Definisi Intususepsi
Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian proksimal masuk ke dalam lumen usus
bagian distalnya sehingga menyebabkan obstruksi usus dan dapat berakhir dengan strangulasi.
Umumnya bagian yang proksimal atau disebut intususeptum masuk ke bagian distal atau disebut
intussussipien.
Epidemiologi
Estimasi insidensi akurat dari intususepsi tidak tersedia untuk sebagian besar negara berkembang,
demikian juga di banyak negara maju. Di Asia dalam hal ini Taiwan dan Cina, dilaporkan insidens
dari intususepsi adalah 0,77 per 1000 kelahiran hidup. Di India, angka kejadiannya dilaporkan
berkisar 1,9-54,4 per tahun. Tidak ada data yang menyebutkan tentang insidensi per kelahiran hidup.
Di Malaysia lebih kurang 10,4 bayi dan anak dirawat di RS Umum Kuala Lumpur karena intususepsi
per tahun. Di Indonesia, angka kejadian intususepsi di RS wilayah pedesaan dan perkotaan didapatkan
angka yang berbeda, yaitu masing-masing 5,8 dan 17,2 per tahun, menyebutkan insiden intususepsi
adalah 1,5-4 kasus per 1000 kelahiran hidup. Intususepsi umumnya ditemukan pada anak-anak di
bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak(12). Di Asia, insiden
Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki. Di Afrika, tepatnya di
Tunisia, rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 8:1. Di Asia, rasio perbandingannya adalah
9:1. Di Timur Tengah, perbandingan antara laki-laki dan perempuan berkisar antara 1,4:1 sampai 4:1.
Berdasarkan keterkaitan kejadian intususepsi dengan musim, didapatkan hasil penelitian yang
bervariasi di masing-masing wilayah di dunia. Intususepsi dilaporkan sebagai suatu kejadian musiman
dengan puncak pada musim semi, musim panas, dan pertengahan musim dingin. Periode ini
berhubungan dengan puncak munculnya gastroenteritis musiman dan infeksi saluran napas atas. Di
1
Asia, salah satunya Thailand insidens intususepsi meningkat antara bulan September dan Januari dan
kemudian April. Peningkatan ini bersamaan dengan musim dingin dan panas yang merupakan puncak
dari insidens infeksi saluran napas atas dan gastroenteritis. Di Malaysia tidak ditemukan adanya
Etiologi
1. Idiopatik
Menurut kepustakaan, 90-95 % intususepsi pada anak di bawah umur satu tahun tidak
kasus dimana tidak ada abnormalitas spesifik dari usus yang diketahui dapat menyebabkan
intususepsi seperti diverticulum meckel atau polip yang dapat diidentifikasi saat pembedahan.
Intususepsi idiopatik memiliki etiologi yang tidak jelas. Salah satu teori untuk
menjelaskan kemungkinan etiologi intususepsi idiopatik adalah bahwa hal itu terjadi karena
Peyer patch yang membesar; hipotesis ini berasal dari 3 pengamatan: (1) penyakit ini sering
didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas, (2) wilayah ileokolika memiliki konsentrasi
tertinggi dari kelenjar getah bening di mesenterium, dan (3) pembesaran kelenjar getah bening
sering dijumpai pada pasien yang memerlukan operasi. Apakah Peyer patch yang membesar
adalah reaksi terhadap intususepsi atau sebagai penyebab intususepsi, masih tidak jelas(1).
2
2. Kausal
Pada penderita intususepsi yang lebih besar (lebih dua tahun), adanya kelainan usus
dapat menjadi penyebab intususepsi seperti : inverted Meckels diverticulum, polip usus,
leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma dan duplikasi usus.
Divertikulum Meckel adalah penyebab paling utama, diikuti dengan polip seperti peutz-
jeghers syndrom, dan duplikasi intestinal. Lead point lain diantaranya lymphangiectasias,
Intususepsi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua
minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi
usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.
Patogenesis
Patogenesis dari intususepsi diyakini akibat sekunder dari ketidakseimbangan pada dorongan
adanya massa yang bertindak sebagai pencetus atau oleh pola yang tidak teratur dari
berbagai masalah kesehatan yang dapat mengakibatkan motilitas intestinal yang abnormal,
dan mengarah pada terjadinya invaginasi. Beberapa penelitian terbaru pada binatang
Penelitian lain telah mendemonstrasikan bahwa penggunaan dari beberapa antibiotik tertentu
dapat menyebabkan hiperplasia limfoid ileal dan dismotilitas intestinal dengan intususepsi.
3
Sebagai hasil dari ketidakseimbangan, area dari dinding usus terinvaginasi ke dalam
lumen. Proses ini terus berjalan, dengan diikuti area proximal dari intestinal, dan
obstruksi sistem limfatik dan vena mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana
ileum dan mesenterium masuk ke dalam caecum dan colon, akan dijumpai mukosa
intussusseptum menjadi oedem dan kaku. Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi
mukosa usus. Hal inilah yang mendasari terjadinya salah satu manifestasi klinis intususepsi
yaitu BAB darah lendir yang disebut juga red currant jelly stool.
4
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan terjadinya intususepsi
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3-12 bulan, dimana pada saat itu terjadi perubahan diet makanan
dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai sebagai penyebab terjadi intususepsi.
Intususepsi kadang-kadang terjadi setelah/selama enteritis akut, sehingga dicurigai akibat peningkatan
peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata ditemukan kuman rotavirus
menjadi agen penyebabnya, dimana pengamatan 30 kasus intususepsi bayi ditemukan virus ini dalam
feses sebanyak 37%. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens adenovirus
Jenis Intususepsi
Jenis intususepsi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana yang terlibat, pada ileum
dikenal sebagai jenis ileo-ileal.Pada kolon dikenal dengan jenis colo-colica dan sekitar ileo-caecal
disebut ileocaecal, jenis-jenis yang disebutkan di atas dikenal dengan intususepsi tunggal dimana
Jika dijumpai dinding yang terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang lebih lanjut
disebut jenis intususepsi ganda, sebagai contoh adalah jenis ileo-ileo-colica atau colo-colica. Suwandi
intususepsi sebagai berikut: Ileo-ileal 25%, ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colo-colica
22,5%.
5
6
Klinis
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba-tiba menangis
kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang dan pucat
menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Di luar serangan,
anak/bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses intususepsi.
Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit dengan lama
serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan muntah berisi
Sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si
penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses intususepsi
pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa
feses biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa
darah segar bercampur lendir tanpa feses. BAB darah dan lendir (red currant jelly stool) baru
dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang-kadang sesudah 12 jam. BAB
darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus per kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat
7
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai suatu massa tumor
berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau
kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut
bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut dances sign. Hal ini akibat caecum dan
8
Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial
berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga
pada pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi
hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah
feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri.
Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus, gangren, perforasi, peritonitis umum,
khas. Tanda-tanda obstruksi usus baru timbul dalam beberapa hari. Pada penderita ini tidak
jelas tanda adanya sakit berat. Pada defekasi tidak ada darah. Intususepsi dapat mengalami
prolaps melewati anus. Hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi, memiliki tonus
Diagnosis
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul. Nyeri
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan atas, kanan
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly stool.
9
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor,
oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias intususepsi.
Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan
penyakit disentri umumnya terjadi pada anak-anak yang mulai berjalan dan mulai bermain
sendiri maka apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat
kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari/malam, ada muntah, buang air besar
diagnosis klinis menggunakan campuran dari kriteria minor dan mayor. Strasifikasi ini
membantu untuk membuat keputusan berdasarkan tiga level dari pembuktian untuk
Kriteria Mayor
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau, diikuti dengan
distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau tidak ada sama sekali.
2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup hal-hal berikut ini:
massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum, terlihat pada gambaran foto
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi perdarahan rectum atau
10
Kriteria Minor
2. Nyeri abdomen
3. Muntah
4. Lethargy
5. Pucat
6. Syok hipovolemi
- Kriteria Radiologi Air enema atau liquid contrast enema menunjukkan invaginasi dengan
manifestasi spesifik yang bisa dibuktikan dapat direduksi oleh enema tersebut.
11
Level 2 Probable (salah satu kriteria di bawah)
Level 3 Possible
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Meskipun hasil laboratorium tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis intususepsi, sebagai proses
dari progresivitas, akan didapatkan abnormalitas elektrolit yang berhubungan dengan dehidrasi,
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen, Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri
atas, bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level. Dapat
12
Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi diagnostik 45%
untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya tidak diindikasikan jika ada
posisi left side down decubitus meningkatkan kemampuan untuk diagnosis atau menyingkirkan
intususepsi.
13
Barium enema
Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala-gejala
klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring
appearance.
14
Ultrasonografi Abdomen
Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus berbentuk target atau donat yang terdiri
dari dua cincin echogenisitas rendah yang dipisahkan oleh cincin hiperekoik, tidak ada gerakan pada
donat tersebut dan ketebalan tepi lebih dari 0,6 cm. Ketebalan tepi luar lebih dari 1,6 cm menunjukkan
perlunya intervensi pembedahan. Pada tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul
Pemeriksaan USG selain sebagai diagnostik, juga dapat digunakan untuk membantu
mendiferensiasikan tipe dari intususepsi. Park et al melaporkan bahwa intususepsi transien dari usus
kecil lebih sering terlokalisir pada kuadran kanan bawah atau region periumbilikal, memiliki diameter
anteroposterior yang lebih kecil (1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs
0,53 cm), dan tidak memiliki nodus limfatikus, dimana berbanding terbalik dengan intususepsi
ileocolic.
Sebuah studi oleh Munden et al mendukung penemuan ini, dengan diameter anteroposterior rata-rata
adalah 1,5 cm pada intususepsi ileoileal dan 3,7 cm pada intususepsi ileocolic dan panjang rata-
15
CT Scan
Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik seperti pada USG
yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus dapat terlihat pada CT maupun USG, dimana
16
Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis, bila diikuti dengan intususepsi dapat ditandai jika dijumpai perubahan
3. Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya obstipasi,
bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.
5. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali dan pada
colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada
Penatalaksanaan
Pada bayi maupun anak yang dicurigai intususepsi atau invaginasi, penatalaksanaan
lini pertama sangat penting dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Selang
lambung (Nasogastric tube) harus dipasang sebagai tindakan kompresi pada pasien dengan
distensi abdomen sehingga bisa dievaluasi produksi cairannya. Setelah itu, rehidrasi cairan
yang adekuat dilakukan untuk menghindari kondisi dehidrasi dan pemasangan selang catheter
untuk memantau ouput dari cairan. Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah dapat
dilakukan
Pneumatic atau kontras enema masih menjadi pilihan utama untuk diagnosa maupun
terapi reduksi lini pertama pada intususepsi di banyak pusat kesehatan. Namun untuk
ataupun gangrene pada usus. Semakin lama riwayat perjalanan penyakitnya, semakin besar
17
Tindakan Non Operatif
A. Hydrostatic Reduction
pertama kali pada tahun 1876. Meskipun reduksi hidrostatik dengan menggunakan
barium di bawah panduan fluoroskopi telah menjadi metode yang dikenal sejak
(isootonik) karena barium memiliki potensi peritonitis yang berbahaya pada perforasi
1. Masukkan kateter yang telah dilubrikasi ke dalam rectum dan difiksasi kuat diantara
pertengahan bokong.
3. Pelaksanaannya memperhatikan Rule of three yang terdiri atas: (1) reduksi hidrostatik
dilakukan setinggi 3 kaki di atas pasien; (2) tidak boleh lebih dari 3 kali percobaan; (3)
4. Pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi dan tekanan hidrostatik konstan
5. Reduksi hidrostatik telah sempurna jika media kontras mengalir bebas melalui katup
ileocaecal ke ileum terminal. Reduksi berhasil pada rentang 45-95% dengan kasus tanpa
komplikasi.
18
Selain penggunaan fluoroskopi sebagai pemandu, saat ini juga dikenal reduksi menggunakan
air (dilusi antara air dan kontras soluble dengan perbandingan 9:1) dengan panduan USG.
Keberhasilannya mencapai 90%, namun sangat tergantung pada kemampuan expertise USG
dari pelakunya.
Teknik non pembedahan ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan reduksi
secara operatif. Diantaranya yaitu : penurunan angka morbiditas, biaya, dan waktu perawatan
di rumah sakit.
B. Pneumatic Reduction
Prosedur ini dimonitor secara fluroskopi sejak udara dimasukkan ke dalam rectum.
Tekanan udara maksimum yang aman adalah 80 mmHg untuk bayi dan 110-120 mmHg
untuk anak. Penganut dari model reduksi ini meyakini bahwa metode ini lebih cepat,
lebih aman dan menurunkan waktu paparan dari radiasi. Pengukuran tekanan yang akurat
dapat dilakukan, dan tingkat reduksi lebih tinggi daripada reduksi hidrostatik. Berikut ini
1. Sebuah kateter yang telah dilubrikasi ditempatkan ke dalam rectum dan direkatkan dengan
kuat.
2. Sebuah manometer dan manset tekanan darah dihubungkan dengan kateter, dan udara
dinaikkan perlahan hingga mencapai tekanan 70-80 mmHg (maksimum 120 mmHg) dan
diikuti dengan fluoroskopi. Kolum udara akan berhenti pada bagian intususepsi, dan
3. Jika tidak terdapat intususepsi atau reduksinya berhasil, udara akan teramati melewati usus
kecil dengan cepat. Foto lain selanjutnya dibuat pada sesi ini, dan udara akan dikeluarkan
19
4. Untuk melengkapi prosedur ini, foto post reduksi (supine dan decubitus/upright views) harus
5. Reduksi yang sulit membutuhkan beberapa usaha lebih. Penggunaan glucagon (0.5 mg/kg)
untuk memfasilitasi relaksasi dari usus memiliki hasil yang beragam dan tidak rutin
dikerjakan.
Operatif
Apabila diagnosis intususepsi yang telah dikonfirmasi oleh x-ray, mengalami kegagalan dengan
terapi reduksi hidrostatik maupun pneumatik, ataupun ada bukti nyata akan peritonitis difusa,
maka penanganan operatif harus segera dilakukan. Jika reposisi konservatif ini tidak berhasil,
terpaksa diadakan reposisi operatif. Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan
sudah lanjut yang ditandai dengan distensi abdomen, feses berdarah, gangguan sisterna
usus yang berat sampai timbul syok atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk
suatu operasi. Tindakan selama operasi tergantung dari penemuan keadaan usus, reposisi
manual harus dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung kepada keterampilan
operator dan pengalaman operator. Sewaktu operasi akan dicoba reposisi manual dengan
mendorong invaginasi dari oral kearah sudut ileosekal:dorongan dilakukan dengan hati-
hati tanpa tarikan dari bagian proksimal. Reseksi usus dilakukan pada kasus yang tidak
berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan
20
Komplikasi
Intususepsi dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Komplikasi lain yang dapat terjadi
adalah dehidrasi dan aspirasi dari emesis yang terjadi. Iskemia dan nekrosis usus dapat
menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis yang signifikan pada usus dapat menyebabkan
komplikasi yang berhubungan dengan short bowel syndrome. Meskipun diterapi dengan
reduksi operatif maupun radiografik, striktur dapat muncul dalam 4-8 minggu pada usus yang
terlibat.
Prognosis
Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anak-anak sekarang jarang di
negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan intususepsi tetap tinggi di beberapa negara
berkembang. Pasien di negara berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat,
yaitu lebih dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah, reseksi
usus dan mortalitas lebih tinggi.Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali
lipat dalam kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya gejala daripada
bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama(8). Angka rekurensi dari
intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif masing-masing rata-rata 5% dan 1-4%.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Blanco FC. Intussusception. Medscape Reference [serial online] 2012 Jan 13 [disitasi tanggal
overview#showall
2. Irish MS. Pediatric intussusception surgery. Medscape Reference [serial online] 2011 Apr 14
URL: http://emedicine.medscape.com/article/937730-overview#showall
3. Wyllie R. Ileus, adhesi, insusepsi dan obstruksi lingkar tertutup in Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. Behrmen, Kliegmen, Arvin editors. 15th ed. Vol 2. EGC: Jakarta. 1999. p.1319.
5. Kartono D. Invaginasi dalam Kumpulan kuliah ilmu bedah. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD,
7. Fallan ME. Intussusception in Pediatric Surgery, Ashcraft KW, Holder TM (eds). 4th ed.
Organization, 2002.
9. Boudville IC, Phua KB, Quak SH, Lee BW, Han HH, Verstraeten T, et al. The epidemiology
2006;35:674-9.e
22
10. Ekenze SO, Mgbor SO. Childhood intussusception: The implications of delayed presentation.
11. Van Heek NT, Aronson DC, Halimun EM, Soewarno R, Molenaar JC, Vos A.
12. http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/006/6710-05500475.jpg
13. Santoso MIJ, Yosodiharjo A, Erfan F. Hubungan antara lama timbulnya gejala klinis awal
hingga tindakan operasi dengan lama rawatan pada penderita invaginasi yang dirawat di
14. http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/CAP/Case05/Images/Case05.01.jpg
15. http://dynamic.psu.ac.th/kidsurgery.psu.ac.th/Pediatric%20surgery/KID/Atlas/Images/E/E5/D
SC01002.jpg
16. Ignacio RC, Fallat ME. Intussusception. In: Holcomb GW. III, Murphy JM, eds. Ashcrafts
17. Hooker RL, Schulman MH, Yu Chang, Kan JH. Radiographic evaluation of intussusception:
18. http://onradiology.blogspot.com/2011_02_01_archive.html
19. http://www.erpocketbooks.com/er-ultrasounds/other-ultrasounds/
20. Chung DH. Intussusception. In: Atlas of General Surgical Techniques. Townsend CM &
23