Original Research
Korespondensi: hilda_rahmat@ymail.com
Abstrak
Keselamatan pasien di Puskesmas merupakan salah satu prioritas utama dalam memberikan pelayanan
kepada pasien salah satunya melalui penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Tujuan
penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan pasien. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dilaksanakan di Puskesmas Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara pada
bulan Januari-Maret 2020. Informan yang terlibat sebanyak lima orang terdiri dari dua orang unsur
manajemen yaitu pimpinan Puskesmas dan ketua tim keselamatan pasien dan tiga orang representasi
dari koordinator unit pelayanan yaitu poli umum, poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan farmasi. Hasil
penelitian menggambarkan langkah pertama, budaya keselamatan; dan kedua, manajemen
kepemimpinan telah dilaksanakan secara optimal; sedangkan ketiga, pengelolaan risiko; keempat,
sistem pelaporan; kelima, berkomunikasi dengan pasien dan masyarakat; keenam, belajar dan berbagi
tentang pembelajaran keselamatan; dan ketujuh, implementasi solusi dalam mencegah cedera belum
dilaksanakan secara optimal. Puskesmas dapat meningkatkan staf yang memahami keselamatan pasien
dan melakukan kaji banding dengan Puskesmas yang telah menerapkan program keselamatan pasien
dengan baik.
Abstract
In Puskesmas Patient safety was one of the priorities in health services to patients through the
implementation the seven - step of patient safety. The purpose of the study was to evaluate the
implementation of the seven-step patient safety activities. This study used a qualitative method carried
out at the Loa Kulu Health Center in the Kutai Kartanegara district in Januari – March 2020. Informants
involved five people consisting of two people from management Puskesmas i.e. Puskesmas leader and
the patient safety team and three representatives from the health service unit i.e. coordinator
polyclinic, Maternal Child Health (MCH) and pharmacy. The results of the study illustrate first step,
safety culture and second step, leadership management have been implemented optimally. But third
step, risk management; fourth step, reporting system; fifth step, communicating with patients and the
communities; sixth step, learning and sharing safety patient process; and seventh step, implementing
solutions to prevent injury has not been implemented optimally. Puskesmas are expected to increase
staff who understands the patient safety program and conduct benchmark to Puskesmas that have
implemented best patient safety programs.
pasien. Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun harus selalu menjaga keamanan proses
menjalankan fungsinya sebagai pelayanan terjadinya kesalahan medis (medical error) yang
Meningkatkan keselamatan Pasien di layanan pengaruh besar terhadap citra, tanggung jawab
primer sangat penting dalam mencapai sosial, moral serta kinerja petugas kesehatan
yang lebih aman yang bercirikan asesmen mengevaluasi kinerja, menganalisis insiden
resiko, identifikasi dan pengelolaan resiko secara intensif dan melakukan perubahan
pasien, pelaporan dan analisis insiden, untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
kemampuan belajar dari insidens dan dampak pasien. Proses perancangan tersebut harus
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk mengacu pada ”Tujuh Langkah Menuju
terjadinya cedera. Pada ayat 2, untuk kesadaran akan nilai keselamatan pasien,
keselamatan pasien dan tujuh langkah menuju dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dan
keselamatan pasien.
3 berbagi pengalaman tentang keselamatan
Keselamatan Pasien (KMKP) yang bertugas Mutu dan keselamatan pasien merupakan
pasien yang terdiri dari unsur manajemen dan Keselamatan pasien diterapkan di Puskesmas
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 32
melalui kebijakan internal, pedoman mutu menuju keselamatan pasien di Puskesmas Loa
keselamatan pasien diturunkan dalam bentuk Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Informan
Standar Operasional Prosedur (SOP). dalam penelitian ini terdiri dari informan
Pada penelitian sebelumnya Manajemen Puskesmas Loa Kulu sebanyak dua
menyebutkan bahwa belum semua langkah orang meliputi Pimpinan Puskesmas dan Ketua
dalam ‘Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Tim Keselamatan Pasien dan informan
Pasien’ dilakukan oleh RSISA terutama untuk koordinator Unit di Puskesmas Loa Kulu
langkah ke lima, yaitu komunikasi terbuka sebanyak 3 orang yaitu koordinator poli umum,
kepada pasien dan keluarga tentang insiden. Di koordinator poli KIA, koordinator farmasi.
upaya keselamatan pasien di Puskesmas masih Januari-Maret 2020 di Puskesmas Loa Kulu
keselamatan pasien dari seluruh pihak yang menuju keselamatan pasien. Untuk
terlibat.
8,9 mendapatkan data yang reliabel, teknik
Puskesmas Loa Kulu telah membentuk Tim ini dipilih oleh peneliti untuk mendapatkan
Keselamatan Pasien dengan kegiatan rapat jawaban yang lebih mendalam dari sumber
koordinasi antar unit, mengidentifikasi faktor- data. Dalam melakukan wawancara peneliti
faktor risiko terjadinya insiden tidak diinginkan, menggunakan alat perekam suara yang
dan melakukan tindakan pencegahan dengan berfungsi untuk merekam semua percakapan
perbaikan dan penambahan fasilitas. Namun, dengan spesifikasi perekam suara digital,
evaluasi tentang pelaksanaan program tersebut kapasitas 8 gigabyte, pemutar MP3 dan
belum pernah dilakukan dan pihak Puskesmas eksternal microphone. Peneliti juga
wajib melakukan evaluasi secara berkala. menggunakan catatan lapangan (field note)
Penelitian ini bertujuan untuk sebagai alat perantara dengan catatan yang
keselamatan pasien di Puskesmas Loa Kulu. lapangan peneliti lakukan setiap kali peneliti
selesai melakukan wawancara. Hasil
wawancara dicatat dengan teknik pencatatan
METODE PENELITIAN
naratif khususnya teknik pencatatan anecdotal
Metode kualitatif digunakan untuk
record, yaitu sebuah pencatatan yang tidak
mengevaluasi pelaksanaan tujuh langkah
memerlukan kerangka waktu, pengkodean dan
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 33
rangka akreditasi Puskesmas Loa Kulu sekitar 2 pasien, yaitu belum ada jadwal rutin sosialisasi,
tahun lalu. Melakukan investigasi berdasarkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
SPO yang kami punya, namun biasanya keselamatan pasien oleh tim keselamatan
tergantung tingkat ringan atau beratnya pasien. Belum ada jadwal rutin sosialisasi
insiden, biasanya pada beberapa kejadian budaya kerja.
insiden, Alhamdulillah, hanya bersifat ringan Langkah 2: Memimpin dan mendukung staf
jadi tim keselamatan pasien menganjurkan “Sudah bu, kebetulan saya ditunjuk
koordinator unit membuat laporan sesuai isian sebagai ketua tim keselamatan pasien dan
formulirnya dan memberikan ke kami. Kami tim beberapa staf. Ada pertemuan khusus, namun
keselamatan pasien memberikan dukungan belum terjadwal dan dilakukan sesuai
berupa pengarahan tentang pembuatan kebutuhan saja saat menjelang akreditasi dan
laporan insiden dan diskusi kepada koordinator jika terjadi insiden. Puskesmas belum membuat
unit terkait solusi yang harus dijalankan agar program pelatihan, karena hanya perlu
insiden tidak terjadi lagi” (IM2, IK3) sosialisasi” (IM1, IM2)
“Menurut saya sudah ada walaupun “Belum ada penunjukkan, setahu saya,
belum maksimal, karena belum semua staf koordinator unit merupakan tim keselamatan
yang memahami tentang keselamatan pasien. pasien, kalau menunjuk staf lagi saya belum
Mengerti tapi tidak secara lengkap, hanya tahu itu. Untuk staf saya, pernah saya jelaskan
membuat laporan insiden saja” (IK1) pentingnya keselamatan pasien selama
“Budaya kerja ada tertulis dijelaskan, bekerja” (IK1, IK2, IK3)
namun belum ada evaluasi pelaksanaannya.Ya Hasil observasi peneliti didapatkan
lumayan, ketika ada insiden, buat laporan” pimpinan puskesmas, ketua Tim Keselamatan
(IK2) pasien dan koordinator unit memiliki
Hasil observasi peneliti didapatkan bahwa pengetahuan tentang keselamatan pasien dan
tim keselamatan pasien sudah memiliki mampu menjelaskan kepada staf tentang
kebijakan, pedoman dan beberapa Standar keselamatan pasien. Pimpinan puskesmas
Prosedur Operasional tentang keselamatan tampak melakukan kunjungan ke setiap unit
pasien dengan salinannya terdapat di tiap-tiap untuk melakukan monitoring terkait
unit kerja. Pernah dilakukan sosialisasi, namun pengecekan sarana prasarana dan prosedur
tidak ada laporan sosialisasinya. Laporan pelayanan. Namun kunjungan ke setiap unit
insiden tidak banyak, namun ada terjadi dan untuk waktunya tidak sama.
disimpulkan oleh tim keselamatan pasien Monitoring dilakukan untuk melihat
sifatnya ringan. Pada langkah pertama ini, layanan namun belum ada agenda yang dibuat
peneliti mendapatkan beberapa kendala yang khusus kunjungan terkait keselamatan pasien.
ada terkait membangun budaya keselamatan
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 35
Dukungan yang baik kepada staf juga sudah “Belum ada forum diskusi. Ya, pernah
dilakukan walaupun hanya sebatas sosialisasi dilakukan asesmen risiko jatuh dan alergi obat
saja, belum ada dukungan berupa membuat pada pasien di poli kebidanan, tapi tidak rutin,
program pelatihan keselamatan pasien bagi hanya pernah dilakukan beberapa kali saja”
staf. Pada langkah 2 ini, peneliti mendapatkan (IK2)
kendala yang ada terkait memimpin dan “Saya belum tahu ada forum diskusi.
mendukung staf, yaitu belum ada program Ya, pernah dilakukan asesmen risiko alergi obat
pelatihan keselamatan pasien bagi staf. pada pasien di farmasi, tapi tidak rutin, hanya
Langkah 3: Mengintegrasikan aktivitas pernah dilakukan beberapa kali saja” (IK3)
pengelolaan risiko Hasil observasi peneliti didapatkan
“Strukturnya belum ada, tapi prosesnya belum ada struktur pengelolaan
seharusnya sudah ada, lebih jelasnya ke tim risiko.Pengisian form asesmen risiko pasien
keselamatan pasien ya bu. Proses pengelolaan jatuh dan alergi obat bisa dilakukan oleh staf
risiko seharusnya terintegrasi dengan program unit tetapi tidak rutin, hanya dilakukan
keselamatan pasien , tapi saya belum tanyakan beberapa kali saja. Belum ada indikator kinerja
ke tim KP. Belum ada indikator kinerja untuk untuk sistem manajemen risiko di Puskesmas.
sistem manajemen risiko” (IM1) Pada langkah 3 ini, peneliti mendapatkan
“Puskesmas belum memiliki struktur kendala yang ada terkait mengintegrasikan
pengelolaan risiko klinis dan non klinis, namun aktivitas pengelolaan risiko, yaitu belum ada
bisa menggunakan kewenangan dari tim KP, program pelatihan manajemen risiko bagi Tim
sehingga proses pengelolaan risiko klinis dan Keselamatan Pasien.
non klinis sudah berjalan menggunakan
form-form identifikasi risiko yang telah dibuat.
Proses pengelolaan risiko sudah mulai
dilakukan integrasi dengan program KP,
walaupun baru fokus ke yang risiko klinis
terkait pelayanan pada pasien. Belum ada
indikator kinerja untuk sistem manajemen
risiko karena belum dibuat dan belum dilatih
manajemen risiko” (IM2)
“Belum ada forum diskusi yang rutin.
Pernah dilakukan asesmen risiko pasien di poli
umum berupa asesmen risiko jatuh dan alergi
obat, tapi tidak rutin, hanya pernah dilakukan
beberapa kali saja” (IK1)
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 36
Karakteristik Informan
Tabel 1. Karakteristik informan pada penelitian di Puskesmas Loa Kulu tahun 2020
Kode Umur Jenis Masa Kerja
No. Pendidikan Pekerjaan
Informan (tahun) Kelamin Jabatan
1. IM 1 45 Laki-Laki S2 Pegawai Negeri 6 bulan
2. IM 2 48 Perempuan Diploma IV Pegawai Negeri 1 tahun
3. IK 1 43 Perempuan S1 Pegawai Negeri 10 tahun
4. IK 2 43 Perempuan Diploma IV Pegawai Negeri 10 tahun
5. IK 3 39 Laki-Laki S1+Apt. Honorer 9 tahun
Hasil observasi peneliti didapatkan belum “Tidak ada bu, soalnya pola pelayanan
ada kebijakan investigasi insiden dengan Root masih belum disarankan diubah oleh
Cause Analysis (RCA). Ada bukti laporan manajemen. Seingat saya ada feedback dari
investigasi insiden dengan Root Cause Analysis manajemen
(RCA) oleh tim keselamatan pasien. Pada namun berupa pengawasan lebih ketat
langkah 6 ini, peneliti mendapatkan kendala terhadap pelayanan oleh koordinator unit”
yang ada terkait belajar dan berbagi (IK2)
pengalaman tentang keselamatan pasien, “Tidak bu, hal itu tidak kami dilakukan
yaitu tim Keselamatan pasien belum kecuali nanti ada arahan dari pimpinan.
mempunyai bahan atau contoh kebijakan Beberapa kali ada feedback agar disuruh lebih
maupun SPO tentang investigasi insiden waspada, hati-hati dan lebih diawasi kegiatan
dengan Root Cause Analysis (RCA). pelayanan staf …” (IK3)
Langkah 7: Mencegah cedera melalui Hasil observasi peneliti didapatkan belum
implementasi sistem keselamatan pasien ada bukti pelaksanaan asesmen tentang risiko-
“Masih belum diperlukan bu, jadi belum risiko untuk setiap perubahan-perubahan
kami lakukan asesmen risiko perubahan..” kondisi dan kebijakan. Ada bukti tertulis
(IM1, IM2) proses feedback pada setiap follow up dalam
“Belum ke arah sana Bu, kami masih pelaporan insiden dari tim keselamatan
menggunakan cara-cara asuhan yang sudah pasien. Pada langkah 7 ini, peneliti
ada karena masih sesuai dan tidak berisiko mendapatkan kendala yang ada terkait
cedera. Beberapa kali ada feedback dari mencegah cedera melalui implementasi sistem
manajemen namun sifatnya peningkatan keselamatan pasien, yaitu tim keselamatan
kewaspadaan dan kehati-hatian risiko insiden pasien belum membuat agenda yang
dan pengawasan koordinator unit” (IK1) membahas keselamatan pasien dengan
melibatkan seluruh staf di semua unit kerja.
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 37
pelaksanaan keselamatan pasien, serta jadwal saja. Struktur pengelolaan risiko belum
sosialisasi budaya kerja. dimiliki oleh Puskesmas. Proses untuk
Dalam penelitian ini terlihat manajemen pengelolaan risiko hanya pada risiko klinis
kepemimpinan yang cukup kuat dalam berupa form asesmen risiko pasien jatuh dan
membangun keselamatan pasien di Puskesmas alergi obat dan ini mulai terintegrasi dengan
baik pimpinan Puskesmas maupun ketua tim program keselamatan pasien di Puskesmas.
keselamatan pasien. Dukungan yang baik Puskesmas belum membuat indikator-
kepada staf sudah dilakukan walaupun hanya indikator kinerja untuk sistem manajemen
sebatas sosialisasi saja. Hasil penelitian ini risiko. Hal ini dinyatakan oleh kelima informan.
12
sesuai dengan penelitian Rivai di Makassar Islami , yang mendapatkan pada langkah
dimana kepemimpinan, komunikasi dan 3 ini, Puskesmas belum melaksanakan
supervisi berperan dalam implementasi manajemen risiko dibuktikan dengan
13
keselamatan pasien. Dalam penerapan pernyataan seluruh informan utama yang
12
keselamatan pasien, Islami , menemukan kurang mengetahui apa itu manajemen risiko.
kepala Puskesmas sudah melakukan sedikit Puskesmas belum melaksanakan proses
upaya untuk memberikan dukungan terkait manajemen risiko sesuai dengan standar
keselamatan pasien dengan mengingatkan akreditasi Puskesmas. Puskesmas juga belum
keselamatan pasien pada saat rapat seluruh memiliki SK terkait penerapan manajemen
staf dan melakukan pengecekan kinerja staf risiko. Peneliti berasumsi terkait langkah ketiga
walaupun kinerja yang dicek tidak hanya ini baru sebagian kecil dilakukan, hal ini
terkait keselamatan pasien. disebabkan karena tim keselamatan pasien
Peneliti berpendapat gaya kepemimpinan belum pernah mengikuti pelatihan manajemen
yang partisipatif yang diterapkan pimpinan risiko sehingga sebagian besar kegiatan
Puskesmas yang menyebabkan langkah ke 2 ini mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
dapat terlaksana. Unsur pimpinan memiliki masih belum dapat terlaksana akibat
pengaruh dalam menciptakan budaya kurangnya pemahaman tentang hal
13-15
keselamatan pasien. Untuk itu dukungan tersebut.
kepala Puskesmas sangat dibutuhkan untuk Keselamatan pasien merupakan komponen
9
meningkatkan keselamatan pasien. kunci dari manajemen risiko, dan harus
Membangun budaya keselamatan sangat diintegrasikan dengan keselamatan staf,
tergantung kepada kepemimpinan yang kuat manajemen komplain, penanganan litigasi dan
dan kemampuan organisasi dalam klaim serta risiko keuangan dan lingkungan.
3
mendengarkan pendapat seluruh anggota. Sistem manajemen risiko ini harus didukung
Hasil penelitian menunjukkan Puskesmas oleh strategi kesehatan, yang mencakup
baru melaksanakan proses pengelolaan risiko
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 39
siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana menggambarkan perlu dibuat alat ukur untuk
dan mengapa insiden itu terjadi. menilai budaya keselamatan pasien di
14
Implementasikan solusi untuk mencegah Puskesmas. Memastikan pemberian
cedera masih belum dilaksanakan secara pelayanan kesehatan yang aman, efektif dan
optimal disebabkan tim merasa belum fokus pada pasien harus menjadi prioritas
diperlukan dan belum ada perubahan besar utama bagi pembuat kebijakan dan praktisi.
atas kondisi setelah insiden. Meskipun belum Pengembangan pelayanan kesehatan primer
dilakukan monitor atas dampak dari dan rawat jalan yang berbasis keselamatan
perubahan sudah ada feedback pada setiap pasien akan meningkatkan kesehatan dan
follow up dalam pelaporan insiden dari Tim kesejahteraan individu, keluarga dan
2,18
Keselamatan Pasien. Pelaporan ini dilakukan masyarakat.
dalam pembahasan insiden pada saat rapat
seluruh staf namun belum terdapat SIMPULAN
pertemuan khusus yang membahas Puskesmas Loa Kulu sudah menerapkan
keselamatan pasien. Pelaksanaan pekerjaan tujuh langkah menuju keselamatan pasien.
secara tim dapat meningkatkan kinerja secara Langkah pertama telah terlaksana dengan
17
efektif. adanya kebijakan tentang keselamatan pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Langkah kedua ditunjukkan dengan
12
penelitian yang dilakukan oleh Islami, yang manajemen kepemimpinan yang cukup kuat
mendapatkan pada langkah 7 ini, Langkah ketiga hanya dalam aspek proses
pembelajaran dari insiden keselamatan pasien pengelolaan risiko. Langkah keempat
harus dilakukan secara aktif dan Puskesmas belum optimal dalam sistem
berkelanjutan. Pembelajaran terkait insiden pelaporan insiden keselamatan pasien.
yang pernah terjadi di Puskesmas dilakukan Langkah kelima puskesmas belum melibatkan
dengan cara adanya pembahasan insiden pada dan berkomunikasi secara aktif dengan pasien
saat rapat seluruh staf namun belum terdapat dan masyarakat jika terjadi insiden. Langkah
pertemuan atau agenda khusus. keenam upaya menjadikan kasus near miss
Peneliti berasumsi implementasikan solusi- sebagai pembelajaran belum optimal dan
solusi untuk mencegah cedera masih belum langkah ketujuh upaya mengimplementasikan
optimal dikarenakan tim keselamatan pasien solusi-solusi untuk mencegah cedera masih
belum mempunyai agenda pertemuan khusus belum dilaksanakan secara baik. Puskesmas
yang membahas keselamatan pasien dengan diharapkan dapat melakukan kaji banding
melibatkan seluruh staf di semua unit kerja dengan Puskesmas yang telah melakukan
secara berkala. Penelitian Brahmana di program keselamatan pasien.
Puskesmas PONED di Bandung
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020 41