Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN”R” DENGAN DIAGNOSA INVAGINASI

DI RUANG RINJANI “RSUD” DR.SAIFUL ANWAR MALANG


JAWA TIMUR

NAMA : ANNISATURRIFAT
NIM : 004STYJ23

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh
segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. (pickering,
2000). Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan dalam
pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum
diketahui. (Husain, 1993). Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi
adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.manifestasi klinis
invaginasi pada anak mulai tampak 3-24jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-
gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen, muntah, dan
perdarahan rectum.
Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit,
diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada anak <1 tahun
(60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang menunjukan gejala yang
mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada bayi muntah dapat sebagai
gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur <2 tahun (73%) dan
>2tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung
kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja masih normal
kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lender pada awal penyakit (currant
jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12 jam, kemudian
berangsung-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool) Karena terjadi
kerusakan jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan invaginasi, paling
banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo-ileocolica (15%) dan sisa nya (10%). Angka
kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2 tahun dan terdapat
ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1-3 per 1000
kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1
(pikering, 2000)
Hasil laporan world health organization yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota
besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak terjaid di kota medan
sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun dan paling banyak
ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan laki-laki dan perempuan
2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta, di Yogyakarta angka kejadian invaginasi
yang terjaid masing-masing adalah sebanyak 103 (86%) kasus dan 35 (61%) kasus
anak dengan perbandingan laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 2:1 dan
1:1. Pengamatan data bahwa penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus
menunjukan kenaikan pada beberapa tahun terakhir yang penyebarannya kebanyakan
pada anak dibandingkan orang dewasa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit invaginasi pada anak dan cara
menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa mahasiswi mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian dari invaginasi.
b. Menjelaskan tentang etiologi dari invaginasi.
c. Menjelaskan tentang patofisiologi dari invaginasi.
d. Menjelaskan tentang patoflow dari invaginasi.

e. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari invaginasi.


f. Menjelaskan tentang komplikasi dari invaginasi.
g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dari invaginasi.
h. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan invaginasi.
3. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan invaginasi.
4. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode
deskriptif yaitu memberikan gambaran mengenai topik yang akan dilakukan
dengan cara mempelajari sumber yang berkaitan dengan materi makalah ini.
5. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan dibagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori terdiri ata pengertian, etiologi, patofisiologi, patoflow,
tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

BAB III : Pembahasan

BAB IV : Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau


bagian yang lebih distal dan usus ( umumnya, incaginasi ileum masuk ke
dalam kolom desendeng ), ( Nettina, 2002 ).

Suatu intususepsi atau invaginasi terjadi bila sebagaian saluran cerna


terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian dirirnya akan menutupi
sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam
suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal ( Nelson, 1999 ).

B. Etiologi

Usus terbentuk seperti tabung yang panjang. Inturususepsi adalah


gangguan diman salah satu bagian dari usus ( biasanya usus kecil ) terselip
ke bagian lain. Peristiwa ini kdang – kadang disebut sebagai “ tetescoping “
karena mirirp dengan cara lipatan teteskop ketika dilipat bersama – sama.
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan intususepsi. Tetapi, dalam
banyak kasus, dokter tidak dapat menentukan penyebabnya dengan pasti.
Jika orang dewasa mengalami intususepsi, maka hal itu lebih mungkin
disebabkan oleh pnyakit lain. Sedangkan besar, kasus intususepsi dikuatkan
dengan versi vaksin rotavirus. Rotavirus adalah penyakit pada masa anak –
anak yang menybabkan diare, muntah – muntah hebat, demam, dan
dehidrasi, vaksinnya telah dicabut dari pasar sejak tahun 1999. Tidak ada
bukti bahwa vaksin rotavirus baru menyebabkan intususepti. Penyebab pasti
intususepsi pada anak – anak masih belum diketahui. Kemungkinan
pemicinya adalah :
 Infeksi usus
 Pertumbuhan non - kanker atau tumor kanker di usus
 Di masa lalu, beberapa kasus intususepsi dikaitkan atau
berhubungan dengan versi vaksin rotavirus.
C. Manifestasi klinis
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap
awal muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba – tiba. Banyi
mengais kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan.
Terdapat muntah berisi makanan / minuman yang masuk dan keluarnya
darah bercampur lendir ( red currant jelly ) per rectum. Pada palpasi
abdomen, dapat teraba masa yang umumnya berbentuk seperti pisang.
Distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan masa intra
abndomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah
rectum, pada pemeriksaan colok di ubur mungkin teraba ujung invagiant
seperti portio, uterus disebut pseudoporsia. Pada sarung tangan terdapat
lendir dan darah.
1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa
detik hingga menit dengan interval waktu 5 -15 menit.
2. Pada bayi dan anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan
lendir.
3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras
4. Muka pucat dan lemah
5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung
6. Anak cepat marah, napas dangkal, mandengkur, dan konstipasi
7. Anak sering mengangat kaki ke atas perut di karenakan nyeri yang di
derita.

D. Patofisiologi
Menurut kepustakaan, 90 – 95% invaginasi terjadi pada anak di
bawah 1 tahun akibat idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum
terminal berupa hipertropi jaringan limfoid ( plaque payer ) akibat infeksi
virus ( limfadenitis ) yang mengikuti suatu gastroenteritis / infeksi saluran
nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkakan bagian intususeptum
( usus bagian proksimal ) edema intestinal dan obstruksi aliran vena
obstruksi intestinal sehingga terjadi perdarahan, proses ini sebagai titik
permulaan invaginasi.
Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian
intususeptum oleh karena kontraksi dari intususepien ( usus bagian distal
yang menerima ). Adanya hiperplastik usus bagian proksimal
mengakibatkan terjadinya segmen usus ynag masuk ke segmen usus
lainnya ( ileokolik ileum bervaginasi ke kolon, ileoileokolik ( usus kecil
berinvaginasi ke dalam usus kecil). Dimana akan menyebabkan dinding
usus yang terjepit sehingga mengakibatkan aliran darah menurun dan
keadaan akhir yang menyebabkan nekrosis dinding usus sebagai akibat
stragulasi dan tidak jarang terjadi ganggren, yang selanjutnya terjadi
edema dan pembekakan, pembekakan dapat sedemikian besarnya,
sehingga menghambat reduksi. Pembekakan dari intususeptrum umumnya
menutup lumen usus. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat
kembali normal, sehingga tidak terjadi invaginasi.
Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari
penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau
mesentrial. Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah
mukosa. Ditandai dengan produksi muku yang berlebih dan bila berlanjut
akan terjadi stragulasi dan laserasi luka sehingga timbul perdarahan
campuran antar mucus dan darah tersebut akan keluar melalui anus sebagai
suatu agar-agar jeli darah (Red Currant Jelly Stool). Iskemik dan distensi
abdomen (system usus) menimbulkan rasa nyeri. Adanyaiskemik dan
destruksi usus akan menyebabkan sekuenstrisasi cairan ke lumen usus
yang distensi. Sehingga pasien mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi
mengalami syok hipovolemik. Mukosa ususyang iskemik merupakan Port
de Entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat
menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
E. Patoflow
Penyebab Idiopatik
Infeksi Virus

VIREMIA Gastroenterit
Limfadenitis is
T&G : Infeksi sal.
Hipertrofi jaringan limfoid pernafasan
-
Hipertermia (Plaque Payer )
-Diare
Kontraksi intususepien
(Usus bag. distal yg menerima)
Pembengkakan bag. Intuseseptum
(Usus bagian proksimal)

Edema Intestinal Obs. aliran vena

Obstruksi intestinal
Titik permulaan
Perdarahan INVAGINASI

Hiperperistaltik

Ileokolik, ileoileokolik, sekokolik

Dinding usus terjepit

Penekanan & tertariknya mesentrium Perlekatan yang


abnormal
Aliran darah terganggu dan menurun INVAGINASI

Penyempitan pemb.
Nekrosis Edema darah
dinding usus intususeptum Invaginasi
Menutup lumen iskemik
Ulserasi pd. usus Produksi mukosa 
dinding usus Reduksi terhambat
Strangulasi & laserasi mukus
Strangula Timbul bendungan
si Perdarahan
Gangre Perembesan (ozing) lendir
n dan darah ke dlm. lumen
Campuran darah + mucus
keluar anus
Red Currant Jelly Stool
Iskemik & obstruksi
usus Iskemik & distensi usus
Sekuentriasasi cairan ke lumen
usus yg distensi
Mukosa iskemik
Dehidrasi
Port de Entry mikroorganisme
Shock Hipovolemik
Infeksi sistemik & sepsis
F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :

 Reduksi dengan barium enema

 Reduksi dengan operasi

Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita :


dipuasakan, resusitasi cairan, dekompresi dengan pemasangan pipa
lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil
pemeriksaan laboraturium dijumpai peninggian dan jumlah leukosit,
maka saat ini antibiotik berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik
seperti Demerol dapat diberikan (1 mg /kgBB) untuk menghilangkan rasa
sakit.

1. Reduksi barium enema, dikatakan reduksi baarium enema, karena


dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi, seperti :

 Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto
abdomen

 Dijumpai tanda-tanda peritonitis

 Gejala invaginasi > 24 jam

 Dijumpai tanda-tanda dehidrasi berat

 Usia penderita > 2 tahun

Dikatakan berhasil, apabila :

 Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan
disertai massa feses dan udara

 Hilangnya massa tumor di abdomen

 Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur
serta norit test, positif.

2. Reduksi dengan operasi

 Memperbaiki keadaan umum


Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan
tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum klien
diperbaiki

 Tindakan untuk mereposisi usus

Reposisi manual dengan cara “milking” dilakukan dengan halus


dan sabar

G. Komplikasi
Saat operasi :
1) Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah
2) Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi
usus ketika pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan
dari anestesia.
3) Gangguan keseimbangan elektrolit, masukan cairan berkurang (ileus)
4) Sepsis, cedera akibat tindakan medis
Post-operasi :
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan
2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang
mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat.
3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus
4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuma, daya tahan
tubuh menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada palpasi perut dapat teraba massa yang biasanya memanjang
dengan batas jelas seperti sosis. Invaginatum yang masuk jauh
dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung
invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan
vaginal sehingga dinamai ‘pseudoporsio’ atau porsio semu. Jarang
ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum.
Keadaan tersebut harus dibedakan dari prolapsus mukosa
rektum. Pada invaginasi, didapatkan invaginatum bebas dari
dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secarasirkuler
dengan dinding anus. Pada inspeksi, sukar sekali membedakan
antara prolapsus rektum dan invaginasi. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan jari disekitar penonjolan untuk
menentukan ada tidaknya celah terbuka. Pemeriksaan radiologis
berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda tanda
obstruksi usus halus, kadang-kadang tampak sebagai bayangan
menyerupaisosis dibagian tengah abdomen. Pemeriksaan USG
juga dapat membantu penegakan diagnosis. Pemeriksaan ini lebih
sering digunakan karena bersifat non-invasif . Pada pemeriksaan
USG menunjukkan doughnut sign atau pseudokidney sign.
Dengan enema barium tampak defek pengisian barium yang
konveks, barium akanterhenti sementara, bayangan per mobil
(coiled spring appearance) apabila barium melingkari
intususeptum.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik secara umum
b. Riwayat Kesehatan
c. Observasi pada feses dan tingkah laku sebelumnya dan sesudah
operasi
d. Observasi tingkah laku anak atau bayi
e. Observasi manifestasi terjadi intususepti
- nyeri abdomen proximal
- anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
- anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara
episode nyeri
- muntah
- letargi
- feses seperti jeli mengandung darah dan mucus, tes hemocculi
positif
- feses tidak ada ( konstipasi )
- distensi abdomen dan nyeri tekan
- massa terpal
- anus yang terlihat biasa, dapat tampak seperti propels rectal
- dehidrasi dan demam, sampai kenaikan 40°
- keadaan seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat
bnyak
f. Observasi manifestasi intususepsi yang kronis
- diare
- anoreksia
- kehilangan berat badan
- kadang- kadang muntah
- nyeri yang priodik
- nyeri tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto
polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1). Nyeri berhubungan dengan invaginasi dalam tubuh
2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan dalam tubuh
3). Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur
pengobatan invaginasi ( barium enema)
b. Post operasi
1). Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2). Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi
pembedahan
3). Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi
demam
4). Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah
( post operasi )
3. Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
1). Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan
invaginasi usus
Tujuan : Keluhan nyeri pada anak berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks,
tidak ada merintih, dan perilaku melindungi
gerakan, mampu berpartisipasi dalam
program latihan.
Intervensi
- Kaji keluhan nyeri anak, catat lokasi nyeri, lama, dan
beratnya.
Rasional : Pengkajian nyeri diperlukan, terutama pada
anak yang berumur masih muda untuk
mengekspresikan ketidak nyamanannya
- Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagi
stimulasi lingkungan lainya dalam ruang anak.
Rasional : stimulasi demikian dapat mengganggu anak
- Kaji efek tidur dan bermain
Rasional : Untuk mengetahui pengaruh pusing kepala terhadap
aktivitas pola tidur
- Berikan posisi senyaman mungkin dan suasana tenang
Rasional : Suasana yang tenang secara tidak langsung
merangsang saraf sensorik untuk memberikan efek
relaksasi terhadap saraf-saraf yang tegang pencetus
rasa nyeri
- Berikan anak beberapa pilihan teknik distraksi
Rasional : Salah satu upaya medis, untuk pengalih perhatian
anak terhadap rasa nyeri yang diderita
- Berikan analgesik (kolaborasi)
Rasional : Analgesik memblok rasa nyeri

2). Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan


dengan pengeluaran cairan dari dalam tubuh
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, dan menunjukkan keseimbangan cairan
dalam tubuh
Kriteria hasil : Berat badan naik, TTV dalam batas normal,
turgor kulit elastis, denyut nadi kuat / keras
Intervensi
- Pantau tanda vital anak sepanjang periode peri operasi catat
setiap perubahan pada prekuensi nadi dan tekanan darah
Rasional : Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah,
dan kulit yang kering serta dingin menunjukan deficit
cairan, suatu kondisi yang membutuhkan tindakan
penggantian cairan
- Pantau jumlah darah yang hilang selama pembedahan
Rasional : Pemantauan semacam ini sangat penting untuk
mendetiksi hipovolemia selama pembedahan
- Pantau nilai hemoglobin dan hematokrit anak serta waktu
pengisian ulang kapiler sebelum pembedahan
Rasional : Nilai darah pra operasi dapat menentukan kebutuhan
pengantian darah atau cairan
- Beri cairan dan elektrolit pre interavena sesuai program dan
catat jumlah yang di berikan
Rasional : Dokumentasi cemat terhadap seluruh cairan intreavena
dan elektrolit yang di berikan selama periode
perioperasi, dapat menentukan keseluruhan status
cairan anak.

3) Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan


perubahan status kesehatan
Tujuan : Mendemonstrasikan bahwa ansietas berkurang
Kriteria hasil : Ekspresi wajah rileks, anggukan posotif bila
memahami peristiwa pra-operasi,
penerimaan cemas berkurang
Intervensi :
- Jelaskan kepada anak peristiwa sekitar pembedahan dengan
menggunakan istilah dan ilustrasi sesuai usia, boneka, dan
alat sample dengan sederhana
Rasional : Penjelasan semacam ini memungkinkan anak
mengatisipasi peristiwa dan pasca operasi sehingga
mengurangi kecemasan
- Sediakan dukungan emosional sesuai usia anak ketika anak
masuk dalam ruang bedah
Rasional : Memberi dukungan emosional selama periode
perioperasi membantu memastikan pengalaman bedah
yang positif
- Membiarkan orang tua menemani anank ke pintu masuk
ruang operasi dan libatkan mereka dalam proses pemulihan
sesegera mungkin
Rasional : Orang tua adalah kekuatan yang menstabilkan dan
dikenalkan anak
- Bantu orang tua beradaptasi terhadap kecemasan mereka
masing-masing dengan memberi penyuluhan pra-operasi,
konseling, dan lingkungan yang mendukung
Rasional : Rasa cemas orang tua secara langsung mempengaruhi
anak

4) Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan (barium enema)


berhubungan dengan perawatan dan pengobatan invaginasi
Tujuan : Mengungkapkan kurang pemahaman, untuk
memenuhi tindakan keperawatan
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit dan pengobatan.
Intervensi
- Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan pemberian
obat barium enema
Rasional : Penjelasan semacam ini membantu menghilangkan
rasa takut dan cemas, dan membantu memastikan
kerjasama anak selama prosedur tadi.
- Jelaskan peralatan pada anak dengan istilah yang dimengerti
anak (sesuai usia anak)
Rasional : Memberi penjelasan tentang alat tersebut kepada anak
akan mempersiapkan seperti apa alat tersebut
sehingga membantu memastikan kerja sama selama
uji tersebut.
b. Post operasi
1). Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan
Tujuan : Menunjukkan hilang dari ketidaknyamanan (nyeri)
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah
rileks, tidak ada merintih.
Intervensi
- Kaji rasa nyeri anak secara objektif
Rasional : Indikator yan objektif merupakan pengkajian nyeri
anak yang paling dapat diandalkan, tergantung pada
usia anak dan respon yang lazim terhadap nyeri
- Beri obat narkotika bersama obat-obat nyeri lain, sesuai
program. Pantau dan catat respons anak dengan cermat
Rasional : Selama fase pasca operasi, segera narkotik harus
diberikan dengan hati-hati karena efek residu yang
potensial dari obat anastetik, misalnya depresi
pernafasan dan hipertensi
- Libatkan orang tua dalam penatalaksanaan nyeri anak sedini
mungkin setelah pembedahan
Rasional : Orang tua dianggap paling mudah memahami respon
nyeri anak yang normal dan mengetahui teknik
memantau rasa nyeri yang berhasil digunakan pada
waktu yang lalu
- Atur posisi anak sesuai kebutuhan, untuk memaksimalkan
rasa nyaman
Rasional : Mengatur kembali posisi mengurangi tekanan pada
kulit dan mengurangi kram otot

2). Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi pada luka berhubungan


dengan insisi pembedahan
Tujuan : Mendomonstrasikan tidak ada manifestasi infeksi
(tumor, dolor, kalor, rubor, fungsiolesa)
Kriteria hasil : Suhu dalam batas normal (36,5°C-37°C),
tidak ada perdarahan berlebihan.
Intervensi
- Gunakan teknik mencuci tangan yang baik sebelum
mengobati anak
Rasional : Mencuci tangan dengan baik dapat mengurangi
penyebaran infeksi nasokomial
- Kaji tempat infeksi setiap pergantian dinas, dan catat setiap
tanda eksudat, edema, eritema, dan adanya rasa hangat
Rasional : Eksudat, edema, eritema, dan rasa hangat
mengindikasikan infeksi yang sedang berlangsung
dan dapat menandakan bahwa medikasi perlu dirubah
- Pantau tanda vital anak setiap 4 jam untuk melihat
peningkatan suhu, frekuensi jantung, dan pernafasan
Rasional : Perubahn tanda-tanda vital seperti ini
mengindikasikan infeksi yang sedang berlangsung,
yang dapat menandakan bahwa medikasi perlu
dirubah
- Gunakan teknik steril unutk semua penggantian balutan
Rasional : Teknik steril dapat mencegah masuknya bakteri ke
dalam luka

3). Diagnosa keperawatan : Resiko perdarahan pada luka


berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Resiko perdarahan pada anak tidak terjadi
Kriteria Hasil : Pada anak tidak terjadi perdarahan yang
berlebihan pada balutan
Intervensi
- Periksa balutan anak setiap 1 hingga 2 jam untuk melihat
tanda perdarahan yang berlebihan
Rasional : Sedikit perdarahan kadang-kadang terjadio setelah
perdarahan
- Tinggikan kepala tempat tidur 30°
Rasional : Meninggikan kepala temapt tidur dapat mengurangi
tekanan intrakaranial, sehingga mengurangi resiko
perdarahan
- Pasang balutan tekanan selama 24 jam pertama setelah
pembedahan
Rasional : Suatu balutan tekanan bertujuan mengurangi
perdarahan dan pembengkakan pasca operasi

4). Diagnosa Keperawatan : Inefektif termoregulasi berhubungan


dengan proses inflamasi, demam
Tujuan : Proses inflamasi (demam) pada anak hilang atau
berkurang
Kriteria Hasil : Anak akan mempertahankan suhu tubuh
kurang dari 37,8°C (nilai suhu tubuh
spesifik bergantung pada metode yang
digunakan untuk mengukurnya)
Intervensi
- Pantau suhu tubuh anak setiap jam sehingga stabil
Rasional : Pemantauan yang sering, memastikan deteksi dini dan
terapi hipotermia yang teapt, untuk mencegah resiko
terjadinya kondisi yang mengancamkehidupan,
misalnya sepsis dan gagal ginjal
- Pertahankan lingkungan yang hangat
Rasional : Lingkungan yang hangat dan suhu air yang konstan
meminimalkan penurunan suhu tubuh inti dengan
mengurangi kehilangan panas melalui radiasi
- Gunakan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala-dan
lindungi anak dengan selimut; pastikan selimut dibentuk
seperti tenda mengelilingi tubuh anak, jangan dibiarkan
terpajan langsung pada kulit
Rasional : Penggunaan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala
dan selimut lebih jauh mengurangi kehilangan panas
pancaran dan meningkatkan suhu tubh; selimut yang
menyentuh luka dapat menyebabkan nyeri,
mengiritasi area luka, dan menigkatkan resiko infeksi.
- Observasi dan catat masukan dan haluaran cairan
Rasional : Memonitor masukan dan haluaran cairan,
menunjukkan pola dan keseimbangan cairan dalam
tubuh
- Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu
anak dan keluarga untuk pelaksanaannya meliputi :
1. Lakukan kompres : bertujuan untuk membantu proses
konduksi panas dari tubuh dan membantu vasodilatasi
pembuluh darah sehingga tubuh diharapkan berangsur-
angsur normal.
2. Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik : dengan tirah
baring maka aktivtias sel-sel dan proses metabolisme
menurun sehingga diharapkan dapat mengurangi demam.

3. Banyak minum 1 – 2 liter / hari (8 – 9 gelas perhari) :


diharapkan dengan pemberian minum yang cukup akan
mempertahankan intake dari dalam tubuh dan
meningkatkan output urin untuk mengurangi demam
anak.

4. Anjurkan anak mengenakan pakaian tipis dan menyerap


keringat : pakaian tipis akan mempermudah terjadinya
penguapan keringat akibat hipertermia

- Laksanakan program medik (antibiotik, antipiretik, infus).


Rasional : Dengan pemberian anti piretik dapat menunjang
upaya-upaya perawatan dalam usaha menurunkan
panas tubuh, serta memungkinkan anak mendapatkan
terapi lebih lanjut untuk penyakitnya (pemberian
antibiotik untuk menghambat pertumbuhan basil).

5). Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan


dengan perawatan di rumah (post operasi)
Tujuan : Anak dan orang tua memahami tentang asuhan
keperawatan di rumah
Kriteria Hasil : Anak dan orang tua akan mengekspresikan
pemahamannya tentang asuhan keperawatan di
rumah
Intervensi
- Jelaskan kepada orang tua pentingnya menyiapkan
lingkungan rumah yang aman untuk anak
Rasional : Upaya pengamanan ini dapat mengurangi resiko
cedera dan perdarahan akibat terkantuk, jatuh,
laserasi, dan fungsi
- Ajarkan orang tua menerapkan tindakan kewaspadaan
Rasional : Keluarga harus megikuti kewaspadaan tertentu untuk
mencegah episode perdarahan
- Ajarkan orang tua bagaimana cara mengendalikan
perdarahan anak
Rasional : Mengendalikan perdarahan dapt mencegah hemoragik
yang mengancam hidup
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbagai gangguan yang terdapat pada saluran pencernaan bayi dan anak, salah
satunya adalah adanya obstruksi pada usus dan hal ini mencakup mekanik maupun
parakitik. Sedangkan invaginasi merupakan salah satu bentuk gangguan obstruksi
usus yang sifatnya mekanik.
Invaginasi merupakan masuknya bagian usus kedalam perbatasan atau lebih distal
dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden).
Penyebabnya masih belum diketahui, kemungkinan pemicunya adalah infeksi usus,
pertumbuhan non-kanker atau tumor kanker di usus. Tanda dan gejalanya nyeri
perut secara tiba-tiba, muntah, BAB bercampur darah, muka pucat dan lemah.
Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau kematian jaringan,
infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian. Penatalaksanaannya dapat
dilakukan suntikan salin, udara atau barium kedalam kolon.
Data yang perlu dikaji adalah pengkajian fisik secara umum, riwayat kesehatan,
observasi tingkah laku bayi atau anak, observasi manifestasi : nyeri abdomen
proksimal, anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada, muntah, letargi, feses
mengandung darah dll, dehidrasi dan demam, kaji prosedur diagnostic dan tes
seperti pemerikasaan foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram.
Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko kekurangan cairan, kurangnya
pengetahuan, dan masalah keperawatan yang muncul setelah pembedahan adalah
nyeri, resiko infeksi, resiko perdarahan, inefekstif termoregulasi, dan kurang
pengetahuan. Maka perlu dilakukan rencana keperawatan seperti pemberian cairan
intravena, pantau ttv, pantau masukan dan haluan, mendiskusikan dengan pasien
dan orangtua tentang tata cara pemberian barium enema, serta kolaborasi dengan
dokter pemberian obat analgesic. Evaluasinya adalah resti kekurangan volume
cairan tidak terjadi, kurangnya pengetahuan dapat teratasi dan nyeri pada abdomen
pasca pembedahan dapat berkurang atau hilang.
B. Saran

1. Orang tua
Diharapkan kepada orangtua memeriksakan bayi atau anaknya secepat
mungkin apa bila bayi atau anaknya menunjukan tanda dan gejala dari
invaginasi seperti nyeri perut hebat, muka pucat, lemah, muntah, dan BAB
bercampur darah. Makin cepat keadaan ini dikenali, maka makin baik
kemungkinan untuk memperbaiki keadaan dan dapat mempertahankan usus
dari kematian atau pembusukan, sehingga bagian usus dapat diselamatkan
dari kemungkinan di potong.
2. Mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahsiswa agar melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dengan tepat pada kasus ini sehingga dapat menegakkan
diagnose keperawatan dengan tepat sesuai dengan makalah yang dibuat serta
mahsiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang invaginasi,
memberikan penjelasan tanda dan gejalanya kepada masyarakat serta
tindakan apa yang harus dilakukan apabila terjadi invaginasi pada anak.
3. Perawat
Diharapkan dalam memberikan perawatan pada bayi atau anak dengan
gangguan pada saluran pencernaan obstruksi usus mekanik ini yaitu
invaginasi, perawat harus benar-benar memperhatikan tanda-tanda yang
mengarah pada rasa nyeri dan dehidrasi. Perawatan yang diberikan perawat
pada pra operasi yaitu berupa reduksi dengan barium enema, barium enema
dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti adanya tanda
obstruksi usus yang jelas. Serta memberikan perawatan post operasi yaitu
berupa memperbaiki keadaan umum, serta tindakan untuk mereposisi usus,
reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA

Beekel, Nancy. (1987). Nursing Care Plans for The Pediatric Patient. USA : The CV
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton
and Lange A Simon and Schuster Company
Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa
Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV
Mosby Company

Referensi dari Internet :

Husain. (1993).Pravelansi Invaginasi pada Anak.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Pickering. (2000). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Sapan. (1987). Pravelansi Invaginasi pada Anak.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 Maret 2012)

Anda mungkin juga menyukai