Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS LENGKAP

PADA An. “F” DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS DI ZALL


ANAK RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOH. HASAN PALEMBANG

Disusun Oleh:

1. Ahmad Firman Efendi (21120007)


2. Ahmad Robby Masduki (21120008)
3. Andini (21120009)
4. Cindy Pricilia (21120010)

Program Studi: PSIK tingkat II/Semester IV

Pembimbing Praktik Klinik: Pembimbing Akademi:


Romiko, S.Kep., Ns., MNS Septi Ardianty, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
Gastroenteritis (GEA)

A. Definisi Gastroenteritis Akut


Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal (Muttaqin & Sari
2011). Infeksi gastroenteritis pada usus, keparahan dapat berkisar dari gangguan
perut ringan selama sehari atau dua hari dengan diare ringan, sedang sampai
berat dan muntah-muntah selama beberapa hari atau lebih lama. Gastroenteritis
adalah inflamasi yang disebabkan oleh bermacam-macam bakteri, virus, dan
parasit yang patogen pada daerah lambung dan intestinal (Devrajani et al 2009).

Berdasarkan penyebabnya, gastroenteritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu diare


infeksi mikroorganisme (jasad renik) seperti bakteri, virus, dan parasit; serta
diare non infeksi seperti faktor psikologis karena ketakutan atau kecemasan.
Bakteri yang sering menimbulkan diare infeksi atau gastroenteritis adalah
Shigella, Vibrio cholerae, Salmonella (non thypoid), Campylobacter jejuni, serta
E. coli, Clostridium difficile (WGO European 2014).

Diare dalam gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam (Ciesla 2003). Diare
dianggap sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan
mikroorganisme keluar tubuh. Diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang
sampai berat. Terapi simptomatik juga diperlukan untuk menghentikan diare
atau mengurangi volume feses, karena diare dengan buang air besar berulang
kali merupakan suatu keadaan yang mengganggu aktifitas sehari hari (Zein et al
2004).

2
B. Etiologi
Bakteri yang paling umum menyebabkan gastroenteritis adalah jenis
Salmonella, Campylobacter, Shigella dan Yersinia. Vibrio cholera tetap menjadi
penyebab utama diare, terutama pada daerah dengan kebersihan yang terganggu.
Giardia lamblia adalah infeksi dari protozoa paling umum yang menyebabkan
gastroenteritis, meskipun cenderung dikaitkan dengan lebih banyak diare yang
menetap. Hal ini menunjukkan peningkatan bahwa sanitasi tidak akan
menurunkan prevelensi penyakit pada infeksi virus tetapi dpat membantu dalam
pencegahan parasite dan infeksi bakteri. Penyebab Gasreoenteritis yang paling
sering adalah bakteri atau virus. Organisme penyebab yang sering di temui
termasuk diantaranya Campylobacter, E. coli, Rotavirus, Shigella, Salmonella
dan Giardia Lamblia (Shulman et al 2001).

C. Anatomi dan Fisiologi

Setiap sel-sel dalam tubuh kita memerlukan adanya suplai makanan yang terus
menerus untuk dapat bertahan hidup terus. Makanan tersebut akan memberikan
energi, membangun jaringan-jaringan baru, mengganti jaringan-jaringan yang
tua atau rusak dan memegang peranan utama dalam pertumbuhan. Fungsi
utama Sistem Gastrointestinal ialah menyediakan suplai yang

3
berkesinambungan untuk tubuh seperti air, elektrolit, zat gizi dan lain
sebagainya. Sebelum zat-zat air, elektrolit, zat gizi ini diperoleh tubuh makanan
yang kita makan harus berjalan atau digerakkan sepanjang saluran pencernaan
dengan kecepatan yang sesuai agar dapat berlangung fungsi pencernaan dan
absorbsi.
Tractus Gastrointestinal merupakan sebuah saluran makanan yang panjang
terbentang mulai dari mulut sampai dubur. Dalam keseluruhan dinding Tractus
Gastrointestinal terdiri dari empat lapisan dinding, yaitu: tunico mukosa
(lapisan terdalam yang merupakan lapisan terdalam dan didalam tunico
mukosa terdapat enzim yang membantu proses makanan secara kimiawi).
tunico submukosa merupakan lapisan jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung pembuluh darah, tunica muskularis (merupakan dua lapisan otot:
lapisan otot sirkuler dan lapisan otot logitudinal), tunica serosa / tunica
adventitia merupakan lapisan terluar dan sangat tipis:
a. Mulut
Mulut (OS) dan rongga mulut merupakan bagian permulaan tractus
Gastrointestinal. Cavum Oris, mempunyai batas-batas: sebelah depan
(rima oris), belakang (istmus favcium), dinding samping bibir dan pipi,
batas atas (maxila) terdiri dari palatum mole dan palatum durum.
Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula (rahang bawah), lidah, regio
submandibularis. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ
otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah
(mastikasi), menelan (deglution) bicara (spech) dan pengecap, kemudian
terdapat kelenjar air utama yaitu: glandula parotis, glandula sublingualis,
glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan
salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
pengunyah dan bicara.
b. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang
kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii (dasar
tengorokan) yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi

4
tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus
(makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
c. Esophagus
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari
jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan
bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
d. Lambung
Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal
dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “
terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah
diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis
dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu
proses penyembuhan eritrosid.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai
muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen
terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter.
Usus halus dibagi menjadi:
a) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat
pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila vateri.
Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak mengandung
kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang
diebut kelenjar brunner.
b) Yeyenum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada
dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang sikenal sebagai
mesentrum. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
perantara lubang orifisium ileosinkalis. Dialam tunica propria (bagian
alam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli

5
lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di
ileum plicae cirkulares dan villi akan berkurang, sedangkan kelompok
noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara
20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri,
yang menjadi tanda khas ileum. Fungsi dari usus halus antara lain
menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein
dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk
emulasi lemak.
f. Usus besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah
seperti huruf “U“terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang
lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus besar
terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan
sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian
sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.
g. Anus
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga
spinter yaitu:
a) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak.
b) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak.
c) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.

D. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Muttaqin dan Sari 2011). Perubahan pada usus kecil biasanya bukan
disebabkan karena peradangan, sedangkan diusus besar disebabkan karena
peradangan (Irianto 2015).

6
Keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu sehingga menyebabkan diare,
terjadi karena 4 mekanisme patofisiologi umum, yaitu perubahan transport ion
aktif dengan cara menurunkan penyerapan natrium atau meningkatkan sekresi
klorida, perubahan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik, peningkatan osmolaritas luminal dan peningkatan tekanan
hidrostatik jaringan.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah.
Mekanisme terjadinya gastroenteritis pada diare akut maupun kronis dapat
dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare,
contohnya adalah melabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat
garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin
yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu,
asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon
intestinal seperti gastrin Vasoactive Intestinal Polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik atau akibat garam magnesium.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar, inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi Gluten Sensitive Enteropathy, Inflammatory
Bowel Disease (IBD) atau akibat radiasi (Zein et al 2004). Kelompok lain adalah
akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih
cepat, sehingga menyebabkan diare (Zein et al 2004).
Menurut suharyono (2008), sebagai akibat diare (baik akut maupun kronik) akan
terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.

7
b. Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat
dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera ditolong dapat meninggal.
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, sehingga terjadi penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat.

8
E. Pathway Gastroenteritis

9
F. Manifestasi Klinis
Gejala gastroenteritis berlangsung dalam waktu yang pendek (2-5 hari, tetapi
terkadang ada beberapa hari tambahan), gejala yang muncul pada gastroenteritis
antara lain: diare tidak berdarah, mual, muntah (kadang-kadang kurang dar 48
jam), nyeri perut (hilang timbul, karena pergerakan usus). Gejala lain yang dapat
muncul antara lain demam ringan (sekitar 37,70C), terkadang nyeri kepala, nyeri
otot dan perasaan lelah. Semua gejala tersebut dapat berkembang menjadi
gastroenteritis yang berat seperti dehidrasi yang dapat mengancam jiwa,
terutama pada anak-anak (Daldiyono 2006).
a. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200gram atau 200 ml dalam 24 jam. Pada kasus
gastroenteritis, diare secara umum terjadi karena adanya peningkatan
sekresi air dan elektrolit (Simadibrata et al 2009).
b. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut banyak
jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul
ada hubungannya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus,
adakah penjalaran tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain.
Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ berbeda, misalnya pada
lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan
makanan dan berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus
akan timbul nyeri disekitar umbilukus yang mungkin sapat menjalar ke
punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila pada usus
besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon jarang
bertempat diperut bawah (Hadi 2002).

10
c. Mual dan Muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung
melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya
muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medulla
oblongata yang berdekatan dengan pusat-pusat lain yang meregulasi
pernapasan, vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga
memiliki peranan dalam terjadinya muntah (Hasler 2012).
d. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu tubuh normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu (set
point) di hipotalamus (Dinarello dan Porat 2012). Temperatur tubuh
dikontrol oleh hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior
hipotalamus dan Posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu dari
saraf perifer yang 13 mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin dikulit
yang lain dari temperatur darah. Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh
termoregulatory centre dihipotalamus yang mempertahankan temperatur
normal. Pada lingkungan dengan suhu netral, metabolic ratemanusia
menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk
mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,50C (Dinarello dan
Porat 2012).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila,2013) pemeriksaan diagnostik:
a. Pemeriksaan tinja diperiksa dalam hal volume, warna, dan konsistensinya
serta diteliti adanya mucus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak
dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan dengan penyakit usus
halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. coli, Enterovirus dan
Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan
kemungkinan adanya peradangan kolon. Ph tinja yang rendah menunjukkan
adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah/Ph kurang dari 5,5
makan penyebab diare bersifat tidak menular,

11
b. Pemeriksaan darah, pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum,
kreatinin dan berat jenis plasma. Penurunan ph darah disebabkan karena
terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit
terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
c. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

H. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis: keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah,pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik:
a) Inspeksi: mata cekung, membran mukosa kering,berat badan
menurun,anus kemerahan.
b) Perkusi: adanya distensi abdomen.
c) Palpasi: turgor kulit kurang elastis.
d) Auskultasi: terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.

I. Komplikasi
Menurut (Ngastiyah,2014) komplikasi yang terjadi akibat gastroenteritis:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat).
b. Rejatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila
penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah.
c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisensi enzim
lactase.

12
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama atau
kronik).

J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Rehidrasi
Bagian paling penting dalam pengobatan gastroenteritis adalah mencegah,
mengobati dehidrasi dan kehilangan garam. Untuk terapi rehidrasi
dilakukan dengan pemberian Cairan Rehidrasi Oral (CRO) atau ORS (Oral
rehydration solution) (Tan & Rahardja 2007).
b. Terapi Rehidrasi Oral (TRO)
Terapi Rehidrasi Oral (TRO). TRO adalah pemberian solusi tepat melalui
mulut untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi yang disebabkan karena
gastroentritis. TRO adalah standar untuk manajemen efikasi dan keefektifan
biaya pada gastroenteritis, juga pada negara berkembang (WGO 2008).
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut.
c. Pengobatan Kausal
Pengobatan yang diberikan setelah mengetahui penyebab yang pasti. Jika
kausa diare adalah penyakit parenteral, maka diberikan antibiotik. Jika tidak
terdapat infeksi parenteral, obat antibiotik baru boleh diberikan jika pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri patogen (Suraatmaja 2007).
Penyakit gastroenteritis akut umumnya bersifat self-limiting atau ringan dan
tanpa komplikasi, sehingga pada umumnya tidak diperlukan antibiotik.
Hanya pada infeksi oleh bakteri tertentu perlu diberikan suatu obat
kemoterapi yang bersifat mempenetrasi baik kedalam jaringan yaitu dengan
antibiotik seperti Amoksisilin, Tetrasiklin, dan Fluorokinolon (Tan &
Raharja 2007).
d. Pengobatan Sistemik
Obat-obat yang bersifat antimotilitik tidak dianjurkan pada diare karena
infeksi atau gastroenteritis dengan sindroma disentri yang disertai demam.

13
Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik pada diare akut diberikan
pertimbangan klinis yang matang terhadap cost-effective. Kontroversial
seputar obat simptomatik tetap ada, meskipun uji klinis telah banyak
dilakukan dengan hasil yang beragam pula, tergantung jenis diare dan
terapinya kombinasi yang diberikan. Pada prinsipnya, obat simptomatik
bekerja dengan mengurangi volume feses dan frekuensi diare ataupun
menyerap air (Wingate et al 2001).
e. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran
cerna. Untuk mengurangi atau menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah adekuat (Amin 2015).
f. Antibiotik
Antibiotik yang digunakan pada Gastroenteritis Akut menurut FRS rumah
sakit antara lain:Golongan kuinolon yaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 5-7 hari.Trimetropim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1
tablet/hari.Metronidazole dapat digunakan dengan dosis 3x 500 mg/hari
selama 7 hari. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi. 18 Antibiotik hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena Shigellosis), dan kolera. Sedangkan
obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(Amoeba, Giardiasis) (Kemenkes 2011).

14
K. Askep Teoritis
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith
Greenberg,1992 adalah:
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor
dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat keperawatan
a) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
b) Keluhan utama: Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak
air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor
kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekuensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Diagnosis medis dan terapi: Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena dan antibiotik.
f. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan)
a) Persepsi Kesehatan:
Pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien
sehari-sehari kurang baik.
b) Nutrisi metabolic:
Diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan
berat badan pasien.

15
c) Pola eliminasi:
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK
sedikit atau jarang.
d) Aktivitas:
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e) Tidur/istirahat:
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
f) Kognitif/perceptual:
Pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi
karena nyeri abdomen.
g) Persepsi diri/konsep diri:
Pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologis
nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h) Seksual/reproduksi:
Mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit.
i) Peran hubungan:
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j) Manajemen koping/stress:
Pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi
pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
k) Keyakinan/nilai:
Pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena
gejala penyakit.

16
L. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan
dengan mual dan muntah.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang
berlebihan.
d. Gangguan rasa nyaman kecemasan

M. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Diagnosa Tujuan: Intervensi:
Keperawatan 1: Devisit cairan dan elektrolit a) Observasi
Defisit volume cairan teratasi. tanda-tanda
dan elektrolit kurang vital.
dari kebutuhan tubuh Kriteria hasil: b) Observasi
berhubungan dengan Tanda-tanda dehidrasi tidak tanda-tanda
output cairan yang ada, mukosa mulut dan bibir dehidrasi
berlebihan. lembab, balan cairan c) ukur infus dan
seimbang output cairan
(balance)
d) berikan dan
ajurkan
keluarga untuk
memberikan
minum yang
banyak kurang
lebih 2000-
2500 cc per
hari.

17
e) Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
terapi cairan,
pemeriksaan
lab elektrolit.
f) Kolaborasi
dengan ahli
gizi dalam
pemberian
cairan rendah
sodium.
2. Diagnosa Tujuan: Intervensi:
Keperawatan 2: Gangguan pemenuhan a) Kaji pola
Gangguan kebutuhan kebutuhan nutrisi teratasi. nutrisi klien
nutrisi kurang dari dan perubahan
kebutuhan tubuh Kriteria hasil: yang terjadi
berhubuingan dengan Intake nutrisi klien b) Timbang berat
mual dan muntah. meningkat, diet habis 1 badan klien.
porsi yang disediakan, c) Kaji faktor
mual, muntah tidak ada penyebab
gangguan
pemenuhan
nutrisi.
d) Lakukan
pemeriksaan
fisik abdomen
(palpasi,
perkusi, dan
auskultasi).

18
e) Berikan diet
dalam kondisi
hangat dan
porsi kecil tapi
sering.
f) Kolaborasi
dengan tim
gizi dalam
penentuan diet
klien.
3. Diagnosa Tujuan: Intervensi:
Keperawatan 3: Gangguan integritas kulit a) Ganti popok
Gangguan integritas teratasi. anak jika
kulit berhubungan basah.
dengan iritasi, frekuensi Kriteria hasil: b) Berikan
BAB yang berlebihan. Integritas kulit Kembali bokong
normal, iritasi tidak ada, perlahan sabun
tanda-tanda infeksi tidak non-alkohol.
ada. c) Beri zalp
seperti zinc
oxsida bila
terjadi iritasi
pada kulit.
d) Observasi
bokong dan
perineum dari
infeksi.
e) Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian

19
terapi antifungi
sesuai indikasi

N. Implementasi
Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai strategi tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam masalah keperawatan gastroenteritis
akan dilakukan implementasi:
a. Melakukan pengkajian terhadap asupan nutrisi.
b. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi.
c. Menjelaskan pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada anak 0-
5 tahun.
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman.

O. Evaluasi
Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan,
bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap perencanaan yang telah
diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari perencanaan
keperawatan.
a. Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien dan keluarga
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada
catatan perawat, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawata.
b. Evaluasi Sumatif SOAP
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan yang
merupakan rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang
atau pindah. Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah kebutuhan nutrisinya sesuai dengan usianya.

20
LAPORAN KASUS LENGKAP
Asuhan Keperawatan Pada An. “F” Dengan Gastroenteritis (GEA)
Di Ruang Zall Anak Rumah Sakit Bhayangkara Moh.Hasan Palembang
Tahun 2022

A. PENGKAJIAN
Identitas/Biodata pasien
Nama : An. F Tgl MRS : 26/05/2022
Tempat/tgl. Lahir : 21 Juli 2021 No. RM : 11 84 32
Usia : 10 bulan Diagnosa : GEA
Nama ayah/ibu : Purwoarie
Pekerjaan ayah : POLRI
Alamat : Komplek Jaka Permai
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia

B. RIWAYAT PENYAKIT PASIEN


a. Riwayat penyakit: keluhan utama (saat masuk RS):
“keluhan BAB cair sejak kurang lebih 2 hari, BAB kurang lebih 20x/hari,
warna kuning kehijauan, air berserta ampas, adanya lendir, dan tidak
terdapat darah di feses”.
b. Riwayat penyakit: keluhan utama (saat pengkajian):
“Ibu juga mengeluh anaknya demam, nafsu makan menurun, tidak batuk,
tidak pilek dan tidak alergi obat”.
c. Riwayat penyakit dahulu:
“orang tua pasien mengatakan anak belum pernah dirawat dengan keluhan
yang sama”.
d. Riwayat Keluarga:
“orang tua pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit seperti penyakit bawaan/keturunan”.

21
e. Riwayat Masa Lampau:
1. Penyakit waktu kecil : Tidak ada
2. Pernah dirawat di RS : Tidak ada
3. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
4. Tindakan (operasi) : Tidak ada
5. Alergi : Tidak ada
6. Kecelakaan : Tidak ada
7. Imunisasi : Ya

f. Riwayat keluarga:
Genogram 3 generasi

22
g. Riwayat sosial:
Yang mengasuh : Ibu An.F
Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : Baik
Lingkungan rumah : Bersih

C. DATA OBYEKTIF

a. Pemeriksaan umum
Pasien dalam keadaan compos mentis, terpasang alat medis IVFD

Tanda-tanda Vital

Nadi : 90x/menit BB sebelum masuk RS: 9kg

Suhu : 38,0 0C BB masuk RS: 8kg

RR : 24x/menit

b. Head to Toe
a) Kepala
Ukuran kepala mikrosefal dengan wajah simetris, rambut hitam dan
sulit di cabut.
b) Telinga
Terdapat serumen
c) Mata
Mata cekung dan berair, tidak mengalami konjungtivis.
d) Hidung
Tidak mengalami pernafasan cuping hidung, tidak pilek.
e) Bibir
Kering dan pucat, tidak mengalami stomatitis.
f) Lidah
Lidah kotor namun tidak mengalami tremor.

23
g) Leher
Tiroid tidak teraba, kelenjar getah bening tidak teraba.
h) Thorak
Bentuk simetris, tidak ada sesak nafas, tidak ada nyeri tekan.
i) Jantung
Tidak ada jejas, tidak ada ujung jari tabuh.
j) Abdomen
bentuk cembung, tidak ada masa saat dilakukan palpasi, tidak ada nyeri
tekan pada area abdomen, tidak ada luka operasi, tidak ada drain, tidak
ada nyeri tekan pada ginjal.
k) Syaraf
Refleks patofisiologis babinsky, tidak ada gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman.
l) Kulit
Turgor kulit, tidak ada kelainan ekstermitas, tidak ada edema.
m) Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia.

24
c. Terapi/pengobatan yang di terima pasien
a) IVFD RL 500ml gtt 20tpm
b) IVFD Ka-en 3A 16x/m gtt 20tpm
c) Pemberian inj. Ceftazidime 3x300mg (IV)
d) Pemberian obat oral Zinkpro 1x1 cc

25
D. ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Virus, parasit, bakteri, Defisit volume cairan
- Keluarga mengatakan An.F diare sejak 1 hari yang mikroorganisme
lalu
- Keluarga mengatakan An.F bab encer kurang lebih
20 x hari BAB sering dengan
- Mata tampak agak cekung konsistensi encer

DO:
- Bising usus 15x/i Banyaknya cairan yang
- TTV: T: 37,70C keluar
N: 120x/mnt
RR: 20x/mnt
Dehidrasi

Defisit volume cairan

26
2. DS: Distensi abdomen Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
- Ibu pasien mengatakan anaknya muntah 2 kali
sehari
dan nafsu makan menurun Mual muntah

DO:
- Makan 3 kali sehari hanya 5 sendok Nafsu makan menurun
- Muntah 2 kali sehari 50 cc X 2 = 100 cc

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

3. DS: Diare Integritas Kulit


- Ibu mengatakan kemerahan pada sekitar anus dan
selangkangan
DO: Frekuensi BAB meningkat
- Tampak kemerahan sekitaran anus dan
selangkangan
- Adanya ruam Kerusakan integritas Kulit

27
4. DS: BAB sering dengan Gangguan rasa nyaman
- Ibu mengatakan anak menangis terus - menerus konsistensi encer
- Ibu mengatakan anak juga rewel

DO: Reflek spasme otot dinding


- Wajah An.F tampak perut
merisngis kesakitan
- Nadi : 120x/mnt
Distensi abdomen

Gangguan rasa nyaman

28
E. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Integritas pada kulit.
4. Gangguan rasa nyaman.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN (DK)


No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan
1. Senin, 30 Mei 2022 Defisit volume cairan dan elektrolit b.d diare
Ds: orangtua mengatakan anak BAB kurang lebih 20x cair dan
berampas.

Do: Akral hangat


N: 90x/menit
Turgor kulit 3 detik
Membran mukosa kering
Hematokrit 36,7%
Derajat dehidrasi 9%

29
2. Senin, 30 Mei 2022 Defisit nutrisi b.d diare, kurangnya asupan makanan
Ds: - orangtua mengatakan anaknya mual saat di beri ASI
Do:
BB: 9kg
Hematokrit: 36,7%
Mata cekung dan berair
Mukosa mulut kering
3. Selasa, 31 Mei 2022 Resiko integritas/iritasi kulit b.d efek prosedur invasif
Ds:
Orangtua pasien mengatakan anak sudah dirawat 4 hari di RS
Bhayangkara
Do:
Tanggal MRS: 26 Mei 2022
Tanggal Pemasangan IVFN:26 Mei 2022
Terpasang infus RL 22 Tpm.
Hasil lab leukosit:
13.200/mm3

30
4. Selasa, 31 Mei 2022 Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
Ds:
1. Orangtua pasien mengatakan anak Menjadi rewel
2. Orangtua pasien mengatakan anak mual/muntah saat diberi ASI
Do:
Anak tampak gelisah.
Menangis ketika datang perawat atau mahasiswa.

31
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Defisit volume cairan dan Setelah dilakukan 1.7 Monitor status dehidrasi
elektrolit b.d diare asuhan keperawatan (kelembaban membran mukosa,
3x8jam diharapkan nadi adekuat, tekanan darah
masalah ketidakseimbangan cairan dan ortostatik) jika diperlukan.
elektrolitteratasi dengan
kriteria hasil: 1.8 Monitor vital sign.

1. Mempertahankan urin output sesuai 1.9 Monitor status cairan termasuk


dengan usia, BB. intake dan output cairan.
2. Nadi, suhu tubuh dan tekanan darah
nomal. 1.10 Monitor tingkat hb dan
3. Tidak ada tandatanda dehidrasi, hematokrit.
elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 1.11 Monitor berat badan
yang berlebihan.
1.12 Dorong orangtua pasien untuk
meningkatkan intake oral.

32
4. Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
5. Frekuensi muntah atau mual berkurang.
6. Tidak ada tanda dehidrasi.
7. Tekanan nadi dan suhu tubuh dalam
batas normal.

2. Defisit nutrisi b.d diare, Setelah dilakukan asuhan perawatan 2.1 Kaji adanya alergi.
kekurangan asupan makanan 3x/8jam diharapkan defisit nutrisi teratasi
dengan Kriteria Hasil: 2.2 Kaji status nutrisi.

1. Adanya peningkatan berat badan 2.3 Kolaborasi dengan ahli gizi


sesuai dengan berat badan ideal. untuk menentukan jumlah kalori
2. Berat padan sesuai dengan usia anak. dan nutrisi yang dibutuhkan.
3. Tidak ada tanda malnutrisi.
4. Tidak terjadi penurunan berat badan 2.4 Beri diit tinggi serat untuk
yang berarti. mengurangi konstipasi.

33
2.5 Monitor tanda-tanda vital dan
berat badan.

2.6 Kaji kemampuan pasien dalam


memenuhi kebutuhan
nutrisi sesuai.

2.7 Monitor adanya muntah dan


mual.

3. Resiko integritas/infeksi pada Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3.1. Ganti letak IV perifer dan line
kulit
3 x 8 jam diharapkan tidak terjadi resiko central dan dressing sesuai dengan
infeksi dengan kriteria hasil: petunjuk umum.

1. Pasien bebas dari tanda dan gejala 3.2. Pertahankan lingkungan


infeksi. aseptik.
2. Mendeskripsikan proses penularan 3.3. Tingkatkan intake nutrisi.
penyakit.

34
3. Menunjukkan kemampuan untuk 3.4. Monitor tanda dan gejala
mencegah infeksi. infeksi.
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
5. Jumlah leukosit dalam batas normal. 3.5. Batasi pengunjung bila perlu.

4. Gangguan rasa nyaman b.d gejala Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4.1 Lakukan pendekatan yang
penyakit
selama 3x 8 jam hari masalah gangguan rasa Menenangkan
nyaman teratasi dengan Kriteria hasil:
4.2 Dorong keluarga untuk
1. Mampu mengontrol kecemasan. menemani anak.
2. Status lingkungan yang nyaman.
3. Status kenyamanan meningkat. 4.3 Identifikasi tingkat kecemasan.
4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat.
4.4 Jelaskan semua procedur yang
akan dilakukan.

35
4.5 Dorong keluarga
untuk memberikan
lingkungan yang nyaman bagi
anak.

36
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


Hari 1
Senin, 30 Mei 2022

14.00 1.8 Memonitoring vital 1.8 Nadi: 90x/menit, suhu: 37oc, akral
sign. hangat

1.7 Memonitoring status dehidrasi 1.7 Membran mukosa


(kelembaban membran mukosa, nadi kering, nadi kuat.
kuat) jika diperlukan.
2.6 Anak hanya meminum ASI/susu
2.6 Memonitoring status formula
nutrisi.
2.7 Anak masih mual saat diberikan
2.7 Memonitoring adanya ASI
muntah dan mual.
4.3 Anak tampak rewel
4.3 Mengidentifikasi tingkat kecemasan ketika bertemu orang baru.

37
3.3 Mengkaji adanya 3.3 Orang tua mengatakan anak tidak
alergi memiliki
alergi.
3.1 Melakukan kolaborasi
dalam pemberian anti 3.1 Anak diberi
piretik paracetamol oral 0,7gram sirup

1.8 Memonitoring vital 1.8 Nadi 90x/menit, suhu 36,50C Akral


sign. hangat, RR: 22x/menit.

Hari 2
Selasa, 31 Mei 2022

08.10 1.8 Memonitoring vital 1.8 Nadi 96x/menit, suhu: 36,90C, akral
sign. hangat, RR:22x/menit

38
08.20 1.7 Memonitoring status 1.7 Membran mukosa
dehidrasi (kelembaban kering, mata cekung dan berair, nadi
membran mukosa, nadi kuat, akral teraba hangat, BAK kuning.
kuat) jika diperlukan.
2.6 Anak minum banyak 1200ml/hari.
08.25 2.6 Memonitoring status Sudah mau minum susu/ASI.
nutrisi.
2.7 Orangtua anak
08.30 2.7 Memonitoring adanya mengatakan sudah tidak
muntah dan mual. ada mual saat diberi
ma/mi susu/ASI
08.45 1.9 Anjurkan
meningkatkan intake 1.9 Anak minum susu sedikit.
cairan dan nutrisi.

39
I. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf


jam
Hari 1 Defisit volume cairan dan elektrolit S:
14.00
Orangtua pasien anak mengatakan anak masih
BAB cair

O:
Turgor kulit 2 detik
Membran mukosa kering.
Anak tampak lemas.
Mata cekung dan berair.
Akral hangat
Anak mengkonsumsi minum 240ml/8jam,
1200ml/24 jam.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

40
1.7 Monitor status dehidrasi (kelembapan membran
mukosa, nadi kuat) jika diperlukan.

1.8 Monitor vital sign.

1.9 Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung


intake kalori.

Hari 1 Defisit nutrisi b.d diare, kekurangan S:


14.30 asupan makanan
Orangtua pasien mentakan anak hanya minum susu/ASI
sedikit

O: -
BB: 9 kg
Hb: 11,9 g/dl
Ht: 37,6%
Leukosit: 13.200/mm3
Trombosit: 353.000/mm3

41
Bibir Kering, mata cekung dan berair, asupan
makanan hanya minum susu/ASI

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
2.2 Kaji status nutrisi

2.5 Monitor tanda-tanda vital dan berat badan

2.7 Monitor adanya muntah dan mual.

Hari Gangguan integritas kulit yang S:


ke- 2
b.d iritasi, frekuensi BAB yang Orang tua pasien mengatakan adanya kemerahan di
08.00
berlebihan sekitar anus

O:
Terpasang IVFD dari tanggal 26 Mei 2022

42
Terpasang infus RL
Terpasang spalak dan plester
bersih.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

3.2. Pertahankan lingkungan


aseptik.

Hari Gangguan rasa nyaman b.d gejala S:


ke- 2 penyakit
Orangtua pasien mengatakan anak kadang masih rewel.
08.30

O:
Anak memalingkan muka saat disentuh.
Anak tidak tampak rewel.

A: Masalah teratasi sebagian

43
P: lanjutkan intervensi

4.1 Lakukan pendekatan yang


menenangkan

4.5 Dorong keluarga untuk memberikan lingkungan yang


nyaman bagi anak.

44
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta; EGC.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis).


Jakarta: Salemba Medika.

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek,


Intervensi Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada
Anak. Jakarta.Universitas Indonesia. (Diakses pada tanggal 02 Juni 2022
: www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/…,
diakses pada tanggal 02 Juni 2022

http://seputarsehat.com/asuhan-keperawatan-gastroenteritis…, diakses pada tanggal


02 Juni 2022

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS - Karya Tulis Ilmiah….,


diakses pada tanggal 02 juni 2022

45

Anda mungkin juga menyukai