Anda di halaman 1dari 9

PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG SASARAN PELAKSANAAN

KESELAMATAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT

ADELIA DEVITA SARI / 181101081


adeliadevitasari11@gmail.com

ABSTRAK

Isu keselamatan pasien dapat melahirkan paradigma baru tentang mutu pelayanan. Mutu
pelayanan yang baik saja tidak cukup berarti bagi pasien tanpa memperhatikan bagaimana
derajat unsur resiko dan keselamatan yang diterima oleh pasien itu sendiri. Penulisan ini juga
menyimpulkan bahwa upaya pencapaian standar enam sasaran keselamatan pasien di ruang
rawat inap belum keseluruhan terlaksana dengan baik dan maksimal baik dari segi input, proses,
output yang sering ditemukan banyaknya kesalahan yang melanggar keenam sasaran
keselamatan pasien. Tujuan dari penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah k3
RS tentang Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis pelaksanaan sasaran keselamatan pasien oleh tenaga kesehatan yang bertugas di
rumah sakit. Metode penulisan kajian ini menggunakan metode analisis terhadap materi
penugasan yang sesuai dengan melakukan kajian bebas terhadap berberapa sumber jurnal
yang mengikuti format tugas. Sasaran keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017.

KATA KUNCI : KESELAMATAN PASIEN, SASARAN, RUMAH SAKIT.


LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan salah unsur resiko dan keselamatan yang


satu institusi pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien itu sendiri.
memiliki fungsi penting dalam Perkembangan kesehatan juga bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
masyarakat sehingga akan ada tuntutan kemauan, dan kemampuan hidup yang
untuk selalu meningkatkan mutu sehat bagi setiap orang agar dapat
pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini terwujudnya derajat kesehatan
semua pihak di dalam rumah sakit akan masyarakat setinggi-tingginya, sebagai
saling terkait satu sama lain, mulai dari investasi bagi pembangunan sumber
yayasan pemilik, direksi, para dokter, daya manusia yang lebih produktif
perawat, dan profesional lainnya serta secara sosial dan ekonomi. (UU
stafdan berbagai tenaga kesehatan pada No.44/2009). Rumah sakit secara
umumnya. Berdasarkan UU No. 44 kolaboratif juga sedang
tahun 2009 tentang Instansi Rumah mengembangkan suatu kebijakan
Sakit yang mewajibkan rumah sakit dan/atau prosedur yang digunakan
menjalani akreditasi, Peraturan Menteri untuk membuat daftar obat-obat yang
Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang perlu diwaspadai dan diberikan
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, perhatian khusus berdasarkan data yang
Surat Keterangan Menteri Kesehatan ada di rumah sakit. Kebijakan yang
No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga harus dibuat untuk memenuhi sasaran
Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf keselamatan pasien juga akan berkaitan
Internasional, dan Keputusan Direktur dengan peningkatan komunikasi efektif
Jendral Bina Upaya Kesehatan Nomor meliputi kebijakan dan prosedur
HK.02.04/I/2790/11 Tentang Standart mengarahkan pelaksanaan verifikasi
Akreditasi di Rumah Sakit. keakuratan komunikasi lisan atau
Isu keselamatan pasien dapat melalui telepon secara konsisten (format
melahirkan paradigma baru tentang write back, read back, repeat back, dan
mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang SBAR) (Kemenkes RI, 2011).
baik saja tidak cukup berarti bagi pasien Sedangkan, Untuk merujuk pada
tanpa memperhatikan bagaimana derajat sasaran keselamatan pasien dalam hal
peningkatan keamanan obat yang perlu Berdasarkan hasil analisis
diwaspadai, rumah sakit belum terhadap beberapa sumber jurnal yang
membuat kebijakan. Adapaun sesuai dengan materi penugasan di
pemahaman perawat mengenai sasaran peroleh bahwa sasaran keselamatan
keselamatan pasien sangat jelas pasien telah disusun sedemikian rupa
dibutuhkan dalam upaya menciptakan yang mengacu pada Nine Life-Saving
budaya yang penuh kesadaran akan Patient Safety Solutions dari World
keselamatan pasiennya. Health Organization (WHO), yang
juga digunakan oleh Komite
TUJUAN Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKP-RS) dan Joint Commisions
Tujuan dari penulisan ini International (JCI) yang diharapkan
bertujuan untuk memenuhi tugas mata akan mampu menjadi tolak ukur dan
kuliah k3 RS tentang Pelaksanaan acuan bagi setiap tenaga medis yang
sasaran keselamatan pasien yang bertugas di rumah sakit untuk
bertujuan untuk mengetahui dan mencegah terjadinya berbagai hal
menganalisis pelaksanaan sasaran insiden ataupun kejadian yang tidak
keselamatan pasien oleh tenaga diharapkan. Dengan berbagai sumber
kesehatan yang bertugas di rumah jurnal juga menyebutkan bahwa
sakit. keenam sasaran keselamatan pasien
akan mempengaruhi berbagai aspek

METODE lain di rumah sakit yang berhubungan


dengan kualitas rumah sakit itu
sendiri.
Metode penulisan kajian ini
menggunakan metode analisis
PEMBAHASAN
terhadap materi penugasan yang sesuai
dengan melakukan kajian bebas
Isu keselamatan pasien akan
terhadap berberapa sumber jurnal yang
muncul karena banyak pihak yang
mengikuti format tugas.
menyampaikan besarnya biaya
perawatan yang dikeluarkan rumah sakit
HASIL
karena cedera pasien yang seharusnya
tidak perlu dikeluarkan. Monitoring SKP.5 Mengurangi risiko infeksi akibat
keselamatan pasien dilakukan melalui perawatan kesehatan; dan
penerapan pelaporan insiden, dengan SKP.6 Mengurangi risiko cedera pasien
adanya metode pelaporan insiden yang akibat terjatuh (KARS, 2017).
diterapkan rumah sakit diharapkan akan Sasaran kebijakan yang ditetapkan
mampu memilimalisir terjadinya angka sudah disusun sedemikian rupa sebagai
kejadian yang tidak diinginkan oleh tolak ukur dan bahan acuan yang akan
pihak manapun, Insiden terkait digunakan oleh smua tenaga kesehatan
keselamatan pasien akan menjadi salah yang bekerja di Rumah Sakit untuk
satu indikator penilaian mutu dan mencegah terjadinya cedera atas dasar
keselamatan pasien di rumah sakit. kesalahan yang dilakukan oleh perawat
Dengan memonitoring insiden yang terhadap pasiennya.
dilakukan melalui analisis laporan
insiden. Tulisan ini juga akan 1. SKP.1 Mengidentifikasi pasien
bertujuan untuk mendeskripsikan angka dengan benar;
kejadian insiden berdasarkan 6 sasaran
keselamatan pasien. Untuk mencegah terjadinya insiden
Sasaran keselamatan pasien terkait identifikasi ini, Maka di
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia telah menerapkan sasaran
Republik Indonesia Nomor 11 tahun keselamatan pasien yang pertama yaitu
2017. Sasaran Keselamatan Pasien dengan memastikan ketepatan
(SKP) meliputi: identifikasi pasien. Langkah pendekatan
SKP.1 Mengidentifikasi pasien dengan ini untuk meningkatkan ketelitian
benar; identifikasi pasien berupa kebijakan
SKP.2 Meningkatkan komunikasi yang identifikasi pasien, pedoman identifikasi
efektif; pasien yang dijadikan acuan seluruh
SKP.3 Meningkatkan keamaan obat- unit, prosedur identifikasi pasien
obat yang harus diwaspadai; melalui pemasangan gelang identitas di
SKP.4 Memastikan lokasi pembedahan setiap pasien dengan memperhatikan
yang benar, prosedur yang benar, berbagai warna sesuai dengan resiko
pembedahan pada pasien yang benar; yang akan ditimbulkan (minimal dua
identitas), prosedur pemasangan dan
pelepasan tanda identitas risiko bagi
pasien yang datang ke rumah sakit, serta Faktor-faktor berikut berkontribusi
prosedur pemasangan dan pelepasan terhadap kesalahan pengobatan yang
gelang identitas (Kementerian nantinya akan melibatkan antikoagulan
Kesehatan RI, 2015). Dengan seperti: kurangnya standarisasi untuk
memperhatikan Peran tenaga kesehatan penamaan, “pelabelan” dan
dalam melakukan identifikasi yang tepat “pengemasan antikoagulan menciptakan
akan dapat meminimalkan terjadinya kebingungan”. Tren Insiden
insiden. Kesalahan identifikasi dapat Berdasarkan Sasaran Keselamatan
disebabkan karena tiga hal, yaitu menjaga rejimen dosis yang berbeda
kesalahan dalam pemasangan lebel, untuk berbagai populasi pasien,
kesalahan penulisan, juga kesalahan “metode pengujian baru”, “daftar yang
dalam konfirmasi identitas kepada berkembang” interaksi obat “, dan”
pasien atau keluarga pasien. strategi pembalikan potensial dapat
(Anggraeni, Hakim, & Widjiati, 2014). menjadi tantangan bagi penyedia
layanan di rumah sakit“, instruksi
2. SKP.2 Meningkatkan spesifik dan individual serta informasi
komunikasi yang efektif; pemantauan yang menyertai peresepan
dan pemberian antikoagulan yang
Komunikasi antar perawat dengan kemungkinan gagal didokumentasikan
tenaga kesehatan yang lain akan dapat atau dikomunikasikan selama transfer
dibangun dengan memunculkan rasa dan pemberian Obat.
empati antar sesama tenaga medis,
kejelasan komunikasi atau artikulasi, 4. SKP.4 Memastikan lokasi
dan humor secara signifikan yang akan pembedahan yang benar,
mempengarhui hasil kepuasan kerja prosedur yang benar,
perawat di rumah sakit nantinya pembedahan pada pasien yang
(Wanzer et al., 2009). benar;

3. SKP.3 Meningkatkan Untuk melakukan tindakan medis


keamaan obat-obat yang diperlukan perencanaan sebelum, saat,
harus diwaspadai; dan sesudah tindakan dilakukan. Upaya
ini akan dapat dilakukan untuk 6. SKP.6 Mengurangi risiko
meminimalisir bahkan menghindari cedera pasien akibat terjatuh
kejadian yang tidak diharapkan. (KARS, 2017).
Monitoring insiden untuk proses
pembelajaran juga perlu ditingkatkan Rumah sakit diharapkan mampu
sehingga mutu pelayanan dan mengembangkan dan meneraplan
keselamatan pasien semakin meningkat. proses untuk mengurangi risiko cedera
Rumah sakit mengembangkan dan akibat pasien jatuh sebagai upaya
mengimplementasikan prosedur yang mencegah terjadinya insiden yang tidak
dilakukan di ruang operasi segera diinginkan (JCI, 2014). Tenaga
sebelum dimulainya operasi untuk kesehatan juga perlu
memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur, mempertimbangkan faktor penyebab
juga tepat-pasien (JCI, 2014). ganggungan keseimbangan atau faktor
lainnya sebagai penyebab pasien cedera
5. SKP.5 Mengurangi risiko akibat pasien jatuh dan teridentifikasi
infeksi akibat perawatan sebagai faktor risiko pengobatan pada
kesehatan; pasien jatuh.

Risiko infeksi juga akan terjadi pada KESIMPULAN


pasien saat proses pembedahan akibat
dari tangan tenaga medis yang tidak Pelaksanaan sasaran keselamatan
bersih (Jane & Sewell, 2000). Indonesia pasien di Rumah sakit ini berkaitan
juga akan menerapkan sasaran dengan penulisan ini juga
keselamatan pasien ke lima menyimpulkan bahwa upaya
(pengurangan risiko infeksi terkait pencapaian standar enam sasaran
pelayanan kesehatan) dengan indikator keselamatan pasien di ruang rawat inap
pengembangan kebijakan tentang belum keseluruhan terlaksana dengan
pencegahan infeksi, pedoman baik dan maksimal baik dari segi input,
pencegahan infeksi. proses, output yang sering ditemukan
banyaknya kesalahan yang melanggar
keenam sasaran keselamatan pasien..
Dalam penerapan SKP, rumah sakit
sudah harus berpedoman kepada Prosedur Keselamatan Pasien
kebijakan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit (KPRs) di Rumah
pemerintah pusat yaitu Keputusan Sakit Panti Waluya Sawahan
Menteri Kesehatan Nomor Malang.Jurnal Care, Vol. 3, No.
1691/MENKES/PER/VIII/ 2011. 1, Hal. 25-26.

Isnaini, N.M., & Rofii, M. (Mei


DAFTAR PUSTAKA
2014).Pengalaman Perawat
Pelaksana dalam Menerapkan
Bawelle, S. C., dkk.( Agustus 2013).
Keselamatan Pasien. Jurnal
Hubungan Pengetahuan dan
Managemen Keperawatan, Vol.
Sikap Perawat dengan
2, No. 1, Hal. 31.
Pelaksanaan Keselamatan Pasien
(Patient Safety)di Ruang Rawat Lombogia, A., dkk. (Juli 2016).
Inap RSUD Liun Kendage Hubungan Perilaku dengan
Tahuna.Ejournal Keperawatan Kemampuan Perawat dalam
(e-Kp), Vol. 1, No 1, Hal. 2. Melaksanakan Keselamatan
Pasien Pasien (Patient Safety) di
Cahyono, A. (Desember 2015).
Ruang Akut Instalasi Gawat
Hubungan Karakteristik dan
Darurat RSUP Prof. DR. R. D.
Tingkat Pengetahuan Perawat
Kandou Manado. E-journal
Terhadap Pengelolaan
keperawatan (e-Kp), Vol. 4, No.
Keselamatan Pasien di Rumah
2, Hal. 2-5.
Sakit.Jurnal Ilmiah WIDYA,
Vol. 3, No.2, Hal. 97-99. Nivalinda, D., dkk. (November 2013).
Pengaruh Motivasi Perawat dan
Firawati, dkk.(Maret 2012).Pelaksanaan
Gaya Kepemimpinan Kepala
Program Keselamatan Pasien di
Ruang Terhadap Penerapan
Rumah Sakit Solok.Jurnal
Budaya Keselamatan Pasien
Kesehatan Masyarakat, Vol. 6,
Oleh Perawat Pelaksana Pada
No. 2, Hal. 74-75.
Rumah Sakit Pemerintah di
Harus, B.D., dkk. (2015). Pengetahuan Semarang.Jurnal Managemen
Perawat Tentang Keselamatan Keperawatan, Vol. 1, No. 2,
Pasien dengan Pelaksanaan Hal. 139.
R.H Simamora. (20119). Buku Ajar Sakinah, S., dkk.(Oktober
Pelaksanaan identifikasi 2017).Analisis Sasaran
pasien.Uais inspirasi Indonesia. Keselamatan Pasien Dilihat dari
Aspek Pelaksanaan Identifikasi
R.H Simamora. (2019). Documentation
Pasien dan Keamanan Obat di
Of Patient Identification Into
RS Kepresidenan RSPAD Gatot
The Electronic System To
Subroto Jakarta.Jurnal
Improve The Quality Of Nursing
Kesehatan Masyarakat (e-
Services. International Journal
journal), Vol 5, No4. Hal.145.
Of Scientific & Technology
Research. Tamboto, C. D., Kandou, G. D., &
Kawatu, P. A. 2019.Analisis
R.H Simamora. (2019). The Influence
Penerapan Standar Pelayanan
Of Training Hand Over Based
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
SBAR Communication For
GMIM KALOORAN
Improving Patients Safety.
AMURANG Kabupaten Minahasa
Indian Journal Of Public Health
Selatan.Kesmas, 6(4).
Research & Development.
Wahyudi, dkk.(Maret 2015).Efisiensi
Rachmawati, A. R., dkk. (2017).
Pelayanan Kesehatan Dasar di
Analisis Pelaksanaan Tujuh
Kabupaten Pemalang
Langkah Menuju Keselamatan
Menggunakan Data
Pasien di Rumah Sakit Islam
Envelopment Analysis.Jurnal
Sultan Agung Semarang.Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia,
Kesehatan Masyarakat (e-
Vol. 4, No. 1, Hal. 16-17.
Journal), Vol. 5, No. 1, Hal. 2-4.
Wardhani, V. (2017).Manajemen
Rizara, A. dkk.(2017). Analisis
Keselamatan Pasien. Malang :
Pelaksanaan Tujuh Langkah
UB Press.
Menuju Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit Islam Sultan Yulia, S., dkk. (November 2012).
Agung Semarang.Jurnal Peningkatan perawat Pelaksana
Kesehatan Masyarakat, Vol. 5, dalam Penerapan Keselamatan
No. 1, Hal. 1-8. Pas2ien Melalui Pelatihan
Keselamatan Pasien.Jurnal
Keperawatan Indonesia, Vol.
15, No.

Anda mungkin juga menyukai