NAMA : ANNISATURRIFAT
NIM : 004STYJ23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh
segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. (pickering,
2000). Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan dalam
pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum
diketahui. (Husain, 1993). Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi
adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.manifestasi klinis
invaginasi pada anak mulai tampak 3-24jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-
gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen, muntah, dan
perdarahan rectum.
Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit,
diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada anak <1 tahun
(60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang menunjukan gejala yang
mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada bayi muntah dapat sebagai
gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur <2 tahun (73%) dan
>2tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung
kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja masih normal
kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lender pada awal penyakit (currant
jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12 jam, kemudian
berangsung-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool) Karena terjadi
kerusakan jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan invaginasi, paling
banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo-ileocolica (15%) dan sisa nya (10%). Angka
kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2 tahun dan terdapat
ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1-3 per 1000
kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1
(pikering, 2000)
Hasil laporan world health organization yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota
besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak terjaid di kota medan
sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun dan paling banyak
ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta, di Yogyakarta angka kejadian invaginasi
yang terjaid masing-masing adalah sebanyak 103 (86%) kasus dan 35 (61%) kasus
anak dengan perbandingan laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 2:1 dan
1:1. Pengamatan data bahwa penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus
menunjukan kenaikan pada beberapa tahun terakhir yang penyebarannya kebanyakan
pada anak dibandingkan orang dewasa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit invaginasi pada anak dan cara
menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mahasiswi mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian dari invaginasi.
b. Menjelaskan tentang etiologi dari invaginasi.
c. Menjelaskan tentang patofisiologi dari invaginasi.
d. Menjelaskan tentang patoflow dari invaginasi.
A. Pengertian
B. Etiologi
D. Patofisiologi
Menurut kepustakaan, 90 – 95% invaginasi terjadi pada anak di
bawah 1 tahun akibat idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum
terminal berupa hipertropi jaringan limfoid ( plaque payer ) akibat infeksi
virus ( limfadenitis ) yang mengikuti suatu gastroenteritis / infeksi saluran
nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkakan bagian intususeptum
( usus bagian proksimal ) edema intestinal dan obstruksi aliran vena
obstruksi intestinal sehingga terjadi perdarahan, proses ini sebagai titik
permulaan invaginasi.
Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian
intususeptum oleh karena kontraksi dari intususepien ( usus bagian distal
yang menerima ). Adanya hiperplastik usus bagian proksimal
mengakibatkan terjadinya segmen usus ynag masuk ke segmen usus
lainnya ( ileokolik ileum bervaginasi ke kolon, ileoileokolik ( usus kecil
berinvaginasi ke dalam usus kecil). Dimana akan menyebabkan dinding
usus yang terjepit sehingga mengakibatkan aliran darah menurun dan
keadaan akhir yang menyebabkan nekrosis dinding usus sebagai akibat
stragulasi dan tidak jarang terjadi ganggren, yang selanjutnya terjadi
edema dan pembekakan, pembekakan dapat sedemikian besarnya,
sehingga menghambat reduksi. Pembekakan dari intususeptrum umumnya
menutup lumen usus. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat
kembali normal, sehingga tidak terjadi invaginasi.
Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari
penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau
mesentrial. Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah
mukosa. Ditandai dengan produksi muku yang berlebih dan bila berlanjut
akan terjadi stragulasi dan laserasi luka sehingga timbul perdarahan
campuran antar mucus dan darah tersebut akan keluar melalui anus sebagai
suatu agar-agar jeli darah (Red Currant Jelly Stool). Iskemik dan distensi
abdomen (system usus) menimbulkan rasa nyeri. Adanyaiskemik dan
destruksi usus akan menyebabkan sekuenstrisasi cairan ke lumen usus
yang distensi. Sehingga pasien mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi
mengalami syok hipovolemik. Mukosa ususyang iskemik merupakan Port
de Entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat
menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
E. Patoflow
Penyebab Idiopatik
Infeksi Virus
VIREMIA Gastroenterit
Limfadenitis is
T&G : Infeksi sal.
Hipertrofi jaringan limfoid pernafasan
-
Hipertermia (Plaque Payer )
-Diare
Kontraksi intususepien
(Usus bag. distal yg menerima)
Pembengkakan bag. Intuseseptum
(Usus bagian proksimal)
Obstruksi intestinal
Titik permulaan
Perdarahan INVAGINASI
Hiperperistaltik
Penyempitan pemb.
Nekrosis Edema darah
dinding usus intususeptum Invaginasi
Menutup lumen iskemik
Ulserasi pd. usus Produksi mukosa
dinding usus Reduksi terhambat
Strangulasi & laserasi mukus
Strangula Timbul bendungan
si Perdarahan
Gangre Perembesan (ozing) lendir
n dan darah ke dlm. lumen
Campuran darah + mucus
keluar anus
Red Currant Jelly Stool
Iskemik & obstruksi
usus Iskemik & distensi usus
Sekuentriasasi cairan ke lumen
usus yg distensi
Mukosa iskemik
Dehidrasi
Port de Entry mikroorganisme
Shock Hipovolemik
Infeksi sistemik & sepsis
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto
abdomen
Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan
disertai massa feses dan udara
Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur
serta norit test, positif.
G. Komplikasi
Saat operasi :
1) Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah
2) Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi
usus ketika pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan
dari anestesia.
3) Gangguan keseimbangan elektrolit, masukan cairan berkurang (ileus)
4) Sepsis, cedera akibat tindakan medis
Post-operasi :
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan
2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang
mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat.
3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus
4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuma, daya tahan
tubuh menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada palpasi perut dapat teraba massa yang biasanya memanjang
dengan batas jelas seperti sosis. Invaginatum yang masuk jauh
dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung
invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan
vaginal sehingga dinamai ‘pseudoporsio’ atau porsio semu. Jarang
ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum.
Keadaan tersebut harus dibedakan dari prolapsus mukosa
rektum. Pada invaginasi, didapatkan invaginatum bebas dari
dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secarasirkuler
dengan dinding anus. Pada inspeksi, sukar sekali membedakan
antara prolapsus rektum dan invaginasi. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan jari disekitar penonjolan untuk
menentukan ada tidaknya celah terbuka. Pemeriksaan radiologis
berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda tanda
obstruksi usus halus, kadang-kadang tampak sebagai bayangan
menyerupaisosis dibagian tengah abdomen. Pemeriksaan USG
juga dapat membantu penegakan diagnosis. Pemeriksaan ini lebih
sering digunakan karena bersifat non-invasif . Pada pemeriksaan
USG menunjukkan doughnut sign atau pseudokidney sign.
Dengan enema barium tampak defek pengisian barium yang
konveks, barium akanterhenti sementara, bayangan per mobil
(coiled spring appearance) apabila barium melingkari
intususeptum.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik secara umum
b. Riwayat Kesehatan
c. Observasi pada feses dan tingkah laku sebelumnya dan sesudah
operasi
d. Observasi tingkah laku anak atau bayi
e. Observasi manifestasi terjadi intususepti
- nyeri abdomen proximal
- anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
- anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara
episode nyeri
- muntah
- letargi
- feses seperti jeli mengandung darah dan mucus, tes hemocculi
positif
- feses tidak ada ( konstipasi )
- distensi abdomen dan nyeri tekan
- massa terpal
- anus yang terlihat biasa, dapat tampak seperti propels rectal
- dehidrasi dan demam, sampai kenaikan 40°
- keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat
bnyak
f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
- diare
- anoreksia
- kehilangan berat badan
- kadang- kadang muntah
- nyeri yang priodik
- nyeri tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto
polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1). Nyeri berhubungan dengan invaginasi dalam tubuh
2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan dalam tubuh
3). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur
pengobatan invaginasi ( barium enema)
b. Post operasi
1). Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2). Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi
pembedahan
3). Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi
demam
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah
( post operasi )
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
1). Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan
invaginasi usus
Tujuan : Keluhan nyeri pada anak berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks,
tidak ada merintih, dan perilaku melindungi
gerakan, mampu berpartisipasi dalam
program latihan.
Intervensi
- Kaji keluhan nyeri anak, catat lokasi nyeri, lama, dan
beratnya.
Rasional : Pengkajian nyeri diperlukan, terutama pada
anak yang berumur masih muda untuk
mengekspresikan ketidak nyamanannya
- Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagi
stimulasi lingkungan lainya dalam ruang anak.
Rasional : stimulasi demikian dapat mengganggu anak
- Kaji efek tidur dan bermain
Rasional : Untuk mengetahui pengaruh pusing kepala terhadap
aktivitas pola tidur
- Berikan posisi senyaman mungkin dan suasana tenang
Rasional : Suasana yang tenang secara tidak langsung
merangsang saraf sensorik untuk memberikan efek
relaksasi terhadap saraf-saraf yang tegang pencetus
rasa nyeri
- Berikan anak beberapa pilihan teknik distraksi
Rasional : Salah satu upaya medis, untuk pengalih perhatian
anak terhadap rasa nyeri yang diderita
- Berikan analgesik (kolaborasi)
Rasional : Analgesik memblok rasa nyeri
A. Kesimpulan
Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak, salah
satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik maupun
parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan obstruksi
usus yang sifatnya mekanik.
Invaginasi merupakan masuknya bagian usus kedalam perbatasan atau lebih distal
dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden).
Penyebabnya masih belum diketahui, kemungkinan pemicunya adalah infeksi usus,
pertumbuhan non-kanker atau tumor kanker di usus. Tanda dan gejalanya nyeri
perut secara tiba-tiba, muntah, BAB bercampur darah, muka pucat dan lemah.
Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau kematian jaringan,
infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian. Penatalaksanaannya dapat
dilakukan suntikan salin, udara atau barium kedalam kolon.
Data yang perlu dikaji adalah pengkajian fisik secara umum, riwayat kesehatan,
observasi tingkah laku bayi atau anak, observasi manifestasi : nyeri abdomen
proksimal, anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada, muntah, letargi, feses
mengandung darah dll, dehidrasi dan demam, kaji prosedur diagnostic dan tes
seperti pemerikasaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram.
Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko kekurangan cairan, kurangnya
pengetahuan, dan masalah keperawatan yang muncul setelah pembedahan adalah
nyeri, resiko infeksi, resiko perdarahan, inefekstif termoregulasi, dan kurang
pengetahuan. Maka perlu dilakukan rencana keperawatan seperti pemberian cairan
intravena, pantau ttv, pantau masukan dan haluan, mendiskusikan dengan pasien
dan orangtua tentang tata cara pemberian barium enema, serta kolaborasi dengan
dokter pemberian obat analgesic. Evaluasinya adalah resti kekurangan volume
cairan tidak terjadi, kurangnya pengetahuan dapat teratasi dan nyeri pada abdomen
pasca pembedahan dapat berkurang atau hilang.
B. Saran
1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat
mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari
invaginasi seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB
bercampur darah. Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik
kemungkinan untuk memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus
dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan
dari kemungkinan di potong.
2. Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan
diagnose keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta
mahsiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi,
memberikan penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta
tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak.
3. Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan
gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu
invaginasi, perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang
mengarah pada rasa nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat
pada pra operasi yaitu berupa reduksi dengan barium enema, barium enema
dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda
obstruksi usus yang jelas. Serta memberikan perawatan post operasi yaitu
berupa memperbaiki keadaan umum, serta tindakan untuk mereposisi usus,
reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Beekel, Nancy. (1987). Nursing Care Plans for The Pediatric Patient. USA : The CV
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton
and Lange A Simon and Schuster Company
Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa
Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV
Mosby Company