Oleh :
Pembimbing:
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : GPY
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl.Setiabudi Gang C no.4, Denpasar
Suku Bangsa : Bali
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal Pemeriksaan : 12 Maret 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Benjolan di kantung pelir yang hilang timbul sejak 3 bulan SMRS.
Faal Hemostasis
Bleeding time 1’ 1.00 - 3.00
Cloting time 8’ 30” 5.00 – 15.00
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan Benjolan yang tidak nyeri di kantung pelir yang
hilang timbul sejak 3 bulan SMRS. Benjolan muncul pada saat pasien berdiri, batuk,
beraktivitas. Benjolan hilang pada saat pasien tidur / didorong masuk sendiri. Keluhan
gangguan BAB, mual dan muntah, demam disangkal oleh pasien. Pasien masih dapat
BAB 1 hari sekali. Pasien masih dapat makan dan minum. Keluhan mual dan muntah
disangkal. Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis dan tanda-tanda vital:
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, laju nafas 16 x/menit, dan suhu 36,7oC.
Pada pemeriksaan genital tampak massa di regio skrotum dextra : nyeri (-), panas (-),
dapat dimasukkan kembali, sewarna kulit, mobile, konsistensi kenyal, berukuran ±
diameter 2-3 cm, bising usus (+), tes transluminasi (-)
Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan tidak dijumpai kelainan.
VII. PENTALAKSANAAN
Rawat dalam bangsal
Cek DL, BT, CT
Pro Herniotomy + Mesh
IVFD RL 18 tpm
Puasa 8 jam
Antibiotik pre-operasi : Cefoperazone 2 gram IV
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
IX. FOLLOW UP
2.1 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Berdasarkan terjadinya, hernia
dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita.
2.2 Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, dikanal
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus
oblikus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada pria, dan
ligamentum rotundum pada wanita. (1,3)
Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio
inguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio
inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
Gambar 1. Anatomi Kanallis Inguinallis
2.3 Klasifikasi
Hernia berdasar letaknya dapat dibagi menjadi :
Inguinalis
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, terjadi
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus
kremaster terletak anteromedial terhadap vas diferens dan struktur lain dalam tali
sperma.
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian
lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk
oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial
untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis
inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar. (1)
Femoralis
◦ Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria. Hernia ini dimulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
Umbilikal
◦ Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi, nutrisi
tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
Incisional
Hernia yang terjadi disebabkan oleh luka operasi yang belum sembuh sempurna
sehingga terjadi penonjolan organ dalam tubuh.
2.3 Epidemiologi
Kurang lebih sebanyak 10% dari populasi di US mengalami hernia selama
hidupnya. Lebih dari satu juta operasi repair hernia dilakukan setiap tahun, dengan
kasus hernia inguinal dilaporkan sebanyak 770,000 kasus.
2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi
diyakini ada beberapa penyebab, yaitu
Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Overweight. Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan.
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
Kehamilan
Ascites
Adanya kelemahan jaringan /otot
Tersedianya kantong
2.5 Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria ketimbang pada
wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pempentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di
samping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus
internus adominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan
adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya
hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar
30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen.
Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih
dari separo, sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan
bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia inguinalis.Insidens hernia meningkat
dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intraabdomen dan berkurang kekuatan jaringan penunjangnya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah
apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis (lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di scrotum.
Locus Minnoris Resistentiae hernia inguinalis lateralis congenital adalah pada annulus
inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik turunnya testis dari
cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis.
Pada keadaan ini terjadi kegagalan obliterasi proc.Vaginalis peritonii. Sedangkan
pada yang akuisital adalah bagian lateral dari fovea inguinalis lateralis dimana ductus
deferens dan vasa spermatica berlalu di tempat itu. Pada wanita, Locus Minoris Resistent
terletak di canalis inguinalis. Canalis inguinalis tersebut berisi ligamentum yang
menyangga uterus (ligamentum rotundum) dan hernia muncul sebagai jaringan
penghubung uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang mengelilingi tulang pubis.
Canalis ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Dalam kondisi gawat darurat, pasien dengan hernia datang ke IGD disebabkan
oleh komplikasi yang berkaitan dengan hernia, atau hernia yang terjadi ditemukan oleh
pasien secara tidak sengaja. Pada kebanyakan kasus, diagnosis dari hernia dapat
ditegakkan oleh karena pasien atau keluarga atau pasangan yang secara tidak sengaja
melihat benjolan pada area inguinal atau skrotum. Benjolan yang ada biasa dikeluhkan
hilang timbul atau menetap tergantung dari tekanan intra adominal pasien dan keparahan
dari hernia itu sendiri. Diagnosis dari hernia sendiri sebagian besar dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang memadai.
Pada hernia dapat pula dilakukan tiga pemeriksaan fisik dasar yaitu :
Finger Test
Pemeriksaan finger test dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk atau jari
kelingking yang dimasukkan kedalam skrotum menelusuri annulus eksternus di
kanalis inguinalis. Pasien diberikan instruksi untuk batuk atau mengejan. Bila
benjolan dirasakan di ujung jari menunjukkan hernia inguinalis lateralis. Bila
benjolan dirasakan di samping jari menunjukkan hernia inguinalis medialis.
Ziemen Test
Ziemen test dilakukan dengan cara jari meraba di tiga tempat anulus inguinalis
internus (jari 2 henia lateralis ) , anulus inguinalis eksternus (jari 3) hernia
medialis), fossa ovalis (jari 4 hernia femoralis).
Occulsion Test
Occlusion test dapat dilakukan dengan cara jempol pemeriksa diletakkan di
annulus inguinalis internus, pasien mengejan , meraba terjadi penonjolan atau
tidak.
TEORI KASUS
Usia diketahui meningkatkan resiko Os berjenis kelamin laki-laki usia 44
terjadinya hernia seiring dengan tahun dengan pekerjaan karyawan
pertambahan usia. Jenis kelamin laki-laki swasta.
memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
perempuan.
Pekerjaan yang berat seperti mengangkat
beban / aktivitas fisik berlebih
berhubungan dengan terjadinya hernia
Pada hernia inguinalis lateralis, gejala Gejala yang dialami pasien berupa
berupa tonjolan di lipat paha ,pada penjolan yang tidak nyeri di kantung
beberapa orang adanya nyeri dan pelir yang hilang timbul sejak 3 bulan
membengkak pada saat mengangkat atau SMRS. Benjolan muncul pada saat
ketegangan. Seringnya hernia ditemukan pasien berdiri, batuk, beraktivitas.
pada saat pemeriksaan fisik misalnya Benjolan hilang pada saat pasien tidur
pemeriksaan kesehatan sebelum masuk / didorong masuk sendiri.
kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya Gejala yang timbul sesuai dengan
sensasi nyeri yang menyebar biasanya Hernia Inguinalis lateralis Reponibel
pada hernia ingunalis lateralis, perasaan
nyeri yang menyebar hingga ke scrotum.
Pada hernia yang reponibel, gejala dapat
hilang dan timbul tergantung dari
aktivitas yang dilakukan, biasa muncul
saat pasien berdiri, batuk, beraktivitas
berat dan hilang saat pasien tidur
berbaring.
Pada inspeksi dapat dilihat karakteristik Tidak ditemukan tanda-tanda obstruksi
benjolan yang ada pada inguinal pasien yaitu, usus seperti hipertimpani, hiperperistaltik
perubahan warna kulit sekitar, ukuran, dan usus
lokasi benjolan yang ada. Benjolan dapat Tidak ditemukan adanya perubahan warna
timbul pada saat berdiri maupun saat pasien pada benjolan, konsistensi kenyal, nyeri
batuk / mengejan. Pada palpasi, dapat dinilai tekan +
adanya nyeri tekan dan konsistensi benjolan. Tidak ditemukan adanya leukosistosis pada
Pada perkusi, dapat ditemukan kondisi pasien.
hipertimpani yang disebabakan obstruksi dari Pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
usus. Pada Auskultasi dapat ditemukan hernia strangulata atau inkarserata
hiperperistaltik yang merupakan gejala dari Pemeriksaan fisik mengarah pada diagnosis
obstruksi usus. hernia inguinalis lateralis reponibel
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat
ditemukan adanya leukositosis
Penatalaksanaan dari hernia adalah Pada kasus, os di diagnosa dengan Hernia
tindakan operasi. Hal ini disebabkan Inguinalis Lateralis Dextra Reponibel dan
apabila benjolan hernia dibiarkan dalam dilakukan tindakan berupa Herniotomy
waktu yang lama dapat berkembang dengan Mesh tanpa dilakukan reduksi.
menjadi inkarserata maupun strangulasi. Herniotomy dengan Mesh termasuk
Sering kali pasien dibawa dalam keadaan tindakan Tension Free Mesh Repair.
terlambat sehingga risiko operasi
menjadi semakin besar. Reduksi dari
hernia tidak dianjurkan untuk dilakukan
karena pada akhirnya tetap dianjurkan
untuk dilakukan tindakan operatif.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah
Open Anterior Repair, Tension Free
Mesh Repair, Laparoscopic Hernia
Repair
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Diagnosis hernia inguinal dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Tipe hernia dapat dibedakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
mendalam. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap dapat
membantu untuk melihat perkembangan tipe hernia, seperti leukositosis menandakan
adanya hernia strangulata.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada hernia adalah tindakan operatif yaitu open
hernia repair, tension free mesh repair, dan laparoscopic hernia repair. Tindakan
reduksi hernia tidak dianjurkan karena dapat memperparah kondisi hernia.
DAFTAR PUSTAKA