Intususepsi terjadi jika suatu bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen
bagian bawahnya. Intususepsi ini merupakan penyebab obstruksi intestinum yang
paling lazim pada umur antara 3 bulan sampai 6 tahun; kelainan ini jarang pada
anak sebelum umur 3 bulan dan frekuensi menurun setelah 36 bulan. Insiden
bervariasi dari 1 – 4 per 1000 kelahiran hidup. Laki -Laki berbanding perempuan
adalah 4 : 1 . Beberapa intususepsi akan membaik spontan atau mengalami
autoamputasi ; jika tidak diobati, kebanyakan akan menyebabkan kematian. 1
1
intususepsi di Singapura tahun 1997-2004, insidensi intususepsi mengalami
penurunan dan tidak terkait dengan musim. 1
± 65% kasus intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun
dengan insiden puncak antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Walaupun
keadaan ini bisa timbul pasca bedah, yang hanya melibatkan usus halus dalam 86%
demikian, atau bisa timbul pada anak yang lebih besar dengan lesi seperti polip atau
divertikulum meckel sebagai titik pembawanya. Biasanya intususepsi yang terjadi
pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya. Pada anak di bawah usia 4 tahun , 95%
invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis. 2
2
diobati dengan eksplorasi laparotomi selama periode 10-tahun, jumlah komplikasi
adalah serupa antara prosedur terbuka dan laparoskopi. (Dua puluh satu pasien yang
menjalani operasi laparoskopi diperlukan konversi ke prosedur terbuka. 2
Walaupun keadaan ini bisa timbul pasca bedah, yang hanya melibatkan usus
halus dalam 86% demikian, atau bisa timbul pada anak yang lebih besar dengan lesi
seperti polip atau divertikulum meckel sebagai titik pembawanya. Biasanya
intususepsi yang terjadi pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya. Pada anak di
bawah usia 4 tahun , 95% invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis, 2
Dengan diagnosis dini, resusitasi cairan yang tepat, dan terapi, angka
kematian dari intususepsi pada anak-anak kurang dari 1%. Jika tidak diobati,
namun, kondisi ini adalah seragam fatal dalam 2-5 hari. 2
a.Definisi
Gambar 1 : Anatomi
3
b.Klasifikasi
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe :
4
Epidemiologi
Di Netherland dan Jerman, ditemukan angka kejadian intusepsi di
bagian bedah anak 1.2–1.4% dari keseluruhan pasien ( usia populasinya
tidak di spesifikasi ). Di Australia , New Zealand dan Amerika Serikat ,
insiden intusepsi tidak berbeda jauh dari yang di temukan di Eropa 0.50 –
2.30 kasus per 1000 kelahiran hidup. Di china, insidensi yang dilaporkan
adalah 0.77 kasus per 1000 kelahiran hidup; dari Kuwait 0.50 kasus per
1000 kelahiran hidup. Amerika serikat memiliki angka insidens terendah ,
yaitu 0.24 kasus per 1000 anak > 1 tahun. Di Venezuela terdapat 0.33 kasus
per 1000 anak > 2 tahun . 4
Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak
– anak dan dewasa. Pada anak – anak penyebab atau etiologi terbanyak
adalah idiopatik yang mana lead pointnya tidak ditemukan. Penyebab
terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional
berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti – diare juga
berperan pada timbulnya invaginasi sedangkan pada dewasa penyebab
terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh suatu neoplasma baik
jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya dapat
ditemukan. Keadaan patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu
neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah
dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. Ataupun
akibat hyperplasia kelenjar limfe usus halus ( Peyer’s patches / Kelenjar
limfe mesenterika ). Di Eropa , pembengkakan kelenjar limfe mesenterika
ditemukan 19–50% pada pasien yang di operasi atau di investigasi dengan
USG. Invaginasi yang terbanyak pada usus halus adalah neoplasma yang
bersifat jinak ( diverticle meckel’s, polip ). Etiologi lainnya yang
frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma,
diaarhea, riwayat pembedahan abdomen sebelumya, inflamasi pada
appendiks, dan trauma tumpul abdomen. 4
5
Gejala Klinis
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah gejala yang terdiri dari:
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul.
4. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly
stool.
Nyeri perut merupakan gejala yang paling khas dan hampir selalu ada.
Dengan adanya serangan rasa sakit/kholik yang makin bertambah dan
mencapai puncaknya, dan kemudian menghilang sama sekali . Diantara satu
serangan dengan serangan berikutnya, bayi atau orang dewasa dapat sama
sekali bebas dari gejala. 5
Selain dari rasa sakit gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah
muntah. Awalnya, muntah nonbilious dan refleksif, tapi ketika terjadi
obstruksi usus, muntah menjadi bilious. Setiap anak dengan muntah bilious
diasumsikan memiliki kondisi yang harus diperlakukan pembedahan
sampai terbukti sebaliknya. Beratnya gejala muntah tergantung pada letak
usus yang terkena. Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala
muntah. 5
6
di deteksi dan sebaiknya diraba di antara spasm kolik, yaitu bila bayi tenang.
Distensi perut sering ditemukan jika obstruksi penuh. 5
Pada kasus intususepsi kronis ini, gejala yang timbul seringkali tidak
jelas dan membingungkan sampai terjadi invaginasi yang menetap. Ini
terutama terdiri dari serangan kolik yang berulang, yang seringkali disertai
muntah, dan kadang-kadang juga diare. Pada banyak kasus ditemukan
pengeluaran darah dan lendir melalui rektum, namun kadang-kadang ini
juga tidak ditemukan. Gejala-gejala lain yang juga mungkin didapatkan
adalah tenesmus dan anoreksia. Masa abdomen dapat diraba pada
kebanyakan kasus, terutama pada saat serangan. 6
7
Etiologi
1. Idiopatik
2. Kausal
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat
itu terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian
8
makanan ini dicurigai sebagai penyebab terjadi intususepsi. Intususepsi
kadang-kadang terjadi setelah/selama enteritis akut, sehingga dicurigai
akibat peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada
bayi, ternyata ditemukan kuman rotavirus menjadi agen penyebabnya,
dimana pengamatan 30 kasus intususepsi bayi ditemukan virus ini dalam
feses sebanyak 37%. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati
peninggian insidens adenovirus dalam feses penderita intususepsi. 7
Patogenesis
9
Infeksi virus adeno
Distensi
Syok hipovolemik
10
Patogenesis dari intususepsi juga diyakini akibat sekunder dari
ketidakseimbangan pada dorongan longitudinal sepanjang dinding
intestinal. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh adanya massa yang
bertindak sebagai pencetus atau oleh pola yang tidak teratur dari peristalsis
(contohnya, ileus pasca operasi). Gangguan elektrolit berhubungan dengan
berbagai masalah kesehatan yang dapat mengakibatkan motilitas intestinal
yang abnormal, dan mengarah pada terjadinya invaginasi. Beberapa
penelitian terbaru pada binatang menunjukkan pelepasan nitrit oksida pada
usus, suatu neurotransmitter penghambat, menyebabkan relaksasi dari katub
ileocaecal dan mempredisposisi intususepsi ileocaecal. Penelitian lain telah
mendemonstrasikan bahwa penggunaan dari beberapa antibiotik tertentu
dapat menyebabkan hiperplasia limfoid ileal dan dismotilitas intestinal
dengan intususepsi.8
11
Pemeriksaan Fisik :
12
Pasien dengan intususepsi sering tidak memiliki tanda-tanda dan
gejala klasik, yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam penegakkan
diagnosis dan menyebabkan komplikasi penyakit yang lebih parah.
Mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk intususepsi adalah
penting ketika mengevaluasi anak muda dari 5 tahun yang datang dengan
nyeri perut atau ketika mengevaluasi anak dengan HSP atau diskrasia
hematologi. 10
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
13
Gambar 4 : Foto Polos Abdomen pada penderita Intususepsi
14
b). Barium enema
15
melaporkan bahwa intususepsi transien dari usus kecil lebih sering
terlokalisir pada kuadran kanan bawah atau region periumbilikal, memiliki
diameter anteroposterior yang lebih kecil (1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki
garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs 0,53 cm), dan tidak memiliki nodus
limfatikus, dimana berbanding terbalik dengan intususepsi ileocolic. 10
d). CT Scan
16
Gambar 7: CT Scan pada penderita Intususepsi
Diagnosis
Gejala klinis yang sering dijumpai berupa nyeri kolik sampai kejang
yang ditandai dengan flexi sendi koksa dan lutut secara intermiten, nyeri
disebabkan oleh iskemi segmen usus yang terinvaginasi. Iskemi pertama
kali terjadi pada mukosa usus bila berlanjut akan terjadi strangulasi yang
ditandai dengan keluarnya mucus bercampur dengan darah sehingga tampak
seperti agar-agar jeli darah Terdapatnya darah samar dalam tinja dijumpai
pada + 40%, darah makroskopis pada tinja dijumpai pada + 40% dan
pemeriksaan Guaiac negatif dan hanya ditemukan mucus pada + 20% kasus.
Diare merupakan suatu gejala awal disebabkan oleh perubahan faali saluran
pencernaan ataupun oleh karena infeksi. Diare yang disebut sebagai gejala
paling awal invaginasi, didapatkan pada 85% kasus. Pasien biasanya
mendapatkan intervensi medis maupun tradisional pada waktu tersebut.
Intervensi medis berupa pemberian obat-obatan. Hal yang sulit untuk
diketahui adalah jenis obat yang diberikan, apakah suatu antidiare (suatu
spasmolitik), obat yang sering kali dicurigai sebagai pemicu terjadinya
invaginasi. Sehingga keberadaan diare sebagai salah satu gejala invaginasi
atau pengobatan terhadap diare sebagai pemicu timbulnya invaginasi sulit
ditentukan. 1,5,6
17
Muntah reflektif menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala
ini dijumpai pada ± 75% pasien invaginasi. Muntah dan nyeri sering
dijumpai sebagai gejala yang dominan pada sebagian besar pasien. Muntah
reflektif terjadi tanpa penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan
minuman yang terakhir dimakan sampai muntah bilus. Muntah bilus suatu
pertanda ada refluks gaster oleh adanya sumbatan di segmen usus sebelah
anal. Muntah dialami seluruh pasien. Gejala lain berupa kembung, suatu
gambaran adanya distensi sistem usus oleh suatu sumbatan didapatkan pada
90%. Gejala lain yang dijumpai berupa distensi, pireksia . Dance’s Sign dan
Sousage Like Sign, terdapat darah samar, lendir dan darah makroskopis
pada tinja serta tanda-tanda peritonitis dijumpai bila telah terjadi
perforasi. Dance’s Sign dan Sousage Like Sign dijumpai pada + 60% kasus,
tanda ini patognomonik pada invaginasi. Masa invaginasi akan teraba
seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah paraumbilikal.
Daerah yang ditinggalkan intususeptum akan teraba kosong dan tanda ini
disebut sebagai Dance’s Sign.
Penatalaksanaan
Pada bayi maupun anak yang dicurigai intususepsi atau invaginasi,
penatalaksanaan lini pertama sangat penting dilakukan untuk mencegah
18
komplikasi yang lebih lanjut. Selang lambung (Nasogastric tube) harus
dipasang sebagai tindakan kompresi pada pasien dengan distensi abdomen
sehingga bisa dievaluasi produksi cairannya. Setelah itu, rehidrasi cairan
yang adekuat dilakukan untuk menghindari kondisi dehidrasi dan
pemasangan selang catheter untuk memantau ouput dari cairan.
Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah dapat dilakukan. 7
19
Reduksi hidrostatik
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus
menggunakan kateter dengan tekanan tertentu. Pertama kali
keberhasilannya dikemukakan oleh Ladd tahun 1913 dan diulang
keberhasilannya oleh Hirschprung tahun 1976. 7
20
cit Ellis, 1990). Tumor benigna harus diangkat secara lokal, tapi jika ada
keragu-raguan mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus dikerjakan. 7
1. Pre-operatif
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti
penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum
seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit, 7
2.Durante Operatif
Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi,
karena kausa terbanyak intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan
neoplasma maka tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastosmose
segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya, baik itu
neoplasma yang bersifat jinak maupun yang ganas. 7
Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm dari tepi – tepi segmen
usus yang terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm
dari lesi, kemudian dilakukan anastosmose end to end atau side to side.
Pada kasus-kasus tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead pointnya
tidak ditemukan maka tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu juga pada
kasus retrograd intususepsi pasca gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat
dibenarkan, keadaan lainya seperti intususepsi pada usus halus yang
kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi dapat dibenarkan juga, tetapi pada
pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan abdomen sebelumnya
sebaiknya dilakukan reseksi anastosmose . 7
21
3. Pasca Operasi
Hindari Dehidrasi
Pertahankan stabilitas elektrolit
Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu motilitas
usus. 7
Pada invaginasi usus besar dimana resiko tumor ganas sebagai penyebabnya
adalah besar, maka tidak dilakukan reduksi (milking) tetapi langsung dilakukan
reseksi. Sedangkan bila invaginasinya pada usus halus reduksi boleh dicoba
dengan hati-hati , tetapi bila terlihat ada tanda necrosis, perforasi, oedema,
reduksi tidak boleh dilakukan, maka langsung direseksi saja (Elles , 90).
Apabila akan melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa hendaknya
dipertimbangkan juga sisa usus halus yang ditinggalkan, ini untuk menghindari
/ memperkecil timbulnya short bowel syndrom.
Apabila usus halus yang tersisa 3 meter atau kurang akan menimbulkan
gangguan nutrisi dan gangguan pertumbuhan. Jika usus halus yang tersisa 2
meter atau kurang fungsi dan kehidupan sangat terganggu. Dan jika tinggal 1
meter maka dengan nutrisi prenteralpun tidak akan adequat.
22
Prognosis
Diagnosis Banding
23
mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada intususepsi didapati
adanya celah. 11
24
KEPUSTAKAAN
4. Boudville IC, Phua KB, Quak SH, Lee BW, Han HH, Verstraeten T, et al.
The epidemiology of Paediatric Inturssusception in Singapore: 1997 to
2004. Ann Acad Med Singapore 2006;35:674-9.
25
10. Hooker RL, Schulman MH, Yu Chang, Kan JH. Radiographic evaluation of
intussusception: utility of left side down decubitus view. RSNA 2008;248:3.
11. [Blanco FC. Intussusception. Medscape Reference [serial online] 2012 Jan 13
[disitasi tanggal 2013 Des 25]; dapat diakses pada :
URL: http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview#showall
26