghadapi kontaminasi susu dengan E. coli dan Shigella spp. Kolera juga
jarang terjadi pada masa bayi, terutama di daerah endemik dengan prevalensi
menyusui yang tinggi.41
28
tidak teratasi dan susu (tidak mengalir) yang akhirnya akan menghentikan
penyusuan.41-44
Oligosakarida
Pengetahuan Ibu
29
2.9 Kerangka Konsep
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
𝑍𝑎2 x P x Q
𝑛=
𝑑2
31
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Q = 1-P = 0,72
d = presisi
dari penelusuran literatur didapatkan bahwa proporsi ibu Jakarta sebesar 72,2%.
(P = 0,72)
32
Alat ukur : kuesioner.
Skala ukur: kategorik.
Hasil ukur: Tahu dan tidak tahu.
2. Imunitas pada ASI: ASI mengandung zat-zat kekebalan/anti infeksi yang
membantu menegah terjadinya infeksi dan menstimuli perkembangan
yang memadai dari sistem imunologi.
Alat ukur : kuesioner.
Skala ukur: kategorik.
Hasil ukur: Tahu dan tidak tahu.
3. Diare: Diare pada bayi adalah pengetahuan responden seputar diare yaitu
peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari 3x sehari dengan
konsistensi feses yang lebih lunak berair.
Alat ukur : kuesioner.
Skala ukur: kategorik.
Hasil ukur: Tahu dan tidak tahu.
33
3.9 Alur Penelitian
Meminta Persetujuan
Pengumpulan responden
Subjek Penelitian
Peranan ASI terhadap imunitas
Pengambilan inform
consent Usia
Peranan ASI terhadap Diare
Pengisian Kuesioner
Peranan ASI terhadap imunitas
Pendidikan
Peranan ASI terhadap Diare
Analisis data
Pembuatan Laporan
34
BAB 4
35
usia 21 – 30 tahun (38,0%). Berdasarkan tingkat pendidikan yang
mengetahui mengenai ASI ekslusif mayoritas terdapat pada kelompok
pendidikan SMA / SMK (52%) (tabel 4.2)
Tabel 4.2 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Ekslusif Berdasarkan Usia dan
Pendidikan
Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif
Tahu Tidak Tahu
Usia n % n %
≤ 20 tahun 0 0,0% 1 2,63%
21-30 tahun 19 38,0% 12 31,5%
31-40 tahun 15 30,0% 9 23,6%
> 40 tahun 16 32,0% 16 42,1%
Total 50 100% 38 100%
Pendidikan
SD - SMP 15 30,0% 11 28,9%
SMA / SMK 26 52,0% 17 44,7%
S1 – S2 9 18,0% 10 26,3%
Total 50 100% 38 100%
36
Tabel 4.3 Pengetahuan Responden Mengenai ASI Ekslusif Serta Peranannya Terhadap
Imunitas dan Diare
Pengetahuan ASI
terhadap 11 22,0% 39 78,0% 50 100%
Imunitas
Pengetahuan ASI
7 14,0% 43 86,0% 50 !00%
terhadap Diare
37
BAB 5
PEMBAHASAN
38
pengalaman, keterampilan, serta pola pikir yang lebih maju sehingga lebih mudah
mengetahui serta menganalisis informasi46.
2. Tidak ada pendataan status perkawinan, status menyusui serta usia bayi
sehingga tidak dapat diketahui pengalaman ibu dalam menyusui.
39
40
BAB 6
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti mengenai gambaran tingkat pengetahuan perempuan yang
bekerja di Universitas Tarumanagara mengenai peranan ASI dalam meningkatkan
imunitas terhdap kejadian diare, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
6.2 SARAN
41
Daftar Pustaka
42
9. Boone KM, Geraghty SR, Keim SA. Feeding at the breast and expressed
milk feeding: Associations with otitis media and diarrhea in infants. The
Journal of pediatrics. 2016 Jul 1;174:118-25.
10. Fahriani R, Rohsiswanto R, Hendarto A. Faktor yang memengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan inisiasi
menyusu dini (IMD). Sari Pediatri. 2014; 15(6): 394-402
11. Badan Pusat Statistik. Penduduk menurut umur dan jenis kelamin
[internet]. BPS. 2010. Tersedia dari:
https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=336&wid=0 [diakses
pada 27 Mei 2019]
12. Kementrian Kesehatan Indonesia. Data dan informasi profil kesehatan
Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI;
2018.
13. Schiller LR, Sellin JH. Diarrhea in Sleisenger and Fordtran's
Gastrointestinal and Liver Disease E-Book: Pathophysiology, Diagnosis,
Management, Expert Consult Premium Edition-Enhanced Online Features.
10th ed. New york: Elsevier Health Sciences; 2010; p:221-6.
14. Bishop WP, Ebach DR. The digestive system in Nelson essentials of
pediatrics. 7th ed. New York: Elsevier; 2015. p:424-5.
15. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut dalam Buku ajar gastroenterologi-
hepatologi. Edisi ke-1. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2010. Hal:80.
16. Kotloff KL. Acute gastroenteritis in children in Nelson Textbook of
Pediatric. 21th ed. New york: Elsevier; 2020. p:2021-8
17. Gupta R. Diarrhea in Pediatric gastrointestinal and liver disease. 5th ed.
New york: Elsevier Saunders; 2011.p:10-3.
18. Maqboul A, Liacouras CA. Major symptoms and signs of digestive tract
disorder in Nelson Textbook of Pediatric. 21th ed. New york: Elsevier;
2020. p:1904-5.
19. Guarino A, Ashkenazi S, Gendrel D, Vecchio AL, Shamir R, Szajewska
H. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases evidence-
based guidelines for the management of acute gastroenteritis in children in
43
Europe: update 2014. Journal of pediatric gastroenterology and nutrition.
2014 Juli ;59(1):132-52.
20. Thiagarajah JR, Kamin DS, Acra S, Goldsmith JD, Roland JT, Lencer WI,
Muise AM, Goldenring JR, Avitzur Y, Martín MG. Advances in
evaluation of chronic diarrhea in infants. Gastroenterology. 2018 Jun
1;154(8):2045-59.
21. Santos FS, Santos FC, Santos LH, Leite AM, Mello DF. Breastfeeding and
protection against diarrhea: an integrative review of literature. Einstein
(São Paulo). 2015;13(3):435-40.
22. Grimwood K, Forbes DA. Acute and persistent diarrhea. Pediatric Clinics.
2009 Dec 1;56(6):1343-61.
23. Harvey AR, Cornelissen CR, Fisher BD. Double stranded RNA virus:
reoviridae in Lippincott’s illustrated reviews microbiology. 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.p:323-4.
24. Guarino A, Albano F. Viral diarrhea in Textbook of pediatric
gastroenterology and nutrition. Chicago: CRC Press; 2004.p:127-34.
25. Bass DM. Rotavirus, calcivirus and astrovirus in Nelson Textbook of
Pediatric. 21th ed. New york: Elsevier; 2020. p:1745-7.
26. Seed PC. Escherichia coli in Nelson Textbook of Pediatric. 21th ed. New
york: Elsevier; 2020. p:1511-2.
27. Heine RG, AlRefaee F, Bachina P, De Leon JC, Geng L, Gong S, Madrazo
JA, Ngamphaiboon J, Ong C, Rogacion JM. Lactose intolerance and
gastrointestinal cow’s milk allergy in infants and children–common
misconceptions revisited. World Allergy Organization Journal. 2017
Dec;10(1):41.
28. Parks EP, Shaikhkhalil, Sainath NN, Mitchell JA, Brownell JN, Stallings
VA. Feeding healthy infanct, children, and adolescent in Nelson Textbook
of Pediatric. 21th ed. New york: Elsevier; 2020. p:321-31.
29. Munasir Z, kurniati N. Air susu ibu dan kekebalan tubuh. Departemen
ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia. 2013
august 23. Available from:
44
URL:http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-
kekebalantubuh
30. Lawrence RA, Lawrence RM. Biochemistry of human milk in
Breastfeeding: a guide for the medical profession. 8th ed. New York:
Elsevier; 2016.p:91-102.
31. Ballard O, Morrow AL. Human milk composition: nutrients and bioactive
factors. Pediatric Clinics. 2013 Feb 1;60(1):49-74.
32. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Antibodies and antigen in Cellluler and
moleculer immnuology. 8th ed. New York: Elsevier; 2015.p:88-95.
33. Burmester GD, Pezzutto A. B-lymphocyte development and differentiation
in Color atlas of immunology. New York: Thieme Stuttgart; 2003.p:26-30.
34. Kim JH, Bode L, Ogra PL. Human milk in Remington and Klein's
Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant. 8th ed. New York:
Elsevier; 2015.p:189-205
35. Lawrence RA, Lawrence RM. Physiology of lactation in Breastfeeding: a
guide for the medical profession. 8th ed. New York: Elsevier; 2016.p:56-
70.
36. Reisinger KW, de Vaan L, Kramer BW, Wolfs TG, van Heurn LE, Derikx
JP. Breast-feeding improves gut maturation compared with formula
feeding in preterm babies. Journal of pediatric gastroenterology and
nutrition. 2014;59(6):720-4.
37. Turin CG, Ochoa TJ. The role of maternal breast milk in preventing
infantile diarrhea in the developing world. Current tropical medicine
reports. 2014;1(2):97-105.
38. Kerr MA. The structure and function of human IgA. Biochemical journal.
1990 Oct 15;271(2):285.
39. Besar DS, Eveline TN. Air Susu Ibu dan Hak Bayi. Dalam: Bedah ASI.
Jakarta: IDAI; 2008.
40. Walter L, Peter K, Hurley H. Perspectives on immunoglobulin in
colostrum and milk. Aarhus University. 2011. Tersedia dari: URL:
http://www.mdpi.com/2072-6643/3/4/442/htm [Diakses pada 19 Februari
2016]
45
41. Pollard P, Maria M. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Diterjemahkan oleh: E.
Elly Wiriawan. Jakarta: EGC. 2015.
42. Lestari, D, Zuraida R, Larasati TA. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Kelurahan Fajar Bulan. 2013. Tersedia dari:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/66. [Diakses
pada 19 Februari 2016]
43. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
44. Widianto S, Aviyanti D, Tyas M. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan
Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian ASI
Eksklusif [disertasi]. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 2012:1(26).
45. Prabhasari TS, Rahmah R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ibu Hamil Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul
Yogyakarta. Jurnal Mutiara Medika. 2011;11(1): p46-54.
46. Al-Abedi, N.F.H. & Al-Asadi, K.M.N. Assessment of Mother's
Knowledge toward Breastfeeding at AL-Najaf City. International Journal
of Scientific and Research Publications. 2016.
47. Ekambaram M, Bhat VB, Ahamed MA. Knowledge, attitude and practice
of breastfeeding among postnatal mothers. Curr Pediatr Res.
2010;14(2):119-24.
46
Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data
47
Nama : ____________________________________________________
Usia : ____________________________________________________
Alamat : ____________________________________________________
Pekerjaan :____________________________________________________
Menyatakan telah mendapatkan keterangan sepenuhnya dari penelitian ini, maka saya
bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, serta bersedia memberikan semua informasi dan mengikuti instruksi
yang diperlukan selama penelitian ini dengan catatan bila sewaktu-waktu saya merasa
dirugikan dalam bentuk apapun, saya dapat mengundurkan diri dan membatalkan
persetujuan ini.
Peneliti,
Jakarta,_______________
LEMBAR KUESIONER
48
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Perempuan Yang Bekerja Di
Universitas Tarumanagara Mengenai Peranan ASI Eksklusif
Dalam Meningkatkan Imunitas Terhadap Kejadian Diare”
49
c. ASI tidak mempunyai banyak manfaat dan dapat diganti dengan susu
formula.
d. ASI kurang mengenyangkan bayi sehingga harus ditambah dengan susu
formula.
6. Menurut ibu, apakah ASI dapat melindungi bayi dari suatu penyakit ?
a. Ya.
b. Tidak.
7. Bila jawaban ya, apakah alasannya?
a. Terdapat zat- zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
b. Bayi tidak mengalami kekurangan gizi.
c. Bayi tidak kelaparan.
d. Semua jawaban benar.
8. Apakah ibu memberikan ASI yang keluar pada hari pertama bayi lahir yang
biasanya berwarna kekuning – kuningan?
a. Ya.
b. Tidak.
9. Bila jawaban tidak, apakah alasannya?
a. Dianggap susu basi.
b. Tidak baik buat bayi.
c. Terlalu sedikit.
d. Tidak tahu bahwa ASI tersebut sangat baik untuk bayi.
10. Menurut ibu apakah manfaat dari memberikan air susu yang pertama kali keluar
setelah melahirkan?
a. Meningkatkan sistem kekebalan bayi (karena tinggi kandungan
proteinnya) sehingga anak jarang sakit.
b. Membuat bayi cepat kenyang.
c. Memberikan nutrisi yang cukup.
d. Tidak tahu.
11. Apa yang dimaksud dengan diare?
a. Diare merupakan buang air besar lebih 3 kali per hari disertai perubahan
konsistensi feses menjadi cair dengan atau tanpa disertai lendir dan darah
dengan jumlah feses yang dikeluarkan >10 mg/kgBB/24 jam.
b. Diare merupakan kondisi terjadinya peningkatan buang air besar lebih
dari 3 kali perhari tanpa di sertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair.
50
c. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 1-3 kali perhari disertai
perubahan konsistensi feses menjadi cair dengan jumlah feses yang di
keluarkan >10mg/kg/BB.
d. Diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari
disertai perubahan konsistensi feses menjadi cair dengan jumlah <
10mg/kgBB/24 jam.
12. Menurut ibu, apa yang menjadi penyebab diare?
(Anda dapat memilih lebih dari satu jawaban)
a. Kolostrum.
b. Kuman.
c. Tangan yang kotor.
d. Pemberian ASI yang berkepanjangan.
13. Apakah pemberian ASI dapat menyebabkan diare?
a. Ya.
b. Tidak.
14. Berdasarkan pengalaman ibu, apakah anak ibu saat pemberian ASI mengalami
diare?
a. Ya.
b. Tidak.
15. Menurut ibu apakah ASI dapat mencegah terjadinya diare?
a. Ya .
b. Tidak.
16. Menurut ibu apakah ASI dapat menyembuhkan penyakit diare ?
a. Ya .
b. Tidak.
17. Menurut ibu apakah ASI dapat memperberat penyakit diare?
a. Ya .
b. Tidak.
51
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup
A. Data Pribadi
2. NIM : 405140194
5. Agama : Islam
9. Telp/Hp : 081703278434
10. Email :
B. Data Pendidikan
52
2. 2002 – 2008 : SD Hikmah 1 Yapis Jayapura
53