Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

FISTULA PERIANAL
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Erik


Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Agama : islam

Alamat : Magelang
Tanggal MRS : 29-01-2018
No. Reg :146641
Anamnesis
Keluhan Utama
Terdapat benjolan di sekitar anus sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit
 Pasien datang ke poli RST dr. Soedjono Magelang
dengan keluhan benjolan pada daerah sekitar anus
yang muncul sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
ukuran kurang lebih sekitar 5cm, awalnya muncul seperti
jerawat bintik merah gatal dan tidak nyeri , tapi lama
kelamaan bintik merah itu membesar dan nyeri, gatal (+),
dan terasa panas pada benjolan. Pasien juga
mengeluhkan badan demam. Benjolan hanya di daerah
sekitar anus tidak ada benjolan di bagian tubuh lainnya
BAB tidak ada keluhan..
Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah sakit ini sebelumnya dan dalam


keluarga, riwayat sakit seperti ini disangkal.
PEMERIKSAAN
FISIK Status Generalisata

Kepala : dbn
Kulit : dbn
Rambut : dbn
Wajah : dbn
Mata : dbn
Keadaan Umum : Tampak Mulut : dbn
sakit sedang Telinga : dbn
Kesadaran : CM Hidung : dbn
Vital Sign : Tenggorokan : dbn
TD : 120/70 mmHg Leher : dbn
Nadi:80x/menit Thoraks
RR : 20 x/ menit Paru : dbn
S : 36,0°C Jantung : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
STATUS LOKALIS

Lokasi : perianal dextra

Inspeksi : pada daerah perianal


terdapat masa 1cm dari lubang
anus arah jam 3

Palpasi : teraba massa pada


perianal kanan, permukaan rata,
mobile, konsistensi kenyal,
ukuran kuranglebih 5cm
Seorang laki2 datang ke poli RST
RESUME
dr. Soedjono Magelang dengan keluhan
benjolan pada daerah sekitar anus yang
muncul sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit ukuran kurang lebih sekitar
5cm, awalnya muncul seperti jerawat
bintik merah gatal dan tidak nyeri , tapi
lama kelamaan bintik merah itu
membesar dan nyeri, gatal (+), dan
terasa panas pada benjolan. Pasien juga
mengeluhkan badan demam. Benjolan
hanya di daerah sekitar anus tidak ada
benjolan di bagian tubuh lainnya BAB
tidak ada keluhan..
Dari pemeriksaan lokalis di regio
perianal kanan massa pada perianal
kanan, permukaan rata, mobile,
konsistensi kenyal keras, ukuran kurang
lebih 5cm.
Non medikamentosa:
- Cek darah lengkap
- moxy floxam 1x4g
- ketorolak 3x10mg

PLANNING
TERAPI
Operatif:
- fistulectomy
Rencana Selasa (30-1-2018)
- Puasa 6 jam pre operasi
- Konsul anestesi
HASIL LABORATORIUM PRE OP
Px Hasil Range

WBC 8,3 3,5 - 10,0

RBC 5,1 3,5 - 5,5

HGB 14,8 11,5 - 16,5

HCT 38,2 35,0 - 55

MCV 70.7 75 - 100



MCH 25.0 26 - 35

MCHC 34,7 31 – 38

RDW 12,8 11 – 16

PLT 247 100 – 400

MPV 7,7 8 – 11

PCT 0,19 0,01 - 9,99

PDW 11,1 0,1 - 99,9


FOLLOW UP PRE OP (29-01-2018)
S O A P
Benjolan di Vital Sign: Fistu Monitor
perianal TD: 110/70 mmHg la keadaan
kanan arah HR: 100x/mnt peri umum
jam 3, sekitar RR: 24x/mnt anal dan vital
1cm dari S: 37ºC sign
anus, ukuran
sekitar 5cm, Status Generalis:
nyeri (+), KU: baik, CM
gatal (+), Kepala/Leher: dbn
terasa panas Thorax: dbn
(+). Abdomen: dbn

Status Lokalis:
Inspeksi
Tampak massa di perianal kanan
Palpasi
Teraba massa pada perianal kanan, permukaan rata, mobile,
konsistensi kenyal, ukuran 5cm, NT (+)
LAPORAN OPERASI (30-01-2018)
- Pasien dengan posisi supine dalam spinal anestesi
- Dilakukan tindakan aseptik antiseptik pada daerah perianal
- Dilakukan fistulectomy pada fistel perianal pada jam 3 sampai
kedalaman 6cm
- Operasi selesai


- Infus RL 20tpm
- moxyfloxam 1x400g
i
- Ketorolac 3x1 amp
-puasa sampai jam 19.00
-besok pagi aff tampon

-rendam PK pagi dan sore
FOLLOW UP POST OP (31-01-2018)
S O A P
Nyeri pada Vital Sign: Post Pkl 07.00
luka post TD: 110/70 mmHg fistulectomy -inf RL 20tpm
op (+), HR: 81x/mnt H+1 -Moxyfloxam
rembes RR: 24x/mnt 1x400g
pada S: 36,3ºC - injeksi
perban (+) ketorolac 3x1
Status Generalis:
KU: baik, CM

Status Lokalis:
Inspeksi
Tampak luka tertutup perban
post operasi, darah (+), pus (-)
FOLLOW UP POST OP (01-02-2018)
S O A P
Nyeri pada Vital Sign: Post Pkl 07.00
luka post TD: 130/90 mmHg fistulectomy - injeksi
op (+) HR: 81x/mnt H+2 cefotaxime 2x1
sedikit RR: 24x/mnt - injeksi
S: 36,ºC ketorolac 3x1
-as.mef 3x1
Status Generalis:
KU: baik, CM - BLPL

Status Lokalis:
Inspeksi
Tampak luka tertutup perban
post operasi, darah (-), pus (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FISTULA PERIANAL
• Definisi:
Fistula perianal adalah saluran abnormal
yang dibatasi oleh jaringan granulasi, yang
menghubungkan satu ruang (dari lapisan
epitel anus atau rektum) ke ruang lain,
biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat
anus, tapi bisa juga ke organ lainnya seperti
kemaluan
Etiologi
• Fistula dapat muncul secara spontan atau
sekunder karena abses perianal (atau
perirektal). Faktanya, setelah drainase dari
abses periani, hampir 50 % terdapat
kemungkinan untuk berkembang menjadi
fistula yang kronik.
• Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa
infeksi bermula pada kelenjar ani dan
berkembang menuju dinding otot dari sfingter
ani yang menyebabkan abses anorektal.
• Fistula lainnya dapat terjadi sekunder
karena trauma, penyakit Crohn, fisura ani,
karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis,
tuberculosis, dan infeksi klamidia.
• Kadang fistel disebabkan oleh colitis yang
disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis,
atau morbus Crohn. Infeksi dari kelenjar
intersphincter di anal dengan organisme
yang ditemukan di traktus gastrointestinal-
baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth
: Bacteroides spp.)
Anatomi Rektum dan Anus
• Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan,
mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus.
• Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre
sakrum ke-3 sampai garis anorektal.
• Anus adalah bukan pada bagian akhir dari usus
besar. Saluran anal/kanalis ani merupakan
semacam saluran kosong yang menghubungkan
rectum (bagian bawah akhir dari usus besar)
dengan anus dan luar tubuh.
• Bagian sepertiga atas dari rectum, sisi samping
dan depannya diselubungi peritoneum. Di bagian
tengah, Hanya sisi depannya yang diselubungi
peritoneum. Di bagian bawah, tidak diselubungi
peritoneum sama sekali.
• Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi
menjadi bagian ampula dan sfingter.
• Bagian sfingter disebut juga annulus
hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan
fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang
dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi
muskulus levator ani.
• Ampula recti memiliki bentuk seperti balon atau buah
pir dan dikelilingi oleh fascia visceral pelvic. Memiliki
empat lapisan: Mukosa, Submukosa, Muskular, dan
Serosa.
• Otot ampula recti terdiri dari sel-sel otot bermukosa
yang cukup padat, dan mengandung lebih banyak
pembuluh limfa, pembuluh darah, dan jaringan saraf
dari pada sel-sel penyusun dinding rectum di
sekitarnya. Otot ini membantu dalam kontraksi dan
dilatasi pada saluran anal dan otot sfingter rectum.
Terdiri atas.
• Panjang rektum berkisar 10-15 cm, dengan keliling 15
cm pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada
bagian ampula yang terluas.
• Saluran anal dikelilingi oleh otot yang berbentuk
seperti cincin yang disebut sphincters. Bagian atas
saluran anal memiliki sel yang menghasilkan mucus
yang membantu memudahkan zat sisa keluar tubuh.
Bagian bawah saluran anal terdiri dari sel epitel
berbentuk kubus. Saluran anal memiliki bagian
berbentuk lipatan yang disebut anal colums (kolumnal
anal).
• Bagian atas kolumnal anal membentuk garis anorectal
yang merupakan perbatasan antara rectum dengan
anus, sedangkan bagian bawah kolumnal anal
memiliki garis dentate yang menjadi penanda dari
daerah dimana terdapat sel-sel saluran anal yang bisa
berubah dari sel penghasil mucus menjadi sel epitel
kubus, Sel-sel epitel anus lebih tebal dari yang di
saluran anal dan memiliki rambut.
• Dinding otot anus diperkuat oleh 3 sfingter
yaitu :
• 1. Sfingter ani internus
• 2. Sfingter levator ani
• 3. Sfingter ani eksternus
Pembagian Fistula Perianal
• Berdasarkan lokasi internal opening, maka fistula
dibagi dalam dua kelompok yaitu fistula letak
rendah dimana internal opening fistel ke anus
terdapat di bawah cincin anorektal dan fistula
letak tinggi dimana internal opening fistel ke anus
terdapat di atas cincin anorektal.
• Pentingnya menentukan apakah suatu fistel
adalah letak rendah atau tinggi adalah bahwa
fistula letak rendah dapat dibuka tanpa takut
adanya resiko inkontinensia permanen akibat
kerusakan bundle anorektal. Sedangkan pada
fistula letak tinggi dilakukan koreksi bertahap
dengan prosedur operasi yang lebih sulit.
Klasifikasi Park
membagi fistula perianal menjadi 4 yaitu:
1. Fistula transsphingter
Adanya abses ischiorektal, dengan perluasan jalur melalui
sphingter eksterna.
2. Fistula intersphingter
Terbatas pada ruang intersphingter dan sphingter interna.
Disebabkan oleh abses perianal.
3. Fistula suprasphingter.
Disebabkan oleh abses supralevator. Melewati otot levator
ani, diatas puncak otot puborektal dan masuk ke dalam
ruang intersphingter.
4. Fistula ekstrasphingter
Tidak melewati kanalis ani dan mekanisme sphingter,
melewati fossa ischiorektal dan otot levator ani, dan bermuara
tinggi di rektum.
Patofosiologi

• Hipotesa kriptoglandular menyatakan


bahwa infeksi yang pada awalnya masuk
melalui kelenjar anal akan menyebar ke
dinding otot sphingter anal menyebabkan
abses anorektal.
• Abses yang pecah spontan, akhirnya
meninggalkan bekas berupa jaringan
granulasi di sepanjang saluran, sehingga
menyebabkan gejala yang berulang.
Gejala Klinis

• Fistula dicurigai apabila :


• - discharge persisten pada tempat
drainase abses
• - ditemukan organisme usus dari hasil
kultur
• - abses terjadi rekuren
• - terdeteksi adanya indurasi baik secara
klinis atau dalam anestesi
• Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
• Pada kasus-kasus yang sederhana, hukum Goodsall
membantu mengantisipasi anatomi fistula perianal.
Hukum ini menyatakan bahwa fistula dengan eksternal
opening ke anterior biasanya memiliki saluran yang
berbentuk lurus.
• Sedangkan fistula dengan eksternal opening ke
posterior atau dorsal biasanya selalu bengkok ke
depan karena radang dan pus terdorong ke anterior di
sekitar muskulus puborektal dan dapat membentuk 1
atau lebih lubang perforasi di sebelah anterior.
Pemeriksaan tambahan dan
penunjang yang dapat dilakukan:
1. Fistula probe Alat yang secara khusus dibuat
untuk dimasukkan ke dalam fistula
2. AnoscopeInstrumen kecil untuk melihat kanalis
ani.
Jika fistula komplex atau terletak pada tempat yang
tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye  Disuntikkan ke
dalam fistula.
2. Fistulography Memasukkan cairan kontras,
kemudian memfotonya.
3. Magnetic resonance imaging
Terapi

• Tujuan dari penatalaksanaan fistul


perianal adalah menyembuhkan fistula
dengan meminimalisir intervensi pada otot
sfingter.
• Mayoritas fistula superfisial dan
intersphincter (85%) langsung dapat
diatasi. Sedangkan transphincteric dan
suprasphincteric jauh lebih sulit dan
membutuhkan perawatan spesialis
Fistulotomi dan Fistulektomi

• Fistulotomi adalah prosedur yang dianjurkan untuk


mengobati anal fistula dengan cara membuka
saluran yang menghubungkan anal kanal dan kulit
sehingga pus dapat mengalir keluar. Sedangkan
fistulektomi adalah tindakan pembedahan untuk
membuang fistula perianal.
• Sebelumnya, usus bawah dievakuasi secara
seksama dengan enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi
dengan memasang alat ke dalamnya atau dengan
menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen.
• Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan terbuka,
dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka
diberi tampon dengan kasa.
Flap Rektal
Terkadang, untuk mengurangi jumlah otot
sfingter yang digunting, dokter bedah
mengeluarkan jalur fistulnya dan membuat
flap ke dalam dinding abdomen untuk
mencapai dan mengeluarkan muara fistula
interna. Flap nya kemudian ditempelkan
ke belakang.
Seton
• Seton dibuat dari benang silk yang besar,
penanda silastik, atau pita karet, yang dipasang
pada saluran fistula
• tiga tujuan seton: dapat melihat langsung ke
saluran, sebagai drain dan pemicu fibrin, dan
membantu memotong melalui fistula.
• Secara perlahan memotong melalui otot sfingter,
dan menampakkan saluran. Seton diketatkan
selama kunjungan ke poli sampai ia ditarik selama
lebih dari 6-8 minggu.
• Keuntungan pemakaian seton : menghindari
terjadinya komplikasi inkontinensia.
Lem fibrin atau sumbat kolagen
• Pada beberapa kasus, dokter dapat
menggunakan lem fibrin, terbuat dari
protein plasma, untuk menyumbat
dan menyembuhkan fistula daripada
memotong dan membiarkannya terbuka.
• Dokter menyuntikkan lem melalui lubang
eksterna setelah membersihkan
salurannya lebih dahulu dan
menempelkan lubang yang di dalam agar
tertutup. Saluran fistula dapat juga
disumbat dengan protein kolagen dan
kemudian ditutup.
Diagnosis Banding

1. Hidradenitis supurativa merupakan radang kelenjar


apokrin yang biasanya membentuk fistel multipel
subkutan yang kadang ditemukan di perineum dan
perianal. Penyakit ini biasanya ditemukan di ketiak
dan umumnya tidak meluas ke struktur yang lebih
dalam.
2. Sinus pilonidalis terdapat hanya di lipatan
sakrokoksigeal dan berasal dari sarang rambut
dorsal dari tulang koksigeus atau ujung tulang
sakrum.
3. Fistel proktitis dapat terjadi pada Morbus Crohn,
TBC, amubiasis, infeksi jamur, dan divertikulitis.
4. fistel koloperineal yg disebabkan oleh benda asing
atau trauma.
Komplikasi
• Komplikasi yang bisa dialami adalah
infeksi, gangguan fungsi reproduksi,
gangguan dalam berkemih, gangguan
dalam defekasi dan ruptur/ perforasi organ
yang terkait.
Prognosis
• Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau
dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah
menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai permukaan.
• Kegagalan penyembuhan secara optimal mungkin akibat :
- terapi inisial yang tidak adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya penyakit
Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi

• Jika tiga penyebab utama telah dieliminasi, keberhasilan bedah


fistula bergantung pada perawatan luka pos operasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai