Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA MAHASISWA PUTRI DI


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
KHALFIA KHAIRIN

1910201205

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA 2023

i
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA MAHASISWA PUTRI DI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana


Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
KHALFIA KHAIRIN
1910201205

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA 2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA MAHASISWA PUTRI DI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
KHALFIA KHAIRIN
1910201205

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:
Pembimbing : Ns. Widaryati, M.Kep.
Tanggal :
Tanda tangan :

iii
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA MAHASISWA PUTRI DI UNIVERSITAS
‘AISYIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Oleh:
KHALFIA KHAIRIN
1910201205

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat


untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta Pada tanggal:

24 Februari 2023

Dewan Penguji :
1. Penguji I : Ns. Dwi Prihatiningsih, M.Ng.

2. Penguji II : Ns. Widaryati, M.Kep.

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis.

iv
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA
MAHASISWA PUTRI DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
Khalfia Khairin2, Widaryati3

ABSTRAK

Latar Belakang: Anemia menjadi masalah pada mahasiswa putri yang kondisi dimana
ketika tubuh mengalami penurunan atau jumlah sel darah merah kurang dari normal
dengan kadar Hb normal pada remaja putri adalah >12 gr/dl. Anemia akan berdampak
pada pertumbuhan terhambat, prestasi belajar menurun, massa pertumbuhan mudah
terinfeksi, dan kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian Anemia pada remaja
putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif metode korelasi dengan
menggunakan teknik sampel purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 89 responden pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Teknik analisa data menggunakan Chi Square.
Hasil : Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan pola makan dengan
kejadian anemia di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. (p=0,000 r=0,745). Untuk pola
makan dari 89 responden mayoritas responden mengalami pola makan kurang sebanyak
50 (56,2%) pola makan cukup sebanyak 22 (24,7%) dan pola makan baik sebanyak 17
(19,1%). Untuk kejadian anemia dari hasil penelitian pada 89 responden didapatkan hasil
remaja yang mengalami anemia sebanyak 58 (65,2%) dan yang tidak mengalami anemia
sebanyak 31 (34,8%). Hasil koefisien korelasi antar variabel sebesar 0,745 dengan
tingkat signifikan 0,000 menunjukkan ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia
pada remaja putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan kategori sangat kuat,
dengan mengkonsumsi makanan yang beragam dan bergizi.
Simpulan dan Saran : Dalam penelitian ini didapatkan hasil yaitu adanya hubungan
antara pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta. Bagi mahasiswa putri sebaiknya selalu membiasakan pola makan
yang sehat, dengan mengkonsumsi makanan beragam dan bergizi.

Kata Kunci : Pola Makan, Kejadian Anemia, Mahasiswa Putri


Daftar Pustaka : 32 buah (2012-2022)
Halaman : 98 halaman

1. Judul skripsi
2. Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

v
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA
MAHASISWA PUTRI DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
Khalfia Khairin2, Widaryati3

ABSTRACT

Background: Anemia is a problem for female students where when the body
experiences a decrease or the number of red blood cells is less than normal with normal
Hb levels in female students is >12 gr/dl. Symptoms of anemia that often appear are
frequent dizziness, fatigue, weakness and pale skin. Anemia will have an impact on
stunted growth, decreased learning achievement, growth mass is easily infected, and
reduced fitness or body fitness. Objective: To determine the relationship between diet
and the incidence of anemia in young women at 'Aisyiyah University, Yogyakarta.
Methods: This study used a quantitative correlation method using a purposive sampling
technique. The sample in this study were 89 respondents to female students at 'Aisyiyah
University, Yogyakarta. Data analysis technique using Chi Square.
Results: The results of this study stated that there was a relationship between diet and the
incidence of anemia at 'Aisyiyah University, Yogyakarta. (p=0.000 r=0.745). For the
eating pattern of the 89 respondents, the majority of respondents experienced a poor diet,
50 (56.2%), 22 (24.7%) had enough, and 17 (19.1%) had a good diet. For the incidence
of anemia From the results of the study on 89 respondents, it was found that 58 (65.2%)
experienced anemia and 31 (34.8%) who did not have anemia. The results of the
correlation coefficient between variables of 0.745 with a significant level of 0.000
indicate that there is a relationship between diet and the incidence of anemia in young
women at 'Aisyiyah University Yogyakarta in a very strong category, by consuming a
variety of nutritious foods.
Conclusions and Suggestions: In this study, the results obtained were that there was a
relationship between diet and the incidence of anemia in female students at 'Aisyiyah
University, Yogyakarta. For female students, you should always get used to a healthy
diet, by consuming various and nutritious foods.

Keywords : Diet, Anemia Incidence, Female Student


Bibliography : 32 pieces (2012-2022)
Page : 98 halaman

1. Thesis title
2. PSIK Student, Faculty of Health Sciences, University of 'Aisyiyah Yogyakarta
3. PSIK Lecturer, Faculty of Health Sciences, University of 'Aisyiyah Yogyakarta

vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan
pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang penegtahuan peneliti juga tidak terdapat karya
orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta
Tanda tangan
Khalfia Khairin
Materai
Rp. 10.000.-

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Mahasiswa putri di
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana (S1) pada Program Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta. Penyusunan proposal penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos. M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Deasti Nurmaguphita, S.Kep., Ns., M.kep., Sp.Kep.J, selaku Kepala Program Studi
S1 Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Ns. Widaryati, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat.
5. Ns. Dwi Prihatiningsih, M.Ng, selaku dosen penguji yang telah memberikan
bimbingan serta motivasi yang sangat bermanfaat.
6. Pihak kampus Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan dukungan
dan bantuan
7. Keluarga tersayang saya Bapak M.Syaiful Khair, Ibu Sulastri, abang saya Khairul
Ikhwan, dan adik saya Khairul Hafiz yang selalu mendoakan saya dan selalu
memberikan dukungan serta memberikan semangat tiada hentinya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan saya di kampus yang selalu memberikan semangat dan
motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat saya yang berada di Kalimantan Barat yang selalu memberikan bantuan dan
memberikan dukungan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari penyusunan skripsi ini jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan kemampuan dari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
peneliti. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini dan semoga dapat memberikan manfaat untuk seluruh pembaca.

Yogyakarta, 24 Februari 2023


Peneliti

Khalfia Khairin

viii
DAFTAR

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN DEPAN....................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................................v
ABSTRACT....................................................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................................vii
KATA PENGANTAR..................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................7
F. Keaslian Penelitian....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................17
A. Tinjauan Teoritis.......................................................................................................17
B. Tinjauan Islami.........................................................................................................35
C. Kerangka Konsep......................................................................................................37
D. Hipotesis....................................................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................39
A. Rancangan Penelitian................................................................................................39
B. Variabel Penelitian....................................................................................................39
C. Definisi Operasional Penelitian.................................................................................41
D. Populasi dan Sampel.................................................................................................42
E. Etika Penelitian..........................................................................................................44
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data.........................................................................46
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................50
H. Rencana Jalannya Penelitian.....................................................................................52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................53
A. Hasil...........................................................................................................................50
B. Pembahasan...............................................................................................................55
C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................61
A. Simpulan....................................................................................................................61
B. Saran..........................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................64
LAMPIRAN

ix
DAFTAR

Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia menurut WHO-ISH...........................................................21


Tabel 3.1 Kategori Penilaian Pola Konsumsi...................................................................47
Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Pola Makan.........................................................................47
Tabel 4.1 Karakteristik Responden...................................................................................52
Tabel 4.2 Pola Makan.......................................................................................................53
Tabel 4.3 Frekuensi Bahan Makanan................................................................................53
Tabel 4.4 Kejadian Anemia..............................................................................................54
Tabel 4.5 Frekuensi Tingkatan Kejadian Anemia.............................................................55
Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia............................................56

x
DAFTAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep......................................................................................37

xi
DAFTAR

Lampiran 1 Time Schedule

Lampiran 2 Surat Izin Pendahuluan

Lampiran 3 Balasan Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Sertifikat Layak Etik

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 7 Informed Consent

Lampiran 8 Kuesioner

Lampiran 9 Surat Keterangan selesai penelitian dari institusi tempat penelitian

Lampiran 10 Output SPSS

Lampiran 11 Lembar Konsul

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang

memiliki angka prevalensi cukup tinggi. Menurut World Health Organization

(WHO) prevalensi anemia di dunia berkisar 40-80% dan memperkirakan 42%

anak-anak dibawah usia 5 tahun dan 40% ibu hamil di seluruh dunia mengalami

anemia. Anemia bisa menyebabkan berbagai gejala termasuk kelelahan,

kelemahan pusing dan kantuk. Pravelensi anemia di Indonesia berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 32% atau tiga dari sepuluh

remaja Indonesia menderita penyakit anemia dan berdasarkan jenis kelamin pada

laki-laki yaitu sebesar 20,35% sedangkan untuk perempuan sebesar 27,2%.

Prevalensi anemia remaja putri di DIY berdasarkan hasil survey pada tahun 2018

terjadi perbaikan yaitu sebesar 19,3% dengan resiko KEK (Kekurangan Energi

Kronis) sebesar 46%. Dalam hal ini perlu upaya ekstra untuk memperbaiki status

gizi anemia pada remaja putri.

Anemia pada mahasiswa putri dapat terjadi dikarenakan kurang gizi dan

mahasiswa putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi

makanan sehari harinya. Kekurangan zat besi dianggap penyebab paling umum

dari anemia secara global, tetapi beberapa lainnya kekurangan gizi termasuk

folat, vitamin B12 dan vitamin A3 menyebabkan mahasiswa putri tidak dapat

memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk

proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Jika hal ini terjadi dalam jangka

waktu

1
2

yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan

anemia (Satyagraha et al., 2020).

Tanda dan gejala anemia sering muncul yaitu pusing, kelemahan dan

sering mengalami pusing, lemas dan kulit pucat (Emiliana et al., 2021). Gejala

anemia juga yang sering timbul adalah seperti kehilangan selera makan, sulit

fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh dan gangguan perilaku atau orang

awam lebih mengenal dengan gejala 5L (lemah, letih, lesu, lelah, lunglai), wajah

pucat dan kunang-kunang (Nasruddin et al., 2021).

Anemia menimbulkan berbagai dampak yaitu terhadap pertumbuhan dan

perkembangan, daya tahan terhadap penyakit infeksi, aktivitas, konsentrasi, dan

kecerdasan daya tangkap (Sriningrat et al., 2019). Beberapa dampak langsung

yang terjadi pada remaja putri yang terkena anemia adalah sering mengeluh

pusing dan dan mata berkunang-kunang, kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan

telapak tangan menjadi pucat, lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai dan juga

berdampak jangka panjang karena perempuan nantinya akan hamil dan

memiliki anak (Sandra, 2017). Dampak anemia pada remaja putri yaitu

pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi,

mengakibatkan kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar

atau prestasi menurun (Apriyanti, 2019).

Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang dan

gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi,

sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah.

Wilayah perkotaan atau pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang


3

berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun

ketersediaan makanan yang pada gilirannya berpengaruh pada pelayanan

kesehatan dan asupan zat besi (Arisnawati & Zakiudin, 2018). Penyebab anemia

lainnya dapat dikarenakan banyak remaja tidak suka mengonsumsi makanan

sumber zat besi termasuk sayuran dan buah-buahan serta lebih senang

mengonsumsi makanan siap saji yang umumnya mengandung kalori, kadar

lemak dan gula yang tinggi tetapi rendah serat, zat besi, vitamin A, vitamin B12,

asam folat dan kalsium. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa

remaja baik fisik, mental, sosial dan emosional menyebabkan perubahan ragam

gaya hidup (life style) dan perilaku konsumsi remaja (Syafiq, 2017).

Pemberian tablet Fe merupakan bentuk upaya mengatasi masalah anemia

pada remaja putri dengan pemberian suplementasi akan efektif sebagai salah satu

perbaikan gizi, apabila diminum sesuai aturan pakai. Adapun salah satu aturan

pemakaian tablet Fe minum satu tablet tambah darah (TTD) seminggu sekali atau

sesuai kebutuhan dan dianjurkan minum satu tablet selama haid. Manfaat tablet

Fe yaitu pengganti zat besi yang hilang bersama darah pada wanita haid, wanita

mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang

perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja, mengobati wanita remaja

putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan

kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus, meningkatkan

status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan pada remaja putri di SMK Binakarya Mandiri 1

menunjukkan bahwa rata-rata kadar Hb remaja putri yang anemia meningkat

1,550 dengan p
4

value = 0,001 artinya ada pengaruh yang signifikan pemberian tablet Fe terhadap

kenaikan kadar Hb remaja putri yang mengalami anemia (Yuanti et al., 2020).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi anemia pada remaja putri

seperti pola makan, pola menstruasi,pengetahuan, sikap tentang kejadian anemia.

Pola makan yang salah dan pengaruh pergaulan karena ingin langsing dan diet

yang ketat dan kebiasaan makan yang tidak teratur dapat menyebabkan anemia

(Suryani, 2015). Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan

jumlah sel dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Perilaku makan remaja dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi jumlah dan karakteristik keluarga,

peran orang tua, teman sebaya sosial, nilai dan norma, media massa, fast food

(Mardalena, 2017). Perilaku makan pada remaja yang lebih menyukai makanan

ringan atau snack, dan karena kesibukan beraktifitas seseorang menjadi lupa

makan lalu hanya konsumsi makanan cepat saji. Masalah lain yang terjadi pada

remaja dengan makan banyak asal kenyang dengan tiggi lemak dan karbohidrat

tanpa memperhatikan unsur gizi di dalamnya. Perilaku makan remaja tersebut

dapat berampak pada kesehatan remaja dengan timbulnya kasus gizi seperti

kekurangan gizi serta kelebihan (Citerawati dkk, 2017).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zubir (2018) di SMK Kesehatan As

Syifa School Banda Aceh menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan

dengan anemia pada remaja putri di SMK Kesehatan Assyifa School Banda

Aceh, diperoleh nilai p value =0,004. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Hartati Deri Manila & Aprimayona Amir (2021) hasil penelitian yang telah

dilakukan
5

menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Murni Padang yang ditunjukan dengan nilai

signifikansi sebesar 0,028(p<0,05). Penelitian menunjukkan terdapat responden

yang memiliki pola makan baik tetapi mengalami kejadian anemia sebanyak 4

responden (7,5%) dan hal ini menunjukan tidak hanya pola makan yang

mempengaruhi terjadinya anemia tetapi faktor lain seperti kurangnya kandungan

Vitamin B12, Protein dan Asam Folat dalam makanan yang dikonsumsi. Dari

penelitian sebelumnya telah banyak melakukan penelitian pada remaja awal

sedangkan untuk peneliti akan melakukan penelitian terhadap mahasiswi atau

remaja akhir yang berusia sekitar 18-20 tahun di perguruan tinggi Universitas

Aisyiyah Yogyakarta.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan wawancara secara random

melalui media whatsapp (WA) pada 10 remaja putri atau mahasiswi di

Universitas Aisyiyah Yogyakarta peneliti menemukan sebanyak 60% remaja

putri tidak sarapan pagi dan pola makan tidak teratur. Remaja putri juga sering

merasakan lesu, letih, lemah, lunglai, lalai (5L) dan sering tidak mengkonsumsi

tablet tambah darah untuk mencegah anemia, sedangkan 40% remaja putri

lainnya melakukan pola makan yang baik dan teratur serta mengetahui

pengetahuan tentang anemia.

Berdasarkan latar belakang diatas, remaja putri memiliki kebiasaan

makan makanan yang tidak sehat atau tidak baik seperti tidak sarapan pagi,

sering telat makan, pola makan yang tidak teratur, menyebabkan remaja putri

tidak mampu memenuhi kadar nutrisi atau keanekaragaman zat makanan yang

dibutuhkan oleh tubuh sehingga pembentukan Hb terus berkurang dan akan

menimbulkan anemia, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai


6
“Hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta”.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah terdapat tingginya angka anemia pada remaja dan dapat

dirumuskan pertanyaan peneliti “Apakah ada hubungan pola makan dengan

kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas Asiyiyah Yogyakarta”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada

mahasiswa putri di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola makan pada remaja putri di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta.

b. Untuk mengidentifikasi angka kejadian anemia pada remaja putri di

Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui keeratan hubungan pola makan dan kejadian

anemia pada remaja putri di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

menambah pengetahuan tentang dunia ilmu kesehatan khususnya

mengenai pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri.


8

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai hubungan pola makan dengan kejadian anemia dalam

prestasi belajar pada mahasiswa putri.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai

dasar pelaksanaan penelitian lebih lanjut terkait anemia pada

mahasiswa putri dan memberikan referensi bagi peneliti lainnya.

b. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh Puskesmas atau

instansi kesehatan untuk memberikan informasi program sebagai

upaya untuk pengobatan dan penanggulangan tentang hubungan pola

makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta.

c. Hasil penelitian dapat digunakan oleh remaja putri untuk mengetahui

cara mengatasi atau pencegahan pada anemia dan menambah

wawasan dan pengetahuan terkait hubungan pola makan dengan

kejadian anemia pada mahasiswa putri.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan pola

makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri yang

berhubungan dengan keperawatan komunitas.


9

2. Lingkup Responden

Ruang lingkup responden dalam penelitian ini adalah remaja putri

atau mahasiswi usia 18-20 tahun di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta.

3. Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan mulai

dari pengajuan proposal bulan Oktober 2022 sampai dengan Januari

2023

4. Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta karena kejadian anemia ini merupakan masalah

kesehatan cukup tinggi pada mahasiswa putri di masa sekarang.

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian (Yuliana & Rohma, 2021) dengan judul “Hubungan

pengetahuan dan pola makan dengan kejadian anemia remaja putri

di MTs Swasta Al-Hidayah Talang Bakung kota Jambi’’ pada

tahun 2017. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh

siswi MTs Swasta Al- Hidayah Kota Jambi yang berjumlah 84

orang, yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling.

Hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut yaitu sebanyak 45%

remaja putri memiliki pengetahuan baik tentang anemia, 56%

remaja putri memiliki pola makan yang baik, Dan 70,2% remaja

putri tidak mengalami anemia. Ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan (p-value 0.002) dan pola makan (p-value


1
0.000)
1

dengan kejadian anemia pada remaja putri di MTs Swasta Al-

Hidayah Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2017. Perbedaan

dengan peneliti yaitu pada responden remaja putri di MTs Swasta

Al-Hidayah Talang Bakung kota Jambi sedangkan peneliti

mahasiswa putri Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Persamaan

dengan penelitian ini adalah rancangan penelitian cross sectional.

2. Penelitian (Arisnawati & Zakiudin, 2018) dengan judul

“Hubungan kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Al-Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes” pada

tahun 2018. Metode penelitian ini adalah observasional analitik

dengan pendekatan crosssectional study yang dilaksanakan di

SMA Al Hikmah 2 Benda yang merupakan wilayah kerja

Puskesmas Sirampog pada bulan Mei 2017. Dalam penelitian ini

sampel adalah sebagian dari jumlah populasi remaja putri siswa

SMA Al Hikmah 2 yang diambil dengan menggunakan teknik

stratified sampling remaja putri siswa SMA Al Hikmah 2 Benda

Sirampog Brebes yang berjumlah 42 orang yang memenuhi

kriteria inklusif yaitu remaja putri yang tidak sedang berpuasa,

remaja putri yang sudah menstruasi sedangkan kriteria inklusinya

adalah tidak dalam keadaan sakit, remaja yang tidak bersedia

diperiksa kadar hemoglobin. Pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner dan pemeriksaan laboratorium digunakan

untuk mengukur kadar hemoglobin darah menggunakan alat Easy

Touch GCHB sebagai


1

batasan anemia. Hasil dari penelitian ini adalah remaja putri SMA

Al Hikmah 2 Benda sebesar 38,1% jarang makan pagi, 9,5%

kadang makan pagi, 52, 4 % sering makan pagi berdasarkan

pemeriksaan kadar hemoglobin remaja putri SMA Al Hikmah 2

sebagian besar berada pada kategori normal atau tidak anemia

(69,1%). Perbedaan dengan peneliti yaitu teknik sampel penelitian

ini menggunakan stratified sampling sedangkan peneliti

menggunakan purposive sampling. Persamaan dengan penelitian

ini adalah pengukuran kadar hemoglobin pada penelitian ini

dengan menggunakan alat digital easytouch GCHb.

3. Penelitian (U. Utami & Mahmudah, 2019) dengan judul

‘’Hubungan Pola Makan dengan kejadian Anemia pada remaja

Putri di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar” pada tahun 2019.

Metode penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan

adalah cross sectional. dengan rancangan observasional analitik.

Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah I Karanganyar

pada bulan Juni sampai Juli 2019. Populasi dalam penelitian ini

adalah remaja putri SMA Muhammadiyah I Karanganyar

sebanyak 50 siswi, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling dengan kriteria bersedia menjadi

responden dan mengisi kuesioner dengan lengkap sebanyak 38

siswi. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah

didapatkan hasil bahwa remaja putri di SMA Muhammadiyah I

Karanganyar yang
1

mempunyai pola makan sehat dan tidak anemia sebanyak 16

orang, dan yang mempunyai pola makan sehat dan remaja yang

mempunyai pola makan tidak sehat dan mengalami anemia

sebanyak 10 orang, hubungan antara Pola Makan Dengan

Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah I

Karanganyar didapatkan hasil ada hubungan positif antara pola

makan dengan kejadian anemia pada remaja putri dengan nilai

signifikansi 0,023 dan tingkat keeratan hubungan hubungan

kedua variable ditunjukkan pada nilai koefisien korelasi yaitu

sebesar 0,136. Perbedaan dengan peneliti yaitu tempat penelitian

yang diteliti di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar sedangkan

peneliti akan meneliti di perguruan tinggi di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta. Persamaannya dengan penelitian ini

adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling dengan kriteria bersedia menjadi responden

dan mengisi kuesioner dengan lengkap.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Anemia

a. Definisi Anemia

Anemia merupakan masalah gizi utama pada remaja dan umumnya

disebabkan pola makan yang salah selain infeksi dan menstruasi dan

remaja putri membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi, termasuk zat besi,

untuk pertumbuhannya sehingga lebih rentan terhadap anemia (Kusuma

& Kartini, 2021).

Anemia adalah suatu keadaan kurang gizi dengan keadaan kadar

hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari keadaan normal. Orang

yang mempunyai Hb rendah secara fisik belum menunjukkan gejala

anemia dan masih terlihat dalam keadaan yang relatif sehat, semakin

rendah Hb, menunjukkan makin berat keadaan anemia yang diderita dan

makin rendah pula kemampuan kerja fisiknya, seperti tidak bersemangat,

kurang kecekatan dan tidak bertenaga (Syafiq, 2017).

Remaja putri berisiko tinggi mengalami anemia karena beberapa

kondisi seperti peningkatan kebutuhan asupan zat besi, kehilangan darah

saat menstruasi, kekurangan asupan zat besi, infeksi cacing, pernikahan

dini, dan kehamilan remaja dan remaja putri dapat menderita anemia jika

kadar hemoglobin darahnya kurang dari 12 g/dl (Utami et al., 2022).

12
1

b. Gejala Anemia

Gejala anemia yang timbul adalah seperti kehilangan selera makan,

sulit fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh dan gangguan perilaku

atau orang awam lebih mengenal dengan gejala 5L (lemah, letih, lesu,

lelah, lunglai), wajah pucat dan kunang-kunang (Nasruddin et al., 2021).

Gejala yang dialami oleh penderita anemia seringkali tidak terlihat secara

signifikan pada penderita anemia ringan. Anemia dapat didiagnosis secara

pasti melalui pemeriksaan laboratorium, namun gejala umum untuk

penderita anemia adalah lemah, letih, lesu, pucat dan cepat lelah (Febriani

& Sijid, 2021). Berikut merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan

untuk mendiagnosis anemia:

1) Pemeriksaan Klinis

Ketika seseorang terkena anemia gizi besi dapat diluhat dari tanda

klinis, diantaranya sebagai berikut:

a) Lelah, lesu, lemah, letih, dan lunglai (5L)

b) Bibir tampak pucat

c) Napas pendek

d) Nafsu makan berkurang

e) Mudah mengantuk

f) Susah buang air besar

g) Denyut jantung meningkat

h) Mudah mengantuk

i) Lidah licin
1

2) Pemeriksaan secara biokimia

Pemeriksaan biokimia pada umumnya digunakan dengan teknik

pengukuran kandungan zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah

dan urine. Hasil pengukuran yang diperoleh yang akan dibandingkan

dengan standar normal yang telah ditetapkan. Nilai normal yang

sering digunakan pada pengukuran hemoglobin yakni 14-18

gram/100ml untuk pria dan 12-16 gram/100ml untuk wanita (gram/

00 ml sering disingkat dengan gm atau g/dl) (Supariasa et al. 2016).

c. Faktor-faktor penyebab dari anemia

Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang

dan sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah

merah hemoglobin. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian

anemia antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras,

kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis

kelamin, umur dan wilayah. Wilayah perkotaan atau pedesaan

berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan

sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada

gilirannya berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi

(Arisnawati & Zakiudin, 2018).

Faktor yang dapat menyebabkan anemia adalah perdarahan hebat,

kurangnya zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat, kekurangan

vitamin B12 dan C, penyakit malaria, infeksi cacing, leukemia, penyakit


1

kronis, status gizi, lamanya menstruasi, tingkat pendidikan orang tua,

tingkat pengetahuan, dan tingkat ekonomi (Muhayati & Ratnawati, 2019).

Angka tingginya kasus anemia ini disebabkan oleh banyak faktor, yaitu

perdarahan hebat, menstruasi setiap bulan, gangguan menstruasi,

kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat,

kekurangan nutrisi, vitamin B12, penyakit kronis, penyakit malaria,

infeksi cacing tambang (Satyagraha et al., 2020).

Faktor penyebab kejadian anemia yang dialami remaja yaitu

kurangnya pengetahuan anemia dan asupan gizi sehingga mempengaruhi

pemilihan dalam konsumsi makanan yang bergizi, tidak terbiasanya

sarapan pagi, adanya kebiasaan minum teh dan kopi yang dilakukan

remaja menjadi penyebab terhambatnya proses penyerapan zat besi di

dalam tubuh, serta asupan beberapa zat gizi seperti energi, protein, dan

vitamin C yang kurang dari AKG serta asupan zat besi yang defisit pada

masing-masing partisipan serta tidak rutinnya remaja putri dalam

mengkonsumi tablet Fe merupakan faktor utama menyebabkan partisipan

menderita anemia.

d. Klasifikasi Anemia

Menurut WHO (2014) berikut adalah klasifikasi anemia

berdasarkan derajat keparahan:


1

Tabel 2.1 Klasifikasi Anemia

NO Klasifikasi Angka Hemoglobin

1. Ringan 10.0-11,9 gr/dL


2. Sedang 7,0-9,9 gr/Dl
3 Berat <7,0 gr/dL

Klasifikasi anemia berdasarkan pada ukuran dan kandungan

hemoglobin dalam sel yaitu dibedakan menjadi anemia sel-makrositik

(besar), normositik (normal), mikrositik (kecil), kandungan

hemoglobinhipokromik (warna pucat), dan normokromik (warna normal)

(Maulana et al., 2022).

e. Dampak anemia pada remaja putri

Dampak anemia pada mahasiswa putri yaitu pertumbuhan terhambat,

tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan

kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang, semangat belajar atau prestasi

menurun (Apriyanti, 2019). Anemia menimbulkan berbagai dampak yaitu

terhadap pertumbuhan dan perkembangan, daya tahan terhadap penyakit

infeksi, aktivitas, konsentrasi, dan kecerdasan daya tangkap (Sriningrat et

al., 2019).

Di kalangan mahasiswa putri dampak anemia lebih tinggi

dibandingkan dengan remaja laki-laki karena remaja putri adalah calon

ibu yang nantinya akan hamil dan melahirkan seorang bayi sehingga

risiko kematian ibu melahirkan lebih timggi dan berat bayi lebih rendah

(BBLR). Secara
1

khusus, kontrol anemia pada wanita usia subur sangat penting untuk

mencegah bayi lahir rendah berat badan dan kematian perinatal dan ibu,

serta prevalensi penyakit di kemudian hari (Jaelani et al., 2017).

f. Penanganan anemia pada remaja putri

Penanganan anemia defisiensi zat besi telah lama dilakukan di

Indonesia. Salah satu pencegahan atau penanganan melalui program

suplementasi besi yang diberikan secara gratis. Dalam mengatasi dan

melakukan pencegahan anemia dilakukan perbaikan diet secara umum

dan menjaga waktu makan pagi, siang dan malam dan perlu

mengkonsumsi makanan yang spesifik yang dianggap sesuai dan yang

kaya akan vitamin seperti liver, limpa, bayam dan ekstrak buah yang

berwarna merah (Rusmilawaty & Tunggal, 2015).

Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi,

asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah

darah (TTD (Julaecha, 2020). Penanganan anemia juga bisa dilakukan

dengan pemberian tablet tambah darah (Fe) awalnya program pemberian

pemberian suplementasi besi direkomendasikan oleh World Health

Organization (WHO) kepada ibu hamil, namun seiring berjalannya waktu

sasaran program ditambah menjadi remaja putri (Kemenkes 2018).

g. Pemeriksaan anemia

Kriteria anemia pada umumnya yaitu kadar hemoglobin < 10 g/dl,

hematokrit < 30%, dan eritrosit < 2,8 juta/mm3. Derajat anemia

ditentukan oleh kadar hemoglobin. Klasifikasi derajat anemia yang


1

umum dipakai adalah anemia ringan sekali dengan hemoglobin

10g/dl, anemia ringan dengan hemoglobin 8 g/dl-9,9 g/dl, anemia

sedang dengan hemoglobin 6 g/dl-7-9 g/dl, dan anemia berat dengan

hemoglobin < 6 g/dl (Bakta, 2006). Pemeriksaan anemia dapat

dilakukan dengan cara biokimia atau laboratorium dan secara klinis.

Secara klinis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan (inspeksi)

terhadap target organ seperti mata, kuku, bibir dan lidah. Pemeriksaan

anemia dengan cara biokimia adalah melakukan pemeriksaan darah

(Supariasa, et al 2002). Dalam praktek laboratorium klinik, ada

macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena

(vanipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau

nadi (Iskandar 2015).

1) Pengambilan darah vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah

umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan

(sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan

permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.

Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica

bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica

harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan

dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica

dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan

darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.

Lakukan
1

pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan

jarum yang ukurannya lebih kecil (Iskandar 2015).

2) Pengambilan darah kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah

skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah

dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan

darah kapiler adalah di ujung jari tangan (fingerstick) atau anak

daun telinga. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit

(heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.

Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan

peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh

radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat (Iskandar,

2015).

Pada penelitian (Carlson et al. 2008) menyatakan bahwa kadar

hemoglobin kapiler lebih tinggi dibandingkan dengan kadar hemoglobin

pada darah vena, karena oksigen dalam darah vena merupakan sisa

oksigen dari hasil pertukaran oksigen yang terjadi di kapiler. Namun

perlu di ingat pada saat proses pengambilan sampel darah kapiler tidak

selalu terambil secara representatif terkadang dalam proses pengambilan

sampel darah kapiler masih perlu dilakukan pemijatan sehingga hal

tersebut dapat menyebabkan hemodilusi dan menghasilkan kadar

hemogolobin pada sampel darah kapiler lebih rendah dari kadar

hemoglobin sampel darah vena. Pada penelitian (Puspitasari et al. 2020)

menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar Hb pada

darah vena metode


2

Sianmethemoglobin dengan kadar Hb pada darah kapiler metode POCT

(Point Of Care Test).

Pada dasarnya darah vena dan darah kapiler sama, berada dalam

satu siklus peredaran darah yang saling berkaitan dan keduanya dapat

digunakan sebagai ampel untuk pemeriksaan hematologi khususnya

pemeriksaan kadar hemoglobin (Rosidah & Rahmawati, 2016).

2. Konsep Pola Makan

a. Definisi Pola Makan

Pola makan merupakan berbagai infromasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

setiap hari oleh satu orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

adalah pengetahuan, budaya setiap daerah, sosial ekonomi dan

lingkungan social (Mariana et al., 2018).

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kualitas dan

kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi

tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Setiap individu membutuhkan

pola makan yang sehat dan seimbang untuk menjaga kesehatan serta

untuk mendukung kelancaran aktivitas, terutama bagi individu yang

memiliki aktivitas keseharian yang padat, misalnya mahasiswi. Penyebab

utama anemia pada remaja putri adalah kurangnya asupan zat gizi melalui

makanan. Sebagian besar remaja putri lebih banyak mengkonsumsi


2

makanan nabati yang kandungan zat besi sedikit, dibanding dengan

makanan hewani, sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi.

Peningkatan kebutuhan akan zat besi (Fe) untuk pembentukan sel darah

merah yang lazim terjadi pada masa pertumbuhan dan masa pubertas,

dimana harus menjalani menstruasi setiap bulannya. Kehilangan zat besi

di atas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola haid yang

lebih banyak dan waktunya lebih panjang (Ayu Dwi Putri Rusman, 2018).

b. Komponen Pola Makan

Secara umum pola makan memiliki tiga komponen yang terdiri

dari jenis, frekuensi, dan jumlah makanan (Sulistyoningsih 2011)

yaitu:

1) Jenis Makanan

Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap

hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran,

dan buah yang dikonsumsi setiap hari makanan pokok adalah

sumber makanan utama di negara Indonesia yang dikonsumsi setiap

orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung,

sagu, umbi-umbian, dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).

2) Frekuensi Makanan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan

selingan (Riskesdas, 2013).


2

3) Jumlah Makanan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam

setiap orang atau setiap individu dalam kelompok dan cara makan

makanan yang mengandung asupan gizi (Willy, 2011).

c. Kebutuhan nutrisi pada remaja putri

Pemenuhan kebutuhan nutrisi sangatlah penting untuk mencegah

terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa, seperti

penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan osteoporosis. Sebelum

massa remaja, kebutuhan nutrisi anak laki-laki dan perempuan tidak

dibedakan, namun pada masa remaja terjadi perubahan biologik dan

fisiologik tubuh yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga

kebutuhan nutrien pun menjadi berlainan, contohnya seperti remaja

perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami

menstruasi setiap bulannya. Tingginya kebutuhan energi dan nutrisi pada

remaja dikarenakan perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh

(berat badan, tinggi badan) massa tubuh serta komposisi tubuh adalah

sebagai berikut:

a. Tinggi badan : Sekitar 15-20% tinggi badan dewasa dicapai pada

masa remaja

b. Berat badan : Sekitar 25-50% final berat badan ideal dewasa

dicapai pada masa remaja dan jumlah penambahan berat badan

sangat dipengaruhi asupan makanan/energi dan energi

expenditure.
2

c. Komposisi tubuh : Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi

pada masa remaja dan akhir dekade kedua kehidupan 90% massa

tulang tercapai. Terjadi kegagalan penambahan massa tulang pada

permpuan dengan pubertas terlambat sehingg kepadatan tulang

lebih rendah pada masa dewasa.

Nutrisi pada masa remaja dapat memenuhi beberapa hal sebagai

berikut:

1) Mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kognitif serta maturasi seksual.

2) Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil

3) Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat

Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien,

khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik

gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas

yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah dan

gaya hidup (IDAI, 2019).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan

adalah faktor ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan lingkungan

(Sulistyoningsih, 2011) yaitu :


2

1) Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mencakup dalam peningkatan peluang

untuk daya beli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang

baik.

2) Faktor Sosial dan Budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu

dapat dipengaruhi oleh faktor budaya sosial dalam

kepercayaan budaya adat daerah setempat. Kebudayaan di

suatu masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan

dengan cara sendiri.

3) Faktor Pendidikan

Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan pola makan

yang dipelajari yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan penentuan kebutuhan gizi.

4) Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan tak salah pentingnya terhadap

perilaku remaja. Kebiasaan ikut-ikutan dengan teman

sekelompoknya atau teman sebayanya yang salah satu masalah

dapat terjadi pada remaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan terbagi atas faktor

eksternal dan internal. Untuk faktor eskternal meliputi karakteristik

keluarga, kebiasaan orang tua, norma dan nilai-nilai sosial budaya, media

massa, fast food, kesukaan makanan, pengetahuan gizi, serta pengalaman

pribadi. Faktor Internal juga seperti kebutuhan dan karakteristik

fisiologis, gambaran tubuh, konsep diri, kepercayaan dan nilai-nilai


2
pribadi, serta perkembangan psikologis kesehatan yang mempengaruhi

perilaku makan
2

individu Beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan individu yaitu,

pendapatan keluarga, teman sebaya, dan pengetahuan gizi (Dewi &

Tadulako, 2020).

e. Nutrisi ideal untuk mencegah anemia

Padatnya aktivitas fisik yang dilakukan pada remaja dapat

mengakibatkan kekurangan asupan zat gizi. Remaja memiliki banyak

kegiatan, seperti sekolah pagi sampai siang, lalu kegiatan ekstrakurikuler

hingga sore, dan belum lagi jika ada kegiatan tambahan. Semua aktivitas

tersebut membuat remaja tidak sempat untuk makan, apalagi memikirkan

bagaimana komposisi dan kandungan zat gizi yang seharusnya

dikonsumsi. Hal demikian mengakibatkan asupan gizi remaja menjadi

tidak tidak terpenuhi (Sari et al., 2019). Pencegahan anemia pada remaja

dapat melalui beberapa upaya yaitu salah satunya dengan suplementasi

tablet besi, dianggap cara yang efektif karena kandungan besinya padat

dan dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan

menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Pencegahan

selanjutnya dengan diet kaya zat besi, vitamin B, dan vitamin C yaitu

seperti:

1) Sayuran berwarna hijau

Sayuran hijau, yang berwarna gelap merupakan salah satu

sumber zat besi non heme terbaik. Seperti bayam, kubis, sawi, dan

swiss chard.
2

2) Daging dan unggas

Daging dan unggas juga mengandung zat besi heme, terdapat pada

daging merah, domba, dan daging rusa. Unggas dan ayam memiliki

jumlah zat besi yang lebih rendah, Apabila daging dan unggas di

makan dengan zat besi non heme, seperti sayuran hijau, dengan buah

yang kaya akan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

3) Hati

Hati ini kaya akan zat besi dan folat seehingga baik untuk

mencegah anemia. Selain hati, beberapa jeroan yang kaya zat besi

lainnya yaitu jantung, ginjal, dan lidah sapi.

4) Seafood

Beberapa seafood mengandung zat besi heme. Kerang merupakan

sumber yang baik seperti tiram, kerang, kepiting, dan udang. Ikan

juga sebagian besar mengandung zat besi seperti tuna, ikan kembung,

dan ikan salmon.

5) Kacang-kacangan dan biji bijian

Kacang-kacangan dan biji bijian adalah sumber zat besi yang baik.

Untuk mendapatkan zat besi bisa dengan mengkonsumsi kacang

merah, buncis, kedelai, kacang polong hitam, kacang polong, biji

labu, kacang mete, kacang pistasi, biji rami, kacang pinus, dan biji

bunga matahari (Himagisa, 2020).


2

f. Hubungan Pola Makan dengan Anemia

Pada remaja sebagian besar sebagin kasus anemia disebabkan oleh

defisiensi zat besi, defisiensi vitamin A, vitamin C, asam folat, vitamin

B12, atau kekurangan gizi secara umum. Defisiensi zat besi biasanya

terjadi pada remaja karena pola makan yang salah, dan kebutuhan gizi

yang tinggi pada masa pertumbuhan. Sebagian remaja mengalami kasus

defisiensi besi dikarenakan asupan makanan yang rendah nutrisi. Asupan

makanan yang rendah nutrisi pada remaja terutama terjadi pada remaja

yang menghindari protein hewani, melewati jadwal makan,diet dan

sebagainya (Istiqomah.H, 2018).

Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan

tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air

putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber

protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan

rendah gizi dan makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu

memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya

untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi

dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus

berkurang dan menimbulkan anemia (Zubir, 2018). Penelitian yang

dilakukan oleh Zubir (2018), menemukan adanya hubungan yang

bermakna antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri.

Dibuktikan dengan hasil uji chi square dengan p-value=0,003 (p<0,05).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa anemia ringan yang dialami

remaja disebabkan oleh kareana kebiasaan makan yang sering

menyimpang dari kebiasaan waktu makan


2

yang sudah diberikan, selain itu faktor dari kebiasaan mengkonsumsi

makanan siap saji juga merupakan faktor terjadinya anemia.

Kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang

seharusnya dimakan akan mempengaruhi kesehatan tubuh yang

maksimal. Energi merupakan sumber pembentukan eritrosit, sedangkan

hemoglobin yaitu bagian dari eritrosit sehingga apabila asupan energi

kurang akan menyebabkan penurunan pembentukan eritrosit dan

mengakibatkan kadar hemoglobin menurun (Suryani, 2015).

3. Konsep Remaja

a. Karakteristik Remaja

Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju

dewasa sehingga masa remaja memiliki karakteristik tersendiri yang

berbeda dengan masa kehidupan lainnya. Karakteristik masa remaja

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Terjadinya perkembangan fisik yang sangat pesat, hal ini terjadi

karena memang pada masa ini lah perkembangan tubuh berada di fase

optimalnya.

2) Pada masa kedua, seseorang memiliki energi secara berlimpah,

sehingga kelompok umur ini cenderung aktif untuk beraktivitas

ataupun berprestasi.

3) Pada fase ketiga seorang remaja memiliki ketertarikan yang kuat pada

lawan jenisnya.
3

4) Seorang remaja menunjukkan memiliki kemampuan untuk mandiri,

pada masa ini remaja ingin menunjukkan bahwa mereka bisa

mengambil keputusan dan melakukan kegiatan secara mandiri.

5) Pada masa kelima merupakan masa peralihan, dalam masa remaja ini

seseorang sering memiliki keraguan untuk berbagai permasalahan

yang dialaminya.

6) Masa pencarian identitas diri atau sering disebut dengan masa krisis

identitas, pada masa ini remaja ingin mengetahui berbagai hal yang

ada di dunia ini dan ingin mengetahui apakah hal tersebut baik atau

tidak baginya serta berbagai hal lainnya yang menyebabkan

kebahagian baginya.

7) Pada masa ketujuh atau pada masa terakhir remaja sebagai masa

ambang dari masa dewasa atau yang diartikan bahwa remaja sering

dianggap mulai mendekati masa dewasa (Ayudiputri & Afifah, 2022).

b. Penggolongan Usia Remaja

Menurut penelitian (Hockenberry, Wilson, & Rodgers 2019) batasan

usia remaja terdiri dari tiga fase, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja

menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-20 tahun) yaitu:

1) Masa remaja awal yang usianya 11- 14 tahun.

Pada masa ini mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak

dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan

tidak tergantung pada orang tua.

2) Masa remaja pertengahan merupakan anak yang usianya 15-17 tahun.


3

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir

yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting. Pada masa ini

remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar

membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis

menjadi penting bagi individu.

3) Masa remaja akhir merupakan anak yang mencapai usia 18-20 tahun.

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki

peranperan orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi

matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima

orang dewasa.

B. Tinjauan Islami

Manusia perlu makan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala

proses fisiologis. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, yaitu ada

yang berfungsi sebagai sumber tenaga, pembangun, dan pelindung atau pengatur segala

proses. Manusia menganggap bahwa makanan yang ia makan merupakan sumber energi

yang hanya mendatangkan manfaat, namun tidak memperhatikan bahwa makanan dapat

pula menjadi sumber bahaya apabila makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan

aturan yang ada atau sesuai syariat agama. Seperti dalam firman Allah swt. QS.

‘Abasa/80: 24. yang membahas betapa pentingnya memperhatikan makanan.

Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Ayat di atas tidak hanya diperuntukan memperhatikan makanan yang bersifat

bahaya. Namun tidak demikian di zaman modern ini, kemakmuran hidup dengan taraf
3

ekonomi yang semakin meningkat turut mempengaruhi gaya hidup manusia, seperti

manusia lebih banyak makan di warung-warung dan restoran yang kebersihannya belum

terjamin dibanding memasak di rumah. Terutama juga dalam hal memilih makanan

banyak varian yang gunanya hanya memenuhi selera lidah (Rahayu, 2019)

Makan adalah kebutuhan utama manusia, makanan juga mempengaruhi

metabolisme dalam tubuh. Begitupun Rasulullah menyampaikan bahwa berlebihan itu

membuat iman menjadi lemah seolah-olah hidup dipusatkan untuk memenuhi nafsu

makan saja. Makan secara berlebihan dapat memicu terjadinya penyakit yang membuat

tubuh tidak mampu mencerna segala makanan yang masuk ke dalam tubuh dan bisa

mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh sehingga tubuh menjadi tidak ideal atau

biasanya disebut obesitas (Kusumawardani & Pratiwi, 2020). Dalam firman Allah SWT.

(QS. Al- A‟raf/7:31)

Artinya : “Wahai anak cucu adam, pakailah pakaianmu yang bagus setiap (memasuki)

masjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan, Sungguh Allah tidak

menyukai orang yang berlebih-lebihan“.


3

C. Kerangka Konsep

Anemia
Pertumbuhan terhambat
Kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang
Prestasi belajar menurun
Massa pertumbuhan mudah terinfeksi

Kejadian Anemia
Pola pada mahasiwa putri

Tidak Anemia
Pertumbuhan tinggi badan lebih optimal
Kebugaran Fe meningkat
Resiko melahirkan bayi berat badan lebih ren
Lebih aktif melakukan aktivitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Anemia


Gaya hidup
Kebiasaan sarapan pagi
Sosial ekonomi dan demografi
Pendidikan

Jenis kelamin

Umur
Wilayah

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
3

KETERANGAN :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Ada hubungan

Berdasarkan kerangka konsep pola makan memberikan konstribusi pada kejadian

anemia yang dialami oleh remaja putri. Jika mahasiswa putri mengalami anemia maka

pertumbuhan terhambat, kebugaran atau kesegaran tubuh berkurang, prestasi belajar

menurun, dan masa pertumbuhan mudah terinfeksi.

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya “Hubungan pola makan

dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas Aisyiyah

Yogyakarta”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan

metode non-eksperimen. Penelitian ini menggunakan studi analitik korelasi

dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional untuk menjelaskan hubungan

antara variabel bebas yaitu pola makan dengan variabel terikat yaitu kejadian

anemia pada remaja putri di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

bagianbagian dan fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya. Metode

kuantitatif dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan ada tidaknya manipulasi

variabel independen, yaitu metode noneksperimen dengan metode eksperimen.

Metode noneksperimen atau sering disebut survei tidak melibatkan adanya

manipulasi variabel independen sebab variabel independen serta dependen hanya

diukur variabel dependen (Hastjarjo, 2019).

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang tidak tergantung atau variabel yang

dapat berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lainnya . Sedangkan

variabel terikat yaitu variabel yang tergantung pada variabel bebas dan dikatakan

sebagai variabel penganggu.

34
3

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau dependent

variable. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian anemia pada

mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau independent

variables. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola makan pada

mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu atau confounding variable adalah variabel yang

mengganggu terhadap hubungan antara variabel bebas dengan variable

terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,

status ekonomi, dan gaya hidup.

a. Gaya hidup : tidak dikendalikan dengan mengikutsertakan semua

responden tanpa mempertimbangkan gaya hidupnya.

b. Kebiasaan sarapan pagi : tidak dikendalikan dengan peneliti tidak

meneliti kebiasaan sarapan pagi tetapi dengan pola makan.

c. Sosial ekonomi dan demografi : dikendalikan dengan memilih responden

yang memiliki uang saku normal mulai dari 15.000 dan diatasnya perhari.

d. Pendidikan : dikendalikan dengan responden penelitian ini pada

mahasiswi di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


3

e. Jenis kelamin : dikendalikan dengan responden penelitian ini memilih

mahasiswa putri.

f. Umur : dikendalikan dengan memilih responden pada usia 18-20 tahun

g. Wilayah : dikendalikan dengan tempat tinggal pada mahasiswa putri di

Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Pola Makan

Pola makan adalah perilaku pada mahasiswa putri untuk memberi

jawaban terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pola makan yang

meliputi frekuensi makan, jenis makanan, atau macam makanan. Cara

pengukuran pada penelitian ini menggunakan kuesioner Food Frequency

Questionnaire. Pengukuran pada pola makan dalam satu minggu dengan

hasil ukur dikategorikan menjadi kurang (128-235), cukup (236-343),

baik (344-452) menggunakan data skala ordinal.

2. Kejadian Anemia

Anemia yaitu dimana seseorang kekurangan kadar hemoglobin

(Hb) dalam darah yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang

diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Cara pengukuran pada

penelitian ini menggunakan Easy Touch GCHb. Skala data yang

digunakan adalah skala nominal, yaitu dikatakan anemia jika hasil ukur

kadar Hb <

12 gr/dL dan jika hasil pengukuran kadar Hb > 12 gr/dL maka tidak

dikatakan anemia.
3

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Untuk definisi sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2018).

Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa Putri Universitas Aisyiyah

Yogyakarta Fakultas Ilmu Kesehatan maupun non Fakultas Ilmu

Kesehatan semua angkatan dengan jumlah 5.848 mahasiswi tahun ajaran

2022-2023 di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Sampel

Teknik Sampel yang digunakan yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan teknik sampel non-probability yang tepatnya menggunakan

Purposive Sampling. Metode ini menggunakan kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti untuk memilih sampel. Purposive Sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono

2018). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Isaac dan

Michael (Sugiyono, 2015) yaitu sebagai berikut:

n= N Z2 p q
((N-1)d2 +(Z2pq))
3

n= 5.848 (1,96)2 (0,7) (0,3)


((5.848-1) (0,1)2 + ( 1,96)2 (0,7)(0,3))

n= 4.717,7921
58,67+0,8067
n= 79,58
n= 80

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Presisi absolut kesalahan (0,1)

p = Proporsi kasus anemia pada mahasiswi (0,7)(Akib dan Sumarni 2017)

q = 1-p (100% - p ) (0,3)

Berdasarkan hasil dari perhitungan besar sampel pada penelitian ini

yaitu sebanyak 80 sampel. Untuk meminimalisir terjadinya proporsi drop

out pada subyek penelitian maka perlu dilakukan koreksi besar sampel

(Sunarto, 2018) sebagai berikut :

n’ = n

1-f

n’ = 80

1-0,1

n’ = 88,89 = 89

Keterangan: n’= koreksi

besar sampel
3

n = besar sampel

f = presentase kemungkinan subjek penelitian yang drop out (10%)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas sampel koreksi penelitian ini

adalah 89 responden.

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa putri berusia 18-20 tahun di Universitas Aisyiyah

Yogyakarta

2) Bersedia menjadi subyek penelitian

3) Dapat berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria Ekslusi

1) Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

2) Lama menstruasi diatas 7 hari

E. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika peneltian harus diperhatikan (Hidayat, 2014). Masalah

etika penelitian menurut (Notoatmodjo, 2018) yang harus di perhatikan antara

lain:

1. Ethical Clearance (Kelayakan etik)

Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik

penelitian mengenai riset yang melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan,

tumbuhan) yang menyatakan dalam sebuah skripsi riset layak dilaksankan jika

telah memenuhi syarat. Pada peneltian ini melibatkan manusia sebagai bahan
4

penelitian dan telah disetujui oleh KEPK (Komisi Etik Penelitian Kesehatan)

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan Surat Izin Etik Nomor.1582/KEP-

UNISA/I/2023 dan Surat Persetujuan dari LPPM (Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat) dengan Surat Pengantar Penelitian Nomor.

61/LPPM/UNISA/2023.

2. Informed consent (Lembar persetujuan)

Informed consent atau lembar persetujuan yaitu bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

yang diberikan sebelum penelitian, lalu diberikan kepada responden untuk

menjadi responden penelitian tanpa paksaan.

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Anonymity adalah menyembunyikan identitas responden dengan cara

tidak mencantumkan nama responden pada lembar instrument penelitian dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality adalah aspek yang menjamin kerahasiaan data ataun

informasi. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok ataupun data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil penelitian.

5. Justice (Bersikap adil)

Justice atau keadilan merupakan prinsip yang direfleksikan ketika

perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan

keadilan
4

sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku Peneliti tidak

membedabedakan antar responden pada penelitian yang akan dilaksanakan.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner pola makan

Kuesioner pola makan pada penelitian ini menggunakan kuesioner

Food Frequency Questionnaire. Kuesioner dalam penelitian ini diadopsi

oleh peneliti (Latifah, 2018) lalu dimodifikasi oleh peneliti. Food

Frequency Questionnaire yaitu kuesioner makanan yang berisi sejumlah

bahan makanan maupun makanan jadi yang mangandung vitamin dan

mineral dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Kuesioner frekuensi

makan memuat semua tentang daftar bahan makanan atau makanan

frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut pada periode tertentu dan

bahan makanan yang terdapat dalam daftar tersebut adalah yang

dikonsumsi cukup sering oleh responden. Kisi kisi kuesioner terdapat

pada tabel 3.1 dengan kategori makanan pokok dengan skor 50

keterangan setiap hari (2-3 kali), lauk pauk dengan skor 25 keterangan

7x/minggu, sayuran dengan skor 15 keterangan 5-6 kali perminggu, buah-

buahan dengan skor 10 keterangan 3-4 kali perminggu, minuman dengan

skor 1 keterangan 1-2 kali perminggu, lain lain dengan skor 0 keterangan

tidak pernah. Penilaian frekuensi penggunaan bahan makanan digunakan

untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi


4

selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun dan

kemudian diberikan skor untuk dilakukan penilaian dan kategorisasi. Cara

skoring terdapat pada tabel 3.2 kategori baik dengan skor 344-452, cukup

dengan skor 263-343, dan kurang dengan skor 128-236. Kuesioner ini

diisi langsung dan dibagikan kepada responden yang akan dibantu oleh

peneliti dan asisten peneliti. Responden memberikan ceklis ditiap masing-

masing bahan makanan kemudian diberi nilai menurut tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penilaian Pola Makan

Kategori Skor Keterangan


Makanan Pokok 50 Setiap hari (2-3 kali)
Lauk Pauk 25 1 kali perhari
Sayuran 15 (7x/minggu) 5-6 kali
Buah-buahan 10 perminggu
Minuman 1 3-4 kali perminggu
Lain-lain 0 1-2 kali perminggu
Tidak pernah

Tabel 3.2 Kategori Penilaian Pola Konsumsi

Kategori Skor
Baik 344-452
Cukup 263-343
Kurang 128-236

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin

Dalam penelitian ini alat ukur untuk menguji kadar Hb

pengambilan darah menggunakan metode digital hemoque dengan merk

Easy Touch yang telah memenuhi syarat untuk pemeriksaan kadar Hb

berdasarkan Riset National Institusi of Health pada tahun 2007.


4

2. Metode pengumpulan data

Cara pengumpulan data yang dilakukan pertama peneliti terlebih dahulu

melakukan Informed Consent kepada responden setelah itu membagikan

kuesioner pola makan FFQ (Food Frequency Questionnaire) kepada

responden yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu pada mahasiswi dengan

usia 18-20 tahun. Setelah kuesioner diisi dan memeriksa kelengkapan jawaban

maka peneliti mengambil data anemia yaitu dengan metode digital hemoque

dengan merk Easy Touch dengan waktu yang akan dilakukan pada saat jam

mata kuliah kosong dan saat jam istirahat pada hari Senin sampai hari Sabtu di

kampus Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas dapat diartikan sebagai derajat ketepatan antara data

yang diperoleh dan dilaporkan peneliti dengan data nyata yang berada di

lapangan uji validitas pada penelitian kuantitatif sehingga uji validitas

ditujukan pada instrumen penelitian (Lapau, 2013). Menurut (Hastono,

2016) uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment

dengan ketentuan :

a. Jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan variabel valid

b. Jika r hitung ≤ r tabel, maka dinyatakan variabel tidak valid

Dalam penelitian uji validitas ini tidak dilakukan uji validitas

karena instrumen yang digunakan sudah baku dan dinyatakan valid. Hasil

uji validitas pada penelitian sebelumnya (Latifah, 2018) didapatkan dari

30
4

item kuesioner FFQ (Food Frequency Quisioner) memiliki nilai r tabel < r

hitung, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat ketepatan atau presisi suatu ukuran

atau alat pengukuran yang diginakan dalam penelitian.reliabilitas dalam

penelitian kuantitatif, data dinyatakan reliabel ketika dua atau lebih

peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama atau

peneliti yang sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama

atau sekelompok data ketika dibagi menjadi dua elompok data

menghasilkan data yang tidak berbeda (Lapau, 2013). Menurut (Hastono,

2016) uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji Crombach Alpha

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika Crombach Alpha ≥ 0,6 menyatakan bahwa variabel tersebut

reliabel

2. Jika Crombach Alpha < 0,6 menyatakan bahwa variabel tersebut tidak

reliabel

Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya

(Latifah, 2018) pada kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnaire) ini

memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0,972. Kesimpulan yang dapat

diambil adalah kuesioner reliabel karena nilai alpha > r tabel yaitu 0,972 >

0,361.
4

G. Metode Pengolahan dan Analisis data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Editing dilakukan setelah pengumpulan data dilakukan. Pada

tahap ini, dilakukan pemeriksaan data, memeriksa jawaban dan

melakukan pengecekan kuisioner apakah jawaban sudah jelas, lengkap,

relevan dan konsisten. Semua lembar kuisioner dipastikan telah teisi

jawaban sehingga dapat dilakukan penilaian..

b. Coding

Pada tahap ini peneliti memberikan kode pada setiap informasi

yang diperoleh dari lembar kuisioner dengan menggunakan angka untuk

memudahkan dalam pengolahan data. Pemberian kode tersebut

berdasarkan urutan responden dan untuk memudahkan serta menghindari

kesalahan saat memasukkan data ke dalam komputer.

c. Scoring

Pada variabel pola makan terdapat beberapa pertanyaan,kuesioner

yang tersedia dalam bentuk baku. Kuesioner yang digunakan untuk

mengetahui pola makan yaitu menggunakan food frequency dalam satu

minggu terakhir. Kemudian terdapat tabel yang berisikan kategori

makanan pokok dengan skor 50 yaitu Setiap hari (2-3 kali), lauk pauk

dengan skor 25 yaitu 1 kali perhari (7x/ Minggu), sayuran dengan skor 15

yaitu 5-6 kali perminggu, buah-buahan dengan skor 10 yaitu 3-4 kali

perminggu, minuman dengan skor 1 yaitu 1-2 kali perminggu, dan lain-

lain
4

dengan skor 0 yaitu tidak pernah. Kemudian skor yang didapat

dijumlahkan dan dikategorikan sebagai berikut: baik (total skor 344-452),

cukup (total skor 236-343), dan kurang (total skor 128- 235).

d. Cleaning

Data yang di entri diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean maupun waktu

pengolahan.

e. Tabulating

Data yang telah dikumpulkan kemudian di kelompokkan berdasarkan

jawaban yang sesuai dengan variabel yang diteliti dan diberi penilaian

berdasarkan kriteria dalam kuisioner serta menyajikan dalam bentuk

tabel- tabel agar mudah dianalisa.

2. Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan

bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis Univart adalah analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan variabel penelitian guna memperoleh gambaran atau

karakteristik sebelum dilakukan analisa bivariat dan hasil penelitian

ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Ariani, 2014).

Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan tiap variabel dan hasil

penelitian yaitu variabel independent pola makan dan variabel dependent

dalam penilitan ini kejadian anemia.


4

b. Analisis Brivariat

Analisis bivariat adalah menganalisa korelasi antara variabel

terhadap outcome, dalam hal ini variabelnya yaitu hubungan pola makan

dengan kejadian anemia pada remaja putri di Universitas Aisyiyah

Yogyakarta. Pola makan dianalisi statistik menggunakan uji chi square

yang merupakan uji non-parametrik. Chi Square atau chi kuadrat

digunakan untuk menguji hipotesis komperatif (menguji perbedaan)

ratarata sampel independen dengan setiap sampel terdapat beberapa kelas

atau kategori (Sugiyono, 2011). Uji Chi Square dipilih karena skala data

yang digunakan adalah skala data ordinal dan nominal dan jumlah sampel

yang digunakan sebagai responden sebanyak 89 mahasiswi.

H. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian yang telah dilakukan dibagi dalam beberapa tahap

awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir yaitu :

1. Tahap Awal

a. Dalam tahap awal penelitian ini adalah menentukan judul dan tempat

penelitian sehingga didapatkan judul dan tempat penelitian yaitu

Hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di

Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

b. Menentukan variabel-variabel penelitian yaitu pola makan sebagai

variabel bebas sedangkan untuk variabel terikat yaitu anemia pada remaja

putri di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

c. Meminta surat izin untuk melakukan studi pendahuluan kepada

Lembaga Penelitian dan Pengabdia Masyarakat Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta.
4

d. Peneliti menyusun proposal dan melakukan konsultasi dengan

pembimbing serta melakukan revisi proposal

e. Peneliti mengikuti seminar proposal penelitian dan melakukan perbaikan

proposal sesuai saran saat ujian proposal.

f. Peneliti melakukan revisi atau perbaikan pada proposal paling lambat

dilakukan 1 bulan setelah ujian proposal.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Setelah melakukan revisi proposal penelitian disetujui oleh pembimbing

dan penguji, peneliti mengajukan kelayakan etik penelitian kepada KEPK

(Komisi Etik Penelitian Kesehatan) di Universitas Aisyiyah Yogyakarta

b. Melakukan pengumpulan data penelitian di Universitas Aisyiyah

Yogyakarta dengan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta sebanyak 89 responden.

c. Pembagian kuesioner kepada responden yang ada dikampus dengan

mandatangi mahasiswa putri yang bersedia menjadi responden dan

sebelum kuesioner diberikan peneliti akan memberikan pengarahan

kepada responden bagaimana cara untuk mengisi kuesioner tersebut.

d. Peneliti melakukan data anemia dengan pengecekan kadar hemoglobin

menggunakan Easy Touch GCHb dengan memilih responden pada saat

tidak menstruasi.

e. Data dikumpulkan untuk dilakukan skoring.

f. Melakukan uji instrumen alat ukur (kuesioner) yang digunakan yaitu uji

chi square yang merupakan uji statisik non-parametrik .


4

g. Melakukan skoring untuk selanjutnya dilakukan analisa data untuk diuji

hipotesis.

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan hasil penelitian yang meliputi inpretasi data dan

pembahasan hasil penelitian berdasarkan data yang dihubungkan dengan

teori-teori terkait.

b. Hasil penelitian dalam bentuk tertulis kemudian dilanjutkan seminar hasil

dan perbaikan atau revisi sesuai hasil seminar proposal penelitian.

c. Melakukan penyerahan laporan hasil proposal penelitian yang telah

direvisi kepada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah

Yogyakarta.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang terletak

di Provinsi D.I.Yogyakarta dengan alamat JL. Siliwangi No.63 Mlangi,

Nogotirto, Gamping, Sleman Yogyakarta. Secara institusi kampus, Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta telah mendapatkan akreditasi dengan peringkat “B”

berdasarkan surat keputusan nomor 3566/SK/BAN-PT/Akred/PT/X/2017dari

BAN PT.

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta merupakan perguruan tinggi swasta yang

memiliki 3 fakultas yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Sains dan

Teknologi, dan Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial & Humaniora dan memiliki 20

program studi. Visi dari perguruan tinggi swasta ini adalah menjadi universitas

berwawasan kesehatan pilihan dan unggul berbasis nilai-nilai islam

berkemajuan dan untuk Misi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yaitu

menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

berwawasan kesehatan dan berdasarkan nilai-nilai islam berkemajuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kajian dan

pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam berkemajuan. Mahasiswi pada

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta terbilang cukup banyak untuk semua

angkatan berjumlah 5.848 pada tahun 2022 dan sedang melakukan perkuliahan

offline dengan pemenuhan protokol kesehatan.

50
5

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian yaitu

variabel bebas (pola makan) dengan variabel terikat (kejadian anemia pada

mahasiswa putri).

a. Karakteristik responden

Distribusi karakteristik responden pada mahasiswa putri di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik mahasiswa putri


di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Karakteristik n %
Usia
18 5 5,6
19 23 25,8
20 61 68,5
Lama Menstruasi
6 hari 16 18,0
7 hari 73 82,0
Tempat Tinggal
Rumah 5 5,6
Kost 84 94,4
Uang Saku perhari
Rp. 30.000 55 62,9
Rp. 50.000 33 37,1
Asal Prodi
S1 Keperawatan 11 12,4
D3 Radiologi 23 25,8
S1 Gizi 8 9,0
S1 Bidan 26 29,2
S1 Psikologi 14 15,7
S1 Akuntasi 7 7,9
Total 89 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari 89 responden didapatkan hasil untuk

kelompok usia pada remaja putri yaitu sebagian besar usia 20 tahun sebanyak
5

61 orang (68,5%). Berdasarkan lama menstruasi dari 89 responden sebagian

besar lama menstruasi pada 7 hari sebanyak 73 orang (82,0%) sedangkan

untuk tempat tinggal dari 89 responden sebagian besar tinggal di kost

sebanyak 84 orang (94,4%) dan untuk uang saku perharinya sebagian besar

mahasiswa putri sebanyak Rp. 30.000 (62,9%) sedangkan untuk prodi dari 89

responden lebih banyak prodi S1 Bidan yaitu 26 orang (29,2%).

b. Pola Makan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pola Makan pada mahasiswa putri di


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

NO Pola Makan Frekuensi Presentase


1. Baik 17 19,1
2. Cukup 22 24,7
3. Kurang 50 56,2
Jumlah 89 100

Berdasarkan data dari tabel 4.2 didapatkan dari 89 responden mayoritas

responden mengalami pola makan kurang sebanyak 50 orang (56,2%)

pola makan cukup sebanyak 22 orang (24,7%) dan pola makan baik

sebanyak 17 orang (19,1%).


5

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Bahan Makanan pada Pola Makan


pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Bahan Makanan Frekuensi Presentase


Makanan Pokok
Nasi 44 49,4
Roti 20 22,5
Mie 25 28,1
Lauk Pauk
Ayam 59 66,3
Telur 30 33,7
Sayuran
Makan Sayur 34 38,2
Tidak Makan Sayur 55 61,8
Buah
Makan Buah 55 61,8
Tidak Makan Buah 34 38,2
Minuman
Teh 41 46,1
Kopi 48 53,9
Total 89 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari 89 responden, mahasiswa putri

dari makanan pokok mayoritas makan nasi dengan jumlah sebanyak 44

orang ( 49,4%). Untuk lauk pauk dari 89 responden mayoritas makan

ayam yaitu sebanyak 59 orang (66,3%) sedangkan untuk sayuran dari 89

responden mayoritas tidak makan sayur yaitu sebanyak 55 orang (61,8%)

untuk buah- buahan mayoritas mahasiswa putri makan buah sebanyak 55

orang (61,8%) dan untuk minuman dari 89 responden mayoritas minum

kopi yaitu sebanyak 48 orang (53,9%)


5

c. Kejadian Anemia

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia pada mahasiswa putri


di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

NO Kejadian Anemia Frekuensi Presentase


1. Tidak Anemia 31 34,8
2. Anemia 58 65,2
Jumlah 89 100

Berdasarkan data dari tabel 4.4 dapat dismpulkan bahwa dari 89

responden mayoritas mengalami anemia sebanyak 58 orang (65,2%) dan

tidak mengalami anemia sebanyak 31 orang (34,8 %).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkatan Kejadian Anemia pada


mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

NO Kejadian Anemia Frekuensi Presentase


1. Ringan 8 13,8
2. Sedang 23 39,7
3. Berat 27 46,6
Jumlah 58 100

Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari 58

responden mayoritas mengalami anemia berat sebanyak 27 responden

(46,6%) yang mengalami anemia anemia sedang sebanyak 23 responden

(39,7%) sedangkan untuk tingkatan anemia ringan sebanyak 8 responden

(13,8%) , jika hemoglobin (Hb) pada mahasiswa putri 10,0-11,9 gr masuk


5

dalam kategori anemia ringan dan untuk hemoglobin (Hb) pada

mahasiswa putri 7,0-9,9 gr masuk dalam kategori anemia sedang,

sedangkan untuk hemoglobin (Hb) pada remaja putri <7,0 gr masuk

dalam kategori anemia berat.. Pengukuran Hemoglobin (Hb) dari 58

responden mengalami anemia dengan hasil tertinngi pada anemia berat

yaitu 5,9 gr dan untuk hasil pengukuran hemoglobin (Hb) yang tidak

mengalami anemia yaitu 15,6 gr pada mahasiswa putri.

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas yaitu pola makan dengan variabel terikat yaitu kejadian

anemia dan menggunakan uji statistik uji Chi-Square.

Tabel 4.6 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada


mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pola Makan Kejadian Anemia Total P Value r Value


Anemia Tidak Anemia
F % F % F % 0,000 0,745
Baik 12 11,1 5 5,9 50 50,0
Cukup 1 14,3 21 7,7 22 22,0
Kurang 45 32,6 5 17,4 17 17,0
Total 58 65,2 31 34,8 89 100

Berdasarkan uji chi square, pada bagian person chi square terlihat

nilai value 0,000 (x2). Karena nilai value 0,000<0,05 maka dapat disimpulkan

terdapat hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri

di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Nilai korelasi Chi Square = 0,745

masuk dalam kategori kuat menunjukkan semakin memiliki pola makan yang

baik, maka mahasiswa putri tidak mengalami anemia.


5

A. Pembahasan

1. Karakteristik Responden pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui dari 89 responden untuk

kelompok usia pada remaja putri yaitu sebagian besar usia 20 tahun

sebanyak 61 orang (68,5%) dan untuk lama menstruasi dari 89 responden

sebagian besar lama menstruasi pada 7 hari sebanyak 73 orang (82,0%)

sedangkan untuk tempat tinggal dari 89 responden sebagian besar tinggal di

kost sebanyak 84 orang (94,4%) dan untuk uang saku perharinya sebagian

besar mahasiswa putri sebanyak Rp. 30.000 (62,9%) sedangkan untuk prodi

dari 89 responden lebih banyak prodi S1 Bidan yaitu 26 orang (29,2%).

Mahasiswa putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko

tinggi mengalami anemia karena pada remaja berada pada masa

pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi dan adanya

siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab

remaja putri mudah terkena anemia. Faktor yang mempengaruhi anemia

pada remaja cukup beragam. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

anemia antara lain adalah status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi.

Ekonomi rendah cenderung mengalami gizi kurang. Hal tersebut akan

berpengaruh pada kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi

sehingga keadaan tersebut memungkinkan untuk terjadinya anemia pada

remaja (Martini, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional

tahun 2013 menunjukkan pravelensi anemia pada usia 5-14 tahun sebesar

26,4%. Faktor lain yang mempengaruhi anemia pada remaja cukup

beragam yaitu pada


5

penelitian (Arsiyanti & Nontji, 2015) menemukan kasus anemia sebanyak

36.8% pada sebagian siswi yang mempunyai orang tua dengan tingkat

pendapat dan pendidikan rendah.

Lama menstruasi setiap perempuan berbeda beda namun normalnya

haid berlangsung 3-6 hari, yang kurang sekitar 1-2 hari dan diikuti dengan

darah yang keluar sedikit-sedikit tetapi ada yang sampai 7 hari.

Berdasarkan penelitian (Basith, 2017) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri” menunjukkan faktor yang

berhubungan dengan anemia ialah lama menstruasi. Hal tersebut dapat

terjadi dikarenakan responden yang memiliki lama menstruasi tidak normal

akan mengalami lebih banyak kehilangan darah saat menstruasi dari pada

responden yang memiliki lama menstruasi yang normal. Lamanya proses

menstruasi akan mempengaruhi jumlah sel darah merah di dalam tubuh,

semakin lama proses menstruasi maka semakin banyak darah yang keluar,

yang mana hal ini dapat menyebabkan masalah anemia pada perempuan.

2. Pola Makan pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Berdasarkan hasil dari penelitian dari 89 responden sebagian besar

responden mengalami pola makan kurang sebanyak 50 orang (56,2%) pola

makan cukup sebanyak 22 orang (24,7%) dan pola makan baik sebanyak 17

orang (19,1%). Hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa banyak

mahasiswa putri mempunyai pola makan yang tidak baik atau pola makan

yang kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian (Jeumpa, 2020) didapatkan

hasilnya yaitu pola makan sangat berpengaruh terdahadap gejala anemia


5

dimana dapat mengganggu aktifitas yang dirasakan yaitu terasa lemas, hal

ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang berprotein baik

nabati ataupun hewani perubahan pola makan dan mengurangi makanan

cepat saji dan instan. Hal ini juga sejalan dengan teori Adriani dalam Tiaki

(2017), yang menyatakan bahwa mahasiswa putri menggemari pola makan

yang tidak sehat. Selain itu remaja putri biasanya sangat memperhatikan

bentuk badannya, sehingga banyak yang membatasi porsi makannya, dan

mahasiswa putri sering kali melakukan pengurangan makan demi

mendapatkan bentuk tubuh yang ideal menurut mereka, kebiasaan diet ini

sangat mempengaruhi pola makan, dimana remaja putri membatasi atau

menghilangkan makanan-makanan tertentu misalnya karbohidrat seperti

nasi, berdasarkan jawaban dari kuesioner pola makan 59,6% remaja

mengtakan jarang sekali makan satu piring nasi hal ini menggambrkan

adanya upaya pengurangan makan atau diet pada remaja dengan anemia.

Perilaku makan remaja dapat dipengaruhi oleh dua faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi jumlah dan karakteristik

keluarga, peran orang tua, teman sebaya, social budaya, nilai norma,

media massa, fast food, mode, pengetahuan, gizi, dan pengalaman

individu. Sedangkan pada faktor internal meliputi kebutuhan fisiologi,

body image, soft-concept, nilai dan kepercayaan individu, pemilihan dan

arti makanan, psikososial, dan kesehatan (Mardalena, 2017). Kebiasaan

makan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap pencapaian tubuh yang

ideal, misalnya saja pembatasan asupan makanan agar berat badan tidak

berlebih. Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan

dirinya sendiri, apalagi


5

yang menyangkut tentang body image atau persepsi terhadap tubuhnya,

dimana bentuh tubuh tinggi dan kurus merupakan hal yang diinginkan

oleh remaja putri. Hal ini terkadang membawa pengaruh buruk, banyak

remaja yang menerapkan pola makan tidak sehat demi mendapat tubuh

ideal. Pola makan yang salah bisa meningkatkan risiko status gizi buruk

(Shara, 2014). Berdasarkan frekuensi bahan makanan diketahui dari 89

responden, mahasiswa putri dari makanan pokok mayoritas makan nasi

dengan jumlah sebanyak 44 ( 49,4%). Untuk lauk pauk dari 89 responden

mayoritas makan ayam yaitu sebanyak 59 (66,3%) sedangkan untuk

sayuran dari 89 responden mayoritas tidak makan sayur yaitu sebanyak

55 (61,8%) untuk buah-buahan mayoritas remaja putri makan buah

sebanyak 55 (61,8%) dan untuk minuman dari 89 responden mayoritas

minum kopi yaitu sebanyak

48 (53,9%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ita Putri, 2019) di

SMP Advent Lubuk Pakam dimana pola makan baik sebesar 44,4 % dan

tidak baik 55,5 %. Hasil Penelitian ini juga hampir sama dengan penelitian

(Rumida, 2021) berdasarkan pola makan remaja, dimana hasil tersebut

menunjukkan pola makan baik sebesar 41,9% dan tidak baik sebesar

58,1%. Dalam Survei Konsumsi Makanan 2014, konsumsi protein hewani

penduduk Indonesia sebesar 78,4 gram per orang per hari. Protein nabati

lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, dapat

dilihat pada konsumsi kacang-kacangan, serealia dan olahan bahan

makanan ini mencapai 56,7 gram dan 257,7 gram per orang per hari.

Konsumsi kelompok sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan

penduduk masih rendah yaitu 57,1


6

gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang per hari. Alasan remaja

putri memilih protein hewani ketimbang nabati antara lain karena alasan

kesukaan hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan seseorang (Akib & Sumarmi, 2017).

3. Kejadian Anemia pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta Dari hasil penelitian pada 89 responden didapatkan hasil

yang mengalami anemia sebanyak 58 responden (65,2%) dan yang

tidak mengalami anemia sebanyak 31 responden (34,8%). Untuk

tingkatan kejadian anemia dari disimpulkan bahwa dari 58 responden

sebagian besar mengalami anemia anemia berat sebanyak 27 responden

(46,6%), anemia sedang sebanyak 23 responden (39,7%) dan anemia

ringan sebanyak 8 responden (13,8%) Hasil pengamatan tersebut dapat

diketahui banyak mahasiswa putri yang mengalami anemia

dibandingkan dengan remaja putri yang tidak mengalami anemia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Manila, 2021) yaitu

sebagian besar remaja putri mengalami anemia sebanyak 28 responden

(50,9%) dan paling sedikit tidak mengalami kejadian Anemia sebanyak 27

responden (49,1%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

(Istiqomah, 2016) sebagian besar remaja putri

didiagnosis anemia (78,5%), sedangkan sisanya tidak anemia (21,4%).

Kejadian anemia pada remaja tidak hanya disebabkan oleh pola

makan yang kurang baik, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian

(Manila, 2021) yang menunjukan terdapat responden yang memiliki pola

makan baik tetapi mengalami kejadian anemia sebanyak 4 responden

(7,5%). Hal
6

menunjukan tidak hanya pola makan yang mempengaruhi terjadinya

anemia tetapi faktor lain seperti kurangnya kandungan Vitamin B12,

Protein dan Asam Folat dalam makanan yang dikonsumsi. Anemia

defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi pada remaja,

karena kebutuhan yang tinggi untuk pertumbuhan. Anemia kurang zat besi

lebih banyak terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Remaja

putri cenderung melakukan diet sehingga dapat menyebabkan asupan zat

besi berkurang. Remaja putri mengalami menstruasi, dimana kehilangan

zat besi

± 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi remaja putri lebih banyak

dari pada laki-laki (Dea I, 2014).

Gejala yang paling umum dari anemia adalah kelelahan atau

kelemahan, warna kulit pucat yang disebabkan oleh kadar hemoglobin

darah yang rendah dan kesulitan berkonsentrasi atau mengingat akibat

kurangnya pasokan oksigen keotak. Hal ini sangat merugikan bagi remaja

yang masih bersekolah yaitu menurunkan kemampuan dan konsentrasi

belajar, mengganggu pertumbuhan tinggi dan berat badan menjadi tidak

optimal khususnya pematangan organ-organ reproduksi,terutama bagi

remaja putri yang sudah mengalami menstruasi (Yuni, 2017).

4. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada mahasiswa putri di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan pola makan

dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta (Value = 0,000). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil


6

penelitian (Zubir, 2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola

makan dengan anemia pada remaja putri di SMK Kesehatan Assyifa School

Banda Aceh, demikian pula hasil penelitian dari (Manila, 2021) terdapat

ada hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri

di SMA Murni Padang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

(Syafiq, 2017) berdasarkan uji statistik di peroleh nilai p-value 0,002

(<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan kejadian anemia remaja putri di MTs Swasta Al-Hidayah Talang

Bakung Kota Jambi Tahun 2017. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian (Novitasari, 2015) yang menjelaskan ada hubungan antara

asupan protein, zat besi dan seng dengan kadar hemoglobin pada remaja

putri di SMA Batik 1 Surakarta dan penelitian (Akib & Sumarmi, 2017)

juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan protein dengan

status anemia pada remaja putri di SMA MTA Surakarta. Berbanding balik

dengan penelitian (Satyagraha et al., 2020) yang menyatakan bahwa tidak

ada hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMP Negeri 18 Banjarmasin.

Remaja di Indonesia berisiko mengalami anemia terutama pada

remaja putri yang memiliki resiko tinggi dan cenderung disebabkan oleh

kekurangan asupan makanan sumber zat besi sehingga perlu dibentuk

perilaku makan makanan sehat dan bergizi. Anemia yang di alami remaja

putri bisa diakibatkan oleh kejadian menstruasi dimana kurangnya jumlah

zat besi,dapat terjadi akibat konsumsi makanan sehari-hari yang kurang

mengandung zat besi. Makanan yang di konsumsi berkaitan erat dengan


6

status gizi apabila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang baik,

maka status gizi akan baik, begitu pula jika makanan yang dikonsumsi

kurang memenuhi nilai kandungan gizinya, maka akan mengakibatkan

kekurangan gizi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Yosefi,

2023). Remaja putri dengan pola makan tidak sehat lebih mungkin

mengalami anemia dibandingkan remaja putri dengan diet sehat karena

prevalensi mie instan dan makanan cepat saji lainnya di kalangan remaja

terlebih mereka tempat tinggal di kost karena jauh dari rumah dan juga

remaja putri kurang dalam mengkonsumsi sayur karena sebagian dari

remaja tidak suka sayur (Suryani, 2015).

Asupan zat besi berfungsi berarti dalam terjadinya anemia apabila

konsumsi zat besi bagus serta kadar hemoglobin baik, sehingga tidak

terjadi anemia. Ikatan antara zat besi serta kadar hemoglobin bahwa zat

besi ialah komponen utama serta berfungsi penting dalam pembentukan

darah, yaitu sintesis hemoglobin. Anemia besi ditunjukkan kadar

hemoglobin yang lebih rendah dari normal dan taraf gizi besi untuk

seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsinya lewat makanan,

bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, persediaan zat besi dalam

jaringan, kebutuhan tubuh. Kekurangan zat besi tidak hanya bisa

memunculkan turunnya kandungan hemoglobin juga bisa memunculkan

kendala ataupun halangan pada pertumbuhan, baik sel tubuh ataupun sel

otak (Sholicha & Muniroh, 2019). Beberapa riset sebelumnya

memperlihatkan bahwa faktor yang mempengaruhi anemia antara lain

pengetahuan, pola asupan makanan, serta kepatuhan Fe dan konsumsi

tablet. Untuk mencegah anemia diperlukan


6

pengetahuan tentang kesadaran dan manfaat mencegah anemia. Oleh

sebab itu, untuk mencegah anemia pada remaja putri, sangat penting

dilakukan cara untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang anemia

serta nilai gizi makanan yang mereka makan sehari-hari (Simanungkalit et

al., 2018).

d. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini kuesioner pada pola makan menggunakan

metode food frequency questionnaire dimana data yang didapatkan

tergantung pada kelengkapan daftar makanan dalam kuesioner dan

bergantung pada daya ingat responden


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pola

makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola makan pada mahasiswa putri dari 89 responden mayoritas dalam kategori

pola makan kurang yaitu sebanyak 50 responden (56,2%) untuk kategori pola

makan cukup yaitu sebanyak 22 responden (24,7%) dan untuk kategori pola

makan baik sebanyak 17 responden (19,1%)

2. Kejadian anemia pada mahasiswa putri dari 89 responden mayoritas mengalami

anemia sebesar 58 (65,2%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 31 responden

(34,8%)

3. Adanya hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada mahasiswa putri di

dengan p-value=0,000 lebih kecil (p-value <0,005) di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta.

4. Terdapat keeratan hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada

mahasiswa putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta diperoleh nilai koefisien

korelasi sebesar 0,745. Hal ini menunjukkan keerataan hubungan kategori kuat.

61
6

B. Saran

1. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Peneliti menyarankan agar pihak kampus Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

dapat memberikan lebih banyak informasi untuk meningkatkan pengetahuan

remaja putri tentang pola makan yang baik dengan memanfaatkan fasilitas

misalnya dengan poster tentang pola makan dan tanda tanda kejadian anemia.

2. Bagi Mahasiswa Putri

Diharapkan untuk responden yang memiliki pola makan yang kurang

sebaiknya selalu membiasakan pola makan yang sehat, dengan mengkonsumsi

makanan yang beragam dan bergizi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti dan rujukan

untuk pengembangan peneliti selanjutnya dan saran saya kepada peneliti

selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian tentang judul yang sama dengan

menambahkan variabel sebagai faktor yang mempengaruhi pola makan pada

remaja putri seperti kebiasaan sarapan pagi dan sosial ekonomi.


6

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, F. (2019). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Sman 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019. Jurnal Doppler
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 3(2), 18–21.

Arisnawati, & Zakiudin, A. (2018). Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri di SMA Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. Jurnal
Para Pemikir, 7(1), 53–58.

Ayu Dwi Putri Rusman. (2018). Pola Makan Dan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi
Yang Tinggal Di Kos-Kosan. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 1(2).

Ayudiputri, Z. Z., & Afifah, Z. (2022). AWAL. 6.

Carlson, B. E., Anderson, J. C., Raymond, G. M., Dash, R. K., Bassingthwaighte, J. B.


2008. Modeling Oxygen and Carbon Dioxide Transport and Exchange Using a
Closed Loop Circulatory System. Advances in Experimental Medicine and
Biology. 614, pp 353-360. DOI: 10.1007/978-0-387-74911-2

Chaturvedi, D., Chaudhuri, P. K., & Chaudhary, A. K. (2017). Study of correlation


between dietary habits and anemia among adolescent girls in Ranchi and its
surronding area. 4(4), 1165–1168.

Dewi, N. U., & Tadulako, U. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Makan pada Remaja SMA Negeri 1 Palu. June.

Emiliana, B.Dhesa, D., & Mayangsari, R. (2021). Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian
dan Pengendalian Penyakit Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari. Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian Dan Pengendalian
Penyakit Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota
Kendari, 01(01), 1–7.

Febriani, A. Y. U., & Sijid, S. T. A. (2021). Review : Anemia Defisiensi Besi. November,
137–142.

Hastjarjo, T. D. (2019). Rancangan Eksperimen-Kuasi. Buletin Psikologi, 27(2), 187.


https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.38619

Hockenberry, Wilson, & Rodgers. 2019. Wong’s Nursing Care Of Infants and Children.
Elsevier: St. Louis.
6

Jaelani, M., Simanjuntak, B. Y., & Yuliantini, E. (2017). Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, 8(3),
358. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.625

Julaecha, J. (2020). Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK), 2(2), 109. https://doi.org/10.36565/jak.v2i2.105

Kusuma, N. I., & Kartini, F. (2021). Changes in Knowledge and Attitudes in Preventing
Anemia in Female Adolescents : A Comparative Study. 1(2).

Kusumawardani, A., & Pratiwi, A. (2020). PENGARUH POLA MAKAN SEHAT ISLAM
TERHADAP PENCEGAHAN OBESITAS DI MASYARAKAT KP . GEBANG RT /
RW 004 / 002. 74–81.

Mariana, D., Wulandari, D., & Padila, P. (2018). Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Silampari, 1(2), 108–122. https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.83

Maulana, M. I., Zara, N., & Iqbal, T. Y. (2022). The Relationship Of Anemia In Pregnant
Mothers To The Event Low Birth Weight In 2 Lhokseumawe City Private Hospital
In 2020. 8(1), 45–53.

Muhayati, A., & Ratnawati, D. (2019). Hubungan Antara Status Gizi dan Pola Makan
dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia, 9(01), 563–570. https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i01.183

Nasruddin, H., Syamsu, R. F., Kedokteran, F., Muslim, U., Kedokteran, F., Muslim, U.,
Kedokteran, F., & Muslim, U. (2021). Angka kejadian anemia pada remaja di
indonesia. 1(April), 357–364.

Rahayu, M. (2019). Pola Makan Menurut Hadis Nabi Saw (Suatu Kajian Tahlili). Jurnal
Diskursus Islam, 7(2), 295–313. https://doi.org/10.24252/jdi.v7i2.10144

Ratnawati, A. E. (2022). Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan


Mengkonsumsi Tablet Fe Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kebidanan, 9(1), 1–6.
https://doi.org/10.48092/jik.v9i1.177

Rusmilawaty, Y., & Tunggal, T. (2015). Hubungan Antara Kepatuhan Minum Tablet Fe
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Ma Darul Imad Kecamatan Tatah
Makmur Kabupaten Banjar. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia,
2(1), 31–36.
6

Sari, P., Azizah, D. I., Gumilang, L., Tina, R., & Judistiani, D. (2019). Asupan Zat Besi ,
Asam Folat , dan Vitamin C pada Remaja Putri di Daerah Jatinangor. 4(4).

Satyagraha, K., Putera, K., Noor, M. S., & Heriyani, F. (2020). Hubungan Pola Makan
dengan Kejadian Anemia di SMP Negeri 18 Banjarmasin 2019 / 2020. Jurnal
Homeostatis, 3(2), 217–222.

Silalahi, V., Aritonang, E., & Ashar, T. (2016). Potensi Pendidikan Gizi Dalam
Meningkatkan Asupan Gizi Pada Remaja Putri Yang Anemia Di Kota Medan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 295.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4113

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja

Syafiq. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia
Remaja Putri Di Mts Swasta Al-Hidayah Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2017.
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat, Vol.1(No.2), 179–189.

Utami, A., Margawati, A., Pramono, D., & Wulandari, D. R. (2022). Jurnal Gizi
Indonesia Prevalence of Anemia and Correlation with Knowledge , Nutritional
Status , Dietary Habits among Adolescent Girls at Islamic Boarding School. 10(2),
114–121.

https://himagisa.unisayogya.ac.id/2021/11/14/penyebab-pencegahan-dan-
pengobatananemia/

Rosidah, & Rahmawati, N. K. 2016. Perbedaan Kadar Hemoglobin Metode Sahli pada
Darah Vena dan Kapiler di Puskesmas Tikung Desa Bakalan Pule Kec.Tikung
Kab.Lamongan. Jurnal Sains, 6(11) : 21–26

Lapau. 2013. Metodologi Penelitian: Yayasan Pustaka Obot Indonesia. Jakarta.

Puspitasari., Aliviameita, A., Rinata, E., Yasmin, R. A. Y., & Saidah, S. N. 2020.
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Antara Metode Point of Care Testing
Dengan Metode Sianmethemoglobin Pada Ibu Hamil. Jurnal Analis Kesehatan, 9(1)
: 24
6

LAMPIRAN
6

Lampiran 2
6

Lampiran 3
6

Lampiran 4
7

Lampiran 5
7

Lampiran 6
7

Lampiran
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Inform Consent

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai

responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Judul Penelitian : “Hubungan Pola Makan dengan kejadian Anemia pada remaja

putri di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Penelitian : Khalfia Khairin

NIM : 1910201205

Saya percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya

Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan

serta dalam penelitian.

Peneliti Yogyakarta, Februari 2023

Responden

Khalfia Khairin
1910201205
7

Lampiran

KUESIONER

Kode Responden :

Nama :

Usia :

Asal Prodi :

Lama menstruasi :

Tanggal wawancara :

Uang saku perhari :

Tempat tinggal :

Hemoglobin : gr/dl
7

Petunjuk : Berilah tanda check mart (v) pada kolom frekuensi yang sesuai
dengan berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makanan yang tersedia

FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Nama Bahan Makanan Setiap hari 7x/ Minggu5-6x/ 3-4x/ 1-2x/ Ket
(2-3x) minggu minggu minggu
MAKANAN POKOK

Nasi
Mie
Roti
LAUK PAUK

Ayam
Daging sapi
Ikan
Telur
Tempe
SAYURAN

Bayam
Kangkung
Daun ubi
Sawi putih
Sawi hijau
Kacang panjang
Terong
Wortel
Buncis
Toge
Labu siam
Lain-lain
BUAH BUAHAN

Apel
Pepaya
Jeruk
Semangka
Pisang
Mangga
Rambutan
Lain-lain
7

MINUMAN

Susu
Yoghurt
Teh
Kopi
Lain-lain

Keterangan:
- Beri tanda (v) pada kolom yang sesuai
- Kolom lain-lain bisa diisi bahan pangan yang belum tercantum
7

Lampiran 10 Ouput Spss

1. Karakteristik Responden

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 5 5.6 5.6 5.6


19 23 25.8 25.8 31.5
20 61 68.5 68.5 100.0
Total 89 100.0 100.0

Lama Menstruasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 hari 16 18.0 18.0 18.0


7 hari 73 82.0 82.0 100.0
Total 89 100.0 100.0

Tempattinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid KOST 84 94.4 94.4 94.4


RUMAH 5 5.6 5.6 100.0
Total 89 100.0 100.0
7

Uangsaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 30.000 56 62.9 62.9 62.9


50.000 33 37.1 37.1 100.0
Total 89 100.0 100.0

2. Pola Makan

Statistics
Kejadian
Pola Makan Anemia

N Valid 89 89
Missing 0 0
Percentiles 100 3.0000 2.0000

Pola Makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 50 56.2 56.2 56.2


cukup 22 24.7 24.7 80.9

baik 17 19.1 19.1 100.0


Total 89 100.0 100.0

3. Frekuensi Bahan Makanan

Makanan Pokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Mie 25 28.1 28.1 28.1


Roti 20 22.5 22.5 50.6

Nasi 44 49.4 49.4 100.0


Total 89 100.0 100.0
7

LaukPauk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Telur 30 33.7 33.7 33.7


Ayam 59 66.3 66.3 100.0
Total 89 100.0 100.0

Sayuran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak makan sayur 55 61.8 61.8 61.8


Makan sayur 34 38.2 38.2 100.0
Total 89 100.0 100.0

Buah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak makan buah 34 38.2 38.2 38.2


Makan buah 55 61.8 61.8 100.0
Total 89 100.0 100.0

Minuman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kopi 48 53.9 53.9 53.9


Teh 41 46.1 46.1 100.0
Total 89 100.0 100.0
7

4. Kejadian Anemia

Statistics
Kejadian
Pola Makan Anemia

N Valid 89 89
Missing 0 0
Percentiles 100 3.0000 2.0000

Kejadian Anemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Anemia 58 65.2 65.2 65.2


Tidak anemia 31 34.8 34.8 100.0
Total 89 100.0 100.0

5. Frekuensi tingkatan kejadian anemia

TingkatanAnemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Berat 27 46.6 46.6 46.6


Sedang 23 39.7 39.7 86.2

Ringan 8 13.8 13.8 100.0


Total 58 100.0 100.0
8

6. Hubungan pola makan dengan kejadian anemia

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kejadian Anemia * Pola
89 100.0% 0 0.0% 89 100.0%
Makan

Pola Makan * KejadianAnemia Crosstabulation


KejadianAnemia
Anemia Tidak Anemia Total

Pola Makan Kurang Count 45 5 50


Expected Count 32.6 17.4 50.0
Cukup Count 1 21 22
Expected Count 14.3 7.7 22.0
Baik Count 12 5 17
Expected Count 11.1 5.9 17.0
Total Count 58 31 89
Expected Count 58.0 31.0 89.0

7. Hasil Uji Chi Square

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 49.422a 2 .000


Likelihood Ratio 53.817 2 .000
Linear-by-Linear Association 10.509 1 .001
N of Valid Cases 89

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.92.

Symmetric Measures
8

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Phi .745 .000
Cramer's V .745 .000
N of Valid Cases 89

Anda mungkin juga menyukai