Anda di halaman 1dari 79

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI TENTANG

PROSEDUR PEMBIUSAN TERHADAP


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
DI RSI MUHAMMADIYAH
KENDAL

SKRIPSI

Disusun oleh :
REZI AKHSANI TAQWIM
1811604107

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI TENTANG
PROSEDUR PEMBIUSAN TERHADAP
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
DI RSI MUHAMMADIYAH
KENDAL

SKRIPSI

Disusun oleh :
REZI AKHSANI TAQWIM
1811604107

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022

i
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI TENTANG
PROSEDUR PEMBIUSAN TERHADAP
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
DI RSI MUHAMMADIYAH
KENDAL

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar Sarjana Terapan Kesehatan
Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
REZI AKHSANI TAQWIM
1811604107

HALAMAN DEPAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI TENTANG


PROSEDUR PEMBIUSAN TERHADAP
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI
DI RSI MUHAMMADIYAH
KENDAL

SKRIPSI

Disusun oleh:
REZI AKHSANI TAQWIM
1811604107

Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji dan Diterima sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Terapan Kesehatan Pada Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Pada tanggal :
8 Juni 2022

Dewan Penguji :
Penguji I : Heri Puspito, S.Kep.,Ns.,MKM

Penguji II : Vita Purnamasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Moh. Ali Imron, S.Sos.,M.Fis

iii
PENGARUH INFORMASI TENTANG PROSEDUR
PEMBIUSAN TERHADAP KECEMASAN PASIEN PRE
OPERASI DI RSI MUHAMMADIYAH KENDAL1
Rezi Akhsani Taqwim2, Vita Purnamasari3

ABSTRAK
Latar Belakang: Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai
dengan kekhawatiran yang tak terkendali terhadap kejadian dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan pada pasien disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
tentang prosedur operasi yang akan dijalani.
Tujuan Penelitian: Mengetahui adakah pengaruh informasi tentang prosedur
pembiusan terhadap kecemasan pasien pre operasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan sebuah penelitian pre-eksperimental
design dengan menggunakan design one group pretest-posttest. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan cara consecutive sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 responden.
Hasil Penelitian: Kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan informasi
tentang prosedur pembiusan didapatkan hasil kecemasan ringan 5 orang (33,3%)
dan kecemasan sedang 10 orang (66,7%) sedangkan kecemasan pasien pre operasi
setelah diberikan informasi tentang prosedur pembiusan didapatkan hasil tidak
cemas 1 orang (6,7%) kecemasan ringan 11 orang (73,3%) dan kecemasan sedang
3 orang (20%). Berdasarkan uji beda Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil
p value < a (0,05) yang berarti ada pengaruh yang sangat bermakna antara
pemberian informasi tentang prosedur pembiusan terhadap kecemasan pasien pre
operasi.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan kecemasan pasien pre operasi
sebelum dan sesudah pemberian informasi tentang prosedur pembiusan.
Saran: Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi dan masukan bagi rumah
sakit untuk intervensi pemberian informasi tentang prosedur pembiusan dalam
menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.

Kata kunci : Kecemasan, Pre operasi, Informasi prosedur pembiusan


Daftar Pustaka : 48 (2012-2022)

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa DIV Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen DIV Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta

iv
THE EFFECT OF PROVIDING ANESTHESIA
PROCEDURE INFORMATION ON ANXIETY IN
PREOPERATIVE PATIENTS AT MUHAMMADIYAH
ISLAMIC HOSPITAL, KENDAL1
Rezi Akhsani Taqwim2, Vita purnamasari3

ABSTRACT
Background: Anxiety is an emotional state characterized by uncontrollable
worry about various events in everyday life. Anxiety in patients is caused by a
lack of knowledge about the upcoming surgical procedure.
Objectives: This research aims to determine if providing information about
anesthesia procedures reduces the anxiety of preoperative patients.
Methods: This study used a pre-experimental design with a single group
pretest-posttest design. The sampling method used in this study was consecutive
sampling. In this study, 15 people participated as samples.
Results: Anxiety in preoperative patients before being given information about
the anesthetic procedure resulted in mild anxiety 5 patients (33.3%) and
moderate anxiety 10 patients (66.7%), whereas anxiety in preoperative
patients after being given information about the anesthetic procedure resulted
in no anxiety 1 patient (6.7%), mild anxiety 11 patients (73.3%), and moderate
anxiety 3 patients (20%). The results obtained a p value < a (0,05) based on
different Wilcoxon signed rank test, indicating that this study has a significant
effect between providing information about the anesthetic procedure and
preoperative patient anxiety.
Conclusion: There is a significant difference in preoperative patient anxiety
before and after giving information about the anesthetic procedure.
Suggestion: The results of this study are expected to be an evaluation and input
for hospitals to intervene in providing information about anesthetic procedures in
order to reduce anxiety in preoperative patients.

Keywords : Anxiety, Preoperative, Anesthetic Procedures Information


References : 48 (2012-2022)
1
Thesis title
2
Student of Anesthesiology Program, Faculty of Health Sciences, University of
„Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecturer of the Faculty of Health Sciences, University of „Aisyiyah Yogyakarta

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk peneliti lain atau untuk memperoleh gelar
sarjana pada perguruan tinggi lain, dan sepengetahuan peneliti juga tidak terdapat
karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini yang disebutkan di dalam
daftar Pustaka.

Yogyakarta,………………… 2022

Rezi Akhsani Taqwim

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Informasi
Tentang Prosedur Pembiusan Terhadap Kecemasan Pre Operasi di RSI
Muhammadiyah Kendal”. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar S.Tr.Kes (sarjana terapan kesehatan) Universitas
Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan
dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
3. dr. Joko Murdiyanto, Sp.An., M.P.H, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Keperawatan Anestesiologi Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
4. Vita Purnamasari, S.Kep. Ns., M.Kep. selaku pembimbing dalam proses
penyusunan skripsi sekaligus penguji 2 yang telah dengan sabar dan
meluangkan waktunya dalam membimbing, memberikan masukan, arahan
serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Heri Puspito, S.Kep. Ns., M.K.M. selaku penguji 1 yang telah membantu
dalam memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. RSI Muhammadiyah Kendal selaku tempat penelitian
7. Tim dosen sarjana terapan keperawatan anestesiologi yang sudah
memberikan ilmu selama perkuliahan.
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
proses penulisan ini.
9. Teman-teman saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena ini penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk terwujudnya skripsi ini yang lebih baik dan
bermanfaat bagi semua.
Wassalammu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Juli 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 13
A. Tinjauan Teoritis Informasi............................................................................. 13
B. Tinjauan Teoritis Kecemasan .......................................................................... 16
C. Tinjauan Islami................................................................................................ 22
D. Kerangka Konsep ............................................................................................ 24
E. Hipotesis.......................................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
A. Rancangan Penelitian ...................................................................................... 25
B. Variabel Penelitian .......................................................................................... 26
C. Definisi Operasional........................................................................................ 28
D. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 29
E. Etika Penelitian ............................................................................................... 30
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .............................................................. 32
G. Metode pengolahan dan analisa data............................................................... 33
H. Jalannya Penelitian .......................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 38
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................................. 38
B. Karakterisktik Responden ............................................................................... 39
C. Hasil Penelitian ............................................................................................... 39
D. Pembahasan ..................................................................................................... 42
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 50
A. Simpulan ......................................................................................................... 50
B. Saran ................................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ 57

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Informasi .................................................................................... 15


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep .................................................................................. 24
Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 25

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian.................................................................................... 10


Tabel 3. 1 Definisi Operasional ................................................................................. 28
Tabel 3. 2 Tabel Skor Kuesioner APAIS ................................................................... 33
Tabel 4. 1 Rekapitulasi tindakan operasi ................................................................... 39
Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi responden usia .......................................................... 39
Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi responden jenis kelamin ........................................... 39
Tabel 4. 4 Nilai tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum pemberian
informasi .................................................................................................................... 40
Tabel 4. 5 Nilai tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah pemberian informasi 40
Tabel 4. 6 Nilai perbedaan pengaruh tingkat kecemasan preoperasi sebelum dan
setelah pemberian informasi tentang prosedur pembiusan ........................................ 41

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Amsterdam Preoperative Anxiety Informative Scale
Lampiran 4 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 5 Surat Komite Etik Penelitian
Lampiran 6 Data Umum atau Data Mentah
Lampiran 7 Data Distribusi Frekuensi
Lampiran 8 Data Kecemasan Pretest dan Postest
Lampiran 9 Hasil Uji SPSS Wilcoxon Signed Rank Test
Lampiran 10 Foto Dokumentasi

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tindakan operasi merupakan salah satu upaya untuk penyembuhan

yang dapat menimbulkan suatu ancaman bagi keutuhan tubuh dan jiwa

seseorang yang akan melakukan operasi Lubis (2019). Penyembuhan

tersebut menimbulkan efek pada pasien yaitu munculnya reaksi fisiologis

maupun psikologi pada pasien. Reaksi tersebut mengakibatkan timbulnya

kecemasan yang sering terjadi pada pasien pre operasi Lubis (2019).

Tindakan operasi yang akan dilakukan membutuhkan persiapan mental

Agustina (2019). Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh

seseorang yang akan menjalani prosedur operasi, salah satunya adalah

persiapan mental. Persiapan mental merupakan salah satu hal yang penting

sebelum menjalani prosedur operasi karena jika mental tidak kuat dapat

mengganggu kondisi tubuh seperti lemas, pucat, gelisah bahkan dapat

mempengaruhi hemodinamik pasien salah satunya yaitu meningkatnya

denyut jantung serta menyebabkan pasien menjadi tidak koperatif.

Kecemasan merupakan masalah kondisi mental yang umumnya terjadi

pada pasien pre operasi.

Menurut data WHO (Word Health Organisation) bahwa lebih dari

satu abad, perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari

perawatan kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230

juta tindakan bedah dilakukan di seluruh dunia. Data Tabulasi Nasional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016, menjabarkan

1
2

bahwa tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di

Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya

merupakan bedah mayor, dan 25,1% mengalami kondisi kejiwaan serta

7% mengalami kecemasan (Kemenkes, 2016).

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai dengan

kekhawatiran yang tak terkendali terhadap berbagai kejadian dalam

kehidupan sehari-hari. Menurut Lubis (2019) mengatakan setiap orang

pernah merasakan fase cemas, terutama pasien yang akan menjalani

prosedur operasi. Menurut Lubis (2019) mengatakan 90% pasien yang

akan menjalani prosedur operasi merasakan kecemasan. Kecemasan yang

pasien rasakan berhubungan dengan berbagai macam prosedur asing yang

akan mereka jalani dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat

tindakan pembedahan dan tindakan pembiusan Nuraeni (2015). Pasien

yang mengalami kecemasan akan merasa dirinya berada dalam suatu

ancaman dan merasa tidak aman sehingga menimbulkan reaksi kepanikan

dan kekhawatiran yang tidak dapat dikontrol dan terjadi secara berulang

jika tidak diatasi.

Kecemasan pasien pre operasi disebabkan oleh bermacam faktor,

diantaranya faktor pengetahuan, faktor komunikasi dan informasi atau

sikap perawat dalam menerapkan pencegahan kecemasan pada pasien pre

operasi. Kecemasan sering terjadi pada pasien yang akan menjalani

prosedur operasi, karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi

beserta dampak yang ditimbulkan, sehingga pasien berfikir


3

keselamatannya terancam Sasongko (2018). Menurut Agustina (2019)

respon psikologis yang terjadi pada pasien yang akan menjalani prosedur

operasi merupakan reaksi cemas yang dirasakan oleh pasien. Reaksi cemas

ini akan berlanjut ketika pasien belum pernah atau kurang mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan penyakit yang dialami dan tindakan

yang akan dilakukan terhadap pasien.

Kecemasan pada pasien disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

tentang prosedur operasi yang akan dijalani (Luh et al., 2018). Kecemasan

pre operasi sering terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur

yang dijalani dan tidak mengetahui dampak dari prosedur operasi sehingga

menyebabkan timbulnya rasa takut terhadap prosedur itu sendiri Agustina

(2019). Hal ini bisa dilihat ketika pasien dipindahkan ke ruang operasi

secara bersamaan. Pasien seringkali mengeluh dan bertanya kapan dirinya

dilakukan tindakan operasi, bagaimana keadaannya setelah di operasi dan

apakah sakit ketika di operasi. Perawat yang menanyakan kecemasan

pasien terkadang lupa atau kurang melihat tanda dan gejala cemas dari

pasien yang merasakan cemas.

Kecemasan pasien pre operasi harus segera ditangani karena dapat

menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis yang dapat menghambat

tindakan operasi bahkan dapat menyebabkan ditundanya operasi karena

pasien menjadi tidak koperatif dan tidak terkendali. Kecemasan pada

pasien pre operasi dapat menyebabkan operasi tidak dapat dilaksanakan

atau dibatalkan, kemudian cemas juga menyebabkan terjadinya


4

peningkatan tekanan darah pasien. Apabila tekanan darah pasien tinggi

dan tetap dilakukan tindakan operasi dapat mengganggu efek dari obat

anestesi dan terjadi komplikasi saat operasi (Fadillah, 2014).

Masyarakat beranggapan bahwa tindakan operasi itu sakit dan

dapat menyebabkan kematian, sehingga anggapan tersebut menimbulkan

rasa takut dan khawatir terhadap prosedur operasi. Masyarakat juga

beranggapan bahwa cemas yang dialami oleh seseorang yang akan

menjalani prosedur tindakan operasi adalah hal yang wajar, hal ini

dikarenakan pandangan masyarakat terhadap tindakan operasi adalah

sebuah ancaman sehingga mereka merasa tidak aman dan ketakutan.

Beberapa orang berargumen bahwa prosedur pembedahan (operasi)

merupakan suatu pengalaman yang menakutkan (Carbonel, 2002).

Kecemasan pada pasien disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

tentang prosedur operasi yang akan dijalani (Luh et al., 2018). Jika pasien

mengalami kecemasan yang berlebihan, perawat perlu memberikan

informasi yang membantu menghilangkan kecemasan tersebut (Luh et al.,

2018). Pasien membutuhkan informasi mengenai penyakit dan prosedur

yang akan dilakukan. Pemberian informasi dapat dilakukan sebelum

pasien dipindahkan ke kamar operasi (Pre operasi) berupa pemberian

informasi mengenai prosedur pembiusan. Berdasarkan penelitian Rokawie,

Sulastri, Anita (2017) bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi di

Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro adalah kecemasan ringan

(34,4%), kecemasan sedang (56,2%), dan kecemasan berat (9,4%) sebelum


5

dilakukannya pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan

pendekatan komunikasi terapeutik (Sasongko, 2018).

Peranan perawat sangat penting saat pre operasi, intra maupun

pasca operasi. Intervensi keperawatan yang tepat dalam mengurangi

tingkat kecemasan pasien dengan melakukan komunikasi yang dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan pasien sesuai tingkat

kecemasannya. Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dapat

meningkatkan hubungan kepercayaan antara perawat dengan pasiennya

sehingga menurunkan tingkat kecemasan pasien (Hidayat, 2007).

Penelitian Suprastyo (2014), menunjukkan bahwa pasien yang telah

diberikan komunikasi terapeutik mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih

tenang, ikhlas dan siap menjalani tindakan operasi. Penjelasan mengenai

prosedur pembiusan ketika operasi dan obat-obatan yang akan diberikan

setelah operasi berakhir, serta teknik-teknik dalam mengatasi rasa nyeri

dapat menurunkan rasa cemas terhadap pasien pre operasi (Digiulio,

2007).

Cara mengatasi kecemasan ada dua yaitu dengan farmakologi dan

non farmakologi. Penanganan kecemasan dapat dilakukan dengan cara

pemberian terapi farmakologi yaitu antiansietas (Kaplan dan Sadock,

2010). Menurut Ruspawan dan Wulandari (2012) menyatakan obat anti

cemas dapat menimbulkan banyak efek samping antara lain mengantuk,

kemampuan kognitif menurun, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi,

perubahan EKG, dan agitasi. Terapi farmakologi terkadang dapat


6

menimbulkan efek samping yang juga dapat mengakibatkan

ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan terapi non farmakologi yang

dapat memberi keuntungan seperti tidak menimbulkan efek samping dan

simple.

Perawat dapat melakukan intervensi non farmakologi berupa

pemberian informed consent. Mengingat informed consent merupakan

unsur informasi penting maka setiap informasi harus diukur sejauh mana

pemahaman pasien tentang informasi tersebut. Pemberian informasi harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam proses

perawatan yang akan dilakukan terhadap pasien. Hal ini bukan hanya

sekedar kewajiban tenaga kesehatan akan tetapi juga merupakan hak

pasien untuk menerima suatu informasi tindakan yang akan dilakukan

terhadap dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Margono (2008)

tentang “Pengaruh Informed Consent terhadap Kecemasan dan

Pengetahuan pada Pasien Pre Operasi Hernia di RSUD Kabupaten

Sragen”, menunjukkan bahwa pemberian informed consent berpengaruh

terhadap kecemasan sebesar 26,2 poin lebih baik dibanding tanpa informed

consent.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit

Islam Muhammadiyah Kendal menunjukkan data jumlah operasi pada

bulan Januari sampai bulan September 2021 berjumlah 3.248 pasien. Data

informasi didapatkan melalui wawancara dengan salah satu petugas yang

berada di ruang Instalasi Bedah Sentral.


7

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu penata

anestesi yang bekerja di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal

diperoleh informasi pasien yang baru pertama kali menjalani prosedur

operasi sering kali terlihat gelisah dan takut akan tindakan operasi, hal ini

terlihat jelas ketika pasien dibawa ke kamar operasi yang ditandai dengan

heart rate pasien tinggi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Prosedur Pembiusan

Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSI Muhammadiyah Kendal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan penelitian ini adalah

“Adakah Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Prosedur Pembiusan

Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSI Muhammadiyah

Kendal”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pemberian informasi tentang prosedur

pembiusan terhadap kecemasan pasien pre operasi di RSI

Muhammadiyah Kendal.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui kecemasan pasien pre operasi sebelum pemberian

informasi tentang prosedur pembiusan.


8

b. Diketahui kecemasan pasien pre operasi sesudah pemberian

informasi tentang prosedur pembiusan.

c. Diketahui perbedaan kecemasan pasien pre operasi sebelum

dan sesudah pemberian informasi tentang prosedur pembiusan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan

penjelasan tentang prosedur pembiusan sebagai salah satu intervensi

dalam menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.

2. Manfaat bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi dan masukan di

rumah sakit untuk intervensi pemberian informasi tentang prosedur

pembiusan dalam menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.

3. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu sumber bacaan atau

referensi untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang

pencegahan kecemasan pre operasi.

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan

wawasan serta diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti

selanjutnya dengan memodifikasi instrument kuisoner kecemasan,


9

modifikasi teknik pengambilan sampel dan jumlah sampel yang lebih

banyak.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini membahas tentang pengaruh pemberian informasi

tentang prosedur pembiusan terhadap kecemasan pasien pre operasi

2. Ruang Lingkup Responden

Responden penelitian ini adalah pasien dewasa yang mengalami

kecemasan pre operasi karena pada pasien dewasa informasi dapat

diberikan secara langsung dan orang dewasa juga lebih mudah dan

cepat dalam memahami informasi.

3. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di ruang IBS RSI Muhammadiyah Kendal

karena selama 5 minggu menjalani praktik disana serta studi

pendahuluan yang sudah dilakukan sering dijumpai pasien yang

mengalami kecemasan pre operasi.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Maret 2022 sampai 25 April

2022.
10

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


No Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Dan Tahun
1 Pengaruh Pemberian (Arisandi et al., Hasil uji chi- square Sama-sama mengukur kecemasan Pada variabel bebasnya dimana variabel bebas
Informed Consent 2014) fisher‟s exact test pre operasi dan metode penelitian dalam penelitian ini adalah informed consent
Terhadap Tingkat didapatkan hasil nilai p sama-sama menggunakan desain sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan
Kecemasan Pada Pasien value = 0,001, maka Ha quasi experiment dengan rancangan variabel bebasnya yaitu informasi tentang
Pre Operasi di RSUD diterima, sehingga ada One Group Pretest – Posttest. prosedur pembiusan
Tugurejo Semarang pengaruh yang bermakna
pemberian informed
consent terhadap tingkat
kecemasan pada pasien
pre operasi di RSUD
Tugurejo Semarang.
2 Hubungan Pemberian Lubis (2019) Hasil penelitian ini Sama-sama memberikan informasi Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode
Informasi Dengan pemberian informasi sebelum operasi yang digunakan merupakan korelasi sedangkan
Tingkat Kecemasan dengan tingkat penelitian yang akan dilakukan menggunakan
Pada Pasien Pre Operasi kecemasan diperoleh quasi eksperimen.
di Ruang Kenanga I dan nilai p
Melati III RSUD Dr. Value = 0,001 (p<0,05)
Pirngadi Medan Tahun dengan tingkat
2019 kepercayaan 95% hal ini
menunjukkan adanya
hubungan bermakna
antara pemberian
informasi dengan tingkat
kecemasan pada pasien
pre operasi
3 Hubungan Pengetahuan Agustina (2019) Hasil penelitian antara Sama-sama mengukur kecemasan Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan
11

Pasien Tentang pengetahuan dengan pasien pre operasi penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
Informasi Pre Operasi kecemasan menunjukkan Pengetahuan tentang informasi preoperatif
Dengan Kecemasan p value = 0,001 (p < terhadap dengan kecemasan pasien sedangkan
Pasien Pre Operasi Di 0,05) maka hubungan pada penelitian yang akan dilakukan untuk
Ruang Rawat Inap antara kedua variabel mengetahui pengaruh informasi prosedur
tersebut bermakna. pembiusan terhadap kecemasan pre operasi
Kesimpulan terdapat
hubungan antara
pengetahuan tentang
informasi preoperative
dengan kecemasan
pasien
4 Pengaruh Hipnosis Lima (Suhadi & Berdasarkan analisis Metode penelitian sama-sama Sampel diambil dengan menggunakan rumus
Jari Terhadap Tingkat Pratiwi, 2020) univariat dari 142 orang, menggunakan desain quasi Slovin dengan jumlah sampel sebanyak 114
Kecemasan Pasien Pre pada pasien pre operasi experiment dengan rancangan One responden. Pengambilan sampel menggunakan
Operasi di Ruang yang belum diberikan Group Pretest – Posttest. tehnik accidental sampling sedangkan dalam
Perawatan Bedah RSUD terapi hipnosis lima jari penelitian yang akan dilakukan jumlah sampel 15
Pakuhaji mayoritas mengalami menggunakan teori (Studi et al, 2016) serta
cemas berat sebanyak 58 menggunakan teknik sampling consecutive
orang (40,8%) dan pada sampling.
pasien pre operasi yang
sudah diberikan terapi
hipnosis lima jari
mayoritas mengalami
cemas ringan sebanyak
58 orang (40,8%).
Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diketahuii
bahwa p value 0,000
yang berarti terdapat
perbedaan kecemasan
antara kelompok pre test
dan post test.
12

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah dilakukan yaitu :

1. Variabel bebas (independen) penelitian ini adalah informasi prosedur pembiusan

2. Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang berusia 26 sampai 45 tahun yang mengalami kecemasan ringan

sampai sedang.

3. Sampel pada penelitian ini berjumlah 15 orang.

4. Desain penelitian ini adalah pre- eksperimental dengan menggunakan desain one group pretest-posttest. Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang

memenuhi kriteria penelitian dimasukkan ke dalam penelitian sehingga kebutuhan sampel terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Informasi

1. Pengertian Informasi

Informasi adalah kumpulan dari data yang sudah diolah

atau diproses dengan metode pengolahan data untuk menguji

tingkat kebenarannya dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan

Suryana (2012).

Pengertian Informasi menurut Asmara (2016) adalah

kumpulan data yang sudah diolah yang bermanfaat untuk

mengetahui suatu peristiwa yang terjadi.

2. Fungsi Informasi

Informasi berfungsi untuk menambah pengetahuan atau

mengurangi ketidakpastian dalam menggunakan informasi

Sutabri (2012). Informasi yang disampaikan kepada pengguna

informasi merupakan hasil data yang dimasukkan ke dalam

pengolahan, namun dalam kebanyakan pengambilan keputusan,

informasi hanya dapat menambah kepastian.

3. Ciri Informasi

Menurut Suryana (2012) informasi memiliki 5 ciri yang

memberikan makna bagi penerima informasi, diantaranya :

13
14

a. Amount of Information (Kuantitas Informasi),

dalam arti bahwa informasi yang diolah dapat

memenuhi kebutuhan pengguna informasi.

b. Quality of Information (Kualitas Informasi), dalam

arti bahwa informasi yang diolah sangat bermutu.

c. Recency of Information (Informasi Aktual), dalam

arti bahwa informasi yang diolah selalu update

atau terbaru.

d. Relevance of Information (Informasi yang relevan

atau sesuai), dalam arti bahwa informasi yang

diolah sama.

e. Accuracy of Information (Ketepatan Informasi),

dalam arti bahwa informasi yang diolah akurat.

4. Kualitas Informasi

Kualitas informasi adalah sebuah informasi yang disajikan

secara tepat dan akurat yang dapat memberikan manfaat pada

penerima informasi. Kualitas informasi (quality of information)

dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu relevan, akurat, dan tepat waktu

Arbani (2011).

a. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai

manfaat dan sesuai antara isi dengan sumber

informasi.
15

b. Akurat berarti informasi mencerminkan maksud,

informasi yang diberikan harus sesuai dengan

penerima informasi.

c. Tepat waktu berarti informasi tidak mengalami

keterlambatan dalam penyajiannya.

5. Siklus Informasi

Informasi yang bermanfaat bagi penerima informasi adalah

informasi yang menjelaskan siklus yang terjadi dalam

menghasilkan sebuah informasi Arbani (2011).

Input (Data) Proses (Pengolahan Data) Output


(Informasi)

Gambar 2. 1 Siklus Informasi

Siklus informasi yang pertama adalah input data atau

memasukkan data-data yang sudah dikumpulkan kemudian data

tersebut diproses atau diolah sehingga menjadi sebuah informasi

yang bisa dibaca penerima informasi.

6. Pemberian Informasi Pre Operasi

Pemberian informasi pre operasi dengan pendekatan

komunikasi terapeutik adalah merupakan suatu perlakuan

terhadap pasien atau responden dengan cara memberikan

penjelasan secara langsung (verbal) menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dipahami serta dimengerti oleh pasien yang

dilakukan oleh dua orang antara perawat (penata anestesi) dengan

pasien menggunakan langkah-langkah yang terencana untuk


16

mendiskusikan masalah yang belum dipahami oleh pasien (Arifa

& Trise, 2012). Tujuan pemberian informasi ini untuk

mempersiapkan pasien dalam menjalani prosedur operasi dan

anestesi.

B. Tinjauan Teoritis Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi psikologis yang sering

terjadi pada pasien pre operasi Lubis (2019). Kecemasan atau

dalam bahasa Inggris “anxiety” berasal dari bahasa Latin

“angustus” yang berarti kaku dan “angonna” yang berarti

mencekik. Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan,

seperti perasaan tidak enak, was-was dan ditandai dengan istilah

kekhawatiran dan rasa takut yang kadang dialami dalam situasi

yang berbeda-beda (Kumbara, Metra, & Ilham, 2018). Pendapat

di atas menjelaskan bahwa kecemasan adalah suasana hati yang

ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani

dimana seseorang yang mengantisipasi kemungkinan datangnya

bahaya atau kemalangan dimasa yang akan datang dengan

perasaan khawatir

Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan

kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang akan terjadi,

baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-

hal aneh Sugiarto (2016).


17

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa kecemasan merupakan reaksi dari rasa takut yang

dihasilkan dari suatu perasaan bahwa dirinya merasa terancam

keselamatannya sehingga menimbulkan reaksi was-was terhadap

sesuatu hal.

2. Klasifikasi Kecemasan

a. Klasifikasi kecemasan menurut dari Purnamasari (2014)

yaitu kecemasan ringan dimana berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada. Kecemasan ringan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini

seperti kelelahan, lapang persepsi, mampu untuk belajar

dan motivasi meningkat.

b. Kecemasan sedang dapat memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada masalah penting dan mengesampingkan

hal yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif namun terarah Purnamasari (2014).

Manifestasi yang sering terjadi seperti cepat lelah, denyut

jantung meningkat, bicara dengan nada tinggi, konsentrasi

menurun, mudah tersinggung, mudah lupa dan marah.

c. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi

seseorang. Orang yang mengalami kecemasan berat


18

cenderung untuk memusatkan sesuatu yang spesifik serta

tidak berfikir untuk hal lain, orang tersebut membutuhkan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu

area yang lain Purnamasari (2014). Manifestasi yang

sering muncul seperti susah tidur, sering buang air kecil,

tidak dapat belajar secara efektif, hanya fokus terhadap

diri sendiri, bingung.

Sedangkan menurut Sugiarto (2016) klasifikasi kecemasan

terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu :

1) Kecemasan ringan

Tingkat kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-

hari dan individu menjadi waspada dan bagaimana

mencegah berbagai kemungkinan.

2) Kecemasan Sedang

Individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit

lahan persepsinya.

3) Kecemasan Berat

Individu cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal

lain untuk mengurangi kecemasan dan memerlukan

banyak pengarahan.

4) Panik
19

Keadaan ini mengancam pengendalian diri, individu tidak

mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan.

3. Etiologi Kecemasan

Etiologi kecemasan yang pertama yaitu berhubungan

dengan perspektif psikoanalisis yaitu, konflik yang tidak disadari

oleh ego dan impuls-impuls yang biasanya bersifat seksual yang

berusaha untuk mengekspresikan diri namun ego tidak

membiarkan karena tanpa disadari ia merasa takut akan hukuman

yang akan diterima. Kemudian kognitif behavioral yang

merupakan gangguan yang disebabkan oleh proses-proses

berpikir yang menyimpang. Etiologi yang terakhir yakni biologis

yang menyatakan bahwa kecemasan berhubungan dengan faktor

genetik.

4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Gejala kecemasan yang timbul pada setiap individu

berbeda-beda. Tanda perifer dari kecemasan dapat diare, pusing,

kepala terasa ringan, hyperhidrosis, hipertensi, gelisah, takikardia,

kesemutan pada bagian ekstremitas, tremor dan gangguan perut

Rauf (2017).

5. Faktor- Faktor Penyebab Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Sasongko

(2018) antara lain :


20

a. Pengalaman, yaitu sumber ancaman yang dapat

mengakibatkan kecemasan tersebut bersifat umum.

Penyebab kecemasan dapat berawal dari kejadian dalam

kehidupan, contohnya seseorang yang memiliki

pengalaman terhadap suatu tindakan namun karena

kurangnya pengetahuan sehingga menyebabkan kurang

taunya terhadap pengalaman baru.

b. Usia, seseorang yang mengalami pertambahan usia maka

akan bertambah pula pengalamannya. Pengalaman tersebut

membawa seseorang akan lebih siap untuk menghadapi

sesuatu. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2009)

usia manusia dibagi menjadi beberapa kelompok usia yaitu :

1) Masa balita : 0 sampai 5 tahun

2) Masa kanak-kanak : 6 sampai 11 tahun

3) Masa remaja awal : 12 sampai 16 tahun

4) Masa remaja akhir : 17 sampai 25 tahun

5) Masa dewasa awal : 26 sampai 35 tahun

6) Masa dewasa akhir : 36 sampai 45 tahun

7) Masa lansia awal : 46 sampai 55 tahun

8) Masa lansia akhir : 56 sampai 65 tahun

9) Masa manula : 65 sampai atas

c. Jenis kelamin, perempuan memiliki kecemasan yang lebih

terhadap ketidakmampuannya dibanding laki-laki. Laki-laki


21

cenderung lebih aktif, eksploratif sedangkan wanita sangat

sensitif.

d. Kondisi medis, kecemasan akibat kondisi medis sering

ditemukan, walaupun kejadiannya bervariasi untuk masing-

masing kondisi medis, misalnya pada seseorang yang di

diagnosa untuk menjalani prosedur operasi akan lebih

mempengaruhi tingkat kecemasannya dibandingkan dengan

orang yang dalam kondisi baik.

e. Tingkat sosial ekonomi, masyarakat dengan kelas sosial

ekonomi yang rendah memiliki prevalensi gangguan

psikologis yang lebih banyak, tingkat ekonomi dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien yang akan

menjalani prosedur operasi.

Sedangkan menurut Sugiarto (2016) menjelaskan faktor

yang mempengaruhi kecemasan antara lain :

1) Lingkungan Keluarga

Keadaan rumah tangga dengan kondisi yang penuh

pertengkaran disertai ketidakpedulian orangtua terhadap

anak-anaknya dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta

dapat mempengaruhi kecemasan pada anak-anak tersebut.

2) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kecemasan seseorang, jika individu tersebut


22

berada pada lingkungan yang buruk maka individu tersebut

mendapat penilaian buruk juga oleh masyarakat begitupun

sebaliknya sehingga dapat mempengaruhi kecemasan.

6. Penatalaksanaan Kecemasan

Penatalaksanaan kecemasan dibagi menjadi dua yaitu

menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi. Teknik

non farmakologi untuk mengatasi kecemasan diantaranya yaitu

relaksasi otot progresif dan autogenik, terapi musik, virtual reality

dan mindfulness training (Hermanto, et, al, 2020). Terapi

farmakologi untuk mengatasi kecemasan yaitu antiansietas

(Kaplan dan Sadock, 2010).

C. Tinjauan Islami

Kecemasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai perasan gelisah, tidak tentramnya hati karena khawatir dan takut.

Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa

sesuatu buruk akan terjadi Nasrudin (2018). Perasaan cemas timbul apabila

seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan mengancam

dirinya, serta tidak mampu untuk menghadapinya. Dengan demikian, rasa

cemas sebenarnya merupakan suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri

sendiri yang ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap

sesuatu yang belum terjadi.

Dalam Al-qur‟an surat al-Isrâ' ayat 82

‫ارا‬
ً ‫س‬ ّٰ ‫َووُى ِ َّز ُل ِمهَ ْالقُ ْر ٰا ِن َما ُه َو ِشفَ ۤا ٌء َّو َرحْ َمةٌ ِلّ ْل ُمؤْ ِمىِي َْۙهَ َو ََل َي ِز ْيد ُ ال‬
َ ‫ظ ِل ِميْهَ ا ََِّل َخ‬
23

Artinya “Dan kami turunkan dari al-qur‟an suatu yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Secara tersirat ayat ini menjelaskan tentang segala penyakit pasti

obatnya dan al-qur‟an merupakan salah satu obat untuk menyembuhkan

suatu penyakit maupun menurunkan kecemasan (Drs. Mulyadi et al.,

2013). Selain itu dalam ayat suci Al-qur‟an pada surat Al-baqarah ayat 155

juga menjelaskan bahwa manusia akan diuji dengan ketakutan.

ّ َ‫ت َوب‬
‫ش ِِر‬ ٍ ‫ف َو ْال ُج ْوعِ َووَ ْق‬
ِ ِۗ ‫ص ِ ّمهَ ْاَلَ ْم َوا ِل َو ْاَلَ ْوفُ ِس َوالث َّ َم ٰر‬ ِ ‫َيءٍ ِ ّمهَ ْالخ َْو‬
ْ ‫َولَىَ ْبلُ َووَّ ُك ْم بِش‬

َ‫صبِ ِريْه‬
ّٰ ‫ال‬

Artinya “Dan pasti kami akan menguji kamu dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”,
(Departemen Agama RI, 2011).

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas tentang

kecemasan adalah bahwa kecemasan itu merupakan suatu rasa khawatir

dan takut yang dialami oleh seseorang atas suatu peristiwa yang akan

terjadi, respon tersebut membuat perasaan tidak nyaman dan gelisah

sehingga berefek terhadap psikologis.


24

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kecemasan Kecemasan
Pemberian informasi
ringan

Kecemasan
sedang

Kecemasan
berat

Faktor mempengaruhi kecemasan

1) Pengalaman
2) Usia

3) Jenis Kelamin
4) Kondisi medis
5) Tingkat sosial ekonomi

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti

E. Hipotesis

Ada pengaruh yang signifikan pemberian informasi dalam penurunan

kecemasan pasien pre operasi


25

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) Data Kuantitatif adalah sebuah data

penelitian yang berbentuk angka atau disebut sebagai data kualitatif yang

dinominalkan (skoring), dimana data kemudian disatukan, ditulis, disusun

dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang selanjutnya dilakukan

pengukuran nilai-nilai statistiknya untuk membuktikan kebenaran terhadap

teori. Jenis penelitian ini merupakan sebuah penelitian pre-eksperimental

design dengan menggunakan desain one group pretest-posttest. Rancangan

penelitian ini tidak memakai kelompok pembanding (kontrol) karena

hanya menggunakan satu kelompok. One-Group Pretest-Posttest Design

adalah mendapatkan hasil perlakuan yang lebih akurat, karena dapat

membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah

diberikan perlakuan. Menurut (Ismail, F. 2018) rancangan penelitian ini

sebagai berikut :

O1 X O2

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian

Keterangan :
O1 : nilai sebelum diberikan intervensi informasi tentang

prosedur pembiusan

X : pemberian intervensi informasi tentang prosedur

pembiusan
26

O2 : nilai sesudah dilakukan intervensi pemberian informasi

prosedur pembiusan

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu penjelasan tentang suatu objek

penelitian atau sesuatu yang akan diteliti. Variabel adalah ukuran atau ciri

yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok lain. Pengertian lain dari variabel menurut Sangkot

(2017) dapat juga dirumuskan sebagai variasi dari sesuatu yang disebut

sebagai gejala penelitian. Gejala penelitian yang dimaksud adalah sesuatu

yang menjadi sasaran penelitian, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2014). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut (Christalisana, 2018) Variabel independen yaitu sebuah

variabel yang menjadi penyebab atau terpengaruhnya variabel terikat

Umar (2003). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah informasi

tentang prosedur pembiusan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen adalah suatu variabel terikat yang dipengaruhi

karena adanya variabel bebas Umar (2003). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kecemasan.

3. Variabel Pengganggu (Intervening)


27

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempunyai pengaruh atau

mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan dependent.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini yaitu :

a) Pengalaman, dikendalikan dengan membatasi responden pada

penelitian ini memilih responden yang pertama kali menjalani

operasi

b) Usia, dikendalikan dengan membatasi responden dalam

penelitian ini memilih responden dengan usia 26 sampai 45

tahun.

c) Jenis kelamin, tidak dikendalikan sehingga baik laki-laki

maupun perempuan dapat dijadikan responden, karena dalam

penelitian ini respondennya adalah seluruh orang dewasa yang

akan menjalani operasi, oleh karena itu tidak menyebabkan bias

dalam penelitian.

d) Kondisi medis, tidak dikendalikan sehingga pasien dengan

kondisi medis terdiagnosa untuk menjalani operasi dapat

dijadikan responden agar tidak menyebabkan bias dalam

penelitian.

e) Tingkat sosial ekonomi, tidak dikendalikan sehingga pasien

dengan tingkat sosial ekonomi rendah maupun tinggi dapat

dijadikan responden karena biaya operasi pada tingkat sosial

ekonomi rendah dapat ditanggung oleh BPJS kesehatan, oleh

karena itu tidak dapat menyebabkan bias.


28

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah sebuah teori tentang variabel yang akan

diteliti, bisa berbentuk pengertian yang diamati secara obyektif dan teliti

sebagai tolak ukur variabel penelitian (Listyaningrum et al., 2020).

Menurut Farmasi (2016) Definisi Operasional Variabel adalah seperangkat

petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan mengukur

suatu variabel atau konsep untuk menguji kesempurnaan. Definisi

operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam

instrumen penelitian Sugiyono (2014).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala Data

1 Pemberian informasi Pemberian informasi pasien - - -


tentang prosedur pre operasi dalam penelitian
pembiusan ini merupakan interaksi yang
dilakukan perawat dengan
pasien yang sudah
direncanakan secara sadar
yang memiliki tujuan untuk
menyampaikan informasi
kesehatan mengenai prosedur
pembiusan melalui lembar
balik kepada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi.
Pemberian informasi ini
disampaikan secara lisan saat
kunjungan pre anestesi yaitu
sehari sebelum pasien akan
menjalani prosedur tindakan
operasi.

2 Kecemasan Kecemasan adalah emosi yang Kuesioner 1. Skor 1-6 = Ordinal


tidak menyenangkan, seperti tidak ada
APAIS
perasaan tidak enak, perasaan kecemasa
kacau, was-was dan ditandai n
dengan istilah kekhawatiran, 2. Skor 7-12
keprihatinan, dan rasa takut =
yang kadang dialami dalam kecemasa
tingkat dan situasi yang n ringan
berbeda-beda. Pengukuran 3. Skor 13-
kecemasan dilakukan dua kali 18 =
29

yaitu : kecemasa
1. Diukur saat n sedang
dilakukan kunjungan 4. Skor 19-
pre anestesi/visit 24 =
yaitu sehari sebelum kecemasa
dilakukannya n berat
tindakan operasi 5. Skor 25-
sebelum pemberian 30 =
informasi tentang kecemasa
prosedur pembiusan n berat
(Pre test) sekali
2. Diukur di ruang IBS
sebelum pasien
masuk ke kamar
operasi (Post test)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Susilana (2015) populasi adalah seluruh data yang menjadi

perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tetapkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dewasa yang akan

menjalani prosedur operasi di RSI Muhammadiyah Kendal berjumlah

261 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Studi et al., 2016). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan cara consecutive sampling yaitu

pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan ke dalam penelitian sehingga kebutuhan sampel

terpenuhi.
30

a. Besar sampel

Menurut Gay dalam (Studi et al., 2016) berpendapat bahwa

ukuran sampel minimum yang dapat diterima berdasarkan

metode penelitian yang digunakan adalah metode

eksperimental minimal banyak sampel 15 per kelompok.

b. Kriteria inklusi

1) Usia 26 sampai 45 tahun

2) Pasien yang pertama kali menjalani operasi

3) Pasien dengan kecemasan ringan sampai sedang

4) Pasien yang sadar penuh

5) Bersedia menjadi responden

c. Kriteria eksklusi

1) Pasien dengan operasi Cito/emergensi

2) Pasien yang terdeteksi positif Covid-19

3) Pasien yang memiliki penyakit menular seperti HIV dan

sebagainya

4) Pasien ODGJ (orang dalam gangguan jiwa) dan kelainan

mental.

E. Etika Penelitian

Pada laporan Belmont menyebutkan 3 prinsip etik dasar (PED), yaitu

(1) menghormati harkat martabat manusia (respect for persons), (2)

berbuat baik (beneficence) dan (3) keadilan (justice) (Komisi Nasional

Etik Penelitian Kesehatan, 2011).


31

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (Respect for Persons)

Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat dan

martabat manusia yang memiliki kebebasan untuk berkehendak atau

memilih dan sekaligus bertanggung jawab terhadap keputusannya

sendiri. Dalam hal ini peneliti memberikan responden lembaran

persetujuan serta memberikan informed consent terkait dengan

maksud, tujuan serta dampak dari penelitian. Peneliti akan

menghormati keputusan yang dibuat oleh responden tersebut apakah

berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

2. Prinsip berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non-

maleficence)

Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang

lain dengan mengupayakan manfaat yang maksimal dengan kerugian

yang minimal. Kemudian prinsip tidak merugikan bertujuan untuk

agar responden penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana tindakan

malpraktek.

3. Prinsip keadilan (Justice)

Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban untuk

memperlakukan setiap orang itu sama tidak dibeda-bedakan. Dalam

hal ini peneliti memberikan perlakuan dan sikap yang sama pada

semua responden tanpa ada membedakan sedikitpun.


32

4. Menghormati privasi (Respect for Privacy)

Peneliti akan merahasiakan identitas lengkap dari responden

dengan hanya mencantumkan inisial nama ataupun kode tertentu pada

pengumpulan data penelitian.

5. Kelayakan etik (Ethical clearance)

Peneliti melampirkan keterangan tertulis yang diberikan oleh

Komisi Etik Penelitian yang berisi kelayakan riset suatu penelitian

untuk melibatkan makhluk hidup.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Instrumen penelitian menurut (Miftah, 2018) adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan

data agar penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti

lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keberhasilan menurunkan

kecemasan pasien yang dilakukan pemberian informasi tentang

prosedur pembiusan adalah menggunakan kuesioner The Amsterdam

Preoperatif Anxiety and Information (APAIS), karena alat ukur ini

lebih spesifik untuk mengukur kecemasan pada tindakan anestesi dan

operasi Sasongko (2018). Alat ukur ini terdiri atas 6 item dengan

beberapa pertanyaan tentang anestesi dan operasi.


33

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode tanya jawab menggunakan

kuesioner APAIS.

Tabel 3. 2 Tabel Skor Kuesioner APAIS

No Skor Kecemasan Total skor (Interpretasi)


1 1 = tidak cemas 1 sampai 6 = tidak cemas
2 2 = cemas ringan 7 sampai 12 = cemas ringan
3 3 = cemas sedang 13 sampai 18 = cemas sedang
4 4 = cemas berat 19 sampai 24 = cemas berat
5 5 = panik 25 sampai 30 = panik

Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu mengukur

kecemasan pasien secara langsung, kemudian responden diberikan

intervensi berupa informasi prosedur pembiusan.

G. Metode pengolahan dan analisa data

1. Metode Pengelolaan Data

Metode penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang

dipakai untuk menjawab masalah penelitian yang berhubungan

dengan data berupa angka dan program statistik Maulana (2017).

Beberapa macam contoh metode pengolahan data kuantitatif yaitu

pengelolaan deskriptif, faktor, dan regresi. Tahapan pengelolaan

data antara lain :

a. Editing

Editing menurut (Supandi et al., 2019) merupakan aktivitas

mengecek ulang angket penelitian yang telah disebar.

Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian


34

yang digunakan terhadap data penelitian untuk memudahkan

proses pemberian kode dan pemprosesan data dengan teknik

statistik.

b. Coding

Coding adalah pelabelan kode pada angket yang akan

dianalisis. Tujuan pengkodean adalah untuk membantu peneliti

untuk mengurangi banyaknya jawaban dalam beberapa

kategori yang terdiri dari informasi yang kritis yang dilakukan

untuk analisis.

1) Jenis Kelamin

a) Kode 1 : Laki-laki

b) Kode 2 : Perempuan

2) Usia

a) Kode 1 : Usia 28 Tahun

b) Kode 2 : Usia 31 Tahun

c) Kode 3 : Usia 38 Tahun

d) Kode 4 : Usia 42 Tahun

e) Kode 5 : Usia 43 Tahun

c. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan memasukkan data atau

jawaban yang sudah dikelompokkan (karakteristik responden

dan nilai skor kuisoner APAIS) yang telah diberikan coding


35

sebelumnya sehingga terlihat lebih ringkas dan bisa dibaca

dengan mudah.

2. Analisa data

a. Analisis Univariate

Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan pada

satu variabel dengan tujuan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi frekuensi dan karakteristik variabel tersebut,

yang meliputi umur dan jenis kelamin.

Rumus univariat menurut (Suhadi & Pratiwi, 2020)

P P= =nfnf xx 100%
100%

Keterangan :

P = Persentasi

f = frekuensi

n = responden

b. Analisis Bivariate

Analisis bivariate adalah teknik penelitian yang

menggunakan metode dua variabel dimana analisis tersebut

berkaitan dengan sebab dan hubungan antara kedua variabel

tersebut. Dalam penelitian ini analisis bivariate yang

digunakan adalah uji non-parametris wilcoxon. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh informasi prosedur

pembiusan terhadap kecemasan pre operasi. Uji wilcoxon

signed test merupakan uji non parametris yang digunakan


36

untuk mengukur perbedaan 2 kelompok data berpasangan

berskala ordinal atau interval namun data tersebut tidak

berdistribusi normal.

Rumus Uji Wilcoxon :

( )


( )( )

H. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pengumpulan dan tahap analisis data.

1. Tahap persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah pengajuan topik dan judul

penelitian kepada pembimbing skripsi, kemudian setelah disetujui

maka melanjutkan untuk menyusun proposal penelitian dan

instrumen yang akan digunakan pada saat penelitian, setelah itu

melakukan seminar proposal dan merevisi proposal tersebut serta

mengurus ethical clearance hal ini berlangsung pada tanggal 7

Agustus 2021 sampai 30 Januari 2022.

2. Tahap pengumpulan

Peneliti melakukan pengumpulan data pada pasien dewasa yang

direncanakan menjalani operasi di RSI Muhammadiyah Kendal.

Pada saat penelitian peneliti dibantu oleh asisten penelitian dalam

melakukan intervensi pemberian informasi prosedur pembiusan.


37

Setelah itu seluruh data dikumpulkan untuk dianalisis hal ini

berlangsung pada tanggal 1 februari sampai 22 maret 2022.

3. Tahap analisis data

Analisis data dilakukan setelah semua data telah dikumpulkan

dengan mengecek kembali data dan instrumen yang dikumpulkan,

kemudian melakukan coding pada semua item-item setelah itu

menganalisis data menggunakan program SPSS dan

menginterpretasi hasil analisis data tersebut, hal ini berlangsung 1

april sampai 15 mei 2022.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


RSI Muhammadiyah Kendal merupakan sebuah rumah sakit umum milik

yayasan Muhammadiyah yang terletak di Kecamatan Weleri, Kabupaten

Kendal. RSI Muhammadiyah Kendal memiliki visi “Menjadi rumah sakit tipe

B dan pusat rujukan layanan prima, professional dan islami pada tahun 2020”

(Himatul, 2018).

Proses pembangunan RSI Muhammadiyah Kendal dimulai pada tahun

1993 di dukung oleh semua warga Muhammadiyah Kendal dan mulai

dioperasikan pada tanggal 15 Januari 1996 di Desa Ngasinan, Kecamatan

Weleri, Kabupaten Kendal. RSI Muhammadiyah Kendal merupakan rumah

sakit type C dengan 124 TT. RSI Muhammadiyah memiliki 3 kamar operasi

dengan fasilitas standart rumah sakit serta memiliki 4 orang dokter spesialis

anestesi dan 4 orang penata anestesi.

Tabel 4.1 Rekapitulasi tindakan operasi

NO TINDAKAN CITO ELEKTIF KHUSUS BESAR SEDANG KECIL JMH


1. ORTHOPEDI - 37 10 25 2 - 37
2. BEDAH 2 117 4 102 12 1 119
UMUM
3. OBSGYN 13 233 54 169 23 - 246
4. THT - 8 3 4 1 - 8
5. MATA - 14 11 - 3 - 14
6. UROLOGI - 37 12 22 3 - 37
7. PARU - 1 - - - - 1
JUMLAH 15 447 94 322 45 1 462

38
39

B. Karakterisktik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)

28 Tahun 4 26.7
31 Tahun 3 20.0
38 Tahun 3 20.0
42 Tahun 2 13.3
43 Tahun 3 20.0
Total 15 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2 jumlah responden terbanyak berdasarkan usia yaitu

usia 28 tahun dengan jumlah 4 responden (26.7%).

2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Frequency 9 6 15
Percent 60% 40% 100%
Valid Percent 60% 40% 100%
Cumulative Percent 60% 100%

Berdasarkan Tabel 4.3 jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis

kelamin, yaitu jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 9 responden (60.0%).

C. Hasil Penelitian
Hasil dalam penelitian ini terkait dengan data khusus responden berupa

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum diberikan informasi

tentang prosedur pembiusan, tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

setelah diberikan informasi tentang prosedur pembiusan dan pengaruh


40

informasi tentang prosedur pembiusan terhadap kecemasan pasien pre operasi

di RSI Muhammadiyah Kendal adalah sebagai berikut :

1.Tingkat Kecemasan pada pasien pre operasi sebelum diberikan informasi


tentang prosedur pembiusan
Tabel 4.4 Nilai tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum pemberian
informasi
Tingkat kecemasan pasien Pre Test
pre operasi
Jumlah Responden Persentase (%)
Kecemasan Ringan 5 33.3
Kecemasan Sedang 10 66.7
Total 15 100.0

Berdasarkan Tabel 4.4 jumlah responden terbanyak berdasarkan nilai

tingkat kecemasan pre operasi sebelum pemberian informasi, yaitu kecemasan

sedang dengan jumlah 10 responden (66.7%).

2.Tingkat Kecemasan pada pasien pre operasi setelah diberikan informasi


tentang prosedur pembiusan
Tabel 4. 5 Nilai tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah pemberian informasi
Tingkat kecemasan pasien Post Test
pre operasi
Jumlah Responden Persentase (%)
Tidak cemas 1 6.7
Kecemasan Ringan 11 73.3
Kecemasan Sedang 3 20.0
Total 15 100.0

Berdasarkan Tabel 4.5 jumlah responden terbanyak berdasarkan nilai

tingkat kecemasan pre operasi setelah pemberian informasi, yaitu kecemasan

ringan dengan jumlah 11 responden (73.3%).

3.Perbedaan Kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah pemberian


informasi tentang prosedur pembiusan
41

Tabel 4. 6 Nilai perbedaan tingkat kecemasan pre operasi sebelum dan setelah
pemberian informasi tentang prosedur pembiusan
Pemberian Tingkat Kecemasan Preoperasi Total
Informasi Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang
f % f % f % f %
Sebelum Pemberian 0 0 5 33.3 10 66.7 15 100.0
Informasi

Setelah Pemberian 1 6.7 11 73.3 3 20.0 15 100.0


Informasi

Hasil uji statistic Wilcoxon signed rank test diperoleh p = 0.001

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat perubahan tingkat

kecemasan responden sebelum diberikan informasi tentang prosedur

pembiusan dan setelah pemberian informasi, dimana jumlah responden

terbanyak berdasarkan nilai tingkat kecemasan sebelum diberikan informasi

yaitu kecemasan sedang dengan 10 responden (66.7%) sedangkan jumlah

responden terbanyak berdasarkan tingkat kecemasan setelah diberikan

informasi yaitu kecemasan ringan dengan jumlah 11 responden (73.3%).

Hasil penelitian ini menggunakan uji beda Wilcoxon karena untuk

mengetahui perbedaan nilai sebelum (pre) diberikan perlakuan dan setelah

(post) diberikan perlakuan serta skala data yang digunakan adalah ordinal

yang merupakan non parametrik. Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon signed

rank test didapatkan p value sebesar 0.001. Nilai p value penelitian ini

menunjukkan nilai p value < ɑ (0,05) yang berarti kesimpulan penelitian ini

ada pengaruh informasi tentang prosedur pembiusan terhadap kecemasan

pasien pre operasi di RSI Muhammadiyah Kendal.


42

D. Pembahasan
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada penelitian ini jumlah responden terbanyak berdasarkan usia yaitu usia

28 tahun dengan jumlah 4 responden (26.7%). Usia termuda pasien dewasa

yang akan melakukan tindakan pre operasi adalah 28 tahun dan yang tertua

berusia 43 tahun. Angka kecemasan yang terjadi di Amerika berdasarkan usia

adalah usia 9 sampai 17 tahun mengalami kecemasan dengan persentase 13%,

usia 18 sampai 54 tahun mengalami kecemasan dengan persentase 16% dan

usia 55 tahun sampai lansia mengalami kecemasan dengan persentase 11,4%

(Vellyana et al., 2017). Berdasarkan penelitian Mavridou et al., (2013) dengan

judul “Patient‟s Anxiety And Fear of Anesthesia : Effect of Gender, Age,

Education, and Previous Experience of Anesthesia” didapatkan bahwa

kecemasan pre operasi ditemukan pada pasien yang lebih muda. Seseorang

yang berusia lebih muda lebih cepat mengalami kecemasan akibat stress

daripada orang yang lebih tua, hal ini dikarenakan pada usia lebih muda

mekanisme koping belum berkembang secara efektif.

Hasil penelitian (Utomo, 2019) dengan judul “Distribusi tingkat

Kecemasan Pada Pasien preoperasi Bedah Elektif di RSUP Haji Adam Malik

Medan” didapatkan bahwa berdasarkan usia, pasien kategori dewasa muda

mengalami tingkat kecemasan bervariasi seperti tidak ada cemas sebanyak 7

orang, mengalami kecemasan ringan sebanyak 19 orang, mengalami

kecemasan sedang sebanyak 14 orang dan kecemasan berat terdapat 6 orang.

Sedangkan pasien kategori berusia dewasa tua yang tidak cemas sebanyak 17

orang, kecemasan ringan sebanyak 17 orang, kecemasan sedang terdapat 8


43

orang dan kecemasan berat terdapat 1 orang. Pasien berumur tua yang tidak

mengalami kecemasan terdapat 6 orang, mengalami kecemasan ringan

sebanyak 3 orang, mengalami kecemasan sedang 1 orang dan tidak terdapat

pasien mengalami kecemasan berat. Masa dewasa awal (muda) merupakan

masa peralihan dimana individu yang sebelumnya berada pada tahapan remaja

memasuki tahapan usia (Pratiwi & Sawitri, 2020). Pada masa ini seseorang

masih dalam tahap mencari jati dirinya serta masih kurang pengalaman hidup

sehingga belum memiliki pengetahuan yang luas terkait pandangan hidup dan

pengetahuan.

Berdasarkan penelitian (Pane, 2019) yang berjudul “Gambaran Tingkat

Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. Pingardi

Medan Tahun 2019” didapatkan pasien yang mengalami kecemasan tertinggi

berdasarkan usia adalah pasien berusia 26 sampai 35 tahun dengan jumlah

responden 20 orang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

mengatakan masa dewasa awal merupakan masa yang penuh perjuangan

dalam mengeksplorasi kehidupan, seperti dalam hal pendidikan, penyakit,

finansial, pekerjaan namun kurang memiliki tujuan jangka panjang sehingga

sering menyebabkan kecemasan yang digambarkan sebagai ketakutan atau

kekhawatiran yang berlebihan (Nabila et al., 2021).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini jumlah responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin

yaitu jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 9 responden (60.0%) dari pada

jenis kelamin perempuan. Laki-laki memiliki tanggung jawab beban


44

kehidupan yang lebih berat daripada perempuan sehingga memicu timbulnya

stress dan kecemasan. Berdasarkan penelitian (Prima, 2019) dengan judul

“Hubungan Jenis Kelamin dan Pendidikan Terhadap Kecemasan Pasien

Fraktur Pre Operasi di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Achmad

Mochtar Bukittinggi” didapatkan bahwa kecemasan ringan yang dialami

pasien dengan jenis laki-laki terdapat 9 orang dan perempuan 3 orang

sedangkan yang mengalami kecemasan berat pasien dengan jenis kelamin

laki-laki terdapat 10 orang dan perempuan sebanyak 9 orang. Berdasarkan

teori Perry dan Potter (2015) menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat

mempengaruhi kejadian kecemasan pre operasi. Kecemasan biasanya lebih

banyak dialami oleh laki-laki daripada perempuan, hal ini disebabkan

kebanyakan perempuan lebih kuat serta intensif dalam merespon stimulus atau

rangsangan dari luar daripada laki-laki (Rsud & Bekasi, n.d.).

Berdasarkan penelitian (Issn & Leniwita, 2019) dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Karakteristik Pasien Terhadap Kecemasan Dalam

Menghadapi Operasi di RSU UKI Jakarta Tahun 2017” diperoleh data pasien

dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami cemas dalam menghadapi

operasi sebanyak 14 orang (82,4%) sedangkan perempuan yang mengalami

kecemasan dalam menghadapi operasi sebanyak 6 orang (40%). Pasien

dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak cemas menghadapi operasi terdapat

3 orang (17.6%) sedangkan perempuan yang tidak cemas saat menghadapi

operasi sebanyak 9 orang (60%) serta hasil nilai OR = 7,000 artinya laki-laki

memiliki peluang mengalami kecemasan 7 kali dalam menghadapi operasi


45

dibandingkan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

mengatakan bahwa laki-laki memiliki tanggung jawab yang besar untuk

memenuhi kesejahteraan hidup dimana laki-laki harus bekerja keras untuk

dirinya dan keluarga karena laki-laki merupakan kepala keluarga (Sasongko,

2018).

Hasil penelitian (Vellyana et al., 2017) dengan judul “Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperative di RS

Mitra Husada Pringsewu” juga menunjukkan p value (0.043) <0.05 maka

kesimpulannya terdapat hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan.

3. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sebelum Diberikan

Informasi tentang Prosedur Pembiusan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan sedang memiliki responden

terbanyak dengan jumlah 10 responden (66.7%). Sebagian responden

mengalami kecemasan disebabkan kurangnya informasi yang diterima pasien

mengenai prosedur yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan rasa cemas

sebagai bentuk kekhawatiran terhadap suatu ancaman. Hal ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya (Agustina, 2019) yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Pasien tentang Informasi Pre Operasi dengan Kecemasan

Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Inap” mengatakan bahwa respon

psikologis yang terjadi pada pasien yang akan menjalani prosedur operasi

merupakan reaksi cemas yang dirasakan oleh pasien. Reaksi cemas ini akan

berlanjut ketika pasien belum pernah atau kurang mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.


46

Berdasarkan data diatas peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan yang

terjadi pada pasien disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurang

pengetahuan yang disebabkan oleh pendidikan yang rendah dan kurangnya

informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian (Anggreny et al.,

2019) yang berjudul “Hubungan Akses Informasi Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak di Rumah Sakit Mata SMEC

Balikpapan” menunjukkan p value = 0.000 <0.05 yang didapatkan dari 103

responden maka terdapat hubungan antara akses informasi dengan tingkat

kecemasan pre operasi katarak. Pemberian informasi mempunyai pengaruh

yang efektif dalam menurunkan kecemasan pasien pre operasi, karena

pemberian informasi pre operasi bertujuan untuk menambah pengetahuan

tentang prosedur yang akan dijalani, menghilangkan ketakutan serta menjawab

keraguan.

Hasil penelitian lain (Pengetahuan et al., 2014) dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan pada Klien Pre Operasi Katarak di

Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado” menunjukkan p value =

0.001<0.05 maka terdapat hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan

pasien pre operasi katarak. Kecemasan pasien muncul akibat perasaan

khawatir yang berlebihan terhadap sesuatu maka jika pengetahuan seseorang

rendah akan mengakibatkan ia tidak mengetahui prosedur yang akan dijalani

sehingga timbul perasaan khawatir yang dapat diartikan sebagai perasaan

cemas.
47

4. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Setelah Diberikan Informasi

tentang Prosedur Pembiusan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan ringan memiliki responden

terbanyak dengan 11 responden (73.3%). Penurunan kecemasan ini

disebabkan oleh adanya pemberian informasi menggunakan kata-kata yang

mudah di mengerti dan di pahami oleh pasien sehingga pasien dengan mudah

menerima informasi yang diberikan. Penjelasan ini sejalan dengan Penelitian

(Lubis, 2019) dengan judul “Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat

Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Ruang Kenanga I dan Ruang Melati

III RSUD Dr.Pingardi Medan Tahun 2019”, menunjukkan bahwa pemberian

informasi pre operasi dapat memenuhi kebutuhan pasien tentang pengetahuan

operasi dan meningkatkan kenyamanan fisiologi dan psikologi pasien.

Pemberian informasi yang diberikan menggunakan kata-kata yang mudah

dipahami oleh pasien sehingga pasien bisa menerima informasi dengan mudah

yang menyebabkan kecemasan pasien berkurang karena sudah mengetahui

prosedur yang akan dijalaninya. Penjelasan ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang mengatakan terapi non farmakologi berupa pendidikan

kesehatan dapat menurunkan kecemasan pasien pre operasi (Alivian, et al.,

2018). Perawat dapat melakukan intervensi non farmakologi pemberian

informasi informed consent. Mengingat informed consent unsur informasi

adalah suatu yang penting maka setiap informasi harus diukur sejauh mana

pemahaman pasien tentang informasi tersebut. Informasi yang diberikan


48

bukan hanya kewajiban tenaga kesehatan tetapi juga merupakan hak pasien

untuk menerima informasi terhadap prosedur yang dilaluinya.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pemberian

informasi tentang prosedur pembiusan dapat menjadi alternative atau

intervensi non farmakologis dalam menurunkan kecemasan pasien pre operasi.

5. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sebelum dan

Setelah diberikan Informasi tentang Prosedur Pembiusan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pre

operasi sebelum dan setelah pemberian informasi tentang prosedur pembiusan.

Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini adanya pendidikan

kesehatan, adanya sikap empati terhadap pasien serta penyampaian informasi

kepada pasien menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh pasien

sehingga pasien dengan cepat menerima informasi yang diberikan. Menurut

(Tamah et al., 2019) Umumnya pasien merasa tingkat kecemasannya menjadi

lebih ringan apabila ia mendapatkan dan mengetahui informasi mengenai

tujuan pemeriksaan, dan prosedur operasi yang akan dilaksanakan. Pemberian

informasi menjadi efektif karena kemampuan perawat atau tenaga kesehatan

dalam membangun hubungan saling percaya dengan pasien serta melalui

komunkasi terapeutik (Pengetahuan et al., 2014)

Berdasarkan hasil uji beda dengan Wilcoxon signed rank test didapatkan p

value sebesar 0.001. Nilai p value ini menunjukkan nilai p value < ɑ (0,05)

yang berarti penelitian ini ada pengaruh yang sangat bermakna, sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh pemberian informasi tentang prosedur pembiusan


49

terhadap kecemasan pasien pre operasi di RSI Muhammadiyah Kendal. Hasil

penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya (Arifa & Trise,

2012) bahwa pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan

pendekatan komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan

dalam menurunkan kecemasan pasien (p = 0.000 : ɑ = 0,05 dan z = -5,858).

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti berasumsi pemberian informasi

tentang prosedur pembiusan terhadap pasien pre operasi telah sesuai dengan

yang diharapkan dan dapat menurunkan atau mengurangi kecemasan pre

operasi. Berdasarkan hasil tersebut maka pemberian informasi tentang

prosedur pembiusan dapat diterapkan pada pasien pre operasi

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengakui dalam melaksanakan penelitian ini masih terdapat

banyak kekurangan sehingga hasil yang didapatkan belum optimal atau bisa

dikatakan belum sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan yang perlu

diperbaiki seperti sulitnya menemui kriteria responden yang sesuai dengan

operasi elektif seringkali responden ditemukan pada saat operasi cito selain itu

adanya penolakan dari pasien pada saat ingin melakukan penelitian.

Keterbatasan faktor kecemasan dimana penelitian ini hanya menganalisa

faktor usia dan jenis kelamin.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

1. Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum diberikan informasi tentang

prosedur pembiusan mayoritas mengalami kecemasan sedang dengan

jumlah 10 responden (66.7%).

2. Kecemasan yang dialami oleh pasien setelah diberikan informasi tentang

prosedur pembiusan mayoritas mengalami kecemasan ringan dengan

jumlah 11 responden (73.3%).

3. Terdapat perbedaan yang signifikan kecemasan pasien pre operasi sebelum

dan sesudah pemberian informasi tentang prosedur pembiusan melalui

hasil uji beda Wilcoxon signed rank test didapatkan p value atau

signifikasi sebesar 0.001 atau nilai p value penelitian ini < ɑ (0,05)

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan

penjelasan tentang prosedur pembiusan sebagai salah satu intervensi dalam

menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi dan masukan di RSI

Muhammadiyah Kendal untuk intervensi pemberian informasi tentang

prosedur pembiusan dalam menurunkan kecemasan pada pasien pre

operasi.

50
51

3. Bagi Institusi Pendidikan (Universitas A;isyiyah Yogyakarta)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan

atau referensi untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang

pencegahan kecemasan pre operasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

wawasan serta diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya

dengan memodifikasi instrument kuisoner kecemasan, memodifikasi

teknik pengambilan sampel serta jumlah sampel yang lebih banyak.


52

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, F. (2019). Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Informasi Pre


Operasi Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Rawat Inap.
Masker Medika,Jurnal STIKES Muhammadiyah PAaembang Volume 7,
Nomor 2, December 2019, 7.
Aiman, U. (2016). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Pada
Mahasiswa Psikologi Semester VI (Enam) Yang Akan Menghadapi Skripsi,
Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri, 2016.Maulana Malik
Ibrahim Malang 201 Title. 4(4), 34–47.
Aliyah, H. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawatan Kaki Pada Pasien DM Sebagai Pencegahan Ulkus DM DI RSI
Kendal (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Anggreny, L. O., Lestari, D. R., & Agustina, R. (2020). Hubungan Sumber Akses
Informasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre Operasi Katarak di
Rumah Sakit Mata Smec Balikpapan. Nerspedia Journal, 2(1), 95-104.
Arbani, M. (2011). Pengembangan Sistem Informasi Sekolah Berbasis Web (
Studi Kasus : MI An-Nizhomiyah Depok ). Pengembangan Sistem Informasi
Sekolah Berbasis WEB, 1, 141.
Arifa, S., & Trise, I. N. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Persiapan Op
Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Op. JurnalKebidanan,IV(01),40–49.
http://ejurnal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/54
Arisandi, A. D., Sukesi, N., & Solechan, A. (2014). Pengaruh Pemberian
Informed Consent Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan, JIKK, 1–13
Asmara, R., Kom, S., & Kom, M. (2017). Sistem Informasi Pengolahan Data
Penanggulangan Bencana Pada Kantor Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal J-Click, 3(2).
Azzahra, F., Oktarlina, R. Z., & Hutasoit, H. B. K. (2020). Farmakoterapi
Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi
Antiansietas. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(1),
96-103.
Christalisana, C. (2018). Pengaruh Pengalaman Dan Karakter Sumber Daya
Manusia Konsultan Manajemen Konstruksi Terhadap Kualitas Pekerjaan
Pada Proyek Di KabupatenPandeglang.Jurnal,Fondasi,7(1),87–98.
https://doi.org/10.36055/jft.v7i1.3305.
Departemen Agama RI. (2011). Al-Qur'an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya.
53

Drs. Mulyadi, M. A., Rifa Hidayah, M. S., & M. Mahfuz, M. S. (2013).


Kecemasan Dan Psikoterapi Islam. 53(9), 1689–1699.
Fahmi, D., Hidayati, W. R., Listyaningrum, T. H., Purnamasari, V., Puspito, H., &
Rohmah, N. A. (2020). Panduan Praktikum Metodologi Penelitian.
yogyakarta: Tidak dipublikasikan.
Faramida, M., & Riza, S. (2019). Pengaruh Pemberian Informasi Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendicitis Di Ruang
Bedah Wanita Rsud Meuraxa Kota Banda Aceh. 87–96.
Hermanto, A., Sukartini, T., Yunitasari, E. (2020). Terapi Non Farmakologis
untuk Mengurangi Kecemasan pada Pasien Kanker dengan Kemoterapi: A
Systematic Review. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.
http://forikes-ejournal.com/index.php/SF. Volume 11 Nomor 4, Oktober,
2020.
Aliyah, H. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Perawatan Kaki Pada Pasien DM Sebagai Pencegahan Ulkus DM Di RSI
KENDAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Ismail, F. (2018). STATISTIKA Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu -Ilmu
Sosial. Retrieved,June1,2021,fromGoogleBook:
https://www.google.co.id/books/edition/Statistika_Untuk_Penelitian_Pendidi
kan_d/D9B1DwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=desain+penelitian+kuantitati
f+pre+eksperimen+one+group+pretest+posttest&pg=PA52&printsec=frontc
over.
Issn, L., & Leniwita, H. (2019). Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi
Operasi Di Rsu Uki Jakarta Tahun 2017. 6, 1–6.
Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan. (2011). Pedoman Nasional Etik
Penelitian Kesehatan 2011. Litbang Kementerian Kesehatan, 1–134.
http://www.ke.litbang.kemkes.go.id/kom14/wp-
content/uploads/2017/12/Pedoman-Nasional-Etik-Penelitian-Kesehatan-
2011-Unedited-Version.pdf.
Kumbara, H., Metra, Y., & Ilham, Z. (2018). Analisis tingkat kecemasan (anxiety)
dalam menghadapi pertandingan atlet sepak bola Kabupaten Banyuasin
pada Porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), 28-35.
Lubis, K. (2019). Hubungan Pemberian Informasi Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Kenanga I dan Melati III RSUD Dr .
Pirngadi Medan Tahun 2019.
Luh, N., Purnama, A., & Lupita, M. (2018). Kecemasan Pasien Pra Operasi. 14–
20.
Mavridou, P., Dimitriou, V., Manataki, A., Arnaoutoglou, E., Papadopoulos, G.,
54

2013. Patient‟s anxiety and fear of anesthesia: Effect of gender, age,


education, and previous experience of anesthesia. A survey of 400 patients.
J. Anesth. 27, 104–108. https://doi.org/10.1007/s00540-012-1460-0
Miftah, M. (2018). Model Dan Format Analisis Kebutuhan Multimedia
Pembelajaran Interaktif. Jurnal Teknodik, 095–106.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v13i1.443
Nabila, S., Khairani, M., Sari, K., & Faradina, S. (2021). Program KEMAS untuk
Menurunkan Kecemasan pada Dewasa Awal di Masa Pandemi Covid-19.
Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 7(2), 216.
https://doi.org/10.22146/gamajpp.69432
Nasrudin, M. W. (2018). Gangguan Kecemasan dalam Perspektif Al-Qur‟an (
Pendekatan Psikologi ). Skripsi.
Nuzira, P., & Putra, A. (2016). Informed Consent dalamPenurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Orthopedi RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. 1–9.
Pane, P. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Oprasi di Ruang
Bedah RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2019. 1–9.
Pefbrianti, D., Hariawan, H., Kurniawan, S., Sasongko, H., Alivian, G. N., &
Yusuf, A. (2018). Intervensi Nonfarmakologik Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Pasien Preoperasi: Literature Review. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 9(2).
Pratiwi, M. V., & Sawitri, D. R. (2020). Hubungan Antara Ketidakpuasan pada
Tubuh dengan Harga Diri pada Wanita Dewasa Awal Anggota Pusat
Kebugaran Moethya. Empati, 9(nomor 4), 306–312.
Prima, R. (2019). Hubungan Jenis Kelamin Dan Pendidikan Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Fraktur Pre Operasi Diruang Rawat Inap Bedah Rumah
Sakit. Jurnal Menara Medika, 2(1), 27–35.
Purnamasari, I. (2014). Hubungan persepsi mahasiswa keperawatan dengan
kecemasan selama mengikuti pembelajaran klinik di rumah sakit. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari, 1(1), 130–135.
RAUF, N. S. Perbandingan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswa Semester Satu
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Program Studi
Pendidikan Kedokteran Gigi S1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Angkatan 2017.
Rsud, D. I., & Bekasi, K. (n.d.). 712-Article Text-747-1-10-20200205. 623–630
Sangkot, N. (2017). Variabel penelitian. Raudhah, 05(02), 1–9.
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/view/182
55

Sasongko, WI. (2018). Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Prosedur


Pembiusan Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUP DR.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. http://poltekkesjogja.ac.id
Spreckhelsen, V. T. (2020). Tingkat Kecemasan Preoperatif Pada Pasien Yang
Akan Menjalani Tindakan Anastesi Pada Operasi Elektif. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Volume 5, 1–10.
Suswanti. (2019). Hubungan Pengetahuan Perioperatif Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di Rs Mata “ Dr. Yap ”
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
Studi, P., Pendidikan, A., Pascasarjana, S., & Indonesia, U. P. (2016). Pengaruh
Kepemimpinan Partisipatif Dan Komitmen Organisasi Terhadap Efektivitas
Implementasi Rencana Stratejik Pada Madrasah Aliyah Di Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. In Jurnal Administrasi Pendidikan UPI (Vol. 23,
Issue 1). https://doi.org/10.17509/jap.v23i1.5580
Sugiarto, E. (2016). Analisis Emosional, Kebijaksanaan Pembelian Dan
Perhatian Setelah Transaksi Terhadap Pembentukan Disonansi Kognitif
Konsumen Pemilik Sepeda Motor Honda Pada UD. Dika Jaya Motor
Lamongan, Jurnal Manajemen Universitas Islam Lamongan, Volume I,
No.01, Februari 2016.
Suhadi, & Pratiwi, A. (2020). Pengaruh Hipnosis Lima Jari Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Pakuhaji.
Jurnal Health Sains,
1(5),25481398.http://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/54/89
%0Ahttp://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/54
Supandi, A., Shahrazad, S., Wibowo, A. N., & Widiyarto, S. (2019). Analisis
Kompetensi Guru: Pembelajaran Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional
Bahasa Dan Sastra Indonesia (Prosiding SAMASTA), 1–6.
Suryana, D. (2012). Mengenal Teknologi: Teknologi Informasi. 83.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._Kurikulum_Dan_Tek._Pendidikan/197
111281998021Deni_Darmawan/Filosofis_Teknologi_Informasi_Dan_Komu
nikasi.pdf
Susilana, R. (2015). Modul Populasi dan Sampel. Modul Praktikum, 3–4.
http://file.upi.edu/Direktori/Dualmodes/Penelitian_Pendidikan/BBM_6.pdf
Tamah, Z. G., Muliyadi, M., & Yulia, S. (2019). Hubungan Pemenuhan Informasi
Pasien Pre Operasi Dengan Tingkat Kecemasan Di Rumah Sakit XX
Palembang. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 12(1), 31-36.
Utomo, H. (2019). Distribusi tingkat kecemasan pada pasien preoperasi bedah
elektif di rsup haji adam malik medan skripsi. Repository Universitas
Sumatera Utara.
56

Vellyana, D., Lestari, A., & Rahmawati, A. (2017). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperative di RS
Mitra Husada Pringsewu. Jurnal Kesehatan, 8(1), 108-113.
Wahid Murni, W. (2017). Pemaparan metode penelitian kualitatif.
Wahyudi, I., Bahri, S., & Handayani, P. (2019). Aplikasi Pembelajaran
Pengenalan Budaya Indonesia. V(1), 135–138.
https://doi.org/10.31294/jtk.v4i2
57

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Calon Responden
Di tempat

Dengan hormat,
Saya mahasiswa Universitas „Aisyiyah Yogyakarta Prodi D4 Keperawatan

Anestesi yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Rezi Akhsani Taqwim


Nim : 1811604107
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian

Informasi Tentang Prosedur Pembiusan Terhadap Kecemasan Pasien Pre

Operasi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh informasi

prosedur pembiusan terhadap terhadap kecemasan pasien yang akan menjalani

prosedur operasi.

Dengan itu saya memohon kesediaan saudara untuk ikut berpartisipasi

dalam penelitian ini. Kerahasiaan dan identitas saudara akan saya jaga dan

informasi yang saudara berikan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

(Rezi Akhsani Taqwim)


58

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini pasien

Nama/Inisial :

Umur :

Bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh

Nama : Rezi Akhsani Taqwim

Nim : 1811604107

Setelah mengetahui dan memahami penjelasan dari penelitian yang

berjudul “Pengaruh Informasi Tentang Prosedur Pembiusan Terhadap

Kecemasan Pre Operasi” saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini,

dengan catatan apabila sewaktu-waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk

apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Kendal, November 2021


Responden

( )
59

Lampiran 3

Kuesioner Amsterdam Preoperative Anxiety Informative


Scale

Kuesioner Kecemasan

Petunjuk pengisian :

1. Berilah jawaban pada setiap pertanyaan (jangan dikosongi)


2. Berilah tanda () pada kolom yang telah disediakan yang sesuai dengan
kondisi yang anda rasakan pada saat ini dengan pilihan antara lain : Sama
sekali tidak, Tidak terlalu, Sedikit, Agak, Sangat

Identitas Pasien
Nama : (inisal klien)
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Operasi ke :

No Pertanyaan Sama sekali Tidak Sedikit Agak Sangat


tidak terlalu
1 2 3 4 5
1 Saya khawatir tentang
prosedur pembiusan
2 Prosedur pembiusan selalu
di pikiran saya
3 Saya ingin tau sebanyak
mungkin tentang prosedur
pembiusan
4 Saya khawatir tentang
prosedur operasi
5 Prosedur operasi selalu di
pikiran saya
6 Saya ingin tau sebanyak
mungkin tentang prosedur
operasi
60

Total skor : 1 sampai 6 = Tidak ada kecemasan


7 sampai 12 = Kecemasan ringan
13 sampai 18 = Kecemasan sedang
19 sampai 24 = Kecemasan berat
25 sampai 30 = Kecemasan berat sekali
Lampiran 4

Surat Permohonan Penelitian

61
62

Lampiran 5

Surat Komite Etik Penelitian


63

Lampiran 6

Data Umum atau Data Mentah


64

Lampiran 7

Data Distribusi Frekuensi

Statistics
Usia Responden
N Valid 15

Missing 0

Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 28 tahun 4 26.7 26.7 26.7
31 tahun 3 20.0 20.0 46.7
38 tahun 3 20.0 20.0 66.7
42 tahun 2 13.3 13.3 80.0
43 tahun 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 15

Missing 0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 9 60.0 60.0 60.0
Perempuan 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
65

Lampiran 8

Data Kecemasan Pretest dan Postest

Nilai kecemasan pretest


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cemas ringan 5 33.3 33.3 33.3
cemas sedang 10 66.7 66.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Nilai kecemasan posttest


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cemas ringan 11 73.3 73.3 73.3
cemas sedang 3 20.0 20.0 93.3
tidak cemas 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
66

Lampiran 9

Hasil Uji SPSS Wilcoxon Signed Rank Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Nilai skor postest kecemasan Negative Ranks 15 8.00 120.00
b
- Nilai skor pretest Positive Ranks 0 .00 .00
kecemasan c
Ties 0
Total 15
a. Nilai skor postest kecemasan < Nilai skor pretest kecemasan
b. Nilai skor postest kecemasan > Nilai skor pretest kecemasan
c. Nilai skor postest kecemasan = Nilai skor pretest kecemasan

Test Statisticsa
Nilai skor
postest
kecemasan -
Nilai skor pretest
kecemasan
b
Z -3.420
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
67

Lampiran 10

Foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai