Anda di halaman 1dari 20

BAB I

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS
Nama pasien

: An. M. F

Jenis kelamin : Laki-laki


Agama

: Islam

Umur

: 4 tahun

Pendidikan

: Belum bersekolah

Orang tua/ Wali:


Ayah:
Nama

:Tn. B

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pekerja swasta

Penghasilan

: Rp 2,000,000

Ibu:
Nama

: Ny. M

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Penghasilan

:-

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama:
Kejang sejak 30 menit SMRS
Keluhan tambahan:
Demam 1 hari SMRS
Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Sehari sebelum masuk
rumah sakit ibu pasien mengatakan anaknya demam. Demamnya mendadak, selalu tinggi,
malamnya mengigau, rewel, tidak menggigil dan tidak berkeringat dingin.
Besok paginya pasien masih demam tinggi dan ibu pasien membawa pasien berobat ke
puskesmas lalu diberi obat puyer penurun panas. Panasnya turun sebentar namun tinggi lagi
setelah beberapa jam. Kurang lebih 30 menit SMRS pasien mengalami kejang dengan durasi
kurang dari 1 menit. Waktu kejang badan pasien kaku, mata mendelik ke atas tetapi tidak keluar
busa dari mulut. Sehabis kejang pasien langsung menangis lalu ibu pasien membawa pasien ke
rumah sakit.
Pasien tidak pilek, tidak sakit tenggorokan, tidak mual dan muntah, tidak diare dan tidak
ada riwayat trauma pada kepala. Menurut ibu pasien, ini adalah kali ke-5 pasien mengalami
kejang. Dulunya waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun pasien pernah kejang-kejang.
Kejangnya selalu didahului demam, pasien kaku waktu kejang dengan mata mendelik ke atas,
tidak keluar busa dari mulut dan durasi kejangnya selalu kurang dari 1 menit. Setelah kejang
pasien selalu menangis. Selama ini ibu pasien hanya membawa pasien ke puskesmas bila kejang
dan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Kakak pasien juga mempunyai riwayat kejang sewaktu
kecil.

RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN


Kehamilan
Morbiditas

: Selama kehamilan ibu sehat

Perawatan antenatal

: Ibu berkunjung untuk ANC 2x selama kehamilan

Kelahiran
Tempat kelahiran

: Rumah Sakit

Penolong persalinan

: Dokter

Cara persalinan

: Spontan

Masa gestasi

: Cukup bulan

Keadaan bayi

: Berat lahir: 3000 g


Panjang: 49 cm
Lingkar kepala: Ibu lupa
Bayi setelah dilahirkan langsung menangis
Nilai Apgar: 10
Tiada kelainan bawaan pada saat dilahirkan

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I

: 5 bulan

Psikomotor
-Tengkurap

: 6 bulan

-Duduk

: 10 bulan

-Berdiri

: 11 bulan

-Berjalan

: 13 bulan

-Bicara

: 13 bulan

-Membaca & Menulis

: -

Perkembangan pubertas
-Rambut pubis

: - tahun

-Payudara

: - tahun

-Menarche

: - tahun

RIWAYAT IMUNISASI
BCG

: 0 bulan

DPT/DT

: + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Polio

: + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Hepatitis B

: + 3 kali, ibu lupa umur berapa

Campak

: + 1 kali, ibu lupa umur berapa

Kesimpulan riwayat imunisasi : lengkap, Scar BCG +

RIWAYAT KELUARGA
A.

Corak Reproduksi

1.
2.

9 thn. Laki-laki . Lahir hidup. Kesehatan baik. Kakak pasien


4 thn. Laki-laki. Lahir hidup. Sedang dirawat. Pasien
Riwayat keluarga orang tua pasien
Ayah pasien sehat dan tidak mempunyai riwayat penyakit. Ibu pasien mempunyai riwayat
penyakit maag.
Riwayat anggota keluarga lain yang serumah
Kesehatan anggota keluarga baik.
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit

Umur

Penyakit

Alergi
Cacingan
Demam

Umur

Penyakit

Difteria

Penyakit

Diare

Jantung
Penyakit

Kejang

Ginjal
Penyakit

Berdarah

1 thn,
1 thn,

Umur

Darah

3 thn
Demam Tifoid

Kecelakaan

Radang Paru

Otitis

Morbili

Tuberkulosis

Parotitis

Operasi

Lain-lain,

Kesimpulan riwayat penyakit dahulu:


Pasien pernah kejang waktu umur 1 tahun sebanyak 1 kali dengan durasi kurang dari 1
menit yang didahului dengan demam. Waktu umur 1 tahun pasien kejang lagi sebanyak 2 kali

dalam sehari dengan durasi kurang dari 1 menit juga didahului dengan demam. Waktu umur 3
tahun pasien kejang lagi sebanyak 1 kali dalam sehari yang didahului dengan demam dan durasi
kejangnya kurang dari 1 menit.

PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan umum:
Keadaan Sakit

: Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Status Gizi

: Cukup

Data antropometri:
Berat Badan

: 18 Kg

Tinggi Badan

: 106 Cm

Tanda vital:
Frekuensi Nadi

: 124 x/Menit

Frekuensi Nafas

: 24 x/Menit

Suhu Tubuh

: 39 oC

Kepala
Normocephali
Deformitas Ubun-ubun besar dan rata
Rambut:
Warna

:Hitam

Kelebatan

:Sedang

Distribusi Pertumbuhan: Merata


Mata:
Visus

: +/+

Palpebra

: oedema
: menutup dan membuka dengan baik

Konjungtiva tidak anemis


Sklera putih
Kornea jernih
Pupil

: bentuk bulat isokor


refleks cahaya langsung +/+
refleks cahaya tidak langsung +/+
diameter 3 mm

Lensa jernih
Gerakan kedua bola mata baik.
Telinga:
Daun dan liang telinga :bentuk, besar, posisi normal
Mastoid
Hidung:
Bentuk normal,simetris
Tidak ada sekret
Tidak ada epistaksis
Bibir:

:tidak ada nyeri tekan

Simetris
Tidak kering
Mukosa warna kemerahan
Mulut:
Bentuk dan ukuran normal
Mukosa pipi kemerah merahan
Warna gusi normal merah jambu
Arkus palatum normal, tidak ada paresis
Lidah:
Warna merah
Tidak kotor
Ukuran normal
Tonsil
Ukuran T1-T1
Tenang tidak hiperemis

Tenggorokan
Tidak ada stridor
Leher
Ukuran
Pulsasi vena
Tortikolis tiada
Tidak ada kaku kuduk

: pendek
: tidak tampak

Toraks depan

bentuk simetris
pada saat pernafasan dinding dada bergerak ke atas dan ke luar
tiada deformitas, tiada penonjolan, tiada pembengkakan
areola mammae tumbuh, warna kecoklatan, tiada kelainan kulit
Toraks belakang

: vertebra lurus di tengah


tiada benjolan
tiada retraksi pernafasan
pernafasan simetris
nyeri ketok -/nyeri tekan -/-

Jantung:
Inspeksi

: tidak terlihat denyutan iktus cordis

Palpasi

: teraba denyutan iktus cordis pada ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi

: nyeri ketok -/batas jantung kiri ICS IV sedikit lateral midclavicula kiri

Ausklultasi

: BJ I BJ II reguler
murmur
gallop -

Paru-paru :
Inspeksi

: pernafasan sisi simetris abdomino torakal

Palpasi

: vokal fremitus simetris


krepitasi subkutis

Perkusi

: sonor simetris
nyeri ketok -/-

Auskultasi

: suara nafas vesikuler


ronchi -/wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi

: simetris, datar
dilatasi vena
gerakan dinding perut abdomen lebih daripada gerakan dinding dada

Palpasi

: supel
tiada nyeri tekan atau lepas
Defans musculair
hati dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: timpani seluruh abdomen


ascites -

Auskultasi

: bising usus + normal

Genitalia:
Genitalia eksterna berkembang dengan baik
Belum ada tanda tanda seks sekunder
Kelenjar getah bening:
KGB oksipital

:tidak teraba membesar

KGB retroaurikuler

:tidak teraba membesar

KGB servikal

: tidak teraba membesar

KGB inguinal

: tidak teraba membesar

Ekstremitas:
Panjang dan bentuk normal
Kiri dan kanan sama panjang
Tiada kelainan kongenital
Tiada nyeri tekan, jari tabuh
Tiada gangrean atau nekrosis
Gerakan otot baik
Tonus otot baik
Tiada peradangan, nyeri atau keterbatasan gerakan sendi
Tiada oedema

Akral dingin -

Tulang belakang
Postur-tiada lordosis, kifosis, skoliosis atau gibbus
Gerakan tulang belakang normal
Tiada massa
Tiada nyeri tekan
Susunan saraf
refleks fisiologis positif
refleks patologis

: refleks babinsky kaku kuduk -

perasat Brudzinski I perasat brudzinski II perasat Kernig tanda tetani


uji sensibilitas :
uji sentuhan baik
uji rasa nyeri baik
uji perasaan vibrasi baik
uji posisi baik
uji koordinasi baik
Pemeriksaan saraf cranialis nervus I hingga XII baik
Kulit:
Sianosis
Anemis Turgor baik
Hiperpigmentasi
Hipopigmentasi
Luka
Benjolan
Kelembapan normal
Tekstur halus
Petekiae

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 11,1 g/dl
Ht
: 35 %
Leukosit
: 9500 / mm3
Trombosit
: 241 000 / mm3
Pemeriksaan elektrolit :
Natrium
: 139 mmol
Kalium
: 4,4 mmol
Klorida
: 110 mmol
Glukosa sewaktu
: 104
RESUME
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit SMRS. Kejang kurang dari 1 menit,
mata mendelik ke atas, badan kaku, sadar dan menangis sehabis kejang. Demam + sejak 1 hari
SMRS. Demam mendadak, selalu tinggi, mengigau, menggigil - , berkeringat dingin -. Riwayat
kejang + sebanyak 4 kali waktu umur 1 tahun, 1 tahun dan 3 tahun. Kejang selalu didahului
demam dengan durasi kurang dari 1 menit. Riwayat kejang dalam keluarga +.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan febris dengan suhu 39 C
Pada pemeriksaan lab darah rutin ditemukan Hb yang rendah dengan nilai 11,1 g/dl dan
hematokrit yang rendah dengan nilai 35%..

DIAGNOSIS BANDING
Kejang demam sederhana e.c infeksi bakteri
Ensefalitis

DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam sederhana e.c infeksi bakteri
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan urine feces lengkap
Pemeriksaan EEG
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :
Ampicillin i.v 4 x 400mg
Paracetamol tab 4 x 200 mg
Luminal i.m 2 x30 mg
Non medikamentosa :
Kompres air hangat bila panas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi:
Kejang Demam (FC) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
Kejang Demam tidak disertai infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau berupa gangguan
elektrolit akut, terjadi pada anak diatas usia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.
Terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Insiden tertinggi terjadi pada
usia 18 bulan.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 15 tahun mengalami kejang
didahului demam, ada kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan
terjadi bersama demam.
Klasifikasi :

Kejang Demam Sederhana (Simple febrile convulsion)

Kejang Demam Kompleks (Complex febrile convulsion)

Kejang demam sederhana.


Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh
kejang demam.

Kejang demam kompleks.


Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1. Kejang lama >15 menit.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama dalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari
2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang
demam
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului dengan kejang
parsial.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak
sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

Langkah Diagnostik.
Anamnesis :

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum /saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat.

Riwayat perkembangan kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.

Singkirkan penyebab kejang yang lainnya.

Pemeriksaan Fisik :

Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan


intrakranial, tanda infeksi diluar SSP.

Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan dapat meliputi: darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, fosfor, magnesium, ureum, kreatinin, urinalisis, biakan darah,
urin, feses.
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebro spinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
b. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.
c. Bayi >18 bulan tidak rutin (jika dicurigai menderita meningitis).
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

3. Pencitraan
Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan :
a. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
b. Kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastik).
c. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol, paresis nervus VI, papiledema) atau
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis).

4. Elektroensefalografi
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG dipertimbangkan
pada kejang demam tidak khas /atipikal, misalkan kejang demam kompleks.pada anak usia lebih
dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Prognosis :
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian
lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan
ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebgaian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang
demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
2. Usia kurang dari 12 bulan.
3. Temperatur yang rendah saat kejang.
4. Cepatnya kejang setelah demam.
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan
bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulang kejang demam adalah 10% - 15%.
Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor resiko terjadinya epilepsi
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi epilepsi
adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks.
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Masing masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4% - 6%,
kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10% - 49%.
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada bagan tata-laksana penghentian
kejang. (lihat bagan). Profilaksis intermiten pada saat demam berupa:

Anti-piretik.

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah
demam meningkat. Pemberian obat penurun panas asetaminofen 10-15 mg/kgBB/hari setiap 4-6
jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.

Anti-kejang.

Diberikan diazepam oral 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5
mg/kgBB/hari tiap 8 jam bila demam diatas 38C.

Profilaksis jangka panjang.

Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada >1 keadaan berikut:
1.

Kejang demam lebih dari 15 menit.

2.

Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang (misalkan palsi
cerebral, retardasi mental atau mikrosefal).

3.

Kejang demam fokal.

4.

Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.

5.

Dipertimbangkan apabila:

a.

Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan.

b.

Kejang berulang dalam 24 jam.

c.

Kejang demam berulang (> 4 x per tahun)


Adapun obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari atau
phenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan satu tahun.
Lama pengobatan rumatan
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama
1-2 bulan.
Edukasi pada orang tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
orang tua menganggap bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan
cara yang diantaranya :

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik.


2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:

Kejang demam kompleks.

Hiperpireksia (suhu rektal > 39C).

Usia dibawah 6 bulan.

Kejang demam pertama.

Dijumpai kelainan neurologis.

Anda mungkin juga menyukai