Anda di halaman 1dari 38

Mata kuliah : keperawatan anak

Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep, Ns

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana

frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram

(Syaiful Noer, 1996 ).

Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang

mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan

bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak

dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau

setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif

Mansjoer, 1999 : 501).

Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang

disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic.

Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun

konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

1
kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

B. Anatomi fisiologi

Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung

dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior

terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang

dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila

makanan melewatinya.

Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.

Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh,

tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi

dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian

anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang

jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan

absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum,

bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus

halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum

pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke

2 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini

terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan

abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan

segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan

elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri

dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa

faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar

600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas

absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya

adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.

Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik

yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

3 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

4 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Gambar 1. Anatomi Sistem Saluran Pencernaan

C. Etiologi

Faktor infeksi

a. Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.

Pada sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme

yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat

digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan

parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%)

sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus,

minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan

penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni,

clostridium defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides,

salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia

enterocolitica.

5 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium

coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia

lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides

stercoralis, dan trichuris trichuria.

b. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar,

ialah bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan

bakteri non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen

(EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp,

shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan

camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui

suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam

sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic

guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.

c. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti

: otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

D. Insiden

Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare diindonesia

saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk semua golongan umur dan 1,6 –

6 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

2,2 episode diare setiap tahunnya untukgolongan umur balita. Angka kematian diare

golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak

RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat

dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun

2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita

yangmeninggal karena dehidrasi.

E. Patogenesis

Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral.

Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja

ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang

disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi

(Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui

aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent)

dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh

terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran

cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup

lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara

7 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang

mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut

membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan

infeksi bakteri terbagi dua yaitu :

1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri

tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung

bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak

maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum

bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau

lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil

mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga

bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane

bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B

melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan

membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP

berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat

absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel

8 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi

cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak.

Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan

sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi

hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus

besar. Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya

untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya.

Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum

terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka

akan terjadi diare.

2. Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan

bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.

Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S.

Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan

Perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa

usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan

9 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum

jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.

Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak

sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air,

dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan

bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula

kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya

memperlama diare.

F. Gejala Klinik

Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri

perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus

dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering,

tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan

biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih

cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka

10 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur,

pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan

kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga

timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit

berupa nekrosis tubular akut.

Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan

pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua

disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

G. Tes Diagnostik

BAHAN PEMERIKSAAN

- Tinja - Biakan : Siggela, salmonella, E. coli, V. cholarae

- Virus : Mikroskop elektron, elisa

- Parasit : Pemeriksaan mikroskopika

- Tinja - PH dan uji reduksi

- Lemak (pewarna sudam III)

- Elektrolit dan osmolalitas

- Darah - Darah tepi lengkap

11 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

- Asam folat serum dan eritrosit

- Cairan duadenum - Mikroskopik : glordia dorstring dan loides.

- Biakan : kuman aerob dan anaerob.

H. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.

2. Dietetik.

3. Obat-obatan.

Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya

dan keadaan umum.

Jenis cairan

a. Cairan peroral :

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi

dan bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa

cairan yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap

sering disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri

(formula tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan

12 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan

sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan

untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

b. Cairan parenteral :

1). Belum ada dehidrasi

Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.

2). Dehidrasi ringan

1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik).

Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.

3). Dehidrasi sedang

1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde).

Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.

4). Dehidrasi berat

(a). Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg.

13 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB

/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB

/menit (set infus 1 ml : 20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau

4 tetes / kg BB/menit.

16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik.

Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2

tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.

(b). Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :

1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau

10 tetes/kgBB/menit.

7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit.

atau 4 tetes/kgBB/menit.

16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik.

Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa

intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.

(c). Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.

14 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb

/24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian

NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg

BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit.

20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/

menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.

2. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari

7 kg jenis makanan :

a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tak jenuh).

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

Cara memberikannya :

a. Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila

diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.

b. Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.

15 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

c. Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu

atau makanan biasa.

3. Obat-obatan

a. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.

Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.

b. Obat spasmolitik.

c. Antibiotik (Ngastiyah, 1997).

I. Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan

1. Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi. Dehidrasi ringan . ada

kemungkinan lebih disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan perawatan

medis tang efesien.

a. Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit

(dioralite).

b. Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama

malam hari, dilanjutkan selama 24 jam

c. Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15

ml susu krim separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan

16 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

d. Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit

diturunkan secara berimbang

e. Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk

Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik danbayi

mulai dirawat :

a. Dihentikannya pemberian susu

b. Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini

didasarkan pada penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat

badanterakhir. Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau intravena dan

akan tergantung pada kehilangan air dan elektrolit melalui diare.

c. Perawatan bayi dengan terapi intra vena

d. Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit

e. Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk

kmenentukan kemampuan menerima cairan

f. Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti

yangdiuraikanuntuk dehidrasi ringan

g. Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian

Dehidrasi parah. Bayi dalamkedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi :

17 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

a. Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan

peningkatan yang seksama

b. Infuse plasma untukmenggantikan penurunan volume plasma

c. Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium

bikarbonat dengan penilaian kembali status asam basa

d. Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu

diberikan kembali seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan

e. Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi

diobservasi secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum

menimbulkan perubahan aktivitas jantung, dan peningkatan kadar kalium

secara cepat membawa resiko henti jantung.

2. Perawatan rutin

a. Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi .

jika muntah parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau

streptomisin, dapat diberikan secara parenteral

b. Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya.

c. Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan

dan ekskoriasi kulit. Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang

18 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

basah dan kotor. Area popok dibasuh secara lebih dan diberikan krim

pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar merupakan cara yang

terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.

d. Inspeksi dan perawatan mulit bayi

e. Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam

hal perawatan anak,ibu harusdidorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan

dapat diawasi dan diberikan bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa

banyak bayi yangmenderita gastroenteritis kendatipun perawatan bayi yang

bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan ini.

f. Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan

mencapai tingkat sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi

pertambahan berat badan anak yang memuaskan dan tidak terdapat muntah

atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang tua diminta untuk

datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk menilai

kemajuan bayi.

19 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan data

Dapatkan riwayat penyakit dengan cermat termasuk hal-hal berikut :

a. Kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi

b. Kemungkinan infeksi di tempat lain (misalnya pernafasan, infeksi saluran

kemih)

c. Lakukan pengkajian fisik secara rutin, dapatkan data misalnya :

1) Muntah atau diare

2) Anak biasanya gelisah dan sulit tidur

3) Rasa haus

4) Mata dan abdomen cekung

5) Turgor kulit buruk

6) Ekstermitas dingin dan sianotik

20 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

7) Peningkatan suhu tubuh

8) Nadi cepat, pernafasan cepat

d. Observasi adanya manifestasi gastroenteritis

e. Kaji status dehidrasi

f. Catat keluaran fekal – jumlah, volume, karakteristik

g. Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan – tenesmus, kram,

dan muntah

h. Bantu dengan prosedur diagnostic

i. Deteksi sumber infeksi

2. Analisa data  Patofisiologi (Penyimpangan KDM)

infeksi oleh bakteri

Infeksi oleh virus (kelompok shigella) invasi epitelium

(rotavirus)

masuk ke dalam lambung ulserasi mukosa superfisial

Menginfeksi sel epitel

Usus halus (enterosit) ke duodenum nyeri dan kram abdomen

21 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

kerusakan jonjot-jonjot bakteri memproduksi GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

usus halus enzim mucinase

enterosit yang rusak penetrasi kedinding perubahan status kes anak

digantikan oleh enterosit sel epitel

baru yang belummatang koping orang tua tidak kefektif

mengeluarkan toksin

atrofi jonjot-jonjot usus halus subunit A&B KECEMASAN ORANG TUA

gangguan absorbsi cairan subunit A bersentuhan dgn

dan makanan membran sel mengeluarkan

cAMP

peningkatan tekanan koloid

osmotic usus sekresi cairan usus di kripta vili

menghambat absorbsi diapical vili

hiperperistaltik

volume cairan di intra lumen usus meningkat

DIARE NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN

peningkatan frekwensi BAB KURANG VOLUME CAIRAN

22 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

sifat asam dari feces feces mengandung bakteri RESIKO TINGGI INFEKSI

RESIKO KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT tehnik desinfektan dan perawatan yang kurang baik

3. Diagnosa keperawatan yang muncul

a. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasian atau

gangguan usus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya ulserasi epithelium

usus

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus

saluran gastrointestinal (GI)

e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi

dengan iritasi pada daerah anal dan bokong.

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan

melalui diare, masukan yang tidak adekuat.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

perawatan di rumah.

h. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

23 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

B. Perencanaan keperawatan

1. Diare berhubungan dengan infeksi, ingesti makanan pengiritasian atau gangguan

usus.

Tujuan : Pola defekasi klien dapat kembali normal seperti sebelum dirawat di

rumah sakit

Intervensi :

a. Pertahankan status puasa sampai frekuensi dan volume defekasi menurun.

Rasional : untuk mencegah iritasi lebih lanjut.

b. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik,

jumlah dan faktor pencetus.

Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji

beratnya episode.

c. Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping

tempat tidur.

Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju

metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak

24 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia / jatuh bila alat-

alat tidak dalam jangkauan tangan.

d. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan

diare

Rasional : menghindarkan iritan yang dapat meningkatkan istirahat usus.

e. Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap

Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan / cairan. Makan kembali

secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah atau diare.

Tujuan : status volume cairan kembali normal, dengan kriteria membran

mukosa lembab turgor kulit normal, penambahan berat badan,

haluaran urine sesuai usia.

Intervensi :

a. Monitor intake dan output.

Rasional : catatan mengenai intake dan output dapat mendeteksi dini

adanya ketidakseimbangan cairan.

b. Timbang berat badan tiap hari

25 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Rasional : penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi

kehilangan cairan.

c. Pantau tanda dan gejala dehidrasi seperti : turgor kulit,

warna kulit, keadaan ubun-ubun, membran mukosa, haus.

Rasional : adanya turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung,

membran mukosa kering, mengindikasikan adanya dehidrasi.

d. Beri cairan parenteral dengan pemberian cairan elektrolit

sesuai pesanan.

Rasional : pemberian cairan parenteral sangat dibutuhkan jika klien telah

mengalami dehidrasi atau resiko terjadinya dehidrasi.

e. Berikan cairan peroral kepada klien

Rasional : pemberian cairan peroral dapat mengembalikan cairan dan

elektrolit yang hilang melalui muntah dan defekasi.

f. Beri agens antimikroba sesuai ketentuan

Rasional : untuk mengobati pathogen khusus yang menyebabkan kehilangan

cairan berlebihan

g. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman

berkarbonat, dan gelatin.

26 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Rasional : minuman ini biasanya mengandung tinggi karbohidrat, rendah

karbohidrat, dan mempunyai osmolalitas tinggi.

3. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya ulserasi epithelium usus

tujuan : nyeri hilang atau dapat terkontrol

intervensi :

a. Kaji kram abdomen atau nyeri

Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan

penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi

b. Catat petunjuk non verbal,misalnya gelisah, menolak untuk bergerak, dsb

Rasional : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan

fisiologik dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal

untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.

c. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri

Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus dan factor pemberat

atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi

d. Beri tindakan nyaman (misalnya pijatan punggung, ubah posisi)

27 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Rasional : meningkatkan relaksasi,memfokuskan kembali perhatian

e. Lakukan modifikasi diet sesuai resep misalnya memberikan cairan dan

meningkatkan makanan padat sesuai toleransi

Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran

gastrointestinal (GI)

Tujuan : pasien (orang lain) tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal.

Intervensi :

a. Pertahankan pencucian tangan yang benar.

Rasional : untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.

b. Pakaikan popok dengan tepat.

Rasional : untuk mengurangi kemungkinan penyebaran faeces.

c. Gunakan popok sekali pakai.

Rasional : super absorbent untuk menampung faeces dan menurunkan

kemungkinan terjadinya dermatitis.

28 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

d. Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari menempatkan

tangan dan objek dalam area terkontaminasi.

Rasional : mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.

e. Ajarkan teknik, bila mungkin, tindakan perlindungan.

Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi seperti pencucian tangan

setelah penggunaan toilet.

f. Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktek isolasi,

khususnya mencuci tangan.

Rasional : untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi dengan

iritasi pada daerah anal dan bokong.

Tujuan : kulit perineal mengalami pemulihan dengan kriteria warna kulit

perineal sama dengan area sekitarnya dan tidak terjadi lecet serta

kemerahan.

Intervensi :

a. Jaga daerah pemasangan popok agar tetap bersih dan kering.

Rasional : agar daerah perineal tidak lembab yang memudahkan

terjadinya lecet.

29 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

b. Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non alkalin dan air

atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut

Rasional : karena feses diare sangat mengiritasi

c. Observasi kemerahan dan pucat

Rasional : area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan

pengobatan lebih intensif.

d. Berikan perawatan kulit, berikan perhatian khusus pada lipatan kulit.

Rasional : kelembaban dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.

e. Ganti popok / alat tenun setiap kali basah

Rasional : menghindari pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme.

f. Berikan salep pelindung setiap mengganti popok / pakaian

Rasional : salep pelidung kulit mengurangi kontak kulit perineal dengan

asam dan cairan faeces.

g. Hindari menggunakan tissue basah yangdijual bebas yang mengandung alcohol

pada kulit yang terekskorasi

Rasional : karena bahan ini akan menyebabkan rasa menyengat.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui

diare,masukan yang tidak adekuat.

30 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi melalui intake yang adekuat dengan kriteria

adanya penambahan berat badan.

Intervensi :

a. Timbang berat badan dengan timbangan yang sama

Rasional : meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat

hasil timbangan ini memaksa isu kepercayaan pada pasien

yang biasanya tidak mempercayai orang lain.

b. Awasi pemasukan diet jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi

sering dan tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.

Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat

masukan makanan sulit pada sore hari.

c. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

Rasional : menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu

makan.

d. Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel, dan roti panggang atau

teh.

31 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Rasional : diet ini rendah dalam energi dan protein, terlalu tinggi dalam

karbohidrat dan rendah elektrolit.

e. Anjurkan makan dalam posisi tegak.

Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat

meningkatkan nafsu makan.

f. Konsul pada ahli diet dukungan tim nutrisi untuk pemberian diet sesuai

kebutuhan pasien.

Rasional : berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi

kebutuhan individu.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai

perawatan di rumah.

Tujuan : pasien / orang tua menunjukkan pemahamannya tentang perawatan

di rumah dan evaluasi serta menyatakan mengerti instruksi diet yang

harus dijalankan.

Intervensi :

1) Ajarkan pada orang tua tentang kegunaan obat- obat seperti antimuntah atau

anti diare.

32 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Rasional : Memberikan instruksi untuk meningkatkan pemahaman

terhadap aturan pengobatan. Pemahaman tentang efek

samping harus disampaikan sehingga orang tua dapat mencari

bantuan jika diperlukan.

2) Jelaskan kepada orang tua untuk selalu memonitor adanya muntah atau diare

pada anak dan denyut nadi yang tidak teratur serta langsung melaporkan

kepada dokter.

Rasional : adanya tanda-tanda muntah dan diare merupakan gejala

ketidak seimbangan cairan.

3) Ajarkan kepada orang tua bagaimana penanganan diare di rumah.

Rasional : dengan mengetahui cara penanganan diare di rumah

memudahkan orang tua memberi tindakan sebelum membawa

klien ke rumah sakit.

4) Diskusikan pentingnya masukan cairan yang adekuat serta kebutuhan pasien.

Rasional : mempercepat penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.

8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi sakit

Tujuan : menurunkan rasa takut dan cemas orang tua terhadap keadaan

anaknya.

33 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Intervensi :

a. Berikan informasi tentang proses penyakitnya dan antisipasi tindakan.

Rasional : mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.

b. Kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang

memungkinkan membuat pilihan berdasarkan informasi.

c. Dorong menyatakan perasaan berikan umpan balik.

Rasional : membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang

terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan

stres.

d. Akui bahwa ansietas dan mirip dengan yang diekspresikan orang lain.

Tingkatkan perhatian mendengar pasien.

Rasional : validasi bahwa perasaan normal dan dapat membantu

menurunkan stres.

34 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

e. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

Rasional : keterlibatan klien/ keluarga dalam perencanaan perawatan

memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.

f. Bantu untuk mengidentifikasi atau memerlukan perilaku koping yang

digunakan pada masa lalu.

Rasional : perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada penerimaan

masalah / stres saat ini.

C. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi

tindakan-tindakan yang direncakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses

keperawatan harus kerjasama dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain, keluarga

klien dan dengan klien sendiri.

Dalam proses pelaksanaan perawatan mencakup 3 hal :

a. Melaksanakan rencana keperawatan.

35 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan, merupakan dasar

atau pedoman dalam intervensi dalam perawatan.

b. Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien.

Dalam mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dituntut upaya yang tidak

tergesa-gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebagai akibat

tindakan perawatan yang diberikan dengan melihat, akan sangat membantu

perawatan dalam mengidentifikasi rekasi klien yang mungkin menunjukkan adanya

penyimpangan-penyimpangan.

c. Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien.

Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang

diharapkan. Langkah ini merupakan syarat yang pertama yang dipenuhi bila

perawat telah mencapai tujuan. Syarat yang kedua adalah intervensi perawatan

dapat diterima oleh klien.

D. Evaluasi

Merupakan proses yang kontinyu dan penting untuk menjamin kualitas dan

ketepatan perawatan yang diberikan dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk

menetukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

36 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

Yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

1. Apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum ?

2. Apakah masalah yang ada sudah terpecahkan atau belum?

3. Apakah perlu pengkajian kembali?

Hasil yang diharapkan :

a. Melaporkan pola defekasi normal.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan

1). Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

2). Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot

3). Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor kulit normal.

4). Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran

5). berat jenis urin dalam batas normal

c. Nyeri hilang atau terkontrol

d. Tidak terjadi penyebaran infeksi ke orang lain

e. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit dengan :

1). Mempertahankan integritas kulit

2). Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit

37 Kelompok II
Mata kuliah : keperawatan anak
Dosen pengajar : Hj. Halwatia, SKep,Ns

f. Anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukkan

penambahan berat badan yang memuaskan

g. orang tua menunjukkan pemahamannya tentang perawatan di rumah

dan evaluasi serta menyatakan mengerti instruksi diet yang harus dijalankan

h. Mengalami penurunan tingkat ansietas

38 Kelompok II

Anda mungkin juga menyukai