Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

“Patient safety“ merupakan transformasi kultural, dengan perubahan budaya yang

diharapkan adalah : cultur safety, blame-free culture, reporting culture, dan learning culture

sehingga diperlukan upaya transformasi yang menyangkut intervensi multilevel dan multi

dimensi yang terfokus pada misi dan strategi organisasi, leadership style serta budaya

organisasi.

Perubahan tidak bisa berjalan begitu saja, tetapi dimulai dengan pengenalan keuntungan

dari perubahan tersebut, selanjutnya diciptakan suatu pola pikir melalui edukasi atau

membekali pengetahuan pada staf agar tercipta persepsi yang sama. Edukasi melalui pelatian

staf untuk keselamatan pasien tidak berhenti setelah selesai kegiatan pelatihan tetapi

berlanjut hingga mereka kembali ke unit kerja. Untuk keperluan tersebut, maka pelatian

keselamatan pasien (Patient Safety) di rumah sakit selayaknya ditindaklanjuti dengan

monitoring dan evaluasi kenyataan yang ada di unit kerja pelayanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi patient safety

2. Bagaimanakah peran keperawatan dalam mendukung penerapan pasien safety di rumah

sakit

3. Bagaimanakah contoh format penilaian monitoring dan evaluasi patient safety

1
C. Tujuan

1. Mengetahui monitoring dan evaluasi patient safety

2. Mengetahui peran keperawatan dalam mendukung penerapan pasien safety di rumah sakit

3. Mengetahui contoh format penilaian monitoring dan evaluasi patient safety

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Monitoring dan Evaluasi Patient Safety

1. Pengertian
a. Monitoring
Menurut Yumari (2017) monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati

secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan

tertentu dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari

hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan

tindakan selanjutnya yang diperlukan.


b. Evaluasi
Menurut Yumari (2017) evaluasi merupakan proses penentuan nilai suatu

kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi merupakan sebuah penilaian yang

dilakukan secara subjektif dan sistematis mungkin terhadap sebuah intervensi yang

direncanakan, sedang berlangsung ataupun yang telah diselesaikan.


c. Patient safety
Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman, dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera. Termasuk di

dalamnya: mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti

insiden serta menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan

risiko.

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Patient Safety


Dikutip dari Kemdikbud (2013) tujuan dari dilaksanakannya monitoring dan

evaluasi adalah untuk memberikan gambaran lengkap tentang implementasi program

terutama untuk mengetahui ketercapaian dan pelaksanaan program dan mengetahui

3
kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang terjadi sehingga informasi ini

berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan menyesuaian dan perbaikan guna

mencapai target yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.


3. Pelaksana Monet
Dikutip dari Kemdikbud (2013) pelaksana monitoring dan evaluasi management

patient safety yaitu:


a. Di RS : pimpinan rumah sakit
b. Di Provinsi : dinas kesehatan
c. Di Pusat : KKPRS-PERSI
Berdasarkan Soebandi (2015) hal-hal yang menjadi tolak ukur yang dikaji saat

pelaksanaan monitoring dan evaluasi management patient safety adalah sebagai berikut:
a. Budaya keselamatan pasient
b. Pendidikan dan latihan
c. Leadership
d. Pelaporan
e. Standar
f. Implementasi sasaran keselamatan pasien.

4. Waktu Pelaksanaan Monet


Dikutip dari Kemdikbud (2013) pelaksanaan monitoring dan evaluasi di tingkat

managemen lokal dilakukan secara intensiv setiap minggu, sedangkan untuk tingkat

managemen pusat dilakukan setiap pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan

kebutuhan

B. Peran Keperawatan Dalam Mendukung Penerapan Pasien Safety Di Rumah Sakit


Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang tidak

terpisahkan dari pelayanan RS dan merupakan proporsi terbesar dari tenaga kesehatan lain

yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dan

berkualitas terhadap klien selama 24 jam secara berkesinambungan, oleh karena itu

diperlukan SDM keperawatan yang berkualitas tinggi, yang tanggap dan responsive terhadap

situasi yang ada (Gillies, 1996).

4
Menurut Kuntjoro (2005), Upaya untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan klinis

di rumah sakit pada umumnya dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan,

seperti: gugus kendali mutu, penerapan standar keperawatan, pendekatan-pendekatan

pemecahan masalah, maupun audit keperawatan. Uraian tugas dan tanggung jawab untuk

kegiatan peningkatan mutu pelayanan terdapat di seluruh unit pelayanan. Secara umum

uraian tugas dan tanggung jawab kegiatan peningkatan mutu pelayanan ada pada wakil

manajemen (management representative) yang bertugas menjamin kesesuaian dan efektivitas

kegiatan peningkatan mutu, termasuk diunit-unit pelayanan klinik.


Peran tenaga keperawatan dalam manajemen mutu sangat besar, diawali dalam

keterlibatan dalam pembentukan tim mutu, sosialisasi, penggalangan komitmen, melakukan

self assesment bidang keperawatan, kemudian penyusunan standar operasional prosedur

(SOP), alur kegiatan keperawatan baik klinik maupun manajerial. Hal ini sesuai dengan

tujuan dari clinical governance memadukan pendekatan manajemen organisasi dan

manajemen klinis secara bersama. Keterlibatan para staf termasuk keperawatan dalam

kegiatan clinical governance terfokus pada kegiatan audit klinik dan penyusunan standar

praktik berdasarkan evidence-based. Upaya peningkatan mutu pelayanan menurut Lori Di

Prete Brown, berdasarkan dimensi mutu berupa kompetensi tekhnis dimana perawat

memiliki kemampuan, ketrampilan, dan penampilan perawat. Kompetensi tehnis yang tidak

sesuai standar akan merugikan pasien. Misalnya pada kasus cidera akibat jatuh dari tempat

tidur dan kesalahan dalam pemberian obat. Perawat memberi pelayanan secara efektif dan

efisien, menjalin hubungan antar manusia, dan memberi kenyamanan dalam memberikan

perawatan kepada pasien (Wijono, 1999). Dengan penerapan pasien safety keterlibatan

tersebut menjadi lebih baik karena adanya prosedur komunikasi internal yang lebih baik

(Djasri, 2006).

5
C. Contoh Format Penilaian Monitoring Dan Evaluasi Patient Safety

Penjabarannya dalam bentuk format penilaian secara utuh terlampir.

LAMPIRAN:

KUISOINER

MONITORING DAN EVALUASI

PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PATIENT SAFETY

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai (X) pada salah satu jawaban yang

dianggap paling benar:

1. Jawaban 0 = apabila belum ada pelaksanaan program/kegiatan


2. Jawaban 5 = apabila ada pelaksanaan tetapi belum berjalan dengan baik
3. Jawaban 10 = apabila pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dan dilakukan evaluasi

serta tindak lanjut

No PERNYATAN
Jawaban
A. BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
0 5 10
1. RS melakukan survey awal tentang budaya keselamatan pasien
RS menyusun strategi pengembangan program keselamatan pasien
2.
berdasarkan hasil survei tersebut.
3. Tersedia sistem dan alur komunikasi yang jelas ketika terjadi
Insiden Keselamatan Pasien mencakup Kejadian Tidak Diharapkan

6
(KTD), Kejadian Nyaris Cidera ( KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), Kondisi Potensi Cedera (KPC)
Ada bukti sosialisasi Sistem dan alur komunikasi kepada seluruh
4.
staf di RS.
Ada rapat koordinasi multi disiplin secara rutin untuk membahas
5.
kasus-kasus sulit
6. RS melakukan evaluasi berkala tentang kepuasan karyawan
RS membuat perubahan sistem untuk meningkatkan keselamatan
7. pasien, berdasarkan hasil survei budaya keselamatan pasien dan
melakukan evaluasi untuk menilai efektifitasnya
RS melakukan evaluasi berkala terhadap keadaan fasilitas dan
8.
sarana kerja yang tersedia
Jumlah Score
Jawaban
B. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
0 5 10
RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
1. berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
RS mengintegrasikan topik Keselamatan Pasien dalam setiap
2.
kegiatan in-service training
RS melaksanakan program pengembangan dan pelatihan staf
3.
secara konsisten
RS melakukan workshop keselamatan pasien secara in-house
4.
training dan melibatkan Tim KKPRS
RS mengirim 2-3 orang staf untuk mengikuti workshop
5.
keselamatan pasien yang diselenggarakan KKPRS- PERSI
RS mempunyai program orientasi yang memuat topik keselamatan
6.
pasien bagi Staf yang baru masuk /pindahan/mahasiswa
Staf yang bertugas di unit khusus (ICU,ICCU,IGD,HD, NICU,
7.
PICU) mendapat pelatihan keselamatan pasien
Jumlah Score
Jawaban
C. LEADERSHIP
0 5 10
Pimpinan melakukan pencanangan / deklarasi program
1.
keselamatan pasien di RS
2. RS membentuk Komite/Tim / panitia keselamatan pasien yang

7
bertugas mengkoordinasikan dan melaksanakan program
keselamatan pasien di RS
Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala
3.
untuk menilai perkembangan program keselamatan pasien
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety
4.
walk around) secara rutin, diikuti berbagai unsur terkait.
Setiap timbang terima antar shift dilakukan briefing untuk
5. mengidentifikasi resiko keselamatan pasien dan debriefing untuk
memonitor resiko tersebut.
Pimpinan /Atasan / manajer memberi surat peringatan apabila ada
6.
masalah keselamatan pasien yang terjadi berulang kali
Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap unit/
7. bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan program
keselamatan pasien di RS
Jumlah Score
Jawaban
D. PELAPORAN
0 5 10
1. Di RS tersedia sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
Laporan Insiden keselamatan pasien dikelola oleh Tim/panitia
2.
keselamatan pasien
Semua insiden keselamatan pasien yang dilaporkan di catat dalam
3.
buku register keselamatan pasien dan dianalisis
Hasil analisis insiden didesiminasi ke unit lain untuk pembelajaran
4.
dan mencegah kejadian yang sama
5. Laporan insiden secara rutin di kirim ke KKPRS-PERSI
Jumlah Score
Jawaban
E. STANDAR
0 5 10
RS menetapkan kebijakan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
1.
(DPJP) bagi setiap pasien dan wajib membuat rencana pelayanan
Tersedia bukti pelaksanaan DPJP yang memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
2.
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
RS mempunyai sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
3. keluarganya tentang kewajiban serta tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien
4. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program Keselamatan

8
Pasien
Tersedia program proaktif untuk meredesain proses dan
5.
mengidentifikasi risiko keselamatan Analisa FMEA / HFMEA
Tersedia mekanisme untuk menangani dan melakukan analisis
risiko secara reaktif mis. RCA / Investigasi sederhana terhadap
6. semua Insiden Keselamatan Pasien termasuk “Kejadian Sentinel”
(Sentinel Event) yang dipakai sebagai proses pembelajaran agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali.
RS memiliki proses pendidikan dan pelatihan, serta orientasi bagi

7. pegawai baru/ mahasiswa mencakup keterkaitan jabatan dengan

Keselamatan Pasien secara jelas


Tersedia anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

8. manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal

terkait dengan Keselamatan Pasien.


Jumlah Score
IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY
F.
GOALS)
Jawaban
1) IDENTIFIKASI PASIEN
0 5 10
Di RS tersedia Kebijakan dan prosedur yang mengarahkan
1. pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi
dan lokasi
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
2.
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,darah, atau produk
3.
darah dan tindakan / prosedur.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
4.
untuk pemeriksaan klinis
Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi pasien dengan
5.
mencantumkan Nama lengkap, No RM dan tanggal lahir
Jumlah Score
Jawaban
2) MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
0 5 10
1. RS Tersedia Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara

9
konsisten . Di RS tersedia SPO Komunikasi efektif menggunakan
format SBAR
Tersedia bukti bahwa perintah lengkap secara lisan dan yang
2. melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah
Tersedia mekanisme atau prosedur bukti bahwa perintah lengkap
lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis dan dibacakan
3.
kembali secara lengkap oleh penerima perintah (write down and
read back)
4. Tersedia daftar singkatan yang tidak boleh dipakai
Tersedia SPO komunikasi pada saat serah terima antar shift jaga
5. antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan dokter dan
antara dokter dengan dokter
Tersedia bukti pelaksanaan prosedur komunikasi pada saat serah
6.
terima
Di RS tersedia SPO komunikasi penyampaian hasil pemeriksaan
7. yang mempunyai nilai kritis dan daftar hasil pemeriksaan
penunjang yang kritis mis lab, radiologi)
Tersedia bukti pelaksanaan SPO komunikasi penyampaian hasil
8.
pemeriksaan yang mempunyai nilai kritis
Jumlah Score
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU Jawaban
3)
DIWASPADAI 0 5 10
Tersedia Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan agar

1. memuat proses identifikasi, menetapkanl lokasi, pemberian label,

dan penyimpanan elektrolit konsentrat.


Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat tidak disimpan di unit
2.
pelayanan pasien
Tersedia bukti bahwa elektrolit konsentrat yang disimpan di unit

3. pelayanan pasien diberi label yang jelas, dan disimpan pada area

yang dibatasi ketat (restricted) mis ICU, IGD atau OK


4. Di RS tersedia kebijakan/prosedur pemberian obat dengan benar
( benar orang, benar dosis, benar cara, benar waktu ,benar obat,

10
bekerja sesuai SPO)
Tersedia bukti pelaksanaan kebijakan/ prosedur pemberian obat
5.
dengan benar ~ Read back & Teach back
6. Tersedia daftar obat yang perlu diwaspadai / high alert
Jumlah Score
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT- Jawaban
4)
PASIEN OPERASI/TINDAKAN 0 5 10
Di RS Tersedia Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan guna
mendukung keseragaman proses untuk memastikan : tepat lokasi,
1. tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar
operasi
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien
2.
di dalam proses penandaan, serta diberikan tnada oleh dokter yang
hendak melakukan operasi
Rumah sakit menggunakan surgical patient safety checklist untuk
memverifikasi saat preoperasi : tepat lokasi, tepat prosedur, dan
3.
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
Di RS tersedia prosedur pengecekan untuk mencegah tertinggalnya
4.
benda asing pada tubuh pasien saat operasi (instrument, kasa)
Tersedia bukti pelaksanaan pengecekan untuk mencegah
5.
tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien saat operasi
Jumlah Score
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN Jawaban
5)
KESEHATAN 0 5 10
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
1. hygiene terbaru (6 langkah) yang diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (WHO Patient Safety)
Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
2. mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan
3. Di RS tersedia fasilitas cuci tangan secara memadai
Tersedia bukti pelaksanaan secara konsisten kepatuhan cuci tangan
4.
5 (lima) momen
Jumlah Score
6) MENGURANGI RISIKO PASIEN CEDERA AKIBAT JATUH Jawaban
11
0 5 10
Di RS tersedia kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan
1. untuk mengarahkan pengurangan risiko berkelanjutan: pasien
cedera akibat jatuh
Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh
2. dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dll
Tersedia bukti bahwa langkah-langkah diterapkan untuk
mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh bagi pasien yang pada
3.
hasil asesmen dianggap berisiko jatuh (diberikan penandaan pada
pasien yang dianggap berisiko jatuh)
Tersedia bukti bahwa langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik
4. keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan
Jumlah Score
Jumlah Score Keseluruhan

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih

aman, dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera. Dikutip dari Kemdikbud (2013)

tujuan dari dilaksanakannya monitoring dan evaluasi adalah untuk memberikan gambaran

lengkap tentang implementasi program terutama untuk mengetahui ketercapaian dan

pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang

terjadi sehingga informasi ini berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan

menyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan secara efektif dan

efisien.

Peran tenaga keperawatan dalam manajemen mutu sangat besar, diawali dalam

keterlibatan dalam pembentukan tim mutu, sosialisasi, penggalangan komitmen, melakukan

self assesment bidang keperawatan, kemudian penyusunan standar operasional prosedur

(SOP), alur kegiatan keperawatan baik klinik maupun manajerial. Hal ini sesuai dengan

tujuan dari clinical governance memadukan pendekatan manajemen organisasi dan

manajemen klinis secara bersama.

Perawat memberi pelayanan secara efektif dan efisien, menjalin hubungan antar manusia,

dan memberi kenyamanan dalam memberikan perawatan kepada pasien (Wijono, 1999).

Dengan penerapan pasien safety keterlibatan tersebut menjadi lebih baik karena adanya

prosedur komunikasi internal yang lebih baik (Djasri, 2006).

13
B. SARAN

Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih banyak

sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun

masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini.

Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi para pembaca. Terakhir,

ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami

banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yumari, Mulyono. 2017. Strategi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran. Yogyakarta :

Deepublish

Kemdikbud. 2013.Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi. Sekertariat Menteri. Jakarta

Soebandi. 2015. Instrumen Monitoring Dan Evaluasi Program Patientsafety. (Online) Dikutip

dari http.//www.scribe.com/doc/26106953/Instrumen-Monitoring-Dan-Evaluasi-Program-

Patient-Safety. Dikutip pada 26 Oktober 2018.

Republik Indonesia. 1691. PMK No. 1691 ttg Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Sekertariat .

Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai