SKRIPSI
Disusun oleh :
Nurul Alfisyahrin Nur
1910104018
SKRIPSI
Disusun oleh :
Nurul Alfisyahrin Nur
1910104018
SKRIPSI
Disusun oleh :
Nurul Alfisyahrin Nur
1910104018
Oleh :
II
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun oleh :
Nurul Alfisyahrin Nur
1910104018
Pada Tanggal
.....................
Dewan Penguji :
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
III
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
program perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak
terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini atau disebutkan dalam daftar
pustaka.
Materai
Rp.6000
IV
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN STUNTING 1
Nurul Alfisyahrin Nur2, Enny Fitriahadi 3, Retno Mawarti4
ABSTRAK
1
Judul
2
Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Pembimbing Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta
4
Dosen Penguji Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta
V
HISTORICAL RELATIONSHIP OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING WITH STUNTING EVENTS 1
ABSTRACT
Stunting is a condition in which infants have a long or high body
less when compared with age. There are many factors such as socio-
economic conditions, maternal nutrition during pregnancy, illness in
infants, and lack of nutritional intake in infants. In Indonesia, based on
data from basic health research, the proportion of stunting due to
chronic malnutrition decreased from 37.2% in 2013 to 30.8% in 2018.
Meanwhile, the prevalence of stunting in DIY in 2017 was 13.86% and
this figure decreased from 2018 which was 12.37%. The aim of this
study was to determine the relationship between the history of exclusive
breastfeeding and the incidence of stunting. This study uses a literature
review method. The population in this study were all mothers who have
children under five. Literature review using journals related to the
relationship of history of exclusive breastfeeding with the incidence of
stunting in the last 10 years. Results of research literature review shows
that there is a relationship between the provision of breastfeeding
exclusively with the incidence of stunting in children under five.
Midwives expected to be able to provide information or counseling to
mothers infants associated with the provision of breastfeeding
exclusively the good and right in toddlers through Posyandu or
activities of others as an effort of prevention and reduction of stunting.
Said Key : ASI Exclusive, Stunting
List of References : 10 Books (2010-2016), 21 Journals (2010-
2020),
2 Thesis (2016), 13 Online Articles (2013-
2019)
Number of Pages : xii Front page, 81 Pages, 3 Tables, 1 Image, 3
Attachments
1
Thesis Title
2
Student of Midwifery Diplome, Faculty Of Health Science,
Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of the University ‗Aisyiyah Yogyakarta
4
Examiner of the University ‗Aisyiyah Yogyakarta
VI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
VII
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
VIII
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian …………………...………………………....….…10
Tabel 2.1 Indeks Antropometri ……………….…………………………...…..…25
Tabel 4.1 Analisis Literature Review.....................................................................45
IX
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ............................................................................38
X
DAFTAR LAMPIRAN
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita Stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Dampaknya sangat luas, mulai
dari dimensi ekonomi, kecerdasan, kualitas, dan dimensi bangsa yang berefek
fisik, mudah terserang penyakit menular dan tidak menular serta rendahnya
(Lamid, 2015)
anak pendek adalah dari faktor genetik atau keturunan. Walaupun stunting
dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun presentasinya hanya sedikit yaitu 5%,
selebihnya karena faktor asupan gizi, pola asuh dan kondisi sanitasi
lingkungannya. Saat masa kehamilan asupan gizinya harus terjamin, bayi harus
2
di beri ASI ekslusif sampai anak usia dua tahun, pola asuh anaknya pun harus
serta lingkungan rumah tangga dan keluarga (faktor ibu dan lingkungan rumah).
Faktor ibu berupa gizi buruk selama prekonsepsi, kehamilan dan menyusui, ibu
pendek, infeksi, hamil saat remaja, kesehatan mental, Intra Uterine Growth
sanitasi dan sarana air bersih tidak memadai dan rendahnya pengetahuan gizi
Terdapat 171 juta anak balita (23,8%), atau di seluruh dunia satu dari
empat anak balita di bawah usia lima tahun mengalami pertumbuhan tehambat
besar Negara di dunia dengan prevalensi stunting yang tinggi, dan prevalensi
prevalensi jumlah balita pendek dan sangat pendek yaitu (30,8 %) jika di
2
3
menunjukkan penurunan yang signifikan. Artinya, masih ada sekitar delapan juta
anak di Indonesia atau satu dari tiga anak di Indonesia mengalami pertumbuhan
yang tidak maksimal. Berdasarkan profil kesehatan DIY pada tahun 2017
data Prevalensi di Kabupaten Sleman status gizi balita pendek dan sangat pendek
pada tahun 2017 mengalami kenaikan 0,18% jika dibanding tahun 2016 yaitu
dari 11,81% menjadi 11,99%. Tiga Puskesmas tertinggi yang ada di Kabupaten
dengan gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah lahir
dua sampai tiga tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh tersebut berakibat
dalam tubuh (Lamid, 2015). Waktu yang paling kritis dalam perkembangan anak
adalah 1.000 hari pertama yang dimulai sejak konsepsi untuk persiapan
potensi mereka. Masa janin sampai usia dua tahun saat ini juga disebut sebagai
periode kritis atau periode sensitif. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang
3
4
periode tersebut terjadi gangguan pertumbuhan yang cukup serius pada anak.
Stunting pada anak juga merupakan hasil jangka panjang konsumsi yang
penyakit infeksi, dan masalah lingkungan. Selain disebabkan oleh gizi buruk,
faktor risiko lain penyebab stunting menurut WHO ialah kejadian BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah), riwayat pemberian ASI eksklusif dan praktik higiene.
Stunting ini merupakan keadaan tidak normal tubuh yang disebabkan oleh lebih
dari satu faktor (multifaktor), yang berarti dibutuhkan satu faktor utama dan
faktor-faktor penyebab lainnya untuk sampai terjadi stunting. (Pusat Data dan
inisiasi menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ASI eksklusif
selama enam bulan pertama, dan terus menyusui selam dua tahun dengan
makanan pendamping yang dimulai pada bulan keenam (Nadhiroh, Siti Rahayu,
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan
4
5
energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus
digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir, serta
berbagai zat anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopik. Zat-zat anti infeksi
spesifik pada umumnya memerlukan kerjasama dengan zat non spesifik untuk
menyingkirkan kuman atau virus dari tubuh (Solihin, 2005). (Proverawati, A &
untuk perkembangan mukosa usus. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi
Percepatan Perbaikan Gizi dengan fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan.
memenuhi kebutuhan dasar ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun.
Ekslusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan,
tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
5
6
yang diberikan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak prasekolah. Bidan
tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah (Veneziano, 2017)
panjang badan 1 mm /bulan pada bayi umur 9 – 12 bulan yang mendapat ASI
eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI saja selama 3
bulan . Menurut penelitian Hendra (2013), bayi yang tidak diberi ASI eksklusif
beresiko 4 kali lebih besar mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang
pengaruh signifikan terhadap kejadian stunting pada bayi yang tidak ASI
Menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi lagi kebutuhan gizi yang terus berkembang. Oleh karena itu perlu
harus disesuaikan dengan perkembangan sistem alat pencernaan bayi, mulai dari
makanan bertekstur cair, kental, semi padat hingga akhirnya makanan padat
(Marimbi, 2010)
Stunting”
6
7
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat di ambil dari latar belakang masalah yaitu Adakah
C. Tujuan
Kejadian Stunting”.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. ASI Eksklusif
Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
bayi. Eksklusif adalah terpisah dari yang lain, atau disebut khusus.
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam
ASI Ekslusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak
formula, jeruk, madu, air, teh, dan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, bubur nasi, biskuit, nasi tim). Sedangkan ASI
1) Kolostrum
terhadap infeksi.
lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah
daripada kolostrum.
3) ASI Matur
14
15
sampai usia 6 bulan. ASI ini bewarna putih kebiru- biruan (seperti
susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu
c. Manfaat ASI
2014)
interaksi dan kontak langsung antara ibu dan bayi. Ibu yang berhasil
ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding) ibu dan bayi
(Maryunani A, 2012).
ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling sesuai untuk
15
16
dalam botol. ASI selalu berada pada suhu yang tepat yaitu mengikuti
suhu tubuh ibu antara 37-39 0C, ASI dapat diberikan secara on
A, 2011)
16
17
atau kemasan yang akan menimbulkan polusi baik dalam bentuk gas,
cair atau padat. Apabila pemberian ASI pada bayi dapat ditingkatkan
konstipasi pada bayi usia 6-12 bulan diberi ASI eksklusif dengan
kejadian konstipasi pada kelompok bayi usia 6-12 bulan yang diberi
Handarsari, E, 2016)
17
18
pengecilan rahim ini lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak
dari cadangan lemak ibu. Ibu yang ingin mengembalikan berat badan
penyediaan ASI untuk bayi usia 4-6 bulan memerlukan energi yang
satu payudara sekitar sampai 7 menit dan ASI dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awlnya bayi akan menyusu
dengan jadwal yang tidak teratur dan akan mempunyai pola tertentu
18
19
a) Pendidikan
Setianingsih, S, 2014).
b) Pengetahuan
19
20
c) Pengalaman Menyusui
pemberian ASI
mulutnya.
20
21
Setianingsih, S, 2014).
Lismidiati, W, 2015)
a) Pendapatan Keluarga
b) Ketersediaan waktu
Setianingsih, S, 2014).
c) Kesehatan Ibu
21
22
a) Dukungan Keluarga
2014)
22
23
2. Stunting
a. Pengertian Stunting
bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi,
2019)
gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak
23
24
pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak
status gizi masa lampau serta erat kaitannya dengan social ekonomi
merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
Fajar, I, 2012)
24
25
3) Pengukuran objektif
terhadap tinggi badan tampak pada saat yang cukup lama. Ukuran
25
26
dengan 2 SD
Anak Umur 0 – 60 Bulan Tinggi >2 SD
Berat Badan menurut Sangat Kurus <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) -3 SD sampai
Kurus
atau dengan < -2 SD
Berat Badan menurut -2 SD sampai
Normal
Tinggi Badan (BB/TB) dengan 2 SD
Anak Umuer 0 – 60
Gemuk >2 SD
Bulan
Sangat Kurus
< -3 SD
-3 SD sampai
Indeks Massa Tubuh Kurus
dengan < -2 SD
menurut Umur (IMT/U)
-2 SD sampai
Anak Umur 0 – 60 Bulan Normal
dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus < -3 SD
menurut Umur (IMT/U) -3 SD sampai
Kurus
Anak Umur 5 -18 Tahun dengan < -2 SD
-2 SD sampai
Normal
dengan 1 SD
>1 SD sampai
Gemuk
dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010)
26
27
ubun
a) Kunjungan ANC
ANC standar.
27
28
dan laju pertumbuhan janin. Oleh karena itu , bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram bisa dikarenakan bayi tersebut lahir
( WHO,2012)
(susu formula, jeruk, madu , air, teh, dan makanan padat seperti
28
29
Apriningrum, N, 2014)
acid) yang tidak hanya sebagai sumber energi tapi juga pentig
29
30
baduta.
30
31
Hal serupa dinyataakan pula oleh Arifin pada tahun 2012 dengan
d) Asupan energi
31
32
tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi
e) Riwayat Imunisasi
32
33
f) Lingkungan/sanitasi
yang diasuh dengan hygiene yang buruk akan berisiko 1,447 kali
33
34
f. Dampak stunting
menjadi dua yang terdiri dari jangka pendek dan jangka panjang.
34
35
tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat
pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak
tangan sebesar 22% Stunting pada usia dua tahun juga memberikan
(Hoddinott, 2013)
Air Susu Ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam
segala hal. Lemak ASI yang mudah di cerna dan diserap oleh bayi,
35
36
sehingga hanya sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak
(Roesli, 2010)
oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini
2010)
stunting dalam jumlah konsusmsi energi, protein, zinc, dan zat besi (p=
0,000), protein (p= 0,042), zinc (p= 0,000), dan zat bezi (p=0,009) serta
ASI non eksklusif dan balita yang memiliki tingkat konsumsi in adekuat,
36
37
memiliki resiko lebih besar untuk stunting (ASI non ekslusif = 16,5 kali,
zinc in adekuat = 7,8 kali, dan zat besi inadekuat = 3,2 kali).
4. Tinjauan Keislaman
stunting pada balita terdapat dalam Surat An-Nisaa’ ayat 9 , yang artinya:
mendatang, sehingga orang tua perlu memberikan pola asuh yang tepat
berkualitas.
37
38
B. KERANGKA TEORI
Pemberian ASI
a. Kunjungan ANC
b. Berat bayi lahir
c. Asupan energi
d. Riwayat imunisasi
e. Lingkungan/sanitasi
38
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber yang
berhubungan pada suatu topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota –
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
1. Tahap Pelaksanaan
kata kunci pengetahuan ibu balita tentang gizi, gizi balita, stunting. Jurnal yang
review ini menggunakan literatur terbitan 10 tahun terakhir yaitu 2010-2020 yang
dapat diakses fulltext dalam format pdf. Kriteria jurnal yang direview adalah
39
40
jurnal berbahasa indonesia atau inggris dengan subyek manusia. Jurnal yang
terpilih untuk review adalah yang didalamnya terdapat tema hubungan riwayat
2. Tahap akhir
‘Aisyiyah Yogyakarta.
40
BAB IV
A. Hasil
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
e-Jurnal Faktor-faktor yang di Kabupaten untuk menggunakan sampel sebanyak Hasil analisis menunjukkan
Pustaka Mempengaruhi Jember di menganalisis analitik 50 responden. bahwa faktor yang
Kesehatan, Kejadian Stunting Puskesmas faktor-faktor observasional Analisis data mempengaruhi terjadinya
vol. 3 (no. pada Anak Balita Patrang dan yang dengan desain menggunakan
stunting pada anak balita
1) Januari di Wilayah Puskesmas mempengaruhi cross-sectional analisis chi-
2015 Pedesaan dan Mangli untuk kejadian Analisis data square, mann yang berada di wilayah
Perkotaan (The perkotaan stunting pada menggunakan whitney dan pedesaan dan perkotaan
Factors Affecting dan anak balita di analisis chi- regresi logistik adalah pendidikan ibu,
Stunting on Puskesmas wilayah square, mann dengan α=0,05. pendapatan keluarga,
Toddlers in Rural Kalisat untuk pedesaan dan whitney dan pengetahuan ibu mengenai
and Urban Areas) / pedesaan perkotaan. regresi logistik gizi, pemberian ASI
Farah Okky dengan α=0,05.
eksklusif, umur pemberian
Aridiyah, Ninna
Rohmawati1, Mury MP-ASI, tingkat kecukupan
Ririanty / 2015 zink dan zat besi, riwayat
penyakit infeksi serta faktor
genetik. Namun, untuk status
pekerjaan ibu, jumlah
46
46
47
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Jurnal Gizi Faktor risiko di pedalaman Mengetahui Penelitian ini Populasinya Kejadian stunting
Dan kejadian stunting Kecamatan faktor risiko merupakan adalah seluruh berhubungan signifi kan
Dietetik pada anak umur 6- Silat Hulu, yang penelitian balita yang ada di dengan pekerjaan ibu, tinggi
Indonesia 36 bulan di Kabupaten berhubungan observasional wilayah
badan ayah, tinggi badan ibu,
Vol. 3, No. Wilayah Kapuas Hulu, dengan kejadian analitik dengan pedalaman
2, Mei Pedalaman Provinsi stunting pada rancangan cross Kecamatan Silat pendapatan, jumlah anggota
2015: 119- Kecamatan Silat Kalimantan anak umur 6-36 sectional. Analisis Hulu Kabupaten rumah tangga, pola asuh, dan
130 Hulu, Kapuas Barat bulan data Kapuas Hulu pemberian ASI eksklusif
Hulu, Kalimantan menggunakan uji Provinsi (p0,05).
Barat / Erni chi-square Kalimantan Barat.
Maywita / 2015 Analisis data
menggunakan uji
chi-square dan
untuk mengetahui
variabel paling
determinan
terhadap stunting
dilakukan analisis
regresi logistik
47
48
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
JKAKJ, Gambaran Riwayat Di Desa untuk Metode yang Populasi adalah Hasil penelitian menunjukkan
Volume 2 Pemberian Asi Arjasa mengetahui digunakan dalam anak stunting usia sebagian besar responden
No. 1, Eksklusif Dengan Kecamatan gambaran penelitian ini 6-24 bulan. berada dalam kategori sangat
Maret 2018 Kejadian Stunting Arjasa riwayat adalah deskriptif Sampel pada
pendek (78,12%), sebagian
Pada Anak Usia 6- Kabupaten pemberian ASI dengan desain penelitian ini
24 Bulan Di Desa Jember eksklusif dengan cross sectional. sebanyak 32 anak besar tidak mendapatkan ASI
Arjasa Kecamatan kejadian Analisis stunting usia 6-24 eksklusif (78, 13%),
Arjasa Kabupaten stunting pada menggunakan uji bulan yang berdasarkan pekerjaan
Jember / Nunik balita usia 6 – chi square diperoleh dengan sebanyak 78,1% orang tua
Hindrawati, 24 bulan di tehnik purposive responden bekerja sebagai
Rusdiarti / 2018 wilayah kerja sampling. buruh, sebagian besar ibu
Puskesmas
responden berusia < 20 tahun
Arjasa.
dengan pendidikan sebagian
besar adalah SMP (68,75%),
asupan energi defisit
(54,15%), asupan Zn sedang
(84,15%), asupan Fe defisit
(51,06%)
48
49
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Dinamika Pengaruh Riwayat di wilayah menganalisis Jenis penelitian Pengambilan Hasil penelitian diketahui
Kesehatan Pemberian Asi kerja hubungan ini menggunakan sampel Balita yang tidak ASI
Jurnal Eksklusif Dengan puskesmas pemberian ASI penelitian survei menggunakan Eksklusif tidak mengalami
Kebidanan Kejadian Stunting Teluk eksklusif dengan analitik. Teknik simple random
Stunting yaitu 8 balita dan
dan Pada Balita Di Tiram kejadian pengumpulan data sampling
Keperawata Wilayah Kerja Banjarmasi stunting pada dalam penelitian Didapatkan 47 tidak ASI Eksklusif
n Vol 10 puskesmas Teluk n balita di ini adalah balita dan mengalami Stunting yaitu 58
No. 1 Juli Tiram Banjarmasin Puskesmas wawancara instrument yang balita. Balita yang ASI
2019 / Dewi Pusparani Teluk Tiram langsung dengan di gunakan adalah Eksklusif tidak mengalami
(ISSN: Sinambela, Putri Kota orang tua balita check list dan stunting yaitu 20 balita dan
2086-3454 Vidiasari D, Nurul Banjarmasin. menggunakan melakukan balita yang di beri ASI
EISSN: Hidayah / 2019 checklist. analisis wawancara
Eksklusif yang mengalami
2549-4058) bivariat langsung dengan
menggunakan uji ibu balita yang stunting ada 2 balita
chi square menjadi sampel menggunakan uji chi square
penelitian. menunjukkan nilai p= 0,00
yang berarti ASI eksklusif
merupakan salah satu faktor
terjadinya stunting pada balita
49
50
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Jurnal Hubungan Status Desa Penelitian ini jenis penelitian Pengambilan Analisis bivariat
Medika Asi Eksklusif Watugajah tujuannya untuk ini merupakan sampel menggunakan uji chi square.
Respati Dengan Kejadian Kabupaten mengetahui penelitian menggunakan Riwayat pemberian ASI
Vol. 14 No Stunting Pada Gunung hubungan status deskriptif teknik purposive eksklusif pada penelitian ini
4 Oktober Batita Usia 24-36 kidul ASI eksklusif korelasioanal sampling dengan mencapai 56,8% atau 25
2019 Bulan Di Desa dengan kejadian yang bersifat jumlah 44 anak, dan mayoritas anak
Watugajah stunting pada kuantitatif dengan responden. pada penelitian ini cenderung
Kabupaten batita usia 24-36 pendekatan cross Instrumen tidak mengalami stunting.
Gunungkidul. / Sri bulan di Desa sectional. Analisis penelitian ini Anak yang mendapatkan ASI
Handayani, Wiwin Watugajah bivariat menggunakan eksklusif cenderung tidak
Noviana Kapota, Kabupaten menggunakan uji kuesioner dan mengalami stunting sejumlah
Eka Gunungkidul chi square microtoise/pita 23 anak (52,3%). Hasil uji chi
Oktavianto/2019 meteran square didapatkan nilai p =
0,000 (nilai p<0,05) dan nilai
r = 0,609
50
51
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Cynthia C, Hubungan Riwayat di RSUD untuk penelitian studi Sampel pada Hasil penelitian menunjukan
Bikin ASI Eksklusif Wangaya mengetahui observasional penelitian ini bahwa 25 anak (39,1%)
Suryawan dengan Kejadian Kota hubungan antara analitik dengan adalah anak mengalami stunting. Riwayat
IW, Stunting pada Anak Denpasar riwayat metode potong berusia 12-59
pemberian ASI ekslusif
Widiasa A. Usia 12-59 Bulan pemberian ASI lintang bulan yang
J. Kdokt di RSUD Wangaya eksklusif dengan menggunakan dirawat di Ruang terdapat pada 27 anak
Meditek. Kota Denpasar kejadian data sekunder dari Kaswari RSUD (42,2%). Hasil analisis
2019; 25 /Cynthia, I Wayan stunting rekam medis. Wangaya. menunjukkan nilai p sebesar
(1) :29-35 Bikin Suryawan , metode sampling Sebanyak 64 0,604 dengan rasio prevalensi
A.A Made Widiasa konsekutif. sampel 1,265. Secara statistik tidak
/ 2019 Analysis data didapatkan dari terdapat hubungan signifikan
statistik dengan Januari hingga
antara ASI eksklusif dan
tipe uji Chi April 2018
Square dengan metode stunting pada anak usia 12-
sampling 59 bulan di RSUD Wangaya
konsekutif. Kota Denpasar
51
52
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
GIZIDO Riwayat Pemberian di Wilayah Tujuan dari Jenis penelitian Populasi dalam Hasil penelitian dengan uji
Volume 11 Asi Ekslusif, Mp- Kerja penelitian ini ini adalah penelitian ini statistik menunjukkan sampel
No.2 Asi Dengan Puskesmas adalah untuk Observasional adalah anak usia dengan kategori pendek yaitu
November Kejadian Stunting Sangkub menentukan menggunakan 24-60 bulan.
78% dan kategori sangat pendek
2019 Pada Anak Usia Kabupaten riwayat desain cross Jumlah sampel
24-60 Bulan Di Bolaang pemberian ASI sectional sebanyak 31 22% sampel yang mendapat ASI
Puskesmas Mongondo eksklusif dan Pengumpulan responden. Data Eksklusif 29,3% dan yang tidak
Sangkub w Utara MP-ASI dengan data diperoleh yang mendapatkan ASI Eksklusif
Kabupaten Bolaang stunting di dari hasil dikumpulkan 70,7% sampel yang mendapat
Mongondow Wilayah Kerja pengukuran adalah data MP-ASI> 6 bulan yaitu 29,3%
Utara / Vera T. Puskesmas tinggi badan identitas diri, dan lain-lain menerima MP-ASI
Harikedua, Sangkub anak hasil pengukuran
<6 bulan adalah 70,7%. Riwayat
Yohanis A. menggunakan tinggi badan, dan
Tomastola, Irza N. microtoise dan data hasil pemberian ASI eksklusif dengan
Ranti dan Aklianto wawancara wawancara Kejadian stunting dengan nilai p =
Kamboa / 2019 menggunakan menggunakan 0,039 dan riwayat MP-ASI
kuesioner. kuisioner dengan Stunting acara dengan
Analisis data nilai p = 0,039. Ada hubungan
menggunakan antara sejarah pemberian ASI
software
Eksklusif dan MP-ASI dengan
statistik dengan
jenis uji Chi terjadinya stunting di RS wilayah
Square kerja Puskesmas Sangkub,
dengan nilai Bolaang Utara Distrik
signifikan (α) =
52
53
0,05. Mongondow.
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Jurnal ASI Eksklusif Wilayah untuk penelitian Pengambilan hasil penelitian menunjukkan
Ilmiah Berhubungan Kerja mengetahui kuantitatif sampel bahwa adanya hubungan
STIKES Dengan Kejadian Puskesmas hubungan korelasi dengan menggunakan pemberian ASI Ekslusif
Kendal Stunting Pada Moyudan pemberian ASI metode case- purposive
dengan kejadian stunting
Volume 10 Balita / Erika Fitria Sleman Eksklusif control. sampling dengan
No 2, Hal Lestari, Luluk dengan kejadian Pengambilan jumlah 70 balita. dibuktikan dengan hasil uji
129 - 136, Khusnul stunting pada sampel Pengumpulan chi Square, dengan pvalue <
April 2020 Dwihestie / 2020 balita di menggunakan data kejadian 0,000 dan nilai koefisien
Wilayah Kerja purposive stunting korelasi sebesar 0,429
Puskesmas sampling. Analisa didapatkan dari
Moyudan data hasil rekapan
Sleman menggunakan uji Puskesmas
chi-square. Moyudan
sedangkan data
pemberian ASI
Eksklusif
menggunakan
kuesioner.
53
54
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
54
55
Judul
Tempat Tujuan Metode Responden dan
Komponen penelitian/penulis/ Hasil penelitian
penelitian penelitian penelitian jumlah sampel
tahun
Health Hubungan di Posyandu untuk menggunakan Populasi Uji statistik yang digunakan adalah
Sciences Pemberian Asi Bangunsari mengetahui corelatif penelitian Chi Square Test.Dari 48 responden
Journal Vol Eksklusif Dengan Desa Wagir hubungan dengan sebanyak 92 didapatkan hasil, sebanyak 42
4 (No 1) Kejadian Stunting Kidul pemberian ASI pendekatan responden,
responden memberikan ASI secara
(2020): 1 3 Pada Balita 1-5 wilayah eksklusif dengan cross sectional. sampel ditentukan
1-142 Tahun / Al kerja kejadian Teknik dengan rumus eksklusif, 41 responden (97.6%) tidak
Ma’idatul Latifah, Puskesmas stunting pada sampling yang Slovin didapatkan mengalami Stunting , 1 diantaranya
Lina Ema Pulung. balita 1-5 tahun digunakan hasil sebanyak 48 (2,4%) mengalami Stunting .
Purwanti, Fillia di Posyandu adalah responden. Sebanyak 6 responden tidak
Icha Sukamto / Bangunsari Purposive Instrumen memberikan ASI secara eksklusif, 5
2020 Desa Wagir Sampling. Uji pengambilan data responden (83,3%) diantaranya
Kidul wilayah statistik yang menggunakan
mengalami Stunting dan 1 responden
kerja Puskesmas digunakan kuesioner dan
Pulung. adalah Chi pengukuran tinggi (16,7%) balita tidak mengalami
Square Test badan dan berat Stunting . Hasil analisis didapatkan
badan balita, hasil p Value 0,000 < 0,05 yang berarti
menggunakan H0 ditolak yang artinya ada hubungan
microtoice dan pemberian Asi eksklusif dengan
timbangan berat kejadian Stunting pada balita 1-5
badan.
tahun. Dari Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kejadian Stunting
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pemberian ASI eksklusif,
pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, dan
55
56
penghasilan keluarga
56
56
B. Pembahasan
ASI Ekslusif dengan kejadian stunting pada balita. Analisis data dilakukan
tumbuh). Weight faltering ini ditandai dengan berat badan bayi turun atau
tidak bertambah, agar tubuh tidak terlalu kurus maka pertumbuhan tinggi
badan yang akan berhenti atau berjalan sangat lambat dan terjadilah stunting.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ni‟mah K & Khadiroh S.R (2015)
4,6 kali lebih besar terkena stunting dibandingkan balita dengan ASI
Eksklusif.
Stunting pada balita. Hal ini dilihat dari ibu yang tidak memberikan ASI
mengalami stunting. Dilihat dari Analisis bivariat yang dilakukan pada jurnal
yang telah di review untuk mencari hubungan riwayat ASI ekslusif dengan
eksklusif pada penelitian ini mencapai 56,8% atau 25 anak, dan mayoritas
56
57
anak pada penelitian ini cenderung tidak mengalami stunting. Anak yang
23 anak (52,3%). Hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,000 (nilai p =
0,000 (nilai p<0,05) dan nilai r = 0,609 maka ada hubungan riwayat
oleh tubuh bayi akan lebih maksimal, terutama dalam fungsi pembentukan
ASI Eksklusif Pada Balita 1-5 tahun di Desa Wagir Kidul, Pulung,
balita umur 1-5 tahun di Posyandu Bangunsari Desa Wagir Kidul, Wilayah
makanan terbaik bayi yang harus diberikan, karena dalam ASI mengandung
semua zat gizi yang bayi butuhkan. Bayi usia 0-6 bulan membutuhukan ASI
formula, karena pada susu formula tidak memiliki komposisi selengkap ASI.
Hal ini menjelaskan bahwa ASI adalah makanan yang tepat dan terbaik
57
58
dapatkan hasil bahwa balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang
menyatakan bahwa stunting lebih banyak ditemukan pada anak yang tidak
dan jumlah terkecil dengan alasan puting masuk ke dalam sebanyak 2 (2.8%)
(Rohmatun, N. 2014)
memiliki risiko 5 kali lebih besar mengalami pertumbuhan yang tidak baik
pada bayi usia 0-6 bulan dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI.
Indrawati (2016) menyatakan bahwa ASI merupakan asupan gizi yang sesuai
58
59
Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup berarti memiliki asupan
pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada anak usia 6-24 bulan di
eksklusif dengan stunting pada balita usia 6-24 bulan. Wardani (2019)
eksklusif dengan kejadian stunting pada bayi 12-36 bulan dengan nilai p-
value sebesar 0,02 (< 0,05). Penelitian Dewi (2015) menunjukkan bahwa ada
nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif adalah ASI yang
(kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya
akan antibodi karena menganndung protein untuk daya tahan tubuh dan
kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat
laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori tinggi
59
60
dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat gizi makanan,
ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
formula. ASI murah, sehat dan mudah meberikannya. ASI mengandung zat
imun yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit dan sesuai
3. Kejadian Stunting
usia balita dalam penelitian terhadap kejadian stunting dimulai dari usia 6-24
adalah salah satu masalah gizi utama yang disebabkan oleh kekurangan gizi
pada anak-anak usia dibawah 5 tahun. Stunting baru nampak setelah anak
Hal ini juga sesuai dengan teori Welassih & Wirjatmadi (2012) bahwa
Anak Usia Bawah Lima Tahun (Balita) merupakan kelompok anak yang
sangat rentan. Gizi sangat berperan pada pertumbuhan anak terutama pada
golongan umur balita 0-59 bulan. Pada masa ini balita membutuhkan asupan
gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak karena balita
umumnya mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam
60
61
proses belajar. Penilaian stunting balita yang digunakan dalam jurnal adalah
atau tinggi badan lebih dari minus dua standar deviasi median standar
50% yaitu dari Cynthia,dkk (2018), Sri Handayani, dkk(2019), Vera T. dkk
(2019), Al Ma’idatul Latifah, dkk (2020). dan ada 5 jurnal yang mengalami
kejadian stunting 50% ke atas yaitu Dewi Pusparani Sinambela, dkk (2019),
Nunik Hindrawati, dkk (2018), Erika Fitria Lestari, dkk (2020), Sr. Anita
Sampe, dd (2020), Farah Okky Aridiyah, dkk (2015). Balita yang mengalami
stunting rata-rata balita yang tidak diberikan ASI eksklusif Ini sesuai dengan
teori Menurut Unicef Framework faktor penyebab stunting pada balita salah
satunya yaitu asupan makanan yang tidak seimbang. Asupan makanan yang
diberikan selama 6 bulan (Wiyogowati, 2012 dalam Fitri, 2018). ASI (Air
Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung zat gizi
yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan dan perkembangan bayi. Bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim, selama 6 bulan
(Mufdlilah, 2017).
61
62
didapatkan 32 balita yang mengalami stunting itu adalah balita yang tidak
diberikan ASI Eksklusif oleh orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa
pada anak. Jika masalah tersebut tidak teratasi dengan baik dan dibiarkan
(pendek). Untuk itu perlu adanya peran serta baik dari tenaga kesehatan,
nutrisi dan zat gizi yang cukup pada anak, serta menjaga pola hidup bersih
dan sehat.
ASI dan susu formula secara bersamaan justru dapat mengakibatkan bayi
lebih rentan terkena penyakit. Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan
cukup berarti cenderung memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat
terutama tinggi badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding
susu pengganti ASI. Pemberian ASI dan susu formula diberikan secara
62
63
susu formula tidak mengandung zat antibodi sebaik kandungan zat antibodi
pada ASI. Status gizi merupakan suatu manifestasi dari keadaan tubuh yang
mencerminkan hasil dari setiap makanan yang dikonsumsi. Pada penelitin ini
status gizi dengan indeks TB/U. Stunting menjadi salah satu indikator utama
anggota keluarga, pemberian ASI eksklusif, berat badan lahir rendah, asupan
gizi, tinggi badan ibu, MP-ASI dan riwayat penyakit infeksi. Sebagian besar
ASI.
stunting ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor langsung dan tidak
pemberian ASI Eksludif dengan kejadian Stunting. Selain itu, tahun terbit dari
63
64
setiap jurnal berbeda-beda dan hanya menganalisis dari hasil karya orang lain
64
65
BAB V
A. Kesimpulan
Hindrawati, dkk (2018), Cynthia, dkk (2018), Erika Fitria Lestari, dkk (2020), Sr.
Anita Sampe, dkk (2020), Al Ma’idatul Latifah, dkk (2020), Farah Okky
Aridiyah, dkk (2015), Vera T. Harikedua, dkk (2019), Siti Wahdah, dkk (2015),
Sri Handayani, dkk (2019). dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
B. Saran
1. Ibu Balita
memahami tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada balita yang baik
balita terkait dengan pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar pada balita
melalui posyandu atau kegiatan yang lain sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan stunting.
stunting.
65
66
bahan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga dapat digunakan
66
DAFTAR PUSTAKA
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryunani A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: Trans info media.
Maschinen, B. (2019). No Covariance structure analysis on health-related indexes in
the elderly at home with a focus on subjective health.
Mustika, W, & Syamsul, D. . (2018). Analisis Permasalahan Status Gizi Kurang
Pada Baliata di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simeuleu. Jurnal
Kesehatan Global.
Nadhiroh, Siti Rahayu, & Ni’mah, K. (2010). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting. Media Gizi Indonesia,
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3117/2264.
Nasional, K. P., & UNICEF. (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di
Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
dan United Nations Children’s Fund, pp. 1–105,
https://www.unicef.org/indonesia/id/SDG_Baseline_report.pdf.
Oktaviana, H. (2016). Hubungan pengetahuan gizi dan perilaku higiene sanitasi
terhadap kejadian stunted pada balita usia 7-24 bulan di desa hargorejo kulon
progo naskah publikas. Fakultas Ilmu Kesehatan universitas Muhammadiyah
Surakarta, p. 3.
Oliver, J. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–169, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Prendergast, A. J, & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing
countries. Paediatrics and International Child Health, 34(4), pp. 250–265,
doi: 10.1179/2046905514Y.0000000158.
Proverawati, A, & Wati, E. (2011). Ilmu Gizi Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Yuha Medika.
Rahayu, S, & Apriningrum, N. (2014). Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Pemberian Asi Ekslusif Pada Karyawat. Jurnal Ilmiah Solusi, 1(1), pp. 55–
63.
RI, P. D. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan, 53(9), pp. 1689–1699, doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Roesli, U. (2010). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: in Trubus Agriwidya.
Satriawan, E. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024
(National Strategy for Accelerating Stunting Prevention 2018-2024). Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat
Wakil Presiden Republik Indonesia (November), pp. 1–32,
http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis 2018/Sesi
1_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf.
Sinambela, D. P., Darsono, P. V., & Hidayah, N. (2019). Pengaruh Riwayat
Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah
Kerja PUSKESMAS Teluk Tiram Banjarmasin. Dinamika Kesehatan: Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 102-111.
SJMJ, S. A. S., Toban, R. C., & Madi, M. A. (2020). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 11(1), 448-455.
Sholihah, I. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asidalam
satu jam pertama setelah lahir di kabupaten garut provinsi jawa barat. Media
Litbang Kesehatan, XX, pp. 79–90,
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/786/874.
Sleman, D. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2018.
Solihin, P. (2005). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Supariasa, I Dewa Nyoman, Bakri, B., & Fajar, I. (2012). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Edited by EGC.
Ulul Azmy, & Luki Mundiastuti. (2018). Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting
dan Non-Stunting di Kabupaten Bangkalan. Amerta Nutrition, 2(3), pp. 292–
298, doi: 10.20473/amnt.v2.i3.2018.292-298.
Veneziano, R. (2017). Innovative Approaches to Quality Assurance in Health Care
No Title. Bulletin of Roszdravnadzor, 6, pp. 5-9.
Wiji, R. N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Edited by Nuha
Medika.
LAMPIRAN
Lampiran 1
TIME SCHEDULE PENYUSUNAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GODEAN I DI KABUATEN SLEMAN
Kegiatan November Desember Januari Februari Maret Apri Mei Juni Juli 2020
2019 2019 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul
Studi
pendahuluan
Penyusunan
BAB I, II, III
Seminar
Proposal
Revisi Proposal
Ethical
Clearance
Pelaksanaan
penelitian
Penyusunan
BAB IV, V
Ujian skripsi
Revisi skripsi
Penyerahan
Skripsi
Lampiran 2
KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR
23 Januari
4 Acc Ujian Proposal ACC
2020
06 Agustus
8 Konsultasi literatur review BAB 1-V OK
2020
13 Agustus
9 Konsultasi literatur review BAB 1-V OK
2020
13 Agustus
11 ACC Ujian Skripsi ACC
2020
Lampiran 3
Jurnal
Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 4 Oktober 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)
The relationship of exclusive asi status with the stunting events in ages 24-36 months in the
watugajah village, gunungkidul district
1
STIKes Yogyakarta, 2STIKes Surya Global Yogyakarta
*Email: wiwinnovianakapota@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: Pada masa balita, masalah stunting dapat menjadi masalah yang fatal jika tidak
diatasi dengan baik. Dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah stunting yaitu gangguan
metabolisme, menurunnya kekebalan tubuh, menurunnya kemampuan kognitif, gangguan
pertumbuhan fisik, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif. Status ASI eksklusif menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi prevalensi stunting karena nutrisi yang terkandung dalam ASI
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan masa tumbuh kembang anak. Tujuan :
Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui hubungan status ASI eksklusif dengan kejadian stunting
pada batita usia 24-36 bulan di Desa Watugajah Kabupaten Gunungkidul. Metode : jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif korelasioanal yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 44
responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan microtoise/pita meteran. Hasil :
Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Riwayat pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini
mencapai 56,8% atau 25 anak, dan mayoritas anak pada penelitian ini cenderung tidak mengalami
stunting. Anak yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung tidak mengalami stunting sejumlah 23
anak (52,3%). Hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,000 (nilai p<0,05) dan nilai r = 0,609.
Kesimpulan : ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada batita usia 24-
36 bulan di Desa Watugajah, Kabupaten Gunungkidul.
Abstract
Background: In infancy, the problem of stunting can be a serious problem if it’s not treated properly. Impacts
that can be caused by stunting problems are metabolic disorders, decreased immunity, decreased cognitive
abilities, impaired physical growth, and uncompetitive quality of work. Exclusive breastfeeding is one of the
factors that can influence the prevalence of stunting because the nutrients contained in breast milk are one of
the important factors that determine the period of development of children. Objective: This study aims to
determine the relationship of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in toddlers aged 24-36
months in Watugajah Village, Gunungkidul Regency. Methods: This type of research is a descriptive
correlational study that is quantitative with a cross sectional approach. Sampling using a purposive sampling
technique with a total of 44 respondents. This research instrument uses a questionnaire and microtoise/tape
measure. . Results: Bivariate analysis using the chi square test. The history of exclusive breastfeeding in this
study reached 56.8% or 25 children, and the majority of children in this study tended not to experience stunting.
Children who get exclusive breastfeeding tend to experience stunting of 23 children (52.3%). The results of the
chi square test obtained a value of p = 0,000 (p value <0.05) and r value = 0.609. Conclusion: The conclusion
is that there is a relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in toddlers aged
24-36 months in Watugajah Village, Gunungkidul Regency.
287
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli 2019 (ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058)
url: http://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id DOI : https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1
Pengaruh riwayat pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di
wilayah kerja PUSKESMAS teluk tiram Banjarmasin
Pengaruh Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita
Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Teluk Tiram
Banjarmasin
DOI: https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.435
ABSTRAK
Latar Belakang: Kejadian stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemberian ASI
yang kurang dari 6 bulan dapat meningkatkan risiko kejadian stunting. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin penderita stunting pada tahun 2017 yaitu 12,60%, tertinggi adalah di wilayah kerja puskesmas
Teluk Tiram Banjarmasin yaitu 1,43 %.
Tujuan: menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas
Teluk Tiram Kota Banjarmasin.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah wawancara langsung dengan orang tua balita menggunakan checklist. Data hasil
penelitian dianalisis bivariat menggunakan uji chi square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas yaitu pemberian ASI eksklusif dengan variabel terkait yaitu kejadian stunting. dengan tingkat
kemaknaan p < 0,05.
Hasil: Hasil penelitian diketahui Balita yang tidak ASI Eksklusif tidak mengalami Stunting yaitu 8 balita dan
tidak ASI Eksklusif mengalami Stunting yaitu 58 balita. Balita yang ASI Eksklusif tidak mengalami stunting
yaitu 20 balita dan balita yang di beri ASI Eksklusif yang mengalami stunting ada 2 balita menggunakan uji
chi square menunjukkan nilai p= 0,00 yang berarti ASI eksklusif merupakan salah satu faktor terjadinya
stunting pada balita.
Simpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada
balita
102
Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24
Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Abstrak
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua standar
deviasi (-2 SD) atau dibawah rata-rata standar yang ada. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya akibat gangguan pertumbuhan dalam kandungan, kurang asupan gizi
mikro, intake energi yang kurang dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 6 – 24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Arjasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross
sectional. Populasi adalah anak stunting usia 6-24 bulan. Sampel pada penelitian ini sebanyak 32 anak
stunting usia 6-24 bulan yang diperoleh dengan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden berada dalam kategori sangat pendek (78,12%), sebagian besar
tidak mendapatkan ASI eksklusif (78, 13%), berdasarkan pekerjaan sebanyak 78,1% orangtua responden
bekerja sebagai buruh, sebagian besar ibu responden berusia < 20 tahun dengan pendidikan sebagian
besar adalah SMP (68,75%), asupan energi defisit (54,15%), asupan Zn sedang (84,15%), asupan Fe
defisit (51,06%). Dari temuan penelitian ini dapat disarankan untuk mendorong ibu menyusui secara
eksklusif, menerapkan pengetahuan menyusui yang sudah baik dalam membentuk sikap dan tindakan
yang baik untuk mencegah terjadinya stunting.
Exceptional History of Exclusive Gifting With Stunting Event In Children Age 6-24 Month In
Arjasa Village Arjasa District Jember District
Abstract
Stunting is defined as a height index by age (TB / U) of less than minus two standard deviations (-2 SD)
or below the existing standard average. Stunting that occurs in infants is caused by several factors,
including due to growth disorders in the womb, lack of micronutrient intake, less energy intake and
infection. This study aims to determine the description of history of exclusive breastfeeding with the
incidence of stunting in children aged 6-24 months in the work area Puskesmas Arjasa. The method used
in this research is descriptive with cross sectional design. The population is children aged 6-24 months.
Samples in this study as many as 32 children stunting age 6-24 months are obtained with purposive
sampling. The results showed that most of the respondents were in very short category (78.12%), most
did not get exclusive breast feeding (78, 13%), based on employment as much as 78.1% of parents
respondents work as laborers, 20 years old with education mostly are junior high school (68,75%),
energy deficit intake (54,15%), moderate intake of Zn (84,15%), deficit of Fe (51,06%). From the
findings of this study it may be advisable to encourage exclusive breastfeeding mothers, applying good
breastfeeding knowledge in shaping good attitudes and actions to prevent stunting.
p-ISSN : 0854-2988
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/index
Abstrak
Stunting masih menjadi masalah kesehatan dan Indonesia. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi
kronis sehingga tinggi badan atau panjang badan anak tidak mencapai sesuai usianya dengan skor z < -
2 deviasi standar menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO). Gangguan pertumbuhan sering
terjadi mulai dari masa kehamilan hingga usia anak mencapai dua tahun. Pemenuhan nutrisi selama
1000 hari pertama kehidupan sangatlah penting untuk masa depan. Salah satu faktor yang menyebabkan
stunting adalah kurangnya asupan gizi yang baik, termasuk bila bayi baru lahir tidak mendapat Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara riwayat pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting. Penelitian ini adalah penelitian studi observasional analitik dengan
metode potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medis. Sampel pada penelitian ini
adalah anak berusia 12-59 bulan yang dirawat di Ruang Kaswari RSUD Wangaya. Sebanyak 64 sampel
didapatkan dari Januari hingga April 2018 dengan metode sampling konsekutif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa 25 anak (39,1%) mengalami stunting. Riwayat pemberian ASI ekslusif terdapat
pada 27 anak (42,2%). Hasil analisis menunjukkan nilai p sebesar 0,604 dengan rasio prevalensi 1,265.
Secara statistik tidak terdapat hubungan signifikan antara ASI eksklusif dan stunting pada anak usia 12-
59 bulan di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Kata Kunci: ASI eksklusif, stunting, 1000 hari pertama kehidupan
29
Cynthia C, Bikin Suryawan IW, Widiasa A. Hubungan ASI eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 -59 bulan di RSUD Wangaya Kota Denpasar. JKdoktMeditek
[Internet]. 2019; 25(1):29-5. Available from: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1733
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 2, Hal 129 - 136, April 2020 p-ISSN 2089-0834
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8134
ABSTRAK
Stunting merupakan permasalahan gizi secara global terutama pada negara berkembang. Kejadian
stunting di Yogyakarta khususnya kabupaten Sleman masih tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan
masyarakat menganggap stunting adalah hal wajar, hanya sekedar kondisi tinggi badan anak yang
kurang dari rata-rata normal. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stunting ialah pemberian
ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Moyudan Sleman. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif korelasi dengan metode case-control dengan populasi seluruh balita yang berada
di Desa Sumberarum dan Sumbersari. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
jumlah 70 balita. Pengumpulan data kejadian stunting didapatkan dari hasil rekapan Puskesmas
Moyudan sedangkan data pemberian ASI Eksklusif menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan
pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting dibuktikan dengan hasil uji chi Square, dengan p-
value<α yaitu 0,000 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,429.
ABSTRACT
Stunting is a global nutritional problem, especially in developing countries. The stunting incidences in
Yogyakarta especially Sleman Regency is still relatively high. This is because the community considers
stunting to be natural, only the condition of the child's height is less than the normal average. One of
the factors that causes stunting is the exclusive breastfeeding. This study aims to determine the
relationship of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting in children under five in the
Moyudan Public Health Center in Sleman. This study is a quantitative correlation study with a case-
control method with a population of all childrens in the villages of Sumberarum and Sumbersari.
Sampling using purposive sampling with a total of 70 childrens. Data collection of stunting events
obtained from the results of the Rewhen Moyudan Public Health Center and exclusive BREAST- feeding
data using questionnaires. Data analysis uses chi-square test. Based on the results of the study showed
that the relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting was evidenced by the
results of the Chi Square Square test, with a p-value <α of 0,000 and a correlation coefficient of 0.429.
1
448
Sr. Anita Sampe, SJMJ1, Rindani Claurita Toban2, Monica Anung Madi3
123Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makssar
Artikel Info
Received; 13 Mei 2020 Abstrak
Revised: 14 Mei 2020 Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
Accepted; 28 Mei 2020 asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Salah satu penyebab stunting pada balita yaitu pemberian ASI
eksklusif yang tidak diberikan selama 6 bulan karena ASI sangat
dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan
gizinya tercukupi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada
balita. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan case
control study pada 144 responden yang terdiri dari 72 responden
kasus dan 72 responden kontrol, responden merupakan orang tua
dari balita yang didiagnosis stunting dan non-stunting.
Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random
sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan alat
ukur mekanik. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan
dilanjutkan menggunakan uji odds ratio. Didapatkan hasil uji chi-
square p = 0.000 (0.000 < 0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita.
Sedangkan pada uji odds ratio didapatkan nilai OR = 61 yang
artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali
lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI
eksklusif. ASI eksklusif dapat mengurai risiko terjadinya stunting.
Abstract
Stunting is a chronic malnutrition problem caused by nutrient
intake that is not in accordance with nutritional needs. One of the
causes of stunting in children is exclusive breastfeeding is not given
during six months because breast milk is needed during in baby’s
growth period so that the nutritional needs are fulfilled. The
purpose of this study was to determine the correlation of exclusive
breastfeeding with the incidence of stunting in children. The design
of this study was case control study approach on 144 respondents
consisting of 72 case respondents and 72 control respondents,
respondents were parents of children who were
diagnosed with stunting and non-stunting. Sampling of this study
using cluster random sampling approach. Instruments is
Sr. Anita Sampe, SJMJ, etal, 2020, Relationship between Exclusive Breastfeeding and Stunting in
Toddlers, jiksh Vol.11 No. 1 Juni 2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
HEALTH SCIENCES JOURNAL
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ
Sejarah Artikel
Abstract
The exclusive exposure to infants 0-6 months in the right way is very important to prevent malnutrition, or worse in the long term
without proper treatment can cause Stunting . Stunting leads to a less level of intelligence, prone to illness, in the future lowering
the level of productivity, can broadly impede economic growth and increase poverty. The purpose of this research is to know the
exclusive delivery relationship with the Stunting event in toddlers 1-5 years in the village of Wagir. The design of this research
uses corelative with a cross sectional approach. The sampling technique used is Purposive Sampling. The population in research
was 92 respondents, samples were determined by the formula Slovin obtained as many as 48 respondents. The pick-up instrument
uses a questionnaire and measuring the height and weight of the toddler, using microtoice and weight scales. The statistical test
used was Chi Square Test. Of the 48 respondents obtained the results, as many as 42 respondents gave breast milk exclusively, 41
respondents (97.6%) Not Stunting , 1 of them (2.4%) Stunting . A total of 6 respondents gave no exclusive breast milk, 5 res pondents
(83.3%) have Stunting and 1 respondent (16.7%) Children are not Stunting . The results of the analysis obtained the result of P
Value 0.000 < 0.05 which means that H0 rejected which means there is an exclusive breast-feeding relationship with the Stunting
event in infants 1-5 years, with a value of 0.629 which means there is a strong relationship between exclusive BREAST-feeding
with Stunting events. From this research, it can be concluded that Stunting is influenced by factors such as exclusive breast feeding,
mother's education, mother's work, and family income.
Keywords: Exclusive Breast Milk, Stunting , Toddler 1-5 Years
Abstrak
Pemberia ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan dengan cara yang benar sangat penting untuk mencegah terjadinya gizi buruk, atau lebih
parah lagi dalam jangka panjang tanpa penanganan yang tepat dapat menyebabkan stunting . Stunting menyebabkan tingkat
kecerdasan yang kurang, rentan terhadap penyakit, dimasa depan menurunkan tingkat produktivitas, secara luas dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita 1-5 tahun di Posyandu Bangunsari Desa Wagir Kidul wilayah kerja Puskesmas Pulung.
Desain penelitian ini menggunakan corelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposiv e
Sampling. Populasi penelitian sebanyak 92 responden, sampel ditentukan dengan rumus Slovin didapatkan hasil sebanyak 48
responden. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran tinggi badan dan berat badan balita, menggunakan
microtoice dan timbangan berat badan. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square Test.Dari 48 responden didapatkan hasil,
sebanyak 42 responden memberikan ASI secara eksklusif, 41 responden (97.6%) tidak mengalami Stunting , 1 diantaranya (2,4%)
mengalami Stunting . Sebanyak 6 responden tidak memberikan ASI secara eksklusif, 5 responden (83,3%) diantaranya mengalami
Stunting dan 1 responden (16,7%) balita tidak mengalami Stunting . Hasil analisis didapatkan hasil p Value 0,000 <0,05 yang berarti
H0 ditolak yang artinya ada hubungan pemberian Asi eksklusif dengan kejadian Stunting pada balita 1-5 tahun. Dari Penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kejadian Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pemberian ASI eksklusif, pendidikan Ibu,
pekerjaan Ibu, dan penghasilan keluarga
How to Cite: Al Ma’idatul Latifah, Lina Ema Purwanti, Fillia Icha Sukamto (2020). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita 1-5 Tahun. Penerbitan Artikel llmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 4
(No 1)
© 2020 Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All rights reserved
ISSN 2598-1188 (Print)
ISSN 2598-1196 (Online)
Aridiyah et al, Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balita di Pedesaan dan Perkotaan.....
Abstract
In 2013, the prevalence of stunting in rural areas of Jember is 67% and 27,27% for urban areas.
Stunting if problem above 20% that is a public health problem. The purpose of this study was to
analyze the factors that influence the genesis of stunting in toddlers between rural and urban
areas. This type of this study is an observasional analytic with cross-sectional approached and
conducted in Patrang health center and Mangli health center for urban whereas Kalisat health
centers for rural with sample fifty respondents each. Analysis of data consisting of chi-square
test, mann whitney test and logistic regression with α=0,05. Result of analysis showed that
affecting factors of stunting occurrence in toddlers who are in the rural and urban areas were the
mother's education, family income, mother's knowledge of nutrition, exclusive breastfeeding,
complementary feeding age provision, zinc and iron adequacy level, infection disease history and
genetic factors. However, another factors such as mother's work, family numbers, immunization
status, energy adequacy level and BBLR status didn't affect the occurrence of stunting. Protein
and calcium adequacy level in rural areas showed a significant relation while in urban areas
showed no relation. The most factor affecting stunting on toddlers in rural and urban areas was
zinc adequacy level.
Abstrak
Pada tahun 2013 prevalensi stunting di Kabupaten Jember tertinggi di daerah pedesaan
yaitu 67% dan wilayah perkotaan tertinggi sebesar 27,27%. Apabila masalah stunting di
atas 20% maka merupakan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di
wilayah pedesaan dan perkotaan. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional
dengan desain cross-sectional dan dilakukan di Puskesmas Patrang dan Puskesmas
Mangli untuk perkotaan dan Puskesmas Kalisat untuk pedesaan dengan jumlah sampel
sebanyak 50 responden. Analisis data menggunakan analisis chi-square, mann whitney
dan regresi logistik dengan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita yang berada di wilayah pedesaan
dan perkotaan adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu
mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan
zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk status
pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status imunisasi, tingkat kecukupan energi,
dan status BBLR tidak mempengaruhi terjadinya stunting. Tingkat kecukupan protein
dan kalsium di wilayah pedesaan menunjukkan hubungan yang signifikan sedangkan
di wilayah perkotaan tidak menunjukkan adanya hubungan. Faktor yang paling
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1) Januari 2015 163
GIZIDO Volume 11 No.2 November 2019 Riwayat Pemberian Rivolta dkk
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
dibanding usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
96
FAKTOR RISIKO PENYEBAB terjadinya stunting adalah pola asuh gizi. Perlu
adanya peningkatan penyuluhan mengenai gizi
TERJADINYA STUNTING PADA
kepada ibu balita oleh petugas kesehatan sehingga
BALITA UMUR 12-59 BULAN DI meningkatnya kesadaran ibu untuk memperbaiki
KELURAHAN KAMPUNG BARU status gizi anak yang menyangkut tentang bagaimana
KEC. LUBUK BEGALUNG TAHUN memberikan pola asuh yang baik, dapat mendeteksi
2015 lebih dini kejadian stunting pada balitanya.
Kata kunci : Stunting, pemberian ASI, pola asuh,
tingkat pendidikan, riwayat penyakit infeksi,
Risk Factors pemanfaatan pelayanan kesehatan
Cause the
Stunting of Age Abstract
12-59 Months in The prevalence of stunting in toddlers in Indonesia is
Kampung Baru still high, especially at the age 12 to 59 months.The
Kec. Lubuk aim of this research is to know the risk factor causes
Begalung in 2015 stunting to the toddlers who have the age 12 to 59
months in Kelurahan Kampung Baru Sub district of
Lubuk Begalung Padang. The type of this research is
Erni Maywita observational with draft of case-control study. The
dependent variable is the incidence of stunting in
Dosen Tetap Fakultas toddlers at the age 12 to 59 months. The sampling of
Kesehatan Masyarakat – case-control study is paired by ratio 1:1 with the
Universitas number of samples 29:29. Univariate statistical test is
Baiturrahmah, Padang using the distribution of frequency and also bivariate
Email : is using chi-square and multivariate. The result of this
ernimaywita10@gmail.c study is the toddlers who are not exclusively for
om getting ASI as much as 32% suffer from stunting. The
toddlers who get poor parenting are 66.7% suffer
Abstrak from stunting, the toddlers who have families’
Prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih income are less well as much as 42.1% suffer from
tinggi terutama pada usia 12-59 bulan. Tujuan stunting, low mothers’ education level are 37.5%
penelitian untuk mengetahui faktor risiko causes their toddlers suffer from stunting, the toddlers
penyebab terjadinya stunting pada balita yang who have quantity of families more than 5 person are
berumur 12-59 bulan di Kelurahan Kampung Baru 52.4% suffer from stunting, the toddlers who have a
Kecamatan Lubuk Begalung PadangJenis history of infectious diseases are 62.9% suffer from
penelitian observasional dengan rancangan case- stunting, the toddlers who suffer from ISPA in the last
control study. Penentuan sampel Studi kasus six months are 66.7% suffer from stunting, the
kontrol berpasangan dengan rasio 1:1 dengan toddlers who do not utilize Posyandu service are
jumlah sampel 29:29. Uji statistik univariat 60.9% suffer from stunting. There was a significant
menggunakan distribusi frekuensi, bivariat association of giving ASI (OR = 0,269), nutrition
menggunakan chi-square dan multivariat. Hasil parenting (OR = 3.63%), a history of infectious
penelitian Balita yang tidak diberikan ASI secara diseases (OR 3.868) from stunting occurrence. There
Ekslusif 32.0 % menderita stunting. Balita yang is no significant relationship between families’
mendapatkan pola asuh yang kurang baik 66.7% income, mothers’ education level, quantity of
menderita stunting. Balita yang pendapatan families, Posyandu service utilization with the event
keluarganya yang kurang baik 42.1% menderita of stunting. The dominant factor cause of stunting is
stunting. Tingkat pendidikan ibu yang rendah parenting nutrition.It is important to increase
37.5% balitanya menderita stunting. Balita yang education about nutrition to mothers by health
memiliki jumlah keluarga yang lebih dari lima workers so that awareness of mothers to improve the
orang 52,4% menderita stunting. Balita yang nutritional of toddlers is concerned about how to
memiliki riwayat penyakit infeksi 62.9 % provide good parenting that can detect early
menderita stunting. Balita yang pernah menderita occurrence of stunting in toddlers.
ISPA saja dalam 6 bulan terkhir 66.7 Keywords: Stunting, giving breastfeeding,
% menderita stunting. Balita yang tidak parenting, level of education, a history of infectious
memanfaatkan pelayanan posyandu 60.9 % diseases, utilization of health service.
menderita stunting. Ada hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI (OR = 0,269), pola asuh gizi
(OR = 3.63), riwayat penyakit infeksi (OR 3.868)
dengan Kejadian Stunting. Tidak ada hubungan
yang bermakna antara pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan ibu, jumlah keluarga,
pemanfaatan pelayanan posyandu dengan
Kejadian Stunting. Faktor dominan penyebab