Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING:

SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN


Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis

PERAN PEREKAM MEDIS


DALAM MENDUKUNG KESELAMATAN PASIEN
Savitri Citra Budi1, Fatmah2, dan Marko Ferdian Salim 3
123
Program Studi Diploma Rekam Medis, Departemen Layanan Informasi dan Kesehatan,
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
savitri@ugm.ac.id1, fatmah@mail.ugm.ac.id2

ABSTRAK
Keselamatan pasien menjadi salah satu fokus dalam indikator peningkatan mutu pada layanan kesehatan. Pemerintah
merumuskan 6 sasaran keselamatan pasien yang harus diwujudkan oleh semua tenaga kesehatan termasuk perekam medis.
Tujuan penelitian Mengetahui peran perekam medis dalam mendukung keselamatan pasien. Jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengambilan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran ketepatan identifikasi peran perekam medis membuat SOP identifikasi pasien,
alur kerja, desain sampul, dan SK. Sasaran komunikasi efektif, perekam medis menyiapkan SOP pengisian rekam medis,
SK pembakuan singkatan dan kodefikasi, dan penggunaan tracer. Sasaran kewaspadaan obat, perekam medis membuat SOP
dan kelengkapan berkas rekam medis. Sasaran prosedur pembedahan yang benar, perekam medis membuat SOP analisis
rekam medis dan SOP penyediaan rekam medis untuk keperluan pasien. Sasaran resiko infeksi, perekam medis membuat
poster gerakan mecuci tangan dan melakukannya. Sasaran risiko pasien jatuh membantu dalam menyiapkan rekam medis
yang lengkap.Simpulan bahwa peran perekam medis dalam mendukung keselamatan pasien dengan cara menyiapkan
berkas rekam medis yang lengkap dan akurat, pembuatan SK dan SOP yang mendukung, dan mengimplementasikan SK
dan SOP yang sudah ada.
Kata Kunci: keselamatan pasien, rekam medis, akreditasi.

ABSTRACT
Patient safety is one of the focuses in indicators of quality improvement in health care. The government formulates
6 patient safety goals that all health personnel must perform, including medical recorders. The aims of this
research is to know the role of medical recorder in supporting patient safety. Method: Type of qualitative
descriptive research with phenomenological approach. Techniques of data collection are observation, interview
and documentation study. Results: The target of accurate identification of the role of medical recorder makes
SOP patient identification, workflow, cover design, and SK. Effective communication targets, medical recorders
prepare medical record filling SOP, abbreviation and abbreviation codes, and tracer usage. Target drug
precautions, medical recorders make SOPs and medical record file completeness. The goal of proper surgical
procedure, medical recorder to make SOP analysis of medical record and SOP of providing medical record
for patient’s need. Target risk of infection, medical recorders make posters hand motion movements and do it.
Target risk of falling patients helps in preparing a complete medical record. Conclusion: The role of medical
recorder in supporting patient safety by preparing complete and accurate medical record files, making SK and
SOP supporting, and implementing existing SK and SOP.
Keywords: patient safety, medical record, accreditation.

PENDAHULUAN amat penting di Indonesia. Sebagai pelaksana teknis


dinas kabupaten/kota, Puskesmas bertanggungjawab
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
wilayah kerja.

ISBN: 978-602-6363-47-3 1
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di proses akreditasi pada tanggal 14 September
Indonesia, maka peran dan kedudukan puskesmas 2017 sampai 16 September 2017. Keselamatan
adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan pasien merupakan salah satu komponen yang
kesehatan di Indonesia. Puskesmas merupakan harus diperhatikan pada saat akreditasi. Akreditasi
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggaraan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan mutu pelayanan. Sehingga peningkatan keselamatan
perorangan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan yang pasien dapat meningkatkan mutu pelayanan di fasilitas
diselenggarakan di puskesmas lebih mengutamakan pelayanan kesehatan.
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajad
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
kesehatan masyarakat yang optimal atau setinggi-
perekam medis dalam mendukung keselamatan pasien
tingginya di wilayah kerja puskesmas tersebut.
di Puskesmas Sewon II Bantul
(Kemeskes RI, 2014).

Menurut Permenkes Nomor 75 tahun 2014 akreditasi


METODE
adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik
Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan pengambilan data yaitu observasi, wawancara dan
Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk studi dokumentasi terhadap peran perekam medis
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara dalam meningkatkan keselamatan pasien. Responen
berkesinambungan. Dalam upaya peningkatan mutu penelitian yaitu Kepala Puskesmas Sewon II Bantul,
pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara Kepala Tata Usaha, Kepala Tim Akreditasi, Koordinator
berkala paling sedikit tiga tahun sekali. UKP, Koordinator Administrasi dan Menajemen,
Petugas Pendaftaran, Petugas Penyimpanan. Lokasi
Menurut Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 penelitian dilakukan di Puskesmas Sewon II Bantul
keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat Yogyakarta dengan waktu penelitian 2 Mei 2017.
asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk Keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas
mengambil tindakan yang seharusnya. pelayanan kesehatan (Permenkes Nomor 11 Tahun
Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya 2017). Penguatan kompetensi perekam medis dalam
hal-hal : a) mengidentifikasi pasien dengan benar; pengelolaan pencatatan data pasien sebagai salah satu
b) meningkatkan komunikasi yang efektif; c) upaya membantu tenaga kesehatan dalam penanganan
meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus penyakit pasien (Budi, 2016). Perekam medis
diwaspasai; d) memastikan lokasi pembedahan mempunyai andil untuk mewujudkan keselamatan
yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien dalam penyediaan riwayat pasien yang bermutu.
pasien yang benar; e) mengurangi risiko infeksi akibat Keselamatan pasien sebagai salah satu komponen
perawatan kesehatan; f) mengurangi risiko cedera penting dalam akreditasi puskesmas, yaitu pada bab
pasien akibat terjatuh. IX tentang Peningkatan Mutu klinis dan keselamatan
pasies (PMKP).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada
21 Maret 2017 dengan wawancara dengan Kepada Peran perekam medis dalam mendukung keselamatan
Puskesmas dan Ketua Tata Usaha di Puskesmas Sewon pasien dalam masing-masing sasaran yaitu:
II diketahui bahwa Puskesmas akan melaksanakan

2 ISBN: 978-602-6363-47-3
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis
1. Ketepatan identifikasi pasien
dilakukan meliputi : 1) Membuat kebijakan dalam
Pada sasaran ini peran perekam medis dalam
rangka mengurangi kesalahan identifikasi; 2)
mendukung keselamatan pasien yang ada
Memberikan pelatihan dalam prosedur verifikasi
di Puskesmas Sewon II dalam mendukung
melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan;
keselamatan pasien adalah alur kerja petugas
3) Melibatkan secara aktif pasien dan keluarga
pendaftaran pasien baru, alur kerja petugas
dengan cara memberikan edukasi tentang risiko.
pendaftaran pasien lama, desan sampul/map
berkas rekam medis, SK Pelayanan rekam medis
dan metode identifikasi. 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
Rekam medis sebagai salah satu alat komunikasi
Melihat tujuan ganda dari sasaran ini adalah yang efektif antar tenaga kesehatan. Hal ini
pertama untuk dengan cara yang dapat dapat diwujudkan dengan pengisian rekam
dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien medis yang lengkap dan bermutu (Budi,
sebagai individu yang dimaksud untuk 2011). Pada sasaran ini, perekam medis
mendapatkan pelayanan atau pengobatan, dan dalam mendukung keselamatan pasien yaitu
yang kedua untuk mencocokkan pelayanan melalui pembuatan alur pengembalian berkas
atau pengobatan terhadap individu tersebut rekam medis, alur pengambilan berkas rekam
(Permenkes Nomor 11 Tahun 2017). Dalam hal medis, SK pembakuan singkatan, SK sistem
ini perekam medis dapat mewujudkan dengan pengkodean, penyimpanan dan dokumentasi,
cara mendaftar pasien lama atau baru dengan analisis pemberian tracer, desain tracer, Desain
cara mengidentifikasi terlebih dahulu sehingga sampul/map, desain formulir rekam medis, SK
pasien yang di daftar itu benar identitasnya. standarisasi kode klasifikasi dan daftar kode
Sikap petugas pendaftaran harus bersikap penyakit.
yang sopan, teliti, dan mengetahui sarana
yang digunakan untuk mendaftar (Budi, 2011). Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat,
Keamanan pelayanan di fasilitas pelayanan lengkap jelas, dan yang dipahami oleh resepien/
kesehatan salah satunya dimulai dari ketepatan penerima akan mengurangi kesalahan, dan
identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi menghasilkan peningkatan keselamatan pasien
pasien diawal pelayanan akan berdampak pada (Permenkes Nomor 11 Tahun 2017). Faktor
kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya. penyeban insiden keselamatan pasien adalah
Fasilitas pelayanan kesahatan harus menjamin kegagalan komunikasi, komunikasi tidak efektif
proses identifikasi ini berjalan dengan benar akan berdampak 80% menyebabkan kejadian
sejak pertama kali pasien didaftar (WHO dalam malpraktek, meningkatkan biaya operasional,
Umaternate, 2015). Selain itu pembuatan desain biaya perawatan penyembuhan dan menghambat
map rekam medis juga dapat membantu dalam proses pemberian asuransi keperawatan
hal pengidentifikasian pasien untuk berkas (Cahyono dalam Fatimah, 2014). Dalam hal
yang dimiliki oleh pasien. Tujuannya pada saat ini peran perekam medis adalah membantu
pengobatan tenaga medis dapat melihat berkas terselenggaranya komunikasi yang efektif pada
pasien dan tidak tertukar dengan berkas pasien semua tenaga kesehatan yang melayani pasien.
lain. Proses identifikasi juga dapat dipermudah Desain rekam medis yang lengkap yang mampu
dengan penggunaan gelang pasien yang memuat memberikan kolom informasi yang lengkap
minimal dua identitas pasien yaitu nama sehingga dapat mendukung komunikasi efektif.
pasien dan nomor rekam medis (Iswati, 2013). Dokumentasi obat sesuai standar Medical
Pembuatan SK yang meruapakan kebijakan Administration Record (MAR) yang harus
tentang mengurangi kesalahan identifikasi dilakukan : menulis nama lengkap pasien,
pasien juga merupakan pencegahan seperti yang waktu pemberian , dosis obat yang dibutuhkan,
di ungkapkan pada penelitian Angraeni (2014) cara pemberian obat frekuensi, respon pasien
bahwa prinsip pencegahan kesalahan yang dapat setelah pemberian obat dan jika ada efek obat
maka harus didokumentasikan waktu, tanggal

ISBN: 978-602-6363-47-3 3
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis

dan nama petugas yang memberikan dan yang dokter pemberi resep. Jika memberikan obat
menulis resep dalam catatan rekam medik kepada pasien tenaga kesehatan harus periksa
pasien (Fatimah, 2014). Pembuatan alur kembali label pada saat memberikan obat dan
pengambilan dan pengembalian berkas rekam memastikan seluruh obat yang diberikan pada
medis dan pembuatan tracer bertujuan agar pasien sesuai dengan catatan rekam medis
berkas rekam medis tersimpan dengan benar, pasien atau buku injeksi.
karena berkas rekam medis merupakan alat
komunikasi tenaga kesehatan. Pembuatan SK 4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar,
pembakuan singkatan, SK pengkodean yaitu prosedur yang benar, pembedahan pada
bertujuan agar tidak ada salah penafsiran kode pasien yang benar
dan singkatan antar tenaga kesehatan. Pelaporan Pada sasaran peran perekam medis membantu
alat komunikasi berupa format kertas dapat dalam pembuatan SOP agar sesuai dengan
menggambarkan mekanisme yang sistematis format aturan yang ada dalam akreditasi dan
dan terfokus untuk komunikasi informasi pasien membantu menyediakan berkas rekam medis
(Insani, 2017). Hal ini sesuai bahwa berkas dan desain formulir rekam medis yang lengkap
rekam medis merupakan alat komunikasi yang dan tepat. Di tempat pelayanan kesehatan yang
efektif. melakukan tindakan di luar kamar operasi baik
itu prosedur medis dan tindakan pengobatan
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang gigi/dental harus membuat kebijakan dan
harus diwaspadai prosedur untukmendukung keseragaman
Pada sasaran ini, perekam medis membantu proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
menyediakan prosedur penyimpanan obat prosedur, dan tepat pasien (Permenkes Nomor
dan memastikan kelengkapan rekam medis 11 Tahun 2017). Beberapa faktor yang sering
mengenai obat yang diberikan kepada pasien. terjadi dalam risiko ini antara lain: pengkajian
pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang
Untuk mengurangi resiko ini salah satu
catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
kegiatan yang dilaksanakan adalah pembuatan
mendukung, komunikasi antar anggota tim
kebijakan dan/atau prosedur yang memuat
(Iswati, 2013). Oleh karena itu memastikan dan
proses identifikasi, lokasi, pemberian label,
menyediakan berkas rekam medis yang lengkap
dan penyimpanan obat-obatan yang perlu
dan akurat sangat membantu mengurangi risiko
di waspadai (Permenkes Nomor 11 tahun
ini. World Health Organization (WHO) telah
2017). Kebijakan yang telah dibuat juga
mengenalkan
harus di implementasikan. Selain itu cara lain
untuk mengurangi resiko ini adalah dengan Patient Safety Safe Surgery Saves Lives untuk
menyimpan elektrolit konsentrat dengan tepat. meningkatkan keselamatan pasien pada
Dapat jua dilakukan dengan cara memberi label pembedahan di dunia dengan menyusun suatu
pada semua obat peringatan tinggi (high alert) standar yang dapat diaplikasikan pada semua
untuk memperbaiki pemberian obat yang aman keadaan di semua negara. Pada bulan Juni 2008,
(Insani, 2017). Memastikan berkas rekam medis WHO berinisiatif membuat Surgical Safety
yang lengkap juga sangat mendukung sasaran Checklist (SSC). Tujuan checklist ini untuk
ini. Dijelaskan pada prinsip benar obat pada The meningkatkan keselamatan pasien pada tindakan
Joint Commite (TJH) dalam Fatimah (2014) pembedahan serta menurunkan komplikasi dan
menyebutkan hal yang diperhatikan dari prinsip kematian karena tindakan pembedahan (Klase,
benar obat antara lain : menyakinkan informasi dkk : 2016). Oleh karena itu peran perekam
pengobatan kapanpun terhadap obat baru atau medis dalam mendukung sasaran ini adalah
obat yang diresepkan, maksudnya ketika tenaga dengan membuatkan desain formulir rekam
kesehatan tidak yakin nama obat pasien maka medis yang sesuai dengan checklist yang
tenaga kesehatan harus mengklarifikasi pada disediakan oleh WHO dan disesuaikan dengan

4 ISBN: 978-602-6363-47-3
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis

keperluan puskesmas. riwayat pasien dan membantu membuat tanda


peringatan agar mengurangi resiko pasien jatuh.
5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan Fasilitas pelayanan kesehatan perlu
kesehatan mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
Peran perekam medis dalam sasaran ini adalah mengambil tindakan untuk mengurangi
dengan cara membuat poster berupa himbauan risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
hand hygiene dan melakukan hand hygiene. bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah
Pokok dari risiko ini adalah masalah hand terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian
hygiene, maka dari itu fasilitas pelayanan terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
kesehatan harus menerapkan program hand serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
hygiene yang efektif (Permenkes Nomor 11 pasien (Permenkes Nomor 11 Tahun 2017).
Tahun 2017). Menurut penelitian Setyani Selain itu mengurangi risiko pasien jatuh bisa
(2016) cara paling ampuh untuk mencegah dilakukan dengan cara memasang label atau
terjadinya infeksi nosocomial adalah mencuci penanda pada pasien untuk pasien resiko jatuh
tangan pada setiap penanganan pasien di (Iswati,2013). Penggunaan kode warna gelang
fasilitas pelayanan kesehatan. Cuci tangan identitas baik untuk alergi maupun resiko
menjadi salah satu langkah yang efektif untuk jatuh, padahal dengan pengkodean warna akan
memutuskan rantai infeksi, sehingga insiden memfasilitasi pengenalan visual secara cepat
nosocomial dapat berkurang. Pencegahan dan dan spesifik (WHO, 2007). Fasilitas pelayanan
pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan kesehatan juga perlu membuat dokumen
oleh perawat, dokter, dan seluruh orang yang berbasis bukti berupa checklist sebagai alat
terlibat terlibat dalam perawatan pasien. Salah informasi pendidikan dalam upaya sarana
satu komponen standar kewaspadaan dan diskusi mengurangi risiko jatuh di penyedia
usaha menurunkan infeksi nosocomial adalah layanan kesehatan (Sundoro, dkk : 2016). Peran
menggunakan pandauan kebersihan tangan perekam medis dalam mendukung sasaran ini
yang benar dan mengimplementasikan secara salah satunya dengan membuat desain formulir
efektif (Joko dalam Sani, 2017). Selain cara rekam medis yang berupa checklist sebagai
cuci tangan momen cuci tangan juga harus upaya untuk mengurangi risiko pasien jatuh.
diperhatikan. Lima momen cuci tangan menurut Pembuatan formulir assesment juga sangat
WHO bahwa cuci tangan dilakukan pada saat membantu untuk memantau assesmen pasien
sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum dengan risiko jatuh yang bertujuan untuk
melakukan tindakan, sesudah kontak dengan mengurangi terjadinya pasien jatuh. Assesmen
darah dan cairan tubuh, sesudah bersentuhan pasien risiko jatuh dilakukan mulai dari
dengan pasien, dan sesudah bersentuhan dengan mengetahui riwayat jatuh, diagnosis sekunder
lingkungan pasien (WHO dalam Sundoro, dkk (≥ 2 diagnosis medis), alat bantu jalan (perabot,
: 2016). Perekam medis juga seharusnya ikut tongkat/alat penopang, tidak ada/kursi roda/
mendukung dalam menyukseskan sasaran perawat/tirah baring), terpasang infus, gaya
ini, dengan cara menerapkan cuci tangan, berjalan (terganggu, lemah, normal/tirah baring/
karena meskipun tidak bersentuhan dengan imobilisasi), status mental (sering lupa/orientasi
pasien secara langsung perekam medis tetap baik) (Kemenkes RI : 2011). Pembuatan desain
bersentuhan dengan lingkungan pasien. formulir assesmen awal dapat mengacu pada
peraturan diatas sehingga dapat memonitor
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh assesmen awal.
Cara yang dilakukan oleh perekam medis pada
sasaran ini adalah membantu menyediakan
berkas rekam medis yang lengkap mengenai
riwayat pasien agar tenaga medis dapat melihat

ISBN: 978-602-6363-47-3 5
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis

SIMPULAN Ners dan Kebidanan Indonesia. Volume 2,


No.1 : 32-41.
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar, dalam
hal ini perekam medis membantu Insani, T.H., Sundari, S. (2017). Analysis of
Patient Safety Implementation by Nurses in
mempersiapkan SK, SOP dan desain map
Queen Latifa Hospital of Yogyakara,
berkas rekam medis yang dapat membantu Indonesia. International Journal of Scientific
mengurangi risiko ini. and Research Publications. Volume 7: 612-
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif, 616
peran perekam medis disini membantu dalam
Iswati. (2013). Penerapan Sasaran
pembuatan SK pembakuan singkatan, Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
pengkodean dan tracer agar komunikasi Jurnal Akbid. Volume 2 No 1 : 59-63.
semakin efektif.
3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Standar Akreditasi Rumah Sakit. Dirjen
harus diwaspadai, perekam medis membantu
Bina Pelayanan Medik. Jakarta: 2011
dalam hal pembuatan SOP dan penyediaan Kementerian Kesehatan Republik
berkas rekam medis yang lengkap. Indonesia, 2014
4. Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan Klase, S. Pinzon, R. T. Meliala, A. (2016).
Penerapan Surgical Safety Checklist WHO
pada pasien yang benar, berkas rekam medis di RSUD Jaraga Sasameh Kabupaten
yang lengkap sangat berpengaruh pada risiko Barito Selatan. Berkala Ilmiah Kedokteran
ini, selain itu juga membantu membuat SOP. Duta Wacana. Volume 01, Nomor 03: 173 -
5. Mengurangi risiko infeksi akibat 182.
perawatan kesehatan, pembuatan poster
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
tentang hand hygiene sangat membantu 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI
untuk risiko ini, dan juga partisipasi petugas Nomor 269/ MENKES/PER/III/2008
untuk selalu cuci tangan. tentang Rekam Medis. Jakarta: Menteri
6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat Kesehatan.
terjatuh, menyiapkan berkas rekam medis Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75
yang lengkap mengenai riwayat pasien, dan Tahun 2014
memberi tanda peringatan agar mengurangi
resiko ini. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11
Tahun 2017
Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta. Profil
DAFTAR PUSTAKA Puskesmas Tahun 2015. Dokumen
Terkontrol
Anggraeni D, Hakim L, Widijati C. (2014).
Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi Setyani, M. D., Zuhrotunida., Syahirdal. (2016).
Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien
28:97 – 102. di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten
Tangerang. JKFT. Edisi 2: 59-69.
Budi, S.C., (2016). Closed Medical Record
Review on Cancer Patient. Proceeding Sani, F.N., Pratiwi, M.R. (2017). Hubungan
IFHIMA 2016. (tersedia dari : Motivasi Perawata dengan Tingkat
http://www.jhim.jp/pdf/2017/ Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan.
IFHIMApro_2017-18th.pdf). PROFESI. Volume 4 : 11-18.
Budi, S.C., (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Sundoro, T., Rosa. E.M., Risdiana. I. (2016).
Medis. Yogyakarta: Quantum Sinergi Media. Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien Sesuai Akreditasi Rumah Sakit Versi
Fatimah, F.S. Rosa, E.M. (2014). Efektifitas
2012 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Pelatihan Patient Safety; Komunikasi S-BAR
PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta.
pada perawat dalam menurunkan Kesalahan
Jurnal Medicoericolegal dan Manajemen
Pemberian Obat Injeksi di Rumah Sakit PKU
Rumah Sakit. Volume 5 (I) : 40-48.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jurnal

6 ISBN: 978-602-6363-47-3
PROSIDING:
SEMINAR NASIONAL REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 Terkait Rekam Medis
Umaternate, T.S. Kumaat, L.T, Mulyadi. Volume 3 nomor 2: 1-6.
(2015). Hubungan Pelaksanaan
Identifikasi Pasien Secara Benar World Health Organization W, Joint
dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Commission International, The Joint
Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. Dr. Commission, Patient Safety Solution.
R. D. Kandou Manado. eJournal WHO;2007.
Keperawatan.

ISBN: 978-602-6363-47-3 7

Anda mungkin juga menyukai