SKRIPSI
NURSYAFIKA
2017-03-100-57
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Manajemen Informasi Kesehatan
Disusun oleh:
NURSYAFIKA
2017-03-100-57
Mengetahui
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Nursyafika
NIM 20170310057
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen Informasi Kesehatan (S.MIK)
Pada Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas
Esa Unggul
Dewan Penguji
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Hubungan pengetahuan tentang kodefikasi klinis dengan perilaku clinical coder di
DKI Jakarta”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen Informasi Kesehatan pada Program
Studi Manajemen Informasi Kesehatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Esa Unggul.
Penulis Menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M.Biomed, Apt., selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Esa Unggul.
2. Dr. Hosizah, SKM, MKM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Informasi
Kesehatan.
3. Ambarwati, SST., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Witri Zuama Qomarania, SKM, M.Epid selaku penguji proposal yang telah
menguji serta membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
5. Mieke Nurmalasari, M.Si, M.Sc selaku penguji skripsi yang telah menguji serta
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ratih Wulandari, Amd.Perkes, selaku Ketua DPD PORMIKI DKI Jakarta yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di DPD PORMIKI DKI
Jakarta.
7. Seluruh Pengurus dan anggota DPD PORMIKI DKI Jakarta yang telah
bekerjasama dengan baik selama penelitian melakukan observasi awal.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan terutama pada Prodi
Manajemen Informasi Kesehatan.
v
9. Orang Tua, Saudara serta Keluarga, yang senantiasa selalu mengirimkan doa,
dukungan material dan moral dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
Nursyafika
vi
Universitas Esa Unggul
ABSTRAK
Nama : Nursyafika
Program Studi : Sarjana Manajemen Informasi Kesehatan
Judul : Hubungan Pengetahuan tentang Kodefikasi Klinis dengan Perilaku
Clinical Coder di DKI Jakarta
Petugas rekam medis sebagai seorang pemberi kode (clinical coder), sesuai dengan kompetensinya
bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga
medis/dokter. Seorang clinical coder profesional harus memenuhi standar dan etik pengkodean salah
satunya selalu berkonsultasi dengan dokter untuk klarifikasi dan kelengkapan pengisian data diagnosis
dan tindakan. Selain itu juga kedisiplinan dalam mematuhi aturan-aturan penggunaan ICD-10 dalam
penetapan kode diagnosis. Keakuratan kode diagnosis tersebut akan mempengaruhi keakuratan
laporan. Kode diagnosis yang tidak tepat akan mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan rekam medis
selanjutnya, yaitu pelaksanaan indeks penyakit dan pelaporan rumah sakit serta berpengaruh terhadap
proses klaim untuk pasien yang ditanggung asuransi. Dari beberapa penelitian sebelumnya masih
ditemukan ketidaktepatan pengkodean rekam medis setiap tahunnya di beberapa rumah sakit di DKI
Jakarta, pengetahuan dan perilaku merupakan bagian dari faktor yang mempengaruhi clinical coder
terhadap keakuratan kode. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
pengetahuan tentang kodefikasi klinis dengan perilaku clinical coder di DKI Jakarta. Jenis Penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 82 responden dari anggota DPD PORMIKI DKI Jakarta. Berdasarkan hasil analisis
dengan uji korelasi pearson, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku clinical coder (p-value = 0,000) dan menunjukkan hubungan yang kuat
(r=0,510) dan berpola positif artinya semakin bertambah tingkat pengetahuan clinical coder semakin
baik perilaku clinical coder.
Kata kunci : Clinical coder, kodefikasi klinis, ICD 10, ICD-9-CM, pengetahuan, perilaku,
viii
Universitas Esa Unggul
ABSTRACT
Name : Nursyafika
Program Study : S1 Health Information Management
Title : Relationship of Knowledge about Clinical Codefication with Clinical
Coder Behavior in DKI Jakarta
The medical record officer as a provider of code (clinical coder), according to his competence is
responsible for the accuracy of the code of a diagnosis that has been determined by medical personnel
/ doctors. A professional clinical coder must meet coding standards and ethics, one of which is always
to consult with a doctor for clarification and completeness of filling in diagnosis and action data. In
addition, discipline in complying with the rules of the use of ICD-10 in determining the diagnosis
code. The accuracy of the diagnosis code will affect the accuracy of the report. Incorrect diagnosis
code will affect the implementation of the management of further medical records, namely the
implementation of the disease index and hospital reporting as well as influencing the claim process
for patients covered by insurance. From previous studies, it is still found that inaccurate coding of
medical records every year in several hospitals in DKI Jakarta, knowledge and behavior are part of
the factors that influence clinical coder on code accuracy. The purpose of this study was to analyze
the relationship of knowledge about clinical codefication with clinical coder behavior in DKI Jakarta.
This type of research is a quantitative study with a cross sectional study design. The sample in this
study amounted to 82 respondents from DKI Jakarta PORMIKI DPD members. Based on the results
of the analysis with the Pearson correlation test, it can be concluded that there is a significant
relationship between knowledge and clinical coder behavior (p-value = 0,000) and shows a strong
relationship (r = 0.510) and positive pattern means that the more the level of clinical coder
knowledge the better the behavior clinical coder.
Keywords: Clinical coder, clinical codefication, ICD 10, ICD-9-CM, knowledge, behavior,
ix
Universitas Esa Unggul
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................v
Abstrak ...............................................................................................................viii
Daftar Tabel.......................................................................................................xiii
xii
Universitas Esa Unggul
DAFTAR TABEL
xiii
Universitas Esa Unggul
DAFTAR GAMBAR
xiv
Universitas Esa Unggul
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Esa Unggul
BAB I
PENDAHULUAN
medis (37,2%) dan kode morfologi tidak tepat sebanyak 175 rekam medis
(100%) (5) (9) (10) (11) (12).
Hasil penelitian Rohani (2019) di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan clinical
coder dengan kualitas koding klinis dengan nilai p-value = 0,043 < 0,05 (8). Pada
penelitian Utami (2015), Sudra, Pujihastuti (2016) dan Widjaya, Rumana (2014)
juga membuktikan bahwa pengetahuan petugas tentang kodefikasi diagnosis
penyakit yang baik dapat meningkatkan keakuratan kode diagnosis penyakit (13)
(14) (9).
Berdasarkan beberapa penelitian di Jakarta yang setiap tahunnya masih
ditemukan ketidakakuratan kode pada rekam medis, untuk itu penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Kodefikasi
Klinis dengan Perilaku Clinical Coder di DKI Jakarta”
3
Universitas Esa Unggul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpuh pada orang
lain dimana kita memiliki keyakinan padanya, kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya.
d. Keyakinan
Keyakinan adalah asumsi dan kepercayaan yang dianggap benar oleh
seorang individu atau kelompok, mengenai konsep, kejadian, orang –
orang dan hal – hal tertentu, secara sadar menyerap keyakinan.
2. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas, undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari
pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan (15).
7
Universitas Esa Unggul
kode). Istilah lain yang ada lead term (dengan tanda (-) minus = idem =
indent) dapat memengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata
diagnostic harus diperhitungkan.
5. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan
perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks.
6. Lihat daftar tabulasi (Vol.1) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada
posisi ke empat yang berarti bahwa isian untuk karakter ke empat itu
ada di volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam
indeks (Vol.3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode
tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam
sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
7. Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (Chapter), blok kategori dan sub kategori.
8. Temukan kode yang anda pilih.
9. Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode
untuk pemastian kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang
diagnosis utama di berbagai lembar formulir rekam medis pasien, guna
menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan (4).
12
Universitas Esa Unggul
15
Universitas Esa Unggul
18
Universitas Esa Unggul
21
Universitas Esa Unggul
22
Universitas Esa Unggul
Nama peneliti,
No. Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Tahun peneliti
Variabel Dependen :
Keakurasian Koding Ibu
Melahirkan dan Bayi
3. Yeni Tri Utami, Hubungan Pengetahuan Variabel Independen : Terdapat hubungan yang signifikan antara
2013 Clinical Coder dengan Pengetahuan Clinical Coder variabel pengetahuan petugas pemberi kode
Keakuratan Kode Diagnosis Variabel Dependen : diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
Pasien Rawat Inap Jaminan Keakuratan Kode Diagnosis pasien rawat inap jamkesmas berdasarkan ICD-10
Kesehatan Masyarakat Pasien Rawat Inap dengan p-value=0,030.
Berdasarkan ICD-10 di
RSUD Simo Boyolali
4. Erlindai, Auliya Faktor-Faktor yang Variabel Independen : Terdapat hubungan yang signifikan antara
Indriani (2018) Mempengaruhi Umur, Jenis Kelamin, variabel pelatihan dengan p-value=0,006,
Ketidaktepatan Kode pada Pelatihan, Pendidikan, pengetahuan dengan p-value=0,001, sikap dengan
Persalinan Sectio Caesarea Pengalaman Kerja, p-value=0,003, kelengkapan dokumen rekam
di Rumah Sakit Umum Pengetahuan, Sikap, medis dengan p-value=0,000, sarana prasarana
Imelda Pekerja Indonesia Kelengkapan Dokumen Rekam dengan p-value=0,001 terhadap ketidaktepatan
Medan Tahun 2018 Medis, Sarana Prasaran kode pada persalinan sectio caesarea. Sedangkan
Variabel Dependen : variabel lainnya tidak mempunyai hubungan yang
Ketidaktepatan Kode pada signifikan dengan p-value > 0,05.
23
Universitas Esa Unggul
Nama peneliti,
No. Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Tahun peneliti
Persalinan Sectio Caesarea
5. Siti Rohani, 2019 Faktor-Faktor yang Variabel Independen : Terdapat hubungan yang signifikan antara
Mempengaruhi Kualitas Pengetahuan, Sikap, Pelatihan variabel pengetahuan terhadap kualitas koding
Coding Klinis Kasus Variabel Dependen : klinis untuk klaim BPJS di Rumah Sakit Kanker
Neoplasma untuk Klaim Kualitas Coding Klinis “Dharmais” dengan p-value = 0,043. Sedangkan
BPJS di Rumah Sakit pada variabel sikap dan pelatihan tidak
Kanker “Dharmais” mempunyai hubungan yang signifikan dengan p-
value > 0,05.
24
Universitas Esa Unggul
25
Universitas Esa Unggul
26
Universitas Esa Unggul
27
Universitas Esa Unggul
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
Universitas Esa Unggul
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Dimana :
n = Ukuran Sampel
N = Populasi
e = Kelonggaran Ketidaktelitian karena kesalahan
Dalam Penelitian ini jumlah populasi (N) = 455 PMIK yang terdaftar
sebagai anggota DPD PORMIKI DKI Jakarta, sedangkan kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penulis tentukan 10%, maka sampel :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
455
𝑛=
1 + 455 (0,1)2
𝑛 = 82 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Jadi, jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak
82 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Quota Sampling.
29
Universitas Esa Unggul
etika penelitian, pada penelitian ini yang menjadi responden adalah clinical
coder yang melakukan pengkodean diagnosis, maka peneliti harus memahami
hak dasar petugas, antara lain:
1. Informed consent (lembaran persetujuan)
Informed consent merupakan cara penelitian dengan responden penelitian ini
dengan memberikan lembar persetujuan, informed consent diberikan
sebelum melakukan penelitian.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Jaminan kepada responden dengan tidak mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur, pada instrumen penelitian, nama responden akan di
cantumkan inisialnya saja untuk menjaga kerahasiaan responden.
3. Kerahasiaan
Penelitian ini menjamin kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh
responden hanya data-data tertentu yang merupakan hasil penelitian sebagai
laporan. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan data
yang diperoleh dari responden untuk tidak disebarluaskan, hanya akan
menyajikan data-data tentang hasil perhitungan skor kuesioner.
4. Mengajukan Kaji Etik
Peneliti akan mengajukan kaji etik penelitian ke bagian Komite Etik
Penelitian Universitas Esa Unggul
30
Universitas Esa Unggul
33
Universitas Esa Unggul
35
Universitas Esa Unggul
36
Universitas Esa Unggul
37
Universitas Esa Unggul
BAB IV
HASIL PENELITIAN
39
Universitas Esa Unggul
Dewan Pertimbangan :
1. Drs. Subur Suwardjo, M.Kes
2. Ratna Barus, A.Md.PerKes, SKM
3. Nani Suryani, A.Md.PerKes
4. Sri Setia Utami, A.Md.PerKes, SKM
5. Ratih Wulandari, Amd.PK
40
Universitas Esa Unggul
b. Usia
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden di DKI Jakarta
Tahun 2019
c. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden
di DKI Jakarta Tahun 2019
Pendidikan Terakhir Jumlah %
D-III rekam medis 80 97,6
D-IV rekam medis 2 2,4
Total 82 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 82 responden, diketahui
jumlah responden pendidikan terakhir DIII rekam medis sebanyak 80
(97,6%) sedangkan DIV rekam medis sebanyak 2 (2,4%).
d. Masa Kerja
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
di DKI Jakarta Tahun 2019
Masa Kerja (Tahun) Jumlah %
1–5 74 90,2
6 – 10 8 9,8
Total 82 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 82 responden, diketahui
jumlah responden yang masa kerjanya yang paling banyak terdapat pada
antara 1 – 5 tahun sebanyak 74 (90,2%) sedangkan masa kerja paling
sedikit yaitu 6 – 10 tahun berjumlah 8 (9,8%).
42
Universitas Esa Unggul
43
Universitas Esa Unggul
44
Universitas Esa Unggul
45
Universitas Esa Unggul
BAB V
PEMBAHASAN
48
Universitas Esa Unggul
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. Hasil penelitian dari 82 responden tentang pengetahuan diperoleh rata-
rata sebesar 11,90 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan 95%
berkisar antara 11,59 sampai 12,21 dengan standar deviasi sebesar 1,411.
Nilai median 12 dan nilai minimum 7 serta nilai maximum 15.
b. Hasil penelitian dari 82 responden tentang perilaku diperoleh rata-rata
sebesar 53,46 dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan 95%
berkisar antara 52,81 sampai 54,12 dengan standar deviasi sebesar 2,982.
Nilai median 54 dan nilai minimum 47 serta nilai maximum 59.
c. Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kodefikasi
klinis dengan perilaku clinical coder di DKI Jakarta dengan p-value =
0,000 dan menunjukkan hubungan kuat (r=0,510).
6.2 Saran
a. Sebaiknya pihak DPD PORMIKI mengembangkan dan mensosialisasikan
standar untuk kodefikasi klinis yang berlaku di Indonesia.
b. Sebaiknya dilakukan sertifikasi kompetensi untuk petugas yang
melakukan kegiatan klasifikasi dan kodefikasi penyakit.
c. Sebaiknya pihak DPD PORMIKI memberikan seminar dan pelatihan
yang dapat menambah pengetahuan khususnya pada kompetensi
klasifikasi dan kodefikasi penyakit.
d. Sebaiknya untuk penelitian kedepannya dilakukan penelitian tentang
pengetahuan kodefikasi klinis dengan kasus yang lebih spesifik.
49
Universitas Esa Unggul
DAFTAR PUSTAKA
50
Universitas Esa Unggul
RSUD Simo Boyolali. J Ilm Rekam Medis dan Inform Kesehat. 2015;5(1):13–
25.
14. Sudra RI, Pujihastuti A. Pengaruh Penulisan Dianosis dan Pengetahuan
Petugas Rekam Medis Tentang Terminologi Medis Terhadap Keakuratan
Kode Diagnosis. J Manaj Inf Kesehat Indones. 2016;4(1):67–72.
15. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Revisi 2010. Jakarta:
Rineka Cipta; 2013.
16. Rita. Tinjauan Ketepatan Kode Diagnosa Pasien Rawat Inap Kasus Urologi
Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Siloam Asri Tahun 2016. Jakarta:
Universitas Esa Unggul; 2016.
17. Wikipedia. Coder Klinis [Internet]. Wikipedia. 2019 [cited 2019 Jan 12].
Available from: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Clinical_coder
18. Pramono AE. Hubungan Antara Coder (Dokter dan Perawat) Dengan
Keakuratan Kode Diagnosis Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas
Gondokusuman II Kota Yogyakarta Tahun 2012. 2012.
19. Pratiwi KA, Ernawati D. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Kode External Cause di RSUD Kabupaten Brebes. J Manaj Inf Kesehat
Indones. 2017;5(2):53–9.
20. A W. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Wahyu Media; 2010.
21. WHO. International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problem Thenth Revision Volume 1,2,3. 10th ed. Geneva; 2010.
22. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 76 Tahun 2016 tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-
CBG) Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. 2016;
23. Garmelia. Pengenalan Kodefikasi dan Modifikasi Prosedur Melalui ICD-9CM.
Jakarta: Kumpulan Makalah Penelitian Optimalisasi Pengelolaan dan
Implementasi Standar Pelayanan Rekam Medis di Rumah Sakit; 2010.
24. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis. 2013;
25. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. 2003.
26. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan.pdf. 2014.
27. Tim Dosen Prodi MIK. Pedoman Pembimbingan dan Penulisan Skripsi.
Jakarta: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul; 2017.
51
Universitas Esa Unggul
28. Sabri L, Hastono SP. Statistik Kesehatan. 1st ed. Jakarta: Rajawali Pers; 2014.
52
DEWAN PIMPINAN DAERAH DKI JAKARTA
PERHIMPUNAN PROFESIONAL PEREKAM MEDIS DAN
INFORMASI KESEHATAN INDONESIA
(INDONESIAN PROFESIONALS ON MEDICAL RECORD AND
H EALT H I N F O R M AT I O N O RG AN IZAT I O N )
(PORMTKT)
OPD - o(\
Yang bertandatangan di bawah ini Ketua DPD PORMIKI DKI Jakarta, menerangkan bahwa
usulan penelitian :
Nama : Nursyafika
Institusi : Program Studi Manajemen Infomrasi Kesehatan Universitas Esa Unggul
Ntrtll :20170310057
Judul Penelitian: Hubungan Pengetahuan Tentang Kodefikasi Klinis dengan Perilaku
Coder Clinical di DKI Jakarta
Diijinkan untuk dilaksanakan di Wilayah DPD PORMIKI DKI Jakarta. Demikian surat
keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PORM ?
ulandari, A.Md
Sekretariat :
Unit Pelayanan Rekam Medis RSUPN D. Cipto Mangunkusumo
Jl. Diponegoro No.Tl Jakarta 1rO3 Kotak Pos 1086
Telp. 500135 ext. 2904, (021) 31925368 Faximile : (021) 31926368
Email : dpd.pormikidkiikt@gmail.com
Website : www.Pormiki-dki.org
WA : 0812 8267 3996
Lampiran 2
No. Responden
KUESIONER PENELITIAN
Identitas peneliti :
Nama : Nursyafika
NIM : 20170310057
Saya menyadari bahwa waktu Bapak/Ibu/Saudara (i) sangat terbatas dan berharga.
Namun saya mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara (i) bersedia meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner penelitian ini secara objektif. Hasil dari jawaban yang
Bapak/Ibu/Saudara (i) berikan akan dijaga kerahasiaannya dan semata-mata
digunakan untuk keperluan penelitian ini saja. Sekian dari saya, atas bantuan dan
pengertiannya saya ucapkan terima kasih.
Lampiran 2
(...................................) (...................................)
Subjek
*coret salah satu
Lampiran 2
Petunjuk pengisian :
I. Identitas Responden
41 – 50 Tahun
D-IV S2
6 – 10 Tahun
Tempat Bekerja :
Nama : Nursyafika
NIM : 20170310057
Judul : Hubungan Pengetahuan tentang Kodefikasi Klinis dengan Perilaku Clinical Coder di
DKI Jakarta
Masukan / Saran
No. Nama Dosen Halaman Hasil Revisi TTD
Perbaikan
Ambarwati,
1. Saran diubah 51 Sudah diubah
SST., M.Kes