Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Bahwa dalam rangka
mengoptimalisasikan dan mengintegrasikan semua upaya kesehatan di Puskesmas
agar pelayanan yang diberikan bermutu dan komprehensif sesuai dengan standar
pelayanan maupun standar kompetensi sehingga dapat menjamin keselamatan
pasien.Keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
puskesmas.Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan resiko terjadinya
kecelakaan kerja yang terjadi pada pasien selama perawatan di Puskesmas
Karangasem I. Melakukan identifikasi dan penanganan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, sistem pencatatan dan pelaporan dan analisis insiden, sehingga
memberikan pembelajaran bagi petugas dalam penanganan insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan yang dapat mengancam nyawa pasien.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi semua petugas di Puskesmas Karangasem I untuk dapat
melaksanakan program keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan puskesmas
2. Tujuan Khusus
a Tercipatanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas Karangasem I
b Sebagai acuan bagi tenaga klinis dalam meningkatkan keselamatan pasien
c Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah
C. MANFAAT
1 Resiko klinis dan keluhan berkurang
2 Mutu pelayanan puskesmas meningkat
3 Menurunkan kejadian tidak diinginkan di puskesmas
BAB II
KESELAMATAN PASIEN DIPUSKESMAS KARANGASEM I

Keselamatan pasien di Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengurangan resiko terjadinya
kecelakaan kerja yang terjadi pada pasien selama perawatan di Puskesmas
Karangasem I. Melakukan identifikasi dan penanganan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, sistem pencatatan dan pelaporan dan analisis insiden, sehingga
memberikan pembelajaran bagi petugas dalam penanganan insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan yang dapat mengancam nyawa pasien.

A STANDART KESELAMATAN PASIEN


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu
ditangani segera maka diperlukan standar keselamatan pasien di Puskesmas
Karangasem I yang dijadikan acuan.Adapun standar keselamatan pasien terdiri dari
tujuh standar:
1 Hak pasien
2 Mendidik pasien dan keluarga
3 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4 Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan Pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:


 Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden,
Kriteria :
 Harus ada dokter penanggung jawab layanan
 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
 Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya insiden

 Mendidik Pasien
Petugas Pelayanan klinis harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan, oleh
sebab itu di Puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggungjawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
 Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
 Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
 Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
 Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas
Karangasem I.
 Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
 Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

 Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Puskesmas Karangasem I menjamin keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriteria:
 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan termasuk pemeriksaan laboratorium,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari Puskesmas Karangasem I..
 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,
sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar.
 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, termasuk pelayanan kesehatan
primer dan tindak lanjut lainnya.
 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.

 Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien:
Puskesmas Karangasem I harus mendesain proses baru atau memperbaiki
proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
 Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan Puskesmas Karangasem I
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini,dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan kegiatan Keselamatan pasien di Puskesmas.
 Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
lain terkait dengan : pelaporan insiden, manajemen risiko, mutu
pelayanan, keuangan.
 Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus
risiko tinggi.
 Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
 Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien di Puskesmas Karangasem I. “.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas Karangasem I serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas Karangasem I dan keselamatan pasien
Kriteria :
 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas Karangasem I terintegrasi dan berpartisipasi dalam
program keselamatan pasien.
 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” dan kejadian
Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel’’ atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam
kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di Puskesmas dengan pendekatan antar
disiplin.
 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas Karangasem I dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.

 Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien


1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pertemuan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaborasi dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
 Puskesmas harus memiliki program pendidikan,pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan
tugasnya masing-masing
 Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden
 Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien

 Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan


pasien
Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal serta transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait keselamatan pasien
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada

B SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di Puskesmas
Karangasem I, Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Karangasem I sasaran
keselamatan pasien meliputi:
SASARAN I : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
identifikasi pasien.
 Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi
dihampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini
adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu pertama, untuk identifikasi;
dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu
tersebut. Kebijakan dan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan
untuk memperbaiki proses identifikasi , khususnya pada proses
untukmengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian
pengobatan atau tindakan lain.
 Kegiatan yang dilaksanakan ;
1 Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
3 Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan /
prosedur
5 Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi

SASARAN II: MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Puseksmas menyusun pendekatan agar komunikasi diantara para petugas
pemberi layanan semakin efektif
 Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada
saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit
pelayanan.Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan
atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat (memasukkan
ke komputer), perintah lengkap atau hasill pemeriksaan oleh penerima perintah
kemudian penerima perintah membacakan kambali (read back)perintah atau
hasil pemeriksaan dan mengkomfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang dengan akurat.Untuk obat-obat yang termasuk obat
NORUM/LASA dilakukan eja ulang.SBAR (Situation-Background-Assessmant-
Recommendation) merupakan pendekatan sistematik untuk memperbaiki
komunikasi diantara tenaga kesehatan ,berlaku untuk semua petugas saat
melakukan pelaporan
 Kegiatan yang dilaksanakan
1 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasi
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2 Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah
3 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfimasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4 Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.
SASARAN III: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG
HARUS DIWASPADAI
Puskesmas Karangasem 1 mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
 Maksud dan Tujuan Sasaran III
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/ kesalahan serius (sentinel
event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan(adverse outcome) seperti obat- obatan yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look Alike Sound Alike /LASA) obat-obatan yan sering disebutkan dalam
isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja (misalnya, kalium klorida 2mEq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, natriumklorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat 50 %
atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan
orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien,atau bila perawat kontrak
tidak di orientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan prosedur untuk membuat daftar obat-
obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di Puskesmas
Karangasem 1. Kebijakan dan prosedur juga mengidentifikasi area mana
saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, sepcrti di IGD,serta
pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaiman
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja kurang hati-hati. LASA(Look
Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan(warning) untuk
keselamatan pasien(patient safety) : obat-obatan yang bentuk / rupanya
mirip dan pengucapannya / namanya mirip tidak boleh diletakkan
berdekatan.Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus
diselingi dengan minimal 1(satu) obat dengan kategori LASA diantara atau
ditengahnya.Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat
memberi/menerima instruksi.Tempelkan stiker merah bertuliskan “High
Alert” pada setiap kemasan obat highalert
 Kegiatan yang dilaksanakan
1 Kebijakan dan prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit
konsentrat

Gambar 1.Label High Alert Gambar 2.Label LASA

2 Implementasi kebijakan dan prosedur


3 Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkansecara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati diarea tersebut sesuai kebijakan.
4 Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus
diberi label yangjelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
(restricted)

SASARAN IV:MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG


BENAR,PROSEDUR YANG BENAR,PEMBEDAHAN PADA
PASIEN YANG BENAR
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikantepat- lokasi,
tepat- prosedur, dan tepat-pasien.
 Maksud dan Tujuan Sasaran IV
Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada tindakan/ bedah minor,
adalah sesuatu yangmengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di Puskesmas.
Kesalahan ini adalah akibat darikomunikasi yang tidak efektif atau yang tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurang tidak melibatkan pasien dalam
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
tindakan bedah. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi ,permasalahanyang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak
terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor
kontribusi yang sering terjadi.Lokasi ditandai pada sisi(laterity),struktur multiple
(jari tangan,jari kaki,lesi,atau multiple level(tulang belakang).Maksud proses
verifikasi pratindakan/ bedah adalah untuk
 Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
 Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan
yang relevantersedia,
 Melakukan verifikasi ketersedian peralatan khusus dan implant-implant
yangdibutuhkan.
Time out dilakukan di tempat tindakan akan dilakukan,tepat dilakukan sebelum
tindakan
 Kegiatan yang dilaksanakan
1 Puskesmas karangasem 1 menggunakan suatu tanda yang jelas dan
dimengerti untuk identifikasi lokasi tindakan yaitu tanda dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2 Puskesmas Karangasem 1 menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat pretindakani tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional
3 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien.

SASARAN V: MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT AKIBAT


PERAWATAN KESEHATAN
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yag terkait pelayanan kesehatan.
 Maksud dan Tujuan Sasaran V
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanankesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan denganpelayanan kesehatan merupakan keprihatinan
besar bagi pasien maupun para professionalpelayanan kesehatan. Infeksi
biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatantermasuk infeksi
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infection) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).Pusat dari
eleminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(handhygiene) yang tepat.Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di puskesmas.

 Kegiatan yang dilaksanakan:


1 Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman handhygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al, dari
WHOPatien Safety)
2 Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT


TERJATUH
Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.
 Maksud dan Tujuan Sasaran VI
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi
risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat
dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus
diterapkan di Puskesmas.

 Kegiatan yang dilaksanakan


1 Puskesmas menerapkan proses awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan asesmen ulang paien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan dan lain-lain
2 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang padahasil asessmen dianggap berisiko jatuh.
C TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien puskesmas dapat
memperbaiki keselamatan pasien,melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran
kinerjanya.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien adalah sebagai berikut:
1 Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Menciptakan budaya yang adil dan terbuka .Kegiatan
yang dilaksanakan :
 Untuk Puskesmas :
 Pastikan Puskesmas memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi
insiden,bagaimana dilakukan investigasi dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada pasien,keluarga dan staf
 Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan peran individu
dan akuntabiilitasnya bila ada insiden.
 Lakukan survei budaya keselamatan untuk menilai budaya
pelaporan dan pembelajaran di puskesmas
 Untuk tingkat unit/pelaksana:
 Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
tentang pendapatnya dan membuat laporan bila ada insiden.
 Tunjukkan pada tim anda tindakan yang sudah dilakukan oleh
puskesmas menindaklanjuti laporan-laporan tersebut secara adil
guna pembelajaran dan pengambil keputusan yang tepat

2 Memimpin dan mendukung staf


 Untuk Puskesmas :
 Kepala Puskesmas yang bertanggung jawab atas Keselamatan
Pasien
 Identifikasi di tiap bagian Puskesmas , orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan
Pasien.
 Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda
 Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
Puskesmas Karangasem I melalui penyegaran yang dilakukan
secara bersama-sama.
 Untuk Unit/Tim:
 Kepala; UPTD Puskesmas Karangasem I sendiri yang memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien.
 Menjelaskan kepada anggota unit tentang pentingnya
keselamatan pasien
 Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3 Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko


 Untuk Puskesmas:
 Menyusun struktur struktur dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
 Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan
risiko yang dapat dimonitor oleh Kepala Puskesmas;
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
 Untuk Unit/Tim:
 Kegiatan rapat untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien
guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait;
 Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko;
 Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang
tepat untuk memperkecil risiko tersebut;Pastikan penilaian risiko
tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan
pencatatan risiko Puskesmas Karangasem I.

4 Mengembangkan sistem pelaporan


Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta Puskesmas
Karangasem I mengatur pelaporan kepada penanggung jawab keselamatan
pasien di Puskesmas dan kepada Kepala Puskesmas.
 Untuk Puskesmas Karangasem I:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien Puskesmas Karangasem I.
 Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.

5 Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien


Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
 Untuk Puskesmas Karangasem I:
 Pastikan Puskesmas memiliki kebijakan yang secara jelas
menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya
 Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden.(Informasi Kepada pasien
dan keluarga)
 Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf
agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
 Untuk Unit/Tim:
 Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluarganya bila telah terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang
jelas dan benar secara tepat
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empatikepada
pasien dan keluarganya.

6 Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien


Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
 Untuk Puskesmas Karangasem I:
 Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab.
 Kembangkan kebijakan yang mencakup kriteria kapan fasilitas
pelayanan kesehatan harus melakukan (root cause analysis/RCA) .
 Untuk Unit/Tim:
 Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
 Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7 Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien


Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
 Untuk Puskesmas Karangasem I:
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta
analisis, untuk menentukan solusi setempat.
 Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
 Monitor dampak dari perubahan-perubahan tersebut
 Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
 Untuk Unit/Tim :
 Semua tenaga pelayanan klinis di libatakan dalam
mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien
menjadi lebih baik dan lebih aman.
 Penanggung jawab ruang perawatan berkewajiban memeriksa
dokumen perawatan yang di buat staf.
 Pastikan bahwa penanggug jawab keselamatan pasien menerima
umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.
BAB III
PENUTUP

Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas Karangasem I merupakan panduan


yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap orang yang bekerja
diPuskesmas Karangasem I.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan
di Puskesmas Karangasem I. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan
langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan
dengan baik Puskesmas Karangasem I dapat menambah penggunaan metoda-metoda
lainnya sesuai Tenaga dan sarana Prasarana yang tersedia.
Demikian pedoman Keselamatan pasien di Puskesmas Karangasem I ini di buat
untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan kepada Pasien.
Lampiran 1. INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar

Judul indikator Kepatuhan petugas puskesmas dalam melakukan identifikasi


pasien dengan benar

Dasar Kesalahan identifikasi pasien merupakan salah satu risiko paling


Pemikiran /Alasan serius terhadap keselamatan pasien
Pemilihan
Indikator

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambar upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan pasien


khususnya dalam prosedur pemberian pelayanan kesehatan
berupa ketepatan dalam melakukan identifikasi pasien

Definisi Prosedur identifikasi pasien adalah kegiatan menanyakan 2 (dua)


Operasional identitas yaitu nama,umur atau tanggal lahir dilengkapi dengan
nomor rekam medis pasien sebagai acuan petugas dalam
mencocokkan identitas pasien sebelum tindakan dilakukan
seperti sebelum memberikan obat, sebelum mengambil sampel
laboratorium,sebelum melakukan tindakan prosedur kemudian
mencocokkan dengan buku status (rawat jalan).

Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &


outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah petugas yang melakukan identifikasi pasien sebelum


tindakan dilakukan seperti sebelum memberikan obat,sebelum
mengambil sampel laboratorium dan sebelum melakukan
tindakan prosedur

Denominator Jumlah petugas yang melakukan tindakan memberikan


obat,mengambil sampel laboratorium dan melakukan tindakan
prosedur

Target Pencapaian 100 %


Kriteria Inklusi : Semua petugas yang melakukan tindakan memberikan
obat,mengambil sampel laboratorium dan melakukan tindakan
prosedur

Eksklusi : -

Formula Jumlah petugas yang melakukan identifikasi pasien sebelum


Pengukuran tindakan dilakukan seperti sebelum memberikan obat,sebelum
mengambil sampel laboratorium dan sebelum melakukan
tindakan prosedur ÷ Jumlah petugas yang melakukan tindakan
memberikan obat,mengambil sampel laboratorium dan
melakukan tindakan prosedur x 100% =........%

Desain Observasi
Pengumpulan data

Sumber data Hasil Observasi

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data

Penyajian data Tabel

Instrumen Formulir observasi identifikasi pasien


pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area Ruang Tindakan,Ruang Farmasi,Ruang KIA,Laboratorium


2. Meningkatkan Komunikasi Yang efektif

Judul indikator Kepatuhan melaksanakan SBAR dan TBaK dalam pelaporan


kasus melalui telepon

Dasar Komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sangat


Pemikiran /Alasan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
Pemilihan profesional serta sebagai in dikator keselamatan pasien dalam
Indikator pelayanan kesehatan.Informasi yang tidak akurat mengakibatkan
kesalahan bahkan kegagalan dalam sistem pelayanan.
Komunikasi SBAR direkomendasikan sebagai sarana untuk
menghindari komunikasi yang tidak jelas antar profesional
perawatan kesehatan demi meningkatkan keselamatan pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Meningkatkan komunikasi efektif melalui metode SBAR dan


TBaK saat melakukan komunikais verbal/lisan melalui telpon,
dimana komunikasi langsung tidak dapat dilakukan
Definisi  Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi
Operasional disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan keadaan pasien. Komponen SBAR
meliputi S (situation), B (background), A (Assesment)
dan R (Recommendation). Penerapan metode komunikasi
SBAR harus diikuti dengan teknik TBK agar tidak terjadi
kesalahan informasi.
 TBK adalah teknik komunikasi lisan menggunakan
telpon dengan menulis, membaca ulang dan melakukan
konfirmasi pesan yang diterima olehn pemberi pesan.
T : menuliskan pesan yang disampaikan oleh pemberi
pesan pada lembar konsultasi atau pada rekam medis.
B : membaca kembali pesan yang sudah ditulis oleh
pemberi pesan. Selesai membacakan pesan, penerima
pesan mengingatkan pemberi pesan untuk melakukan
konformasi. Jika instruksi terkait dengan obat LASA,
maka lakukan pengejaan dengan alpabet Indonesia.
K : konformasi instruksi oleh si pemberi pesan dengan
jawaban“Ya atau Oke” bila sesuai dengan istruksi yang
diberikan sebelumnya.

Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &


outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah pasien yang dilakukan komunikasi SBAR via telpon

Denominator Jumlah seluruh pasien yang dilakukan komunikasi via telpon

Target Pencapaian 100 %

Kriteria Inklusi : Semua pasien yang dilakukan komunikasi via telepon

Eksklusi : -

Formula Jumlah pasien yang dilakukan komunikasi SBAR via telpon ÷


Pengukuran Jumlah seluruh pasien yang dilakukan komunikasi via telpon x
100%=.....%
Desain Catatan data
Pengumpulan data

Sumber data Hasil Catatan Data

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data

Penyajian data Tabel


Instrumen Formulir SBAR
pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area Ruang Tindakan

3.Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

Judul indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan penandaan obat-obatan


yang perlu diwaspadai (High Alert) dan obat LASA
Dasar Obat high alert memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan
Pemikiran /Alasan insiden ketika tidak dilakukan manajemen yang benar.
Pemilihan Pemberian label adalah langkah pertama mengidentifikasi obat
Indikator high alert agar diperlakukan sesuai dengan standar keamanan
yang berlaku.
Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan


pasien dengan cara melakukan penandaan obat yang diwaspadai
dan obat-obat LASA.
Definisi Kepatuhan pemberian label obat high alert yang dimaksud
Operasional adalah ketepatan pemberian label obat high alert sesuai dengan
standar yang ditetapkan dengan memperhatikan prinsip
keselamatan pasien.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication)
adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius
(sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse event) termasuk obat-
obat yang tampak mirip ( nama obat, rupa dan ucapan
mirip/norum, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA)
Label harus diisi dan pada bagian obat yang tidak menutupi
identitas obat.
Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &
outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah jenis obat-obat yang perlu diwaspadai dan obat-obatan


LASA yang diberikan penandaan di ruang farmasi
Denominator Jumlah keseluruhan jenis obat-obat yang perlu diwaspadai dan
obat-obatan LASA yang tersedia di ruang farmasi
Target Pencapaian 100 %

Kriteria Inklusi : Semua obat-obatan yang ada di ruang farmasi yang


tergolong obat High Alert dan LASA.
Eksklusi : -

Formula Jumlah jenis obat-obat yang perlu diwaspadai dan obat-obatan


Pengukuran LASA yang diberikan penandaan di ruang farmasi dan ruang
tindakan ÷ Jumlah keseluruhan jenis obat-obat yang perlu
diwaspadai dan obat-obatan LASA yang tersedia di ruang
farmasi dan ruang tindakan x 100%=.....%
Desain Observasi
Pengumpulan data

Sumber data Hasil Observasi

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data

Penyajian data Tabel


Instrumen Formulir Observasi
pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area Ruang Farmasi dan Ruang Tindakan

4.Kepastian Tepat-Lokasi,Tepat Posedur,Tepat Pasien

Judul indikator Kepatuhan melakukan double check pada tindakan agar tidak
terjadi salah sisi dan salah orang
Dasar Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada kualitas
Pemikiran /Alasan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang diberikan oleh
Pemilihan pemberi layanan. Salah satu upaya menjaga keselamatan pasien
Indikator adalah dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
dalam setiap tindakan perawatan
Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan


pasien dan mengetahui tingkat kepatuhan petugas terhadap
pelaksanaan SOP tindakan.
Definisi Kepatuhan melakukan double check sebelum tindakan meliputi
Operasional sayatan/insisi atau tusukan pada organ yang mempunyai
lateralitas (kanan dan kiri seperti salah satu dari dua anggota
badan) dan beberapa struktur seperti jari
Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &
outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah pasien yang dilakukan double check sebelum tindakan


meliputi sayatan/insisi atau tusukan pada organ yang mempunyai
lateralitas (kanan dan kiri seperti salah satu dari dua anggota
badan) dan beberapa struktur seperti jari
Denominator Jumlah pasien yang dilakukan tindakan meliputi sayatan/insisi
atau tusukan pada organ yang mempunyai lateralitas (kanan dan
kiri seperti salah satu dari dua anggota badan) dan beberapa
struktur seperti jari
Target Pencapaian 100 %

Kriteria Inklusi : Semua pasien yang dilakukan tindakan meliputi


sayatan/insisi atau tusukan pada organ yang mempunyai
lateralitas (kanan dan kiri seperti salah satu dari dua anggota
badan) dan beberapa struktur seperti jari
Eksklusi : -

Formula Jumlah pasien yang dilakukan double check sebelum tindakan


Pengukuran meliputi sayatan/insisi atau tusukan pada organ yang mempunyai
lateralitas (kanan dan kiri seperti salah satu dari dua anggota
badan) dan beberapa struktur seperti jari ÷ jumlah pasien yang
dilakukan tindakan meliputi sayatan/insisi atau tusukan pada
organ yang mempunyai lateralitas (kanan dan kiri seperti salah
satu dari dua anggota badan) dan beberapa struktur seperti jari x
100% =.....%
Desain Observasi
Pengumpulan data

Sumber data Hasil Observasi

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data
Penyajian data Tabel

Instrumen Formulir Observasi


pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area Ruang Tindakan

5.Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan

Judul indikator Kepatuhan melakukan hand hygiene 6 langkah dan 5 moment.

Dasar Cuci tangan adalah salah satu prosedur yang paling penting
Pemikiran /Alasan dalam mencegah infeksi nasokomial. Tangan adalah`
Pemilihan instrument` yang digunakan untuk menyentuh pasien,
Indikator memegang alat, perabot rumah sakit dan juga untuk keperluan
pribadi seperti makan.
Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan


pasien dan petugas
Definisi Kepatuhan cuci tangan adalah ketaatan petugas dalam
Operasional melakukan prosedur cuci tangan dengan menggunakan enam
langkah dan lima momen, lima momen yang dimaksud adalah :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melaksanakan tindakan aseptic
3. Setelah kontak dengan pasien
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan alat dan lingkungan sekitar pasien
Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &
outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah kegiatan petugas yang melakukan kebersihan tangan


dengan metode enam langkah dengan tepat dan benar
Denominator Jumlah petugas yang melakukan tindakan dalam satu bulan

Target Pencapaian 100 %

Kriteria Inklusi : Semua petugas yang melakukan dalam satu bulan.

Eksklusi : -

Formula Jumlah petugas yang melakukan tindakan sesuai SOP dalam satu
Pengukuran bulan ÷ Jumlah petugas yang melakukan tindakan dalam satu
bulan x 100%=.....%
Desain Observasi
Pengumpulan data

Sumber data Hasil Observasi

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data

Penyajian data Tabel

Instrumen Formulir Observasi


pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area
6.Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

Judul indikator Kepatuhan melakukan asesmen awal resiko jatuh get up & go di
rawat jalan pada pasien yang beresiko jatuh
Dasar Kejadian pasien jatuh yang terjadi dapat menyebabkan
Pemikiran /Alasan konsekuensi yang serius dan bahkan mengancam keselamatan
Pemilihan banyak pasien
Indikator

Dimensi Mutu Keselamatan pasien

Tujuan  Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh dapat


dijalankan
 Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh
 Tidak terjadinya pasien jatuh di fasilitas kesehatan
Definisi Merupakan proses adalah pengkajian yang dilakukan oleh
Operasional petugas kesehatan untuk melakukan penilaian, pemantauan dan
upaya – upaya pencegahan terhadap pasien dengan resiko jatuh
di unit rawat jalan
Tipe indikator Struktur X Proses Outcome Proses &
outcome

Satuan Persen
Pengukuran

Numerator Jumlah asesmen awal risiko jatuh pada pasien rawat jalan yang
disurvey diisi lengkap dan dilakukan intervensi
Denominator Jumlah asesmen awal risiko jatuh pada pasien rawat jalan yang
disurvey
Target Pencapaian 100%

Kriteria Inklusi : Jumlah asesmen awal risiko jatuh pada pasien rawat
jalan yang beresiko jatuh
Eksklusi : -

Formula Jumlah asesmen awal risiko jatuh pada pasien rawat jalan yang
Pengukuran disurvey diisi lengkap dan dilakukan intervensi÷ Jumlah
asesmen awal risiko jatuh pada pasien rawat jalan yang disurvey
x 100%= ....%
Desain Catatan Data
Pengumpulan data

Sumber data Hasil catatan data

Populasi/sampel □ Simple random sampling □ Systematic random sampling


□ Convenient sampling

Frekuensi Harian
pengumpulan data

Periode waktu Bulanan


Pengumpulan data

Periode waktu Triwulan,Tahunan


pelaporan data

Periode analisis Triwulan,Tahunan


data

Penyajian data Tabel

Instrumen Formulir Asesmen risiko jatuh


pengambilan data

Penanggung jawab
indikator

Area Poli Rawat Jalan


Lampiran 2.

29

Anda mungkin juga menyukai