Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

“ ILEUS OBSTRUCTION ET CAUSA


ADHESION”

Oleh:
Chici Chahyanti, S.Ked
0120840049

Pembimbing :
dr. Donald W S Aronggear Sp.B (K) Trauma, Finacs
LATAR BELAKANG
• Ileus obstruktif merupakan suatu keadaan
yang menyebabkan isi usus tidak bisa
melewati lumen usus sebagai akibat adanya
sumbatan atau hambatan mekanik, Ileus
obstruktif merupakan kegawatan dalam bedah
abdominalis yang sering dijumpai, merupakan
60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang
bukan appendicitis akut. Penyebab yang
paling sering dari obstruksi ileus adalah
adhesi,
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Ileus obstruktif adalah sumbatan sebagian
atau seluruh lumen usus sehingga
mengakibatkan isi usus mengalami kegagalan
melewati lumen usus
Etiologi
Ileus Obstruksi dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat sumbatannya yaitu:
• Parsial obstruksi, penderita masih bisa makan
dan flatus.
• Simple obstruksi, terjadi obstruksi akan tetapi
tidak ada gangguan vascular
• Obstruksi strangulasi, tejadi obstruksi dengan
gangguan vascular, dan dapat terjadi
perforasi.
Patogenesis
• Obstruksi ileus merupakan penyumbatan
intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase usus terganggu.
Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang
berupa gas dan cairan, pada bagian proximal
tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi).
• Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan
rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan
gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus
tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal
sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha
alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik.
Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen
dan muntah-muntah. Pada obstruksi usus yang lanjut,
peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus
kehilangan daya kontraksinya.
Gejala klinis
Ileus Obstuksi letak tinggi dari gambaran klinis didapatkan:
• Mual
• Muntah obstruksinya semakin proksimal
• Diare, pada awal-awal terjadinya obstruksi
• Konstipasi pada akhir terjadinya obstruksi diikuti dengan
flatus (-) disertai dengan menurunkan gerakan peristaltik
usus
• Demam dan takikardia, pada akhir obstruksi biasanya
dikaitkan dengan adanya strangulasi pada usus
• Riwayat operasi abdomen dan pelvis, atau terapi radiasi
• Riwayat keganasan, biasanya keganasan ovarium atau kolon
ileus obstuksi letak rendah dari gambaran klinis
didapatkan:
• Distensi abdomen
• Nyeri kram pada perut
• Mual
• Muntah
• Gangguan dari motilitas usus; flatus(-) dan konstipasi
• Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi
keadaan gangguan pendarahan dinding usus yang
menyebabkan nekrosis atau gangguan dinding usus.
Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis
Diagnosis banding
• Acute Gastroenteritis
• Limfadenitis mesenterika
• Endometriosis
• Urolithiasis
• Pankreatitis akut
• Proses inflamasi akut antraperitoneal (Acute
Appendicitis)
• Kolesistitis Perforasi
• Ulkus Duodeni
Diagnosis
• Inspeksi Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur
dan darm steifung. Benjolan pada regio inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa
abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat
dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
• Auskultasi Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi,
borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang.
• Perkusi Hipertimpani
• Palpasi Kadang teraba massa seperti pada tumor
Pada Pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan :
• Pemeriksaan CBC (Complete Blood Count)
Penurunan level hematokrit yang dapat
dikarenakan perdarahan dan anemia defisiensi
besi
• Sedikit peningkatan leukosit yang dikarenakan
infeksi akibat terjadinya perdarahan pada lumen
usus.
• Pemeriksaan serum elektrolit dikarenakan
dehidrasi pada pasien dengan ileus obstruksi.
Beberapa tanda radiologik yang khas untuk
obstruksi ileus adalah :
• Pengumpulan gas dalam lumen usus yang
melebar, penebalan valvulae coniventes yang
memberi gambaran fish boneappearance.
• Pengumpulan cairan dengan gambaran khas
air-fluid level.
Tatalaksana
• Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT
yang dimasukkan dalam perut atau usus
• Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
• Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
• Atasi dehidrasi
Operatif
• Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi
dibutuhkan bila dekompresi dengan NGT tidak
memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian
jaringan.
LAPORAN KASUS
Identitas
• Nama : Tn.IW
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 28 Tahun
• Alamat : puncak jaya
• Agama : Kristen Protestan
• Status : Menikah
• Pekerjaan : Petani
• No RM : 452129
• MRS Tanggal : 15 September 2018
Anamnesis
• KU : nyeri seluruh perut
• Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke IGD dengan keluhan
nyeri seluruh perut dirasakan ± 1 minggu SMRS disertai nyeri pada
tulang belakang, pasien merupakan rujukan dari RS Mulia puncak
jaya dengan riawayat pernah jatuh terguling dari truck dan terinjak
oleh ban truck dan nyeri dirasakan dibagian panggul sampai kedua
kaki disertai nyeri pada perut. Menurut istri pasien, pasien tidak
bisa BAB dan BAK ± 1 minggu semenjak di mulya, makan/minum
menurun, mual (-), muntah (-),
• Riwayat Penyakit Dahulu : pasien post laparatomi peritonitis ec
ruptur buli tgl 25/8/2018
• Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal
• Riwayat Sosial/Ekonomi/Kebiasaan : merokok (+), alkohol (-)
• PEMERIKSAAN FISIK
• Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmetis, GCS=15 (E4M6V5)

• Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 64 x/menit
• Respirasi : 24 x/menit
• Suhu Tubuh : 37,5oC
• SpO2 : 98 %

• Pemeriksaan Kepala Leher
• Kepala : normocephal, jejas (-)
• Konjungtiva : anemis (-/-)
• Sklera : ikterik (-/-)
• Pupil : isokor (d= 2mm), refleks cahaya langsung
• (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
• Oral : candidiasis (-/-)
• KGB : pembesaran (-/-)
• JVP : peningkatan (-/-)
• Pemeriksaan Thorax
• Paru
• Inspeksi : simetris, ikut gerak napas, retraksi (-).
• Palpasi : vocal fremitus dextra = sinistra normal.
• Perkusi : sonor dextra = sinistra.
• Auskultasi :suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
• Jantung
• Inspeksi : iktus cordis tidak (-) tampak.
• Palpasi : iktus cordis tidak (-) teraba.
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
• Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
• Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : cembung.
• Auskultasi : bising usus (+) normal 3-4x per menit.
• Palpasi :supel, nyeri tekan (+) pada semua permukaan
abdomen, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
• Perkusi : tymphani.
• Pemeriksaan Ektremitas : Akral hangat, edema (-) pada kedua
• eksteremitas , CRT < 2 detik.
Resume Medis
• Seorang pria berusia 28 tahun datang ke IGD RSUD
Jayapura dengan rujukan dari mulia puncak jaya
dengan keluhan nyeri seluruh perut ± 1 minggu SMRS
disertai perut yang kembung. Pasien tidak bisa BAK dan
BAB, makan/minum menurun dan pasien dengan post
laparaskopi tgl 25/8/2018

Diagnosis
• Ileus Obstruktif karena adhesi karena perforasi
• Hipoalbumin
Tatalaksana
• IVFD NaCl 0,9% 30 tpm
• Inj ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
• Drip metronidzol 500 mg/ 8 jam
• Inj ranitidin 50 mg/ 12 jam

Prognosa
• Qua ada vitam : dubia
• Qua ada functionam : dubia
• Qua ad sanationam : dubia

• Tanggal pemeriksaan • 17/9/2018
• Follow up • S : muntah (+) 3x BAB (-)
• 16/9/2018 • O : KU : TSS, Kes : CM
• S : muntah (+) 3x BAB (-) • TTV : TD : 130/80 mmHg, N : 78x/m, RR :
• O : KU : TSS, Kes : CM 24 x/m, SB : 37, Sp02 : 98%
• Status lokalis abdomen : • Status lokalis abdomen :
• I : distensi (+) • I : distensi (+)
• A: BU (+) borborigmi (+) • A: BU (+) borborigmi (+)
• P : NT (-) • P : NT (-)
• P: hipertimphany • P: hipertimphany
• A: ileus paralitik dd obstruktif • A: ileus paralitik dd obstruktif
• P : IVFD Nacl 30 tpm • P : IVFD Nacl 30 tpm
• Ceftriaxone 1 gr • Ceftriaxone 1 gr
• Metronidazol 500 mg • Metronidazol 500 mg
• Inj paracetamol 500 mg • Inj paracetamol 500 mg
• Inj ranitidin 50 mg • Inj ranitidin 50 mg
• Pasang NGT , DC • Pasang NGT , DC
• •
• 19/9/2018
• 18/9/2018 • S : BAB (-), BAK (+)
• S : BAB (-) flatus (-) • O : KU : tampak sesak
• O : KU : tampak gelisah, kes : CM • Status lokalis
• TTV : TD : 130/80 mmHg, N : 75x/m, RR : 24 x/m, SB : 36.9, • I: Distended (+) kuadran kiri atas- bawah
Sp02 : 98% • A: BU (+), borborigmi (+)
• Status lokalis : • P : NT (-)
• I : distensi (+) • P: hipertimphany
• A: BU (+) borborigmi (+) • A: ileus paralitik dd obstruktif dengan massa intra abdomen
• P : NT (-) • P : klinimix : aminofluid 1:1
• P: hipertimphany • Meropenem 1 gr/ 8 jam
• A: ileus paralitik dd obstruktif • Metronidazol 500 mg
• P : IVFD Nacl 30 tpm • Inj paracetamol 500 mg
• Ceftriaxone 1 gr • Inj ranitidin 50 mg
• Metronidazol 500 mg • Dulcolax sup 2 x 2
• Inj paracetamol 500 mg • Balance cairan
• Inj ranitidin 50 mg • Pasang NGT ulang
• CT Scan abdomen •
• Rehidrasi • S : keluar cairan dari dalam perut pada bekas jahitan operasi
• Cek lab post rehidrasi • O: KU : lemah , kes: CM
• • Status lokalis abdomen :
• • I: tampak vesikel burst pada umbilikal, keluar cairan ± 1500 cc
• A: BU (+)
• P: NT (-)
• P: timphani
• A: Burst abdomen
• P: rencana llaparatomi cito
• Sedia darah 4 kolf WB
• Konsul anastesi

• 20/9/2018 • 22/9/2018
• S : nyeri perut • S : BAB (-)
• O : KU : lemah, kes : CM • O : KU : TSS, Kes : CM
• TTV TD : 100/70 N:84x/m, RR: 24x/m, SB: • TTV : TD : 130/80 mmHg, N : 78x/m, RR :
36.4, SpO2: 98% 24 x/m, SB : 37, Sp02 : 98%
• Status lokalis: • Status lokalis abdomen :
• I: terpasang draine, abdomen tampak cekung • I : terpasang drain, abdomen tampak cekung
• A: BU (+) N • A: BU (+) drain kanan : 900 cc DC : 900 cc
• P: NT (-) • P : NT (-) drain kiri : 700 cc
• A: ileus obstruktif dd paralitik dengan massa • A: ileus obstruksi ec adhesi ec perforasi abses
intrabdomen H+1 retroperitoneal H+3
• P: IVFD RL 30 tpm , klinimix , tutofusin • P : IVFD RL : klinimix : tutofusin
• Inj meropenem 1 gr/ 8 jam • Inj meropenem 1 gr/ 8 jam H+4
• Inj metronidazol 500 mg/ 8 jam • Drip Metronidazol 500 mg
• Inj omeprazol 40 mg/12 jam • Inj omeprazol 40 mg
• Inj paracetamol 1 gr/ 8 jam • Inj paracetamol 1 gr
• Konsul uro • Diet cair
• Mobilisasi
• 24/9/2018 • 25/9/2018
• S : nyeri perut (+), demam (+) BAB (+) flatus (+) •
• O : KU : TSS, Kes : CM • S : makan ↓
• TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 69x/m, RR : 23 • O : KU : TSS, Kes : CM
x/m, SB : 36.9, Sp02 :97% • TTV : TD : 100/80 mmHg, N : 67x/m, RR : 22
• Status lokalis abdomen : x/m, SB : 36.7, Sp02 : 97%
• I : terpasang drain • Status lokalis abdomen :
• A: BU (+) • I : terpasang drain
• P : NT (-) • A: BU (+)
• A: ileus obstruksi ec adhesi ec perforasi abses • P : NT (-)
retroperitoneal H+5 • A: ileus obstruksi ec adhesi ec perforasi abses
• P : IVFD RL retroperitoneal post op H+6
• Inj meropenem 1 gr/ 8 jam H+6 • P : IVFD RL
• Drip Metronidazol 500 mg • Inj meropenem 1 gr/ 8 jam H+6
• Inj omeprazol 40 mg • Drip Metronidazol 500 mg
• Inj paracetamol 1 gr • Inj omeprazol 40 mg
• Diet cair • Inj paracetamol 1 gr
• Mobilisasi • Diet cair
• Mobilisasi

• Pemeriksaan
• Hasil
• Satuan
• Nilai rujukan
• Hematologi
• Hematologi rutin
• Kadar Hemoglobin 12.5 g/dL 11.0-14.7
• Kadar hemetokrit 35.9 % 35.2-46.7
• Hitung jumlah leukosit 8.92 10^3/uL 3.37-8.38
• Hitung jumlah trombosit 134 10^3/uL 140- 400
• Hitung jumlah eritrosit 4.42 10^6/uL 3.69-5.46

• Malaria (DDR) negatif
• Kimia Darah
• BUN 33.6 mg/dL 7-18
• Creatinin 0.73 mg/dL <= 0.95

• Na. K. Cl
• Kalium darah 3.54 mEq/L 3.50-5.30
• Natrium darah 128.10 mEq/L 135-148
• CL darah 101.40 mEq/L 98-106
• Calcium ion 1.14 mEq/L 1.15-1.35


• Pemeriksaan
• Hasil
• Satuan
• Nilai Rujukan
• Koagulasi
• BT/CT
• Masa perdarahan 2’30” menit 1.0-5.0
• Masa pembekuan 9’00” menit 5.0-15.0

• Kimia darah
• Protein total 4.6 g/dL 6.4-8.3
• Albumin 2.3 g/dL 3.5-5.2
• Globulin 2.3 g/dL 2.0-4.0
• Pemeriksaan
• Hasil
• Satuan
• Nilai rujukan
• Hematologi
• Hematologi rutin
• Kadar Hemoglobin 11.1 g/dL 11.0-14.7
• Kadar hemetokrit 32.7 % 35.2-46.7
• Hitung jumlah leukosit 6.45 10^3/uL 3.37-8.38
• Hitung jumlah trombosit 121 10^3/uL 140- 400
• Hitung jumlah eritrosit 4.03 10^6/uL 3.69-5.46

• Malaria (DDR) negatif
• Kimia Darah
• BUN 20.1 mg/dL 7-18
• Creatinin 0.43 mg/dL <= 0.95
• Albumin 2.2 g/dL 3.5-5.2

• Na. K. Cl
• Kalium darah 3.73 mEq/L 3.50-5.30
• Natrium darah 134.10 mEq/L 135-148
• CL darah 103.50 mEq/L 98-106
• Calcium ion 1.11 mEq/L 1.15-1.35


Pembahasan
• Ileus obstuksi letak rendah dari gambaran klinis
didapatkan :Distensi abdomen, Nyeri kram pada
perut, Mual, Muntah, Gangguan dari motilitas
usus; flatus(-) dan konstipasi, Pada obstruksi usus
dengan strangulasi, terjadi keadaan gangguan
pendarahan dinding usus yang menyebabkan
nekrosis atau gangguan dinding usus. Bahaya
umum dari keadaan ini adalah sepsis, pada kasus
didapatkan pasien Tn IW/29 Tahun didapatkan
gejala yang sesuai dengan teori dimana pasien
mengalami nyeri perut, mual dan susah BAB
• Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan Inspeksi Perut distensi,
dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen
berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka
operasi sebelumnya. Auskultasi Hiperperistaltik, bising usus
bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang, perkusi Hipertimpani , Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor. Pada kasus Tn IW/29
Tahun didapatkan sesuai dengan teori yaitu pada inspeksi
didapatkan perut distensi, dengan adanya luka bekas operasi
sebelumnya yang memungkinkan terjadinya adhesi, auskultasi
borborhygmi (+), dengan perkusi hipertimpani
• Pada pemeriksaan penunjang dapat digunakan foto
polos abdomen dan CT scan abdomen, Beberapa tanda
radiologik yang khas untuk ileus obstruktif adalah
Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar,
penebalan valvulae coniventes yang memberi
gambaran fish boneappearance serta pengumpulan
cairan dengan gambaran khas air-fluid level, sedangkan
pada kasus TN IW hanya dilakukan foto polos abdomen
dengan posisi supine dan ½ tegak dengan hasil
gambaran thorax normal, dan foto abdomen tidak
tampak gambaran fish boneappearance serta
pengumpulan cairan dengan gambaran khas air-fluid
level
Kesimpulan
• Tn IW 29 Tahun datang ke IGD RSUD Dok II
Jayapura dengan keluhan nyeri seluruh perut
dirasakan ± 1 minggu SMRS disertai nyeri pada
tulang belakang, pasien merupakan rujukan
dari RS Mulia puncak jaya dengan riawayat
pernah jatuh terguling dari truck dan terinjak
oleh ban truck dan nyeri dirasakan dibagian
panggul sampai kedua kaki disertai nyeri pada
perut.
• Menurut istri pasien, pasien tidak bisa BAB dan BAK ± 1
minggu semenjak di mulya, makan/minum menurun,
mual (+), muntah (-) dengan keluhan, gejala klinis,
pemeriksaan yang telah dilakukan dan di tinjau dari
teori maka ppasien Tn IW di diagnosis dengan ileus
obstruktif karena adhesi dengan hipoalbumin dengan
tatalaksana pasang NGT, Pemasangan kateter untuk
mengukur urine output, koreksi elektrolit dan
keseimbangan asam basa dan atasi dehidrasi, tindakan
operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila
dekompresi dengan NGT tidak memberikan perbaikan

Anda mungkin juga menyukai